Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL ANALISA

KASUS PADA IBU NIFAS


MENGGUNAKAN METODA
SEVEN JUMPS
KELOMPOK 4
Ani Kurniasari Noca Meisanty
Dimas Sahputro Rangga Nurhidayat
Frizka Humaira Nur Alifia Salma Riana Firdausyah
Muhamad Wildan Syarah Sri Rahayu
Nadia Silva Irawan
Skenario Kasus
Seorang perempuan berusia 35 tahun G3P2A0 post partum
hari ke-3 dirawat di Rumah Sakit setelah post operasi SC.
Pasien mengeluh lemas dan pengeluaran darahnya banyak.
Perawat melakukan pengkajian pada pasien tersebut dan
didapatkan data : TD 90/80 mmHg, frekuensi denyut nadi
100 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, akral dingin,
kontraksi uterus lembek, TFU 1 jari dibawah pusat, tidak ada
distensi kandung kemih. Lochea berwarna merah terang,
pembalut penuh dengan darah dan pasien mengatakan
sudah mengganti pembalut 4 kali dari pagi. Perawat segera
melakukan tindakan untuk penanganan kepada pasien.
Klarifikasi Istilah
Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan
plasenta bayi dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali
seperti saat sebelum hamil. Masa ini pada umumnya terjadi sekitar
6 minggu.
Sektio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2010 : 536).
Akral adalah ujung dari ekstremitas (tangan dan kaki), artinya akral
merupakan ujung dari jari-jari kaki dan tangan manusia. Istilah
akral sering disebut dalam dunia medis untuk mengetahui
bagaimana perfusi (pengangkutan) oksigen ke jaringan-jaringan
perifer (jauh dari sumbu tubuh). Apabila akral dingin maka
jaringan-jaringan perifer (seperti ujung jari tangan dan kaki)
kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen pada bagian akral paling
sering disebabkan karena darah yang sampai ke bagian perifer tidak
optimal.
Lanjutan...
Kontraksi adalah upaya untuk melancarkan proses keluarnya bayi
dari rahim melalui leher rahim (serviks) hingga keluar dari vagina.
Kontraksi yang dialami setelah melahirkan membantu rahim
mengecil ke ukuran aslinya (proses involusi) dengan menyempitkan
pembuluh sekitar lokasi plasenta dan membantu mengurangi
jumlah kehilangan darah.
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), merupakan salah satu
komponen rutin dalam pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melakukan pemantaun perkembangan janin di
sesuaikan dengan usia kehamilan.
Distensi adalah penggelembungan atau pembesaran, biasanya
mengacu pada perut. Sedangkan distensi kandung kemih adalah
jumlah / akumulasi urin dalam kandung kemih yang meningkat /
tinggi melebihi kemampuan kandung kemih sehingga
menyebabkan terjadinya penggelembungan atau pembesaran dan
teraba bendungan (distensi) pada saat dilakukan palpasi.
Lanjutan..
Lochea / lokia (darah nifas) adalah istilah yang digunakan untuk
pengeluaran cairan (darah, lendir, dan jaringan plasenta) yang
terlepas dari lapisan rahim dan keluar melewati vagina setelah
melahirkan. Lochea merupakan cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Umumnya lochea akan
kembali normal setelah persalinan, kira-kira berhenti secara
perlahan selama 4 – 6 minggu. Hal ini merupakan mekanisme tubuh
dalam membersihkan diri usai bersalin. Setelah plasenta berhasil
keluar, pembuluh darah yang terobek tersebut akan tertutup
kembali dan perdarahan akan berkurang.
Analisa Masalah
1. Apa penyebab pasien mengeluarkan banyak darah ?
2. Apa yang menyebabkan pasien mengeluh lemas ?
3. Apakah normal jika warna lochea merah terang ?
4. Berapa jumlah darah persalinan normal ?
5. Berapa rentang normal tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
pada ibu post partum ?
6. Apakah ada hubungannya antara post operasi CS dengan
perdarahan post partum ?
7. Apakah normal jika kontraksi uterus lembek dan TFU 1 jari
dibawah pusat pada ibu post partum hari ke 3 ?
8. Apakah pernah mengalami perdarahan post partum pada
