Disusun oleh :
1. Amaliatus Sholikhah (15.401.16.001)
2. Anis Yuliana (15.401.16.002)
3. Vina Rohmatika (15.401.16.023)
4. Yunandia Ritanti (15.401.16.024)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Masa Nifas” tepat
waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian,
kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita yang
masih banyak kekurangan dalam ilmu pengetahuan.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi perbaikan dalam makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Sepsis Puerperium
1. Definisi
Sepsis puerperium didefinisikan sebagai infeksi saluran
genital yang terjadi setelah pecah ketuban atau mulas persalinan
hingga 42 hari setelah persalinan atau aborsi. Selain demam, salah
satu gejala berikut yang mungkin terjadi : nyeri panggul dan ngilu,
cairan pervaginam yang abnormal, cairan berbau tidak normal atau
bau busuk, terhambatnya involusi uterus. Demam didefinisikan
sebagai suhu oral > 380C yang diukur pada dua waktu di luar 24
jam pasca persalinan, atau suhu ≥ 38,50C pada saat apapun
(Winkjosastro, 2008:287).
Infeksi nifas (sepsis puerperalis) adalah infeksi luka jalan
lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi
plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan infeksi
nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting penyakit
ini. Demam dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifas
merupakan index kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain
oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pyelitis, Infeksi jalan
pernafasan, malaria, typhus dan lain-lain (Krisnadi, R. Sofie,
2005).
2. Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman yang masuk ke dalam alat
kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen
(kuman datang dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%
adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak aptogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Bakteri yang menyebabkan
infeksi nifas antara lain :
a. Streptococcus haemolyticus anaerobic.
Masuknya secara eksogen dan streptokokkus ini merupakan
infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang steril, infeksi
tenggorikan orang lain).
b. Stapilococcus aureus.
Masuknya secara eksogen, kuman ini biasanya menyebabkan
infeksi terbatas, walaupun kadang – kadang menjadi sebab
infeksi umum. Stapilokokkus banyak ditemukan di rumah sakit
dan dalam tenggorokan orang – orang yang nampaknya sehat.
c. Escherichia coli.
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kemih atau rectum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva,
dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting infeksi
traktus urinarius.
d. Clostridium welchii. Infeksi dengan kuman ini, yang bersifat
anerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit (Wiknjosastro,
2006).
3. Diagnosa
4. Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
ialah bahwa sarung tangan atau alat –alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat – alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau pembantu – pembantunya. Oleh karena itu hidung
dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus
ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman – kuman patogen,
berasal dari penderita – penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman – kuman ini bias dibawa oleh aliran udara ke
mana – mana, antara lain ke handuk, kain dan alat – alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya air ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala –
gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi
intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apabila jika
ketuban sdah lama pecah dan beberapa kali dilakukan
pemeriksaan dalam. Gejala – gejala ialah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia, denyut
jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya
menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman –
kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan
dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada
janin (Wiknjosastro, 2006).
Kondisi berikut ini merupakan faktor predisposisi terjadinya
infeksi nifas, meliputi :
a. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban
b. Pecahnya ketuban berlangsung lama
c. Sejumlah pemeriksaan vagina selama persalinan terutama
disertai pecahnya ketuban
d. Teknik septik yang tidak dipatuhi
e. Tidak mencuci tangan dengan benar
f. Manipulasi intra-uterus
g. Trauma jaringan yang luas, luka terbuka atau devitalisasi
jaringan
h. Hematom
i. Hemaragi, terutama jika darah yang hilang lebih dari 1000 ml
j. Kelainan secara bedah
k. Retensi fragmen plasenta atau membran amnion
l. Perawatan perinium yang tidak tepat
m. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang
tidak ditangani (vaginosis bakterial, klamida dan gonorhoe).
DAFTAR PUSTAKA