Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan pada Pasien Haemoragic Post

Partum (HPP)

A.Pengertian

1. Post Partum
Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira 6minggu setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses
melahirkan. Bari S A, dkk, 2002).
Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan
atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat
sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).

Menurut Depkes RI (1999) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu :
a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai 24
sesudah persalinan. Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
–jalan.
b. Early Puerperium yaitu keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium.
c. Later Puerperium yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam.

2. Perdarahan
Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik mengucur
maupun merembes dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2000). Hemoragi pasca
partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah kelahiran
dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca
partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagiatas 2 bagian :

1
a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi
setelah 2 Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.

Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir .
(Prof.Dr.RustamMochtar,MPH,199).
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. 4 jam
biasanya antara hari ke 5 sampai 15.Perdarahan Post Partum

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 CC
dalam 24 jam setelah bayi dan plasenta lahir (Rustam : 2000).

3.Nifas.
Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini enam (6)
minggu (Manuba,2000).
Nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6minggu.
Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam
waktu 3(tiga) bulan (Wikjosastro,2001).
Nifas atau pierinium,berasal dari kata puer yang artinya bayi dan paraus berarti
melahirkan.
Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali(Ibrahim,1999).
Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadan sebelum hamil,yang berlangsung kirakira 6 minggu(Saefudin,2001).

2
A. Anatomi Fisiologi
1. Plasenta Normal
Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn yang bundar atau
lonjong (oval), mempunyai ukuran 20 x 15.cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat
placenta, yang biasanya 20 persen dari berat janin, berkisar antara 425 dan 550 g..

Lokasi. Secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus. Kadang-kadang
plasenta berada pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan
terakhir ini disebut dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab timbulnya
perdarahan dalam trimester ketiga.

2. Kelainan-kelainan Placenta
Lobus Succenturiata. Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang
berada dengan jarak tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai
lobus ini berjalan menembus selaput ketuban dan dapat terputus ketika selaput ketuban
tersebut robek atau pada saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa tertinggal setelah
melahirkan dan menyebabkan perdarahan postpartum.
Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada permukaan
janin dan berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di sebelah luar
chorion.
Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm,
yang terletak pada permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel
yang mengelupas (deskuamasi) dan rambut lanugo. Amnion nodosum dapat berbentuk
sebuah kista. Keadaan ini disertai oligohydramnios., menyebabkan kapasitas fungsional
placentadapat berkurang.
Perubahan Warna (Diskolorisasi). Warna merah berhubungan dengan adanya
perdarahan. Warna hijau disebabkan oleh meconium dan dapat merupakan indikasi
adanya hipoksia janin.
Berat. Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya
berhubungan dengan kehamilan yang abnormal.

3
RETENTIO PLACENTAE
Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal
mendorong placenta keluar.
2. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang berbentuk jam-
pasir (hourglass) atau spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap dalam segmen
etas uterus.
3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak dapat
terlepas sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-normal
dan retraksi pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang
mencegah terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal.
4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan
berbagai derajat. Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat langsung serta
menembus myometrium.

B. Etiologi
Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain antonia uteri.
Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:
a. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus)
b. Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II
persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan
kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.
c. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun)
d. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara
e. Partus lama
f. Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otototot
uterus(Dep Kes RI,1999).
g. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin
besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000)

4
h. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu.
pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang
sekarang.
i. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya
inersia sekunder karena kelelahan pada otot-otot uterus(Cunningham,2000).
j. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan
mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999).
k. Anemia.
Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin
10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah
meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat
dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan
penyebab anemia dalam kehamilan adalah:
 Kurang gizi(malnutrisi).
 Kurang zat besi.
 Malabsorbsi.
 Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid. Sosia
ekonomi yaitu mal nutrisi
l. Sisa ketuban dan selaput ketuban
Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan
rahim
m. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering
dijumpai pada :
 Sclusio plasenta
 Kematian janin yang lama dalam kandungan
 Pre eklamasi dan eklamasi
 Infeksi, hepatitis, dan septik syok.

C. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkansirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi

5
uterus menurun sehingga sehingga pembuluh darahpembuluh darah yang melebar tadi
tidak menutup sempura sehinga pedarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir
seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu
proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum.
Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

D. Pathway
Sisa Plasenta Robekan
Penyakit Atonia Uteri
dan Selaput Jalan Lahir/
Darah
Ketuban Servik

Kelainan Uterus Gagal Menghalangi


Pembekuan berkontraksi dengan kontraksi uterus
Darah baik setelah persalinan

Uterus tidak dapat


berkontraksi secara
aktif

Masih ada
Pembekuan darah
yang tetap terbuka

Perdarahan
Post Partum

Kehilangan Ancaman Perubahan


Perdarahan Hebat Vaskuler pada status
Berlebihan kesehatan/kematian

Kekurangan Hipovolemia
Volume Cairan 6
Syok Ansietas
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak
(500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah
rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik
1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a. Antonia Uteri
Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
b. Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera , darah segar mengalir seger setelah bayi lahir,
konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat,
lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
d. Tertinggalnya sisa plasenta
Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan segera.
Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat.
2. Tanda dan Gejala
Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah
berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan inspekulo
terdapat ronekan pada vagina, serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal.
(purwadianto, dkk, 2000).