kehamilan sebelumnya bisa memicu terjadinya perdarahan post
partum ?
9. Apakah usia ibu dapat berpengaruh terhadap perdarahan post
partum ?
Menarik Kesimpulan
Perdarahan pasca melahirkan primer terjadi dalam 24 jam pertama
usai melahirkan. Umumnya, perdarahan ini disebabkan oleh otot
rahim yang lemas (atonia uteri), tapi bisa juga karena retensi
plasenta, luka robek pada rahim, leher rahim, atau vagina, serta
gangguan pembekuan darah. Sedangkan perdarahan pasca
melahirkan sekunder terjadi setelah 24 jam hingga 6 minggu pasca
melahirkan. Umumnya, kondisi ini diakibatkan oleh infeksi pada
rahim (endometritis), yang merupakan penyebab kematian tersering
pada ibu melahirkan.
Pasien mengalami lemas karena perdarahan yang banyak disertai
dengan TD 90/80 mmHg, lochea berwarna merah terang, pembalut
penuh dengan darah dan pasien mengatakan sudah mengganti
pembalut 4 kali dari pagi.
Lanjutan...
Normalnya, warna lokia di hari pertama akan berupa darah segar
berwarna merah terang dan jumlahnya sangat banyak, serta bisa
saja disertai gumpalan darah. Kemudian, secara bertahap warna
lokia akan berubah jadi pink, cokelat, hingga kuning keputihan.
Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah
pada persalinan adalah biasa disebabkan oleh luka karena
pelepasan uri dan perobekan pada serviks dan perinium. Rata-rata
dalam batas normal jumlah pendarahan adalah 250cc. Biasanya
100-300cc. Bila pendarahan sudah lebih dari 500cc, ini sudah
dianggap abnormal. Harus dicari sebabnya (Cunninghamet al, 2006).
(1) Suhu Badan, suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang
lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal.
Lanjutan...
(2) Nadi, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
(3) Tekanan Darah, normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg
dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal,
tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan.
(4) Pernafasan, frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.
Lanjutan..
Perdarahan post partum sendiri kebanyakan disebabkan oleh
terbukanya pembuluh darah pada rahim, di mana plasenta melekat
di dinding rahim ketika hamil. Di samping itu, prosedur episiotomi
(sayatan yang dibuat pada perineum, jaringan di antara jalan lahir
dan anus, dan pada saat proses persalinan) juga bisa menyebabkan
kondisi ini. Operasi caesar sebenarnya direkomendasi dokter sebagai
prosedur yang direncanakan, atau dilakukan dalam keadaan darurat.
Prosedur ini juga dipilih bila persalinan normal dianggap punya
risiko yang sangat besar. Akan tetapi, operasi caesar tak luput dari
risiko, salah satunya perdarahan postpartum.
Tinggi Fundus Uteri, Berat Uterus Menurut Masa Involusi...
Lanjutan..
Lanjutan
Beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadi perdarahan post
partum, yaitu salah satunya pernah mengalami perdarahan post
partum pada kehamilan sebelumnya, selain itu; anemia / kadar
hemoglobin (Hb) rendah (semakin rendah kadar Hb, semakin sedikit
pula oksigen yang diantarkan sehingga menyulitkan kontraksi),
obesitas, mengandung kembar dua atau tiga, persalinan yang
berlangsung lama (lebih dari 12 jam), mengandung bayi berukuran
besar (lebih dari 4 kilogram), memiliki bayi pertama saat berusia di
atas 35 / 40 tahun, plasenta keluar lebih awal, dan induksi persalinan.
Perdarahan post partum ini sangat umum ditemui dan biasanya
dapat terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun. Karena ibu yang
berumur lebih dari 35 tahun mulai menunjukan pengaruh proses
penuaan.
KONSEP POST PARTUM
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post partum
adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta / tali pusat sampai minggu ke-6 setelah melahirkan. Masa post partum dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu / 40 hari. Post partum dibagi dalam
tiga periode (Wong, Perry dan Hockenberry, 2002):

