Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian

1. Post Partum

Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira 6minggu setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dimana tubuh
menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Bari S A, dkk, 2002)
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir,
perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder terjadi setelah itu
(Mansjoer, 2002 : 313)

Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah
kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca
partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).

Menurut Depkes RI (1999) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu :

a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai 24 sesudah persalinan.
Kepulihan dimana ibu telah diperbolahkan berdiri dan berjalan –jalan

b. Early Puerperium yaitu keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium

c. Later Puerperium yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam

2. Perdarahan

Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik mengucur maupun merembes
dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2000

Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah
kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca
partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487).

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak
lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian :

a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage

yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.

b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 2
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam
kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir .
(Prof.Dr.RustamMochtar,MPH,199)

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu


1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

2)Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. 4 jam biasanya antara hari ke 5
sampai 15

3. Perdarahan Post Partum

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 CC dalam 24 jam setelah
bayi dan plasenta lahir (Rustam :

2000)

Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini enam (6) minggu (Manuba,2000).

Nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3(tiga) bulan (Wikjosastro,2001)

Nifas atau pierinium,berasal dari kata puer yang artinya bayi dan paraus berarti melahirkan. Jadi
puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan
kesehatannya kembali(Ibrahim,1999).

Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadan
sebelum hamil,yang berlangsung kira- kira 6 minggu(Saefudin,2001).

B. Anatomi Fisiologi

Plasenta Normal

Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn yang bundar atau lonjong (oval),
inempuny.a ukuran 20 x 15.cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat placenta, yang biasanya 20 persen dari
berat janin, berkisar antara 425 dan.550 g.Pada sisi uterus terdapat delapan atau lebih cotyledon
maternal yang dipisahkan oleh alur-alur (fissura).Istilah cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta
yang mendapat suplai darah dari pembuluh villus utama dan cabang- cabangnya.permukaan maternal
ditutupi oleh lapisan deciduadan fibrin yang ikut keluar bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal
ditutupi oleh membrane atau selaput ketuban.

Lokasi. Secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus . Kadang- kadang plasenta berada
pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan terakhir ini disebut dengan istilah
placenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester ketiga.Kadang-kadang
pemeriksaan ultrasonic pada kehamilan dini menunjukkan adanya plasenta di bagian bawah yang
merupakan indikasi bagi plasenta previa, tetapi dalam pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut
ditemukan plasenta pada segmen atas. Mungkin pertumbuhan normal plasenta menjauhi cervik.

Kelainan-kelainan Placenta
Lobus Succenturiata. Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan jarak
tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan menembus selaput
ketuban dan dapat terputus

ketika selaput ketuban tersebut robek atau pada saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa tertinggal
setelah melahirkan dan menyebabkan perdarahan postpartum.

Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada permukaan janin dan
berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di sebelah luar chorion.

Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm, yang terletak pada
permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel yang mengelupas (deskuamasi) dan
rambut lanugo. Amnion nodosum dapat berbentuk sebuah kista. Keadaan ini disertai oligohydramnios.
Infark yang terlokalisir sering dijumpai. Makna klinisnya tidak diketahui sekalipun jika keadaan ini
berlebihan, maka kapasitas fungsional placenta dapat berkurang.

Perubahan Warna (Diskolorisasi). Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan. Warna hijau
disebabkan oleh meconium dan dapat merupakan indikasi adanya hipoksia janin.

Placenta Kembar. Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa sedangkan pada
kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau terpisah.

Berat. Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya berhubungan dengan
kehamilan yang abnormal.

Placenta pada Berbagai Keadaan

Prematuritas. Placenta kecil dan sering pucat.

Pastmaturitas. Ukuran dan berat placenta biasanya normal. Terlihat warna meconium terdapat infark
atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat berkurang.

Retardasi Pertumbuhan Intrauterin. Placenta cenderung kecil, kurangnya berat placenta sebanding
dengan berat bayi.

Diabetes Mellitus. .Placenta biasanya lebih hesar daripada normal, tetapi pada kasus-kasus yang berat
dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu. placenta dapat ukuran kecil.

Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas. Sering placenta tampak normal.

Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk, berwarna pucat sampai dan beratnya dapat mencapai 2,000
g. ,

Syphilis Kongenital. Placenta lebar, tebal dan pucat.

Arnnionis. Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning. placenta mungkin
mengeluarkan bau yang busuk.
RETENTIO PLACENTAE

Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok:

1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal mendorong placenta
keluar.

2. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang berbentuk jam-pasir (hourglass) atau
spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap dalam segmen etas uterus.

3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak dapat terlepas sendiri dari
dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-normal dan retraksi pada kala tiga, defek
anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang mencegah terbentuknya lempeng pemisahan
decidua yang normal.

4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan berbagai

derajat. Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat langsung serta menembus myometrium.

Teknik Pengeluaran secara Manual

Pengeluaran placenta yang tertahan secara manual tidak lagi ithanggap berbahaya sebagaimana
anggapan yang pernah ada. Banyak hasil yang jelek dari prosedur ini disebabkan oleh tindakan yang
ditunda terlampau lama sampai perdarahan menyebabkan masuknya pasien ke dalam keadaan yang
berbahaya. Kalau ada perdarahan, placenta harus segera dikeluarkan. tidak disertai perdarahan dan
pasien berada dalam kondisi yang balk, diper- bolehkan menunggu selama 30 menit.

Apabila pasien mengalami perdarahan secara aktif, dipasang infus intravena dan disediakan darah.
Anesthesi diperlukan. Prosedur dilaksanakan dalarn kondisi aseptik.

Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain antonia uteri.

Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:

1) Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).

Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan (kontraksi yang
hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir.

2) Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun)

3) Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara

4) Partus lama

Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot- otot uterus(Dep Kes RI,1999).
5) Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin besar). Pada kondisi
ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak
efisien.(Varley,2000)

6) Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada kondisi ini
akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang sekarang.

7) Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya inersia sekunder
karena kelelahan pada otot-otot uterus(Cunningham,2000).

8) Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan mengganggu
kontraksi rahim(Arias,1999).

9) Anemia.

10) Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 10g/dl,akan
dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi

kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap
sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan penyebab anemia dalam
kehamilan adalah:

a) Kurang gizi(malnutrisi). b) Kurang zat besi.

c) Malabsorbsi.

d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid.

Sosia ekonomi yaitu mal nutrisi

11) Sisa ketuban dan selaput ketuban

12) Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan rahim

13) Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada :

a. Sclusio plasenta

b. Kematian janin yang lama dalam kandungan c. Pre eklamasi dan eklamasi

d. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.

D. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkansirkulasi ke sana,
atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga sehingga
pembuluh darah- pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga pedarahan
terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan
rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu
proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang
sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

E. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (500 ml), nadi
lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin,
dapat pula terjadi syok hemorogik

1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :

a) Antonia Uteri

Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir b) Robekan jalan lahir

Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik,
plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.

c) Retensio plasenta

Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.

d) Tertinggalnya sisa plasenta

selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-
kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e) Inversio uterus

Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat.

2. Tanda dan Gejala

Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah berwarna merah muda,
bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina,
serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2000).

F. Penatalaksanaan

Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :

1.Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumber perdarahan

2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.


3.Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.

4. Lakukan penjahitan

a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dan kulit), robekan dijahit dengan
benang catgut dan memekai jarum bundar.

b.Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek pula dasar panggul seperti : luka
jahit dua lapis dengan benang catguthalus secara simpul atau jelujur dengan jarum bundar, kulit dijahit
dengan benang sutera dan memakai jarum yang tajam

c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain spingter ani externa.
Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu kedua pangkal m.stingter ani externa yang terpoting.
Otot ini dijahit dengan benang cromiksecara simpul, penjahitan harus dilakukan secara cermat agar otot
tersebut tersambung dengan baik. Kemudian dijahit seperti menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa
rectum ikut robek maka harus dijahit terlebih dahulu dengan benang catgut halus secara simpul.

Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut

1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan

2)Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis

3)Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan

4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuret

5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus

600 mg per hari selama 10 hari

G. Komplikasi

Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi syok yang berat dan
pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi
dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh
pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ- organ seperti gagal ginjal
mendadak (Chalik, 2000).

Referensi
Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Errol, N. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Irmansyah, F. Perdarahan Post Partum dan Syok. freeppts.net/get.php?fid=35879  diunduh 6 September 2011.
03:05 AM
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
The Asian Parent. Postpartum Haemorrhage. id.theasianparent.com/articles/postpartum_haemorrhage  diunduh
6 September 2011. 09:36 AM
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI). menegpp.go.id.. Diunduh 8 September 2011. 10:57 PM
Perdarahan Post Partum. scribd.com/doc/6502612/Perdarahan-Postpartum  diunduh 6 September 2011. 10.30
AM

Anda mungkin juga menyukai