Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST SC DENGAN PARTUS LAMA SECTIO CAESAREA


DI RUANG DAHLIA

Disusun oleh:
Alyna Ardhiya Mangesti (1410121003)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2023/2024
A. Konsep Medis

1. Post Partum (MasaNifas)

a. Definisi Post Partum

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama


6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha,
2009).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi
yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas
dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Sulistyawati,
2009).
b. Periode Masa Nifas

Menurut Mitayani (2009), Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

1) Peurperium dini (early post partum) yaitu kepulihan dimana ibu


telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan pada 24 jam pertama
post partum
2) Peurperium Intermedial (Immediate postpartum) yaitu kepulihan
menyeluruhalat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3) Remote peurperium (late Post partum) adalah masa pada minggu
kedua sampai dengan minggu keenam postpartum dimana waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa
dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun)
c. Perubahan Pada Masa Nifas

1) Perubahan Fisik

a) Involusi

Involusi adalah perubahan yangmerupakan proses kembalinya


alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:

 Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang


tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamilakan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
 Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari
otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan
jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
 Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:

 Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,


karena kontraksi danretraksi otot-ototnya.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Diameter
Berat Keadaa
Involusi TFU
Bekas Melekat
Uteru n
Plasenta
s Cervix
Setelah plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
lahir
1 minggu Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui
pusat 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat
dimasuki 1
jari
6 minggu Sebesar hamil 2 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr

 Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka
bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium
baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
 Perubahanpembuluhdarahrahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh


darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri
harus mengecil lagi dalam masa nifas.
 Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat


dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui
oleh1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina
yangsangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
b) After pains/Rasa sakit

Disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari


pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai
hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.
c) Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui


vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya
lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.Pengeluaran lochia
dapat dibagi berdasarkanjumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar
mulai hari pertama sampai hari ketiga.
 Lochea rubra(cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel


desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari
pasca persalinan.
 Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.

 Lochea serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4


pasca persalinan.

 Lochea alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

 Lochea purulenta

Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.

 Lacheo statis

Lochea tidak lancar keluarnya.

d) Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu


lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang
uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130).
e) Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan secara normal volume darahuntuk


mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini
klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
f) Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari


volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis.
Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
g) Sistem hormonal

 Oksitosin

Oksitosin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan


bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala
tiga persalinan aksi oksitosin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oksitosin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi
ekskresi oksitosin diamna keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir,
sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada ibu nifas
 Prolaktin

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi


oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus
payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH
di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterioruntuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam
kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi
dan menstruasi.
 Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan


pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan
makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah
bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
h) Tanda-tanda vital

 Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat


celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat
celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8
derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu
lebihdari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada
klien.
 Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus,
dan dapat terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan
suhu tubuh tidak panas. Mungkin ada pendarahan belebihan
atau ada vitium kordis pada penderita pada masa nifas
umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah
partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
 Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan
hipertensi post partum akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan
(Saleha, 2009).
2) Perubahan Psikologis
Menurut Suherni, dkk (2009), perubahan fisiologis pada ibu nifas
adalah sebgai berikut
a) Periode Taking In

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa
ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan
bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b) Periode Taking Hold

Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke 4 post partum. Ibu


berusahabertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha
untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini
ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.
c) Periode Letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu


mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H,
1995). Sedangkan stresemosional pada ibu nifas kadang-
kadangdikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidurterganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum
blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
d. Perawatan Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu membutuhkanperawatan yang intensif


untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang
melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1) Mobilisasi Dini

Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang


selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan
kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli.
Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan
hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini
adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme
2) Rawat Gabung

Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga


ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih
terjamin
3) Pemeriksaan Umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
4) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

a) Fisik :Tekanan darah, nadi dan suhu

b) Fundusuteri :Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

c) Payudara :Puting susu,pembengkakan, pengeluaran ASI

d) Patrunlochia:Lociarubra, lochia sangino lenta, lochia serosa,


lochia alba

e) Luka jahitan episiotomy : Apakah baik atau terbuka, apakah


ada tanda-tanda infeksi.
5) Informasi kesehatan diberikan saat pulang adalah:

a) Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada


pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b) Pakaian

Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga


payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian
dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c) Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan


tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi didaerah vulva,
perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan
pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air
kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman
karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara
perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap
kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d) Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8


jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalamitekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincterani selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi
e) Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila
belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat
diberikan obat laksansper oral atau perekta
f) Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya


puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau
menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta
colostrummengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi.
g) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit


diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar
kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h) Mempersiapkan untuk Metode KB

Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk


membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai
2minggu setelah melahirkan.

e. Komplikasi
1) Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500
mL selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2) Infeksi

a) Endometritis(radangedometrium)

b) Miometritisataumetritis(radangotot-otot uterus)

c) Perimetritis(radang peritoneum disekitar uterus)

d) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,


menjadi keras dan berbenjol-benjol)
e) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan, Jika
tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
f) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan
kemerahan atau nyeri.)
g) Luka perineum (Ditandai dengan: nyerilocal, disuria, temperatur
naik 38,3°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan
pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)
3) Gangguan psikologis

a) Depresi post partum

b) Post partum Blues

c) Post partum Psikosa

4) Gangguan involusi uterus

2.Sectio Caesarea(SC)

a. Definisi PostSC

Sectio Cesaria (SC) merupakan pembedahan pada obdomen dan


uterus untuk melahirkan bayi. Jenis persalinan SC dilakukan
berdasarkan indikasi medis. Luka bekas operasi SC dapat menjadi
media terjadinya infeksi silang yang meningkatkan infeksi masa nifas.
Persalinan dengan metode SC memiliki risiko infeksi 3x lebih besar
daripada persalinan normal (Ngonzi et al., 2018).
Post sectio caesarea adalah suatu kondisi sesudah dilakukan
tindakan pembedahan yang meninggalkan bekas luka sayatan pada
dinding perut dan rahim untuk mengeluarkan janin.

b. Klasifikasi Pembedahan Sectio Caesarea

Klasifikasi sectio caesarea adalah sebagai berikut:

1) Sectio caeasarea trans peritonealis profunda

Sectio caeasarea trans peritonealis profunda dengan insisi di


segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintan gatau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah
sebagai berikut:
 Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.

 Bahaya peritonitis tidak besar.

 Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri


dikemudian hari tidak besar karena padanifas segmen bawah
uterustidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio caesarea korporal/klasik

Pada sectio caesarea korporal/klasik ini di buat kepada korpus


uteri,pembedahan iniyang agak mudah dilakukan, hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen uterus.
3) Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
4) Sectio caesarea hyster octomi

Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hyster oktomy dengan indikasi:

a) Atonia uteri

b) Plasenta accretec

c) Myomauterid

d) Infeksiintrauteriberat

c. Etiologi

Menurut Yuanita Syaiful & Lilis Fatmawati (2020) sectio caesarea


disebabkan oleh 2 indikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Indikasi ibu

a) Plasenta previa sentralis dan lateralis

b) Panggul sempit, dimana jenis panggul dengan konjungnatavera


kurang dari 8 cm bisa dipastikan tidak dapat melahirkan dengan
cara spontan
c) Disproporsi sepalo pelvic, yaitu ketidak mampuan kepala dan
panggul

d) Distosia servik spreeklamsi dan hipertensi

e) Malpresentasi janin

f) Partus lama

g) Distosia karena tumor

h) Ruptur uteri
i) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan risiko tinggi persalinan,
apabila telah mengalami sectio caesarea atau menjalani operasi
kandungan sebelumnya.
2) Indikasijanin

a) Gawat janin

b) Janin besar

c) Kontra indikasi

d) Janin mati

e) Syok akibat anemia berat yang belum diatasi

f) Kelainan kongenital berat

d. Penatalaksanaan

Menurut Ramadanty(2019), terdapat beberapa penatalaksanan


sectiocaesarea, yaitu sebagai berikut :
1) Pemberian Cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka


pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadihipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
danjumlahtetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita


flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
3) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi: Miring kanan dan


kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan
pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar, Hari kedua postoperasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisisetengah duduk (semifowler), Selanjutnya
selamaberturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Katerisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak
enak padapenderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24-48
jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat


berbeda-beda sesuai indikasi.
6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan


ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat
diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi
ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat


diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.
8) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti.
9) Pemeriksaan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,


tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

10) PerawatanPayudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Elektro ensefalogram (EEG)

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokusdari kejang.

2) Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3) Magnet iresonance imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan


magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan
daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
4) Pemindaian positronemission tomography(PET)

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu


menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak.
5) Uji laboratorium

a) Fungsi lumbal : menganalisi scairan serebrovaskuler

b) Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin

e) AGD

f) Kadar kalsium darah

g) Kadar natrium darah

h) Kadar magnesium darah

f. Komplikasi
Yang sering terjadi padaibu SC adalah :

1) Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam


masa nifas dibagi menjadi:
a) Ringan,dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi


dan perut sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2) Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat


pembedahan cabang- cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5) Yang sering terjadi pada ibu bayi: Kematian perinatal.

3.Partus Lama

a. Definisi

Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 12-24


jam dan memiliki risiko untuk terjadinya infeksi nifas dibandingkan
dengan persalinan yang kurang dari 12 jam. Hal tersebut dipengaruhi
oleh frekuensi pemeriksaan dalam atau vaginal touch. Partus yang
berlangsung lama, membuat pemeriksaan dalam semakin sering.
Pemeriksaan vagina yang terlalu sering akan meningkatkan peluang
infeksi masa nifas (Kajeguka et al., 2020).
Sedangkan menurut Yuhana (2022) partus lama merupakan
persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2
jam dan tidak ada penurunan janin dalam 1 jam. Menurut partus lama
adalah fase laten lebiih dari 8 jam. Persalinan yang telah berlangsung
12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Partus lama merupakan suatu
persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama
sehingga timbul komplikasi pada anak, pada ibu, atau didapatkan
adanya infeksi intrauterin.
Persalinan lama (partus lama) dikaitkan dengan his yang masih
kurang dari normal sehingga tahanan jalur lahir yang normal tidak
dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama,
frekuensinya masih jarang, tidak terjadinya koordinasi kekuatan,
keduanya tidak cukup untuk mengatasi tahanan jalan lahir tersebut.
Hal ini tindakan SC dengan indikasi partus lama/tak maju adalah
suatu persalinan buatan yang sangat dianjurkan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
karena ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks, atau penurunan
dari bagian yang masuk selama persalinan yang aktif

b. Etiologi

Dari hasil penelitian Yuhana (2022) berasumsi bahwa partus lama


disebabkan oleh banyak faktor diantaranya:
1) Kelainan letak janin

2) kelainan panggul

3) kelainanhis

4) janin besar

c. Tanda Gejala
Menurut Yuanita Syaiful & Lilis Fatmawati, (2020) gejala klinik pada
partus lama terjadi pada ibu dan juga janin, yaitu sebagai berikut:
1) Pada ibu

a) Ibu merasa gelisah letih

b) Suhu badan meningkat

c) Berkeringat

d) Nadi meningkat

e) Pernapasancepat

Didaerah lokal sering dijumpai:

a) Ibu mengalami oedema serviks

b) Cairan ketuban ibu akan berbau

c) Terdapat mekonium pada ibu

2) Pada janin

a) Denyut jantung janin cepat tidak teratur bahkan negatif, air


ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
b) Kaput seccedaneum yang besar

c) Moulage kepala yang hebat

d) Kematian janin dalam kandungan atau KJDK

e) Kematian janin intra parental atau KJIP

d. Penatalaksanaan
Menurut Siantardkk,(2022) penatalaksanaan partus lama ada 2, yaitu
sebagai berikut:
1) Penanganan umum