1. Periode Immediate post partum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah


melahirkan.
2. Periode Early post partum : terjadi setelah 24 jam post partum sampai akhir
minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko komplikasi sering
terjadi pada ibu post partum.
3. Periode late post partum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu
keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.
KOMPLIKASI POST PARTUM
1. Perdarahan Post Partum adalah kehilangan darah ≥ 500 ml dalam periode
24 jam yang disebabkan 3 penyebab utama yaitu atonia uteri, laserasi dan
tertahannya jaringan plasenta dan uteri.
2. Laserasi yang sering terjadi adalah dinding samping vagina, serviks, segmen
bawah uterus dan perineum.
3. Sisa plasenta merupakan penyebab perdarahan lanjut pada post partum.
4. Subinvolusi uteri yaitu terlambatnya proses involusi uterus yang disebabkan
oleh endomtitis sisa plasenta dan infeksi panggul.
5. Infeksi puerperalis yaitu infeksi saluran reproduksi dalam minggu I post
partum.
6. Tromboplebitis yaitu inflamasi dari sumbatan pada vena.
7. Mastitis yaitu inflamasi jaringan payudara.
KONSEP & KLASIFIKASI SEKTIO
CAESAREA (SC)
Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin
melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding
uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk melahirkan
janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan
abdominal (Pritchard dkk, 1991). Klasifikasi nya yaitu:
1. Seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen atas
uterus atau korpus uteri.
2. Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical) dengan insisi
pada segmen bawah rahim).
3. Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan
uterus setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan lain.
4. Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina
anterior ke dalam rongga uterus (Manuaba, 1999).
KOMPLIKASI & INDIKASI SEKTIO
CAESAREA (SC)
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun
janinnya (Bobak, 2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih
besar jika dibandingakan dengan persalinan pervaginam.
Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea
berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat,
serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus urinarius,
infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).

Indikasi Seksio Sesarea;


Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan
keberhasilan suatu persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu,
psikologi ibu dan penolong.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
SEKTIO CAESAREA (SC)
(1) Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800 ml.
(2) Integeritas ego : Dapat menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, marah atau menarik diri. Klien memiliki
pertanyaan atau salah terima pesan dalam pengalaman kelahiran.
(3) Eliminasi : Kateter urinaritas indwelling mungkin terpasang, urin
jernih pucat, bising usus tidak ada, samar atau jelas.
(4) Makanan / Cairan : Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada
awal.
(5) Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat
anastesi spinal epidural.
(6) Nyeri / Ketidaknyamanan : Mungkin mengeluh tidak nyaman dari
berbagai sumber, misalnya : trauma/bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi
kandung kemih/abdomen, efek-efek anastesi, mulut mungkin kering.
LANJUTAN..

(7) Pernapasan : Bunyi paru jelas dan vesikuler.


(8) Keamanan : Penyakit hubungan seksual aktif (mis. Herpes),
inkompabilitas Rh yang berat, adanya komplikasi ibu seperti hipertensi
dalam kehamilan, diabetes, penyakit ginjal atau jantung, atau infeksi
asenden, prolaps tali pusat, distress janin, ancaman janin premature.
Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil,
ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
(9) Seksualitas : Disproporsi sefalopelvis (CPD), kehamilan multiple atau
gestasi (uterus sangat distensi), melahirkan sebelumnya, badah uterus
sebelumnya, tumor atau neoplasma yang menghambat pelvis atau jalan
lahir.
(10) Pemeriksaan Diagnostik : Hitung darah lengkap, urinalisis, kultur,
amniosentesis, pelvimetri, ultrasonografi.
KONSEP PERDARAHAN
POST PARTUM
Perdarahan post partum (postpartum hemorrhage / PPH)
adalah perdarahan 500 mL atau lebih dari jalan lahir
pada persalinan spontan pervaginam setelah kala III
selesai (setelah plasenta lahir) atau >1000 mL pada
persalinan sectio caesarea pada periode pasca persalinan
(setelah kala IV). Penyebab perdarahan postpartum
paling umum adalah pecahnya pembuluh darah dalam
rahim akibat tekanan kontraksi rahim.
KLASIFIKASI PERDARAHAN
POST PARTUM
1. Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan post partum :
Perdarahan post partum awal/primer (PPH Primer)
yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran
(kehilangan lebih dari 500 mililiter [ml]).
Perdarahan post partum lambat/sekunder (PPH
Sekumder) yang terjadi setelah 24 jam kelahiran
sampai 6-12 minggu setelah kelahiran(kehilangan
darah sebesar 500-1000 ml setelah melahirkan / PPH
minor, tubuh ibu mungkin masih mampu untuk
mengatasinya.
LANJUTAN...
Sedangkan klasifikasi perdarahan post partum
menurut banyaknya kehilangan darah, yaitu :
Perdarahan ringan 500 cc – 1250 cc dan Perdarahan
berat lebih dari 1250 cc