F. Penatalaksanaan
Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :
1. Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumber perdarahan
2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.
3. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap

7
4. Lakukan penjahitan
a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dankulit), robekan dijahit
dengan benang catgut dan memekai jarum bundar.
b. Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek pula dasar
panggul seperti : luka jahit dua lapis dengan benang catguthalus secara simpul atau
jelujur dengan jarum bundar, kulit dijahit dengan benang sutera dan memakai jarum
yang tajam
c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain spingter ani
externa. Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu kedua pangkal m.stingter
ani externa yang terpoting. Otot ini dijahit dengan benang cromiksecara simpul,
penjahitan harus dilakukan secara cermat agar otot tersebut tersambung dengan baik.
Kemudian dijahit seperti menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa rectum ikut robek
maka harus dijahit terlebih dahulu dengan benang catgut halus secara simpul.

Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut:


 Memeriksa kelengkapan plasenta setelah dilahirkan
 Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
 Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan
 Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuret
 Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg per hari
selama 10 hari

G. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan
infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai
sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi
kegagalan fungsi organorgan seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).

8
Contoh kasus.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Hari / tanggal : Senin, 07 April 2016

Jam : 14.30 WIB

Data Subyektif

a. Biodata

Nama ibu : Ny.”D” Nama Ayah : Tn.”M”


Umur : 22 Tahun Umur : 24 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Penghasilan :- Penghasilan :-
b. Keluhan utama

Ibu mengatakan pusing sampai pingsan dan jalan lahir keluar darah

c. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah mederita penyakit menular seperti TBC, hipatitis

malaria tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, darah tinggi,

ginjal, kencing manis dan ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit.

d. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, malaria, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, darah

tinggi, ginjal, kencing manis dan ibu sekarang lagi dirawat di Rumah Sakit.

e. Riwayat kesehatan keluarga

9
Dalam keluarga ibu mengatakan tidak ada yang menderita penyakit menular

seperti TBC, Hepatitis, malaria dan tidak ada yang menderita penyakit keturunan

seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis dan tidak ada riwayat

kehamilan kembar.

f. Riwayat haid

 Menarche : 14 tahun

 Siklus haid : 28 hari

 Lama haid : 6-7 hari

 Flour albus : tidak ada

 Keluhan : tidaka ada

g. Riwayat perkawinan

 Menikah : 1 kali

 Lama : 2 tahun

 Usia pertama menikah : 20 tahun

 Jumlah anak :1

h. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini adalah kelahiran yang pertama dan sebelumnya ibu belum

pernah hamil.

i. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang

 Riwayat kehamilan

TM 1: Ibu mengatakan melakukan kunjungan antenatal pada awal tes kehamilan

dan ibu dinyatakan hamil dan ibu mengatakan mengalami mual muntah sampai

usia kehamilan 3 bulan

10
TM II: ibu periksa lagi pada usia kehamilan 6 bulan dan ibu mendapatkan vitamin

dan tablet tambah darah, dan tidak ada keluhan

TM III: ibu periksa 2 kali pada usia kehamilan 8 – 10 bulan dan mengeluh sering

kencing dan ibu mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah

j. Riwayat Persalinan

Ibu mengatakan melahirkan di Rumah sakit ditolong oleh bidan secara normal

dan tidak ada penyulit. Tanggal 6 April 2016 jam 02.30 Lahir bayi laki-laki, berat

badan lahir 3100 gram dan panjang badan 50 cm

k. Riwayat postpartum

Ibu mengatakan selama 3 hari ini merasa mules pada perut bagian bawahnya.

Ibu mengatakan menyusui bayinya. Dan mengkonsumsi obat yang diberikan saat

keluar dari rumah sakit ( Fe 1x 1, Asam mefenamat 2x1, amoxylin 3x 1).

l. Riwayat KB

Ibu mengatakan pernah ikut KB suntik 3 bulan 2 kali sebelum hamil dan

rencana KB selanjutnya akan menggunakan KB suntik 3 bulan

m. Pola kebiasaan sehari-hari.

n. Nutrisi

Ibu mengatakan makan dengan komposisi : nasi, lauk, sayur dan minum ± 8

gelas/ hari.

o. Eliminasi

Ibu mengatakan BAK 7-8 kali/ hari dan BAB 1 kali/ hari.

p. Istirahat

11
Ibu mengatakan tidur siang ±1 jam/ hari dan malam 7-8 jam/ hari.

q. Aktivitas

Ibu merawat anaknya dan terkadang membantu pekerjaan rumah tangga.

r. Riwayat psikososial dan budaya

1) Psikologi

Ibu mengatakan senang dengan kehadiran bayinya.