a) Perawatan pendahuluan

b) pertolongan
2) Penanganan khusus

a) Fase laten memanjang

Fase laten memanjang yaitu fase laten yang melebihi 20 jam


padaprimigravida atau 14 jam pada multipara. Diagnosis pada
fase laten memanjang ini dibuat secara retrospektif. Jika his
berhenti, maka pasien disebut belum inpartu atau persalinan
palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah
lebih dari 4 cm maka masuk dalam fase laten. Jika fase laten ini
lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, maka
dilakukan penilaian ulang terhadap serviks, yaitu sebagai
berikut:
 Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan
serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in
partu.
 Jika ada kemajuan dalm pendataran dan pembukaan serviks,
maka melakukan amniotomi dan induksi persalinan denga
aksitosin atau prostaglandin.
 Melakukan penilaian ulang setiap 4 jam.

 Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan


pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan operasi sectio
caesarea.
b) Fase aktif memanjang

Fase aktif memanjang yaitu fase yang berlangsung lebih dari 12


jam pada primi gravida dan lebih dari 6 jam pada multigravida.
Maka laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per 3 jam.
 Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalo pelvik atau
obstruksi dan ketuban masih utuh, maka pecahkan ketuban.
 Nilai his:

- Jika his tidak adekuat atau kurang dari 3 his dalam 10


menit dan lamanya kurang dari 40 detik, maka
pertimbangkan adanya insertia uteri.
- Jika his adekuat atau 3 kali dalam 10menit dan lamanya
lebih dari 40 detik, maka pertimbangkan adanya
disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpenetrasi.
- Maka lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki
his dan mempercepat kemajuan persalinan.
c) Kala II lama

Kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida


dan 1 jam pada multipara.
 Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran
spontan.

 Jika tidak ada mal posisi/mal presentasi berikan drip oksitosin.

 Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:

- Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau
bagian tulang kepala dari stasion (0) maka lakukan
ekstraksi vakum.

- Jika kepala antara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis maka


lakukan ekstraksi vakum
- Jika kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis maka lakukan
SC.
B. Konsep Keperawatan

1. Data Pengkajian

Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir


klien, pendidikan, alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu
diketahui. Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien
antara yang satu dengan yang lain agar tidak tertukar. Umur mengetahui
usia ibu apakah termasuk resiko tinggi/tidak. Pendidikan pemberian
informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf
hidup dan sosial ekonomi klien. riwayat kesehatan dahulu, riwayat
obstetri, pola fungsi kesehatan serta melakukan pemeriksaan fisik
2. Riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga. Pada umumnya
klien mengeluh nyeri pada luka jahitan, nyeri bertambah bila bergerak.
Pada riwayat penyakit keluarga dikaji danya penyakit jantung, hipertensi,
diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis,
Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada
klien, sehingga memperberat persalinannya
3. Pola fungsi kesehatan yang meliputi pola nutrisi, aktivitas, eliminasi,
konsep diri, pola hubungan dan peran, serta pola stress dan koping.
4. Riwayat pengkajian obstetri meliputi riwayat menstruasi, riwayat
kehamilan terdahulu, riwayat kehamilan sekarang, dan riwayat
persalinan lalu.
5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: Kaji terkait tingkat kesadaran klien.

b. Tanda-tanda vital :Kaji tekanan darah,suhu,nadi dan RR

c. Kepala dan leher: Kaji konjungtiva anemis atau tidak, kaji


masalah dikepala dan leher
d. Dada:Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan adanya
kolostrum.
e. Abdomen : Terdapat bekas jahitan luka SC, TFU (normalnya berada
di midline, 2 cm dibawah umblilicus), diastasis rectus abdomicus
(palpasi bagian abdomen untuk merasakan pemiahan antara kedua sisi
otot perut ketika menundukkan kepala), kaji masih ada tidaknya kontraksi
uterus.
f. Genetalia Kaji lochea, merupakan cairan yang dikeluarkan dari uterus
melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia alkalis sehingga
memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak
dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir,
tetapi tidak busuk. Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochia rubra: Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan
decidua, sisa-sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks
caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta: Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah
kecoklatan bercampur lendir, banyak serum selaput lendir,
leukosit, dan kuman penyakityang mati.
3) Lochia serosa: Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu
berwarna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba: Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi
selaput lendir, mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan
kuman penyakit yang telah mati.
5) Ekstremitas : Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-
kelainan karena membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal. Ada varices pada ekstremitas
bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus
yang menekan vena abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