Komplikasi Perdarahan Post Partum;


Komplikasi post partum berupa perdarahan setelah
melahirkan ini dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah secara ekstrem. Apabila tekanan darah turun terlalu
rendah, organ-organ tubuh akan perlahan rusak dan
akhirnya mengalami kegagalan fungsi.
MANIFESTASI KLINIS
PERDARAHAN POST PARTUM
Manifestasi klinis yang dapat dilihat pada ibu dengan
komplikasi perdarahan post partum adalah : pusing (seperti
mau pingsan) dan mual, lemas, jantung berdebar (detak
jantung meningkat), sesak napas, berkeringat, gelisah atau
bingung, demam, rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak
kunjung membaik (nyeri perut), darah berbau menyengat,
nyeri panggul, nyeri saat buang air kecil, kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak lebih dari 500 cc (perdarahan
tidak berkurang atau berhenti dari hari ke hari), tekanan
darah menurun / rendah, jumlah sel darah merah menurun,
pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, nadi lemah,
tekanan darah rendah, tampak pucat, ekstremitas teraba
dingin, lochea berwarna merah, dan syok hipovolemik.
KOMPLIKASI PERDARAHAN
POST PARTUM
Komplikasi post partum berupa perdarahan setelah
melahirkan ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
secara ekstrem. Apabila tekanan darah turun terlalu rendah,
organ-organ tubuh akan perlahan rusak dan akhirnya
mengalami kegagalan fungsi. Sejumlah komplikasi post
partum akibat perdarahan ini dapat memicu mengalami:

Anemia, pusing saat sedang berdiri, kelelahan, gagal ginjal


akut, stres, iskemia miokardium, syndrome Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC) atau penggumpalan kuat di
seluruh tubuh, dan kematian.
FAKTOR RESIKO
PERDARAHAN POST PARTUM

Beberapa faktor yang membuat wanita berisiko mengalami


perdarahan pasca melahirkan abnormal, yaitu:

1. Memiliki riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya (pernah


mengalami perdarahan post partum di kehamilan sebelumnya).
2. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
3. Berusia lebih dari 35 / 40 tahun saat melahirkan.
4. Mengalami plasenta previa atau letak plasenta berada di bawah
rahim.
5. Menderita preeklamsia.
6. Mengalami anemia saat hamil.
7. Menjalani persalinan dengan operasi caesar atau pernah melahirkan
caesar maupun operasi rahim lainnya.
PENATALAKSANAAN
PERDARAHAN POST PARTUM
1. Menemukan terlebih dahulu penyebab terjadinya perdarahan, sehingga kita dapat
memberikan tindakan yang tepat untuk menangani atau menghentikan perdarahan yang
terjadi.
2. Instruksikan ibu untuk tetap tirah baring.
3. Kolaborasi dalam pemberian cairan embra dan embrane darah jika diperlukan.
4. Kolaborasi dalam pemberian 20 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan RL atau normal saline
(terbukti efektif bila diberikan perinfus intravena kurang lebih 10 ml/menit bersama dengan
mengurut uterus secara efektif).
5. Lakukan pemeriksaan penunjang seperti hemoglobin, hematokrit, bleeding time,
pemeriksaan kultur uterus dan vagina untuk mengetahui infeksi pasca persalinan.
6. Untuk mengurangi resiko, kita dapat melihat dokumen riwayat prenatal dan intranatal
(anemia, persalinan lama, episiotomi).
LANJUTAN...

7. Kaji tanda–tanda awal komplikasi, dan berikan intervensi secepatnya.


8. Menjaga kebersihan tangan baik pasien, petugas, maupun pengunjung.
9. Mempromosikan kesehatan tentang diet yang tepat, cairan dan aktivitas.
10. emberikan dukungan emosional dari orang tua dan keluarga.
PENGKAJIAN PERDARAHAN
POST PARTUM

1. Pemeriksaan fisik : Pucat, disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, nadi
cepat kecil, ekstremitas dingin dan tampak darah keluar dari vagina secara terus-
menerus.
2. Pemeriksaan obstetri : Kontraksi ulkus lembek, uterus membesar bila ada atonia
uteri. Bila kontraksi uterus baik mungkin karena perlukaan di jalan lahir.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai