Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR PENYAKIT

I. Konsep Penyakit

A. Pengertian
Perdarahan post partum adalah perdarahan 500-1000 cc setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar dihitung secara tepat.
Perdarahan post partum yang melebihi 500 cc setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak
perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan
perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila
terdapat perdarahan yang lebih normal, apabila telah menyebabkan perubahan tanda
vital (menurun kesadaran, pucat, keringat dingin, sesak nafas, tensi <90mmHg dan
nadi >100/menit) maka penanganan harus segera dilakukan (Wiknjosastro, 2010).

B. Etiologi
Menurut (Astikawati & Dewi, 2017) secara etiologi perdarahan post partum lebih
diingat dengan 4T, yaitu:
1. Tone
Diagnosis antonio uteri ditegakan setelah bayi lahir dan plasenta lahir dan
ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpul serta pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, kontraksi uterus lembek.
Antonio uteri disebabkan akibat partus cepat, persalinan karena induksi oksitoksin
pada kelahiran sebelumnya.
2. Tissue
Bila plasenta tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut
retensio plasenta. Sisa plasenta disebabkann karena kotiledon atau selaput ketuban
tersisa.
3. Trauma
Trauma persalinan menyebabkan laserasi atau hematoma sehingga dapat
menyebabkan perdarahan post partum. Trauma dapat disebabkan karena episiotomi
yang melebar, ruptur uteri, robekan pada perineum, vagina dan serviks.
4. Thrombin
Thrombin karena gangguan pembekuan darah. Pada pembekuan darah akan
terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul
hematoma pada bekas jahitan.

C. Patofisiologi
Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana terdapat anggota baru,
pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu kembalinya rahim kesemula yang
mengakibatkan kontraksi uterus lambat sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan
plasenta lahir akan mengalami robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan
perdarahan dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga
ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun mentebabkan anemia yang
dimana oksigen dan hb menurun yang dapat timbul hipoksia dimana keadaan
kelemahan umum yang dapat menyebabkan defisit perawatan diri yang berhubungan
dengan intoleransi aktifitas. Hiposia yang mengakibatkan penurunan nadi dan
tekanan darah menyebakan kekurangan volume cairan dan risiko syok yang
diakibatkan hipovolemia. Pada masa post partum ibu akan mengalami perdarahan, jika
serviks dan vagina tidak mendapatkan perawatan maka post de entry kuman dimana
kuman dapat masuk sehingga timbul risiko infeksi maka perlu perawatab perineum
secara teratus

(Nurarif & Kusuma, 2015)


a. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang terdapat pada patofisiologi dan pathway yaitu
kontraksi uterus yang melambat dan lembek setelah bayi lahir yang
mengakibatkan perdarahan. Bayi lahir mengakibatkan robekan pada
jalan lahir mengakibatkan perdarahan segera, plasenta baik, kadang
timbul pucat, lemah, menggigil. Pada retensio plasenta, plasenta
belum lahir 30 menit perdarahan segera, tali pusat putus akibat
tarikan. Tertinggalnya plasenta mengakibatkan perdarahan segera,
uterus berkontraksi dan tinggi fundus tidak berkurang. Inversio uterus
tidak teraba, perdarahan segera, pucat dan nyeri sedikit atau berat
(Nurarif & Kusuma, 2015).
D. Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba,2009)
1. Peradarahan postpartum primer yaitu peradarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama peradrahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,sisa plasenta,robekan jalan
lahir dan inversion uteri.
2. Perdarahan postpartum sekunder yaitu peradarahan postpartum yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Peradarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi,penyusutan rahim yang tidak baik,atau sisa plasenta
yang tertinggal.
E. Manifestasi klinis
Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, berkeringat dingin,
mengigil,pusing,gelisah,hipernea, HB <8 g% karena kehilangan darah lebih
dari normal dan dapat terjadi syok hivopolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin,mual (Abdul Bahri, 2010).
1. Atonia uteri gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontrasi dan lembek
dan pendarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul : syok (Tekanan darah rendah, denyut
nadi cepet dan kecil,ektremitas dingin,gelisah, mual, dan lain lain ).
2. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada : pendarahan segera. Darah
segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta
baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : pucat,lemah,menggigil.
3. Retensio plasenta gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30
menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang
kadang timbul : Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan, inversi uteri
akibat tarikan, perdarahan lanjutan
4. Tertinggalnya plasenta Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian
slaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
Gejala yang kadang kadang timbul : Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.

F. Penatalaksanaan
Penanganan pasien dengan perdarahan postpartum memiliki dua
komponen utama yaitu resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang
mungkin disertai syok hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab
dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum
mengharuskan kedua komponen secara simultan dan sistematis ditangani.
Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama)
memainkan peran sentral dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum. Pijat
rahim disarankan segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan kristaloid
isotonik juga dianjurkan. Penggunaan asam traneksamat disarankan pada kasus
perdarahan

yang sulit diatasi atau perdarahan tetap terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang
terus-menerus dan sumber perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus
dipertimbangkan. Jika kala tiga berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat
terkendali dan pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk menangani
retensio plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun penanganan dengan uterotonika
dan intervensi konservatif lainnya telah dilakukan, intervensi bedah harus dilakukan
tanpa penundaan lebih lanjut.
Gambar 1. Managemen Perdarahan Postpartum menurut WHO

Rekomendasi WHO tahun 2012 untuk pengelolaan perdarahan postpartum berupa


intervensi non farmakologis sebagai berikut:
1. Pijatan uterus: Intervensi yang aman dan murah untuk dilakukan setelah perdarahan
telah didiagnosis.
2. Kompresi uterus bimanual: Dapat ditawarkan sebagai tindakan sementara dalam
penanganan perdarahan postpartum karena atonia uteri setelah persalinan
pervaginam.
3. Balon intrauterine atau tamponade kondom: Dapat digunakan dalam penanganan
perdarahan postpartum karena atonia uterus ketika uterotonik lain gagal atau jika
uterotonik tidak tersedia. Kemungkinan infeksi adalah risiko yang terkait dengan
intervensi ini.
4. Kompresi aorta eksternal: Dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk
memperlambat kehilangan darah dalam penanganan perdarahan postpartum karena
atonia uterus setelah persalinan pervaginam, sampai perawatan yang tepat tersedia.
5. Embolisasi arteri uterus: Dapat ditawarkan sebagai penanganan perdarahan
postpartum karena atonia uteri jika tindakan lain gagal dan sumber daya tersedia.
6. Pakaian anti-shock non-pneumatik: Disarankan sebagai tindakan sementara sampai
perawatan yang tepat tersedia.

Konsep Dasar Asuhan keperawatan

I. Konsep dasar asuhan keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses perawatan, untuk
itu di perlukan kecermatan dan keterlitihan tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

B. Pengumpulan data
1. Identitas

a. Nama : Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan

b. Umur :Untuk mengetahui umur pasien, semakin taunya umur resiko terjadinya per-
eklamsi berat sangat berat

c. Agama : Sebagai keyakinan individu untuk proses kesebuhannya Alamat : Untuk


mengentahui alamat rumahnya
d. Pendidikan: dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga
mempermudah dalam pemberian pendidikan kesehatan

e. Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemungkinan peengaruh pekerjaan terhadap


permasalahan kesehatan.

2. KeluhanUtama
Pendarahan jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan
Kesulitan bernafas, pusing, brkunang- kunang.
3. Riwayat Kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan dan
pre elkamsi/ elkamsia, bayi besar, peradarahan saat hamil,persalinan dengn
tindakan robekan jalan lahir, partus dan lain lain.

4. Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien pernah mampunyai riwayat penyakit yang


berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.

5. Riwayat penyakit keluaarga : Adakah keluarga pasien yang menderita penyakit


tertentu yang dapat memperberat / menimbulkan komplikasi pada ibu hamil
misalnya : penyakit hipertensi.Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas
dan ketakutan.

6. Perilaku yang memperngaruhi kesehatan : Cemas dan ketakutan.


C. Pemeriksaan fisik

1. Pernafasan :
a. Auskultasi: ( Bunyi nafas) Versikular tidak ada suara tambahan
b. Inspeksi: (Bentuk dada) Barrel chest Tidak ada otot bantu nafas, Sekret (-)
c. Perkursi: Resonan (dug dug dug)
a. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

2. Kardiovaskular : - Anemia mungkin terjadi karena pendarahan selama proses


persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur melahirkan,wajah
pucat (Anemia)
a. Auskultasi : Irama jantung reguler, S1 S2 tunggal (2)
b. Palpasi : CRT < 3 detik Nadi lemah( bradikardi)
3. Persyarafan : GCS : 4,4,6
a. Tingkat kesadaran : Delnium (Gelisah)
b. Respon Mata (spontan), Verbal ( Bingung),
c. Motorik (mengikuti perintah).
4. Perkemihan :
Inspeksi : Warna urine (kuning pekat), jumlah (menurun), pasien dalam keadaan
tidak terpasang kateter.

5. Pencernaan :
a. Palpasi : abdomen lunak, tidak ada distensi
b. Inspeksi : abdomen tampak ada garis stretch mark
c. Auskultasi : Bising usus
d. Perkursi : Nyeri di bagian abdomen bawah 6). B6 Musculoskletal dan integumen :
6. Musculoskletal dan integumen :
a. Inspeksi : Warna kulit normal, tidak ada benjolan/ pembekakan.
b. Palpasi : Adanya nyeri tekan.

7. Pengindraan
a. Inspeksi : Mata (simetris), pupil (Normal), konjungtiva (merah muda),
ketajaman penglihatan (normal).
b. Hidung (Normal), Sekret (-)
c. Telingga (Bentuk simetris), ketajaman pendengaran (Normal).

8. Endokrin
a. Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid, Tidak ada pembesaran kelenjar
parotis
b. Inspeksi : pasien banyak berkeringat.

D. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokan dan di analisa untuk
menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokannya dibagi menjadi dua yaitu,
data subjektif dan objektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016).

Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus perdarahan post partum
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016)

No Data Diagnosa SDKI


Pengisian kapiler >3 detik, akral Perfusi perifer tidak efektif
1.
dingi, pucat
Perdarahan, Permafasan cepat Risiko Syok
2.
>30x/menit), Hipotensi (sistolik
<90 mmHg)
3. Perdarahan, kelemahan Kekurangan volume cairan
Mengeluh nyeri pervaginam
4. Nyeri akut

5. Gelisah, tampak bingung Ansietas

6. Luka episiotomi Risiko infeksi


Kurang mampu merawat diri
7. Defisit perawatan diri

1. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan atau NIC (Nursing Iintervention Classification)
adalah semua penanganan yang didasarkan pada penilain dan keilmuan
pada tatanan klinik, dimana perawat melakukan tindakan untuk
meningkatkan hasil/outcome klien (Bulechek, 2013).
Tabel 2.2
Rencana keperawatan Perdarahan Post Partum

Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan (Outcome) Rencana Intervensi


2
1 3
Status Sirkulasi. Sebagai indikator
Perfusi perifer tidak Manajemen cairan
adalah:
efektif
1. Tekanandarah systole 1. Monitor status nadi, kelembapan mukosa, tekanan
2. Tekanandarah diastolel darah
3. Tekanandarah rata-rata 2. Monitor tanda-tanda vital ( TD, Nadi, Pernafasan,
4. Hipotensiortostatik Suhu)
3. Berikan cairan intravena
4. Berikan cairan oral (air putih)
Keparahan syok hipovolemik.
Risiko syok Manajemenhipovolemia
Sebagai indikator adalah:
1. Tidak ada penurunan tekanan nadi 1. Periksatandadangejalahipovolemia
2. Tidak ada penurunan tekanan (misnaditerbalemah, tekanandarahmenurun, turgor
darah sistolik kulitmenurun, membrane mukosakering, lemah)
3. Tidak ada penurunan tekanan 2. Monitor intake dan output
darah diastolik 3. Berikanasupancairan oral
4. Akral tidak dingin dan Tidak pucat 4. Berikancairan IV isotonis (sepertiNaCl,
RL) untukrehidrasicairanintraseluler
Keseimbangan cairan. Sebagai Manajemen cairan
Kekurangan volume
indikator adalah: 1. Monitor tanda-tanda vital
cairan
1. Tekanan darah normal 2. Monitor status hidrasi(membran mukosa lembab,
2. Turgor kulit elastis tekanan darah, nadi)
3. Membran mukosa lembab 3. Berikan terapi IV dan cairan IV
4. Berikan cairan dengan tepat
Nyeri akut Kontrol nyeri. Sebagai indikator adalah: Manajemen nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol 1. Lakukan pengkajian lokasi, frekuensi, beratnya nyeri
2. Mengatasi nyeri tanpa analgesik 2. Kolaborasi pemberian analgesik
3. Tidak mengeluh nyeri 3. Ajarkan penggunaan metode non farmakologi
(nafas dalam)
4. Dukung istirahat/tidur untuk penurunan nyeri