Kajeguka,d. d., Mrema,n. r., Mawazo, A., Malya, R., & Mgabo,m. r. (2020).
Factors and Causes of Puerperal Sepsis in Kilimanjaro, Tanzania: A
Descriptive Study among Postnatal Women who Attended Kilimanjaro
Christian Medical Centre. East African Health Research Journal, 4 (2).

Ngonzi, J., Bebell, L. ., Fajardo, Y., Boatin, A. ., Siedner, M. ., Bassett,i. v.,


Jacquemyn, Y., Van geertruyden,j. p., Kabakyenga, J., Wylie,b. j.,
Bangsberg,d. r., & Riley,l. e. (2018). Risk Factors for Vaginal
Colonization and Relationship between Bacterial Vaginal Colonization
and In-Hospital Outcomes in Women with Obstructed Labor in a
Ugandan Regional Referral Hospital. International Journal of
Microbiology, 8 (1). https://doi.org/.
https://doi.org/10.1155/2018/6579139

Ramandanty, P. Freytisia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi


Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rsud A.W Sjahranie Samarinda. Karya
Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Kalimantan Timur : Politeknik
Kesehatan Kalimantan Timur.

Siantar, R. L., Rostianingsih, D., Ismiati, T., & Bunga, R. (2022). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Rena
Cipta Mandiri. https://books.google.co.id/books?id=r1ObEAAAQBAJ

Yuanita Syaiful, S. K. N. M. K., & Lilis Fatmawati, S. S. T. M. K. (2020).


Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin. Jakad Media Publishing.
https://books.google.co.id/books?id=hjYBEAAAQBAJ

Yuhana, Y., Farida, T., & Turiyani, T. (2022). Hubungan Ketuban Pecah Dini,
Partus Lama, dan Gawat Janin dengan Tindakan Persalinan Sectio
Caesarea di Rumah Sakit TK. IV
DR.NoesmirBaturajaTahun2020.JurnalIlmiahUniversitasBatanghariJam
bi,22(1),
78. https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i1.1735
6. Diagnosis-Intervensi

a. Diagnosis Keperawatan

1) Nyeriakutb.dageninjuri(insisipembedahan)d.dpasienmeringisataum
engeluh nyeri
2) Intoleransiaktivitasb.dadanyalukabekasoperasid.dmeringissaatbergera
k

3) Resikoinfeksib.dtraumapembedahand.dlukapembedahanberairatauber
nanah

4) Deficitperawatandirib.dnyerid.dpasiendibantuolehkeluargadantena
ga medis
5) Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi d.d
pasien cemas saat bergerak
6) Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui, nyeri payudara d.d pasien tidak ingin menyusui
b. IntervensiKeperawatan

No. Diagnosis Tujuan Intervensi


1. Nyeriakutb.d Setelah intervensi OBSERVASI
agen injuri keperawatandilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(insisi selama 1x24 jam durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
pembedahan) diharapkan tingkat nyeri Identifikasi skala nyeri
d.d pasien nyeri menurun dengan 2. Identifikasi respons nyeri non
meringisatau KH; verbal Identifikasi factor yang
mengeluh 1. Keluhannyeri memperberatdanmemperingan
nyeri menurun nyeri
2. Meringismenurun 3. Monitorefeksampingpenggunaan
3. Keteganganotot analgetik
menurun TERAPEUTIK
4. Kesulitantidur 4. Berikantekniknonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
(missal TENS, hypnosis,terapi
music)
5. Fasilitasiistirahatdan tidur
6. Controllingkunganyang
memperberat rasa nyeri
EDUKASI
7. Jelaskanpenyebab,periode,dan
pemicu nyeri
8. Jelaskanstrategimeredakannyeri
Anjurkanmemonitornyerisecara
mandiri
9. Anjurkanmenggunakananalgetik
secara tepat
10.Ajarkantekniknonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
11.Kolaborasipemberiananalgetikjika
perlu
2. Intoleransi Setelah dilakukan OBSERVASI
aktivitas b.d manajemen energi 1. Identifikasigangguanfungsitubuh
adanya luka dalam 1x24 jam yang mengakibatkan kelelahan
bekasoperasi diharapkan toleransi 2. Monitorkelelahanfisikdan
d.d meringis aktifitas pasien emosional
saatbergerak meningkat L.05047 3. Monitorpola danjam tidur
dengankriteriahasil: 4. Monitor lokasi dan
1. Kemudahan ketidaknyamananselama
melakukanaktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari
TERAPEUTIK
meningkat
5. Sediakan lingkungan nyaman dan
2. Kecepatanberjalan
rendahstimulus(mis.cahaya,suara
meningkat
kunjungan)
3. Kekuatanbagian
6. Lakukanrentanggerakpasifdan
tubuh atas
atau aktif
meningkat
4.Kekuatantubuh 7. Berikanaktivitasdistraksiyang
bagian bawah menyenangkan
meningkat 8. Fasilitasdudukdisisitempattidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
EDUKASI
9. Anjurkantirah baring
10.Anjurkanmelakukanaktivitas
secara bertahap
11.Anjurkanmenghubungiperawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
12.Ajarkanstrategikopinguntuk
mengurangi kelelahan
KOLABORASI
13.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
carameningkatkanasupanmakanan
3. Resikoinfeksi Setelah dilakukan OBSERVASI
b.d trauma intervensikeperawatan 1. Periksakesiapandankemampuan
pembedahan selama 4 jam tingkat menerima informasi
d.d luka infeksi menurun (L. TERAPEUTIK
pembedahan 14137)Kriteriahasil : 2. Siapkan materi, media tentang
berair atau 1. Kebersihantangan faktor-faktor penyebab, cara
bernanah meningkat identifikasidanpencegahanrisiko
2. Kebersihanbadan infeksi di rumah sakit maupun di
meningkat rumah
3. Nafsumakan 3. Jadwalkanwaktuyangtepatuntuk
meningkat memberikanpendidikankesehatan
4. Demam menurun sesuai kesepakatan dengan pasien
5. Nyerimenurun dan keluarga
6. Kemerahan 4. Berikankesempatanuntukbertanya
menurun EDUKASI
7. Bengkakmenurun 5. Jelaskantandadangejalainfeksi
8. Kadarseldarah lokal dan sistemik
putih membaik 6. Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium(mis.Leukosit,WBC)
7. Anjurkanmengikutitindakan
pencegahan sesuai kondisi
8. Anjurkanmembatasipengunjung
9. Ajarkancaramerawatkulitpada
area yang edema
10.Ajarkancaramemeriksakondisi
luka atau luka operasi
11.Anjurkankecukupannutrisi,cairan
dan istirahat
12.Anjurkankecukupanmobilisasidan
olahraga sesuai kebutuhan
13.Anjurkanlatihan napasdalam dan
batuksesuaikebutuhan
14. Anjurkanmengelolaantibiotic
sesuai resep
15. Ajarkancaramencucitangan
16. Ajarkanetikabatuk
KOLABORASI
17. Kolaborasipemberianobatanti
kecemasan, jika perlu

7. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah perawat susun pada tahap perencanan. Sehingga
antara perencanaan dan implementasi mempunyai hubungan yang sangat
erat (Zahhra, 2020).
8. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan, meruju pada luaran atau kriteria hasil yang
telah ditetapakan pada tujuan, Adapun luaran terkait dengan diagnosis
nyeri akut adalah tingkat nyeri, kontrol nyeri, mobilitas fisik dan lain
sebgainya.
C.Pathway(WOC)

Anda mungkin juga menyukai