2) Sosial

Ibu mengatakan tinggal bersama suami, hubungan ibu dnegan keluarga baik,

hubungan ibu dengan masyarakat sekitar juga baik.

3) Budaya

Ibu mengatakan selalu berobat kerumah sakit/ tenaga kesehatan terdekat bila

sakit. Tidak ada kebiasaan pantang makan, tidak pernah minum jamu dan tidak

percaya dengan tahayul.

4) Riwayat Spiritual

Ibu mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu dan puasa.

Data Obyektif

a. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmetis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100 / 60 mmHg

Nadi : 89 kali/ menit

Suhu : 365oC

12
Pernafasan : 20 kali/menit

b. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

 Kepala :Rambut bersih tidak ada ketombe

 Wajah :Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum dan tidak oedama

 Mata: Sklera tidak kuning , konjungtiva pucat

 Telinga: Simetris , tidak ada serumen

 Hidung : Tidak ada secret / bersih, tidak ada polip

 Mulut :Bibir pucat, lidah bersih, gigi tidak karies

 Leher Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun

vena jugularis

 Dada :Simetris,payudara tegang, hiperpigmentasi areola mammae, putting

susu menonjol,dan kiri keluar ASI pada payudara kanan d

 Abdomen :Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra

 Genetalia :Bersih, tidak ada luka bekas jahitan dan keluar darah ± 200cc dan

lokhea rubra

 Anus :tidak ada hemoroi

 Ekstiemitas

 Atas : Tidak oedema, kuku jari tidak pucat

 Bawah :Tidak oedema, kuku jari tidak pucat

2) Palpasi

 Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena

jugularis

13
 Dada : kolostrum belum keluar

 Abdomen :

 TFU : 3 Jari bawah pusat

 Kontraksi : lembek

 Massa : tidak ada

3) Auskultasi

 Dada : Tidak terdengar bunyi ronchi maupun wheejing

 Abdomen : Terdengar bising usus 20 kali / menit, tidak kembung

4) Perkusi

Reflek patella +/+

c. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 8,4 gr/ dL

2. Identifikasi diagnosa dan masalah

Dx : Ny. ”D” P1001 Ab000 dengan late HPP hari ke 3

Ds : Ibu mengatakan pusing sampai pingsan dan mengeluarkan darah pada jalan lahir

Do : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/ 60 mmHg

 Nadi : 89 kali/ menit

 Suhu : 365oC

 Pernafasan : 20 kali/menit

14
Dada: Simetris, payudara tegang, hiperpigmentasi areola mammae, putting susu

menonjol, sedikit pengeluaran kolustrum di paayudara kanan dan kiri

Abdomen

 TFU : 3 Jari bawah pusat

 Kontraksi : Lembek

 Massa : tidak ada

Genetalia : tidak ada bekas luka jahitan perineum, darah yang keluar sedikit ± 200 cc, dan

lochea rubra

Pemeriksaan Penunjang

Hb : 8,4 gr/ dL

3. Antisipasi Masalah potensial

Potensial Anemia berat

Potensial Shock hipovolemik

4. Indentifikasi kebutuhan segera

Potensial Anemia berat : transfusi darah

Potensial Shock hipovolemik : infus RL dan drip oxytosin

5. Implementasi

Tanggal : 5 April 2016

Jam : 04.45 WIB

Dx : Ny. ”D” P1001 Ab000 dengan late HPP hari ke 3

Implementasinya :

1. Melakukan pendekatan secara terapieutik dengan ibu dan keluarga

15
2. Melakukan pemeriksaan terhadap ibu

3. Melakukan observasi TTV

 Tekanan darah : 100 / 60 mmHg,

 Nadi : 89 kali/ menit,

 Suhu: 365oC,

 Pernafasan : 20 kali/menit

 TFU : 3 jari bawah pusat

 Kontraksi uterus: lembek

 kandung kemih : penuh perdarahan

 pengeluaran lokhea: rubra

4. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

5. Melakukan kateterisasi ( urin ±100cc) dan plasenta manual (terdapat bekuan darah)

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

7. Melakukan kaloborasi dengan dokter untuk pemberian terapi infus RL drip oksitosin

dan di rencanakan transfusi darah

6. Evaluasi

Tanggal : 09 April 2016

Jam : 15.00 WIB

1. Ibu dan keluarga dapat lebih kooperatif dengan petugas kesehatan

2. Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan petugas

3. Ibu mengerti tentang kondisi dirinya

4. Ibu mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan

5. Terpasang infus Rl drip oksitosin

16
17
18
19

Anda mungkin juga menyukai