Ansietas Tingkat kecemasan. Sebagai Pengurangan kecemasan


indikator adalah:
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
1. Perasaan gelisah berkurang 2. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman
2. Frekuensi nafas normal dan mengurangi ketakutan
3. Frekuensi nadi normal 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
4. Wajah tidak tegang lagi dengan cara yang tepat
4. Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

Risiko infeksi Keparahan infeksi. Sebagai Perlindungan infeksi


indikator adalah:
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
1. Tidak ada kemerahan dan lokal
2. Nyeri berkurang 2. Periksa kulit dan selaput lendir adanya kemerahan
3. Tidak ada demam 3. Anjurkan istirahat
4. Intruksikan pasien untuk minum antibiotik yang sudah
4. Tidak ada luka yang berbau busuk diresepkan
5. Ajarkan pasien dan keluarga pasien untuk
menghindari infeksi
Perawatan diri : mandi. Dukungan perawatan diri : mandi
Defisit Perawatan Diri
Sebagai indikator adalah: 1. Monitor kebersihantubuh (rambut, mulut,
1. Masukdankeluar dari kamar Mandi kulitdan kuku)
secara mandiri 2. Pertahankankebiasaankebersihandiri
2. Mengambilalat/bahanmandi 3. Berikanbantuansesuaitingkat kemandirian
3. Mencucibadanbagianatas
Dukungan perawatan diri: Berpakaian
4. Mencucibadanbagianbawah
5. Membersihkan area perineum 1. Identifikasi area di mana pasien
membutuhkan bantuan dalam berpakaian
Perawatan diri: berpakaian. Sebagai 2. Monitor kemampuan pasien berpakaian sendiri
indikator adalah.
3. Pakai pakaian secara mandiri
1. Mampu memakai berpakain 4. Berikan bantuan sampai pasien mampu
secara mandiri berpakaian sendiri
2. Mampu membuka pakaian secara mandiri
2. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulanperawatan dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalalh tindakan keperawatan didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain
(Mitayani, 2009).

3. Evaluasi keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku yang tampil. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang
sistemik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya (Suarni & Apriyani, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Amin,Hardhi 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC
Yogyakarta:MediAction
Arini, Diyah & Budianti, Astrida 2014. Pedoman Penyusunan Studi Kasus Surabaya : SHT
Departement Kesehatan Republik Indonesia 2013. Profile Dinas Kesehatan Republik
indonesia tahun 2013. Sidoarjo
Fadlun & Achmad Feryanto, 2011.Buku praktis pelayanan kesehatan 2003 Maternal
dan neonatal. Jakarta : EGC
Indriyani 2013. Keperawatan Maternitas pada area perawatan antenatal an- tenatal.
Yogyakarta : Graha ilmu
Manuaba, 2010. Buku Panduan Kesehatan Keperawatan Maternatal jakarta
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta :Selamba Medika
Nurjannah Intansari 2012 proses Keperawatan NANDA, NIC & NOC 2009
Sarwono, wiknjosastro Hanifa. Pengantar ilmu kandungan, Edisi ke3 2011
Saifudin, A.B (2016). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

Anda mungkin juga menyukai