Anda di halaman 1dari 40

FISIOLOGI DAN

PATOLOGI NIFAS
dr Ulul Albab SpOG
Kuliah Modul Kesehatan Reproduksi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi 2023
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
Tahapan Masa Nifas (Post Partum)
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu
telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan

b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.


pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6-
minggu

c. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah


waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)
 Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda


pada setiap wanita.

Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya


proses involusi.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:

Lokhea rubra.  keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa- sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

Lokhea sanguinolenta  berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari
hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

Lokhea serosa  berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.

Lokhea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta.

Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,
terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam.

Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)
 Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Setelah 3 minggu, vulva
vagina kembali normal sementara labia menjadi lebih menonjol.

 Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur


Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)

 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi

 Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung,


biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)

 Perubahan Sistem Muskuloskeletal  Otot-otot uterus berkontraksi


segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan

 Perubahan Sistem Kardiovaskuler  shunt akan hilang tiba- tiba. Volume


darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia.

 Perubahan tanda-tanda vital  terdapat beberapa perubahan tanda vital


setalah melahirkan
 Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang
harus dikaji antara lain:

 Kenaikan suhu badan (37,5 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Dan
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

 Takikardi . Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.


Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan
dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
 Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang
harus dikaji antara lain:

 Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah


akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.

 Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan


denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
TANDA –TANDA BAHAYA
MASA NIFAS (POST PARTUM)
The
Bawa segera ke rumah sakit jika :
Danger Signs
 Perdarahan pervaginam :
 2-3 pads dalam 20-30 menit setelah  Payudara bengkak
persalinan atau  Kesulitan atau nyeri
 perdarahan makin banyak berkemih
 Kejang  Nyeri perineum
 Pingsan atau sulit bernafas  Nanah pada
 Demam perineum
 Terlalu lemah untuk bangun  Lochia berbau
 Nyeri perut hebat
 Perubahan moods
Infeksi Nifas
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan.

Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2


– 10 post partum dan diukur per oral sedikitnya 4
kali sehari
Infeksi Nifas
Gambaran klinis infeksi nifas :
Infeksi Lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri,
temperatur badan dapat meningkat.

Infeksi Umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun
dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak, kesadaran
gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau
dan bernanah kotor.
Faktor Penyebab Infeksi

 Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih dahulu. Pecah
ketuban sudah lama sebelum persalinan.
 Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan, khususnya untuk kasus
pecah ketuban.
 Teknik aseptik tidak sempurna Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
 Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran plasenta manual).
Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang tidak diperbaiki.
 Hematoma.
 Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.
 Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
 Retensi sisa plasenta atau membran janin.
 Perawatan perineum tidak memadai.
 Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.
Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.

Bila pengobatan terlambat atau kurang


adekuat dapat menjadi abses pelvik,
peritonitis, syok septik, thrombosis vena
yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic
yang menahun, dispareunia, penyumbatan
tuba dan infertilitas.
 Berikan transfusi bila dibutuhkan  berikan Packed Red Cell
 Berikan antibiotika, spektrum luas, dalam dosis yang tinggi
 Pertimbangkan pemberian an- titetanus pro laksis
 Bila dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital / dengan
kuret yang lebar)
 Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam
posisi fowler
 Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada
tanda peritonitis general- isata lakukan laparotomi dan keluarkan
pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septic, maka dilakukan
histerektomi subtotal oleh dokter.
MASALAH PAYUDARA
 Bendungan Payudara
 Setiap ibu akan mengalami bend-
ungan atau pembengkakan pada
payudara. Hal ini merupakan kondisi
yang alamiah, bukan disebabkan
overdistensi dari saluran sistem lak-
tasi.
 Bendungan payudara adalah
peningkatan aliran vena dan limfe
pada payudara dalam rangka mem-
persiapkan diri untuk laktasi.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara.

mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara


oleh organisme infeksius atau adanya cedera
payudara.

cedera payudara mungkin disebabkan memar


karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau
pecahnya atau sura put- ting susu. Putting susu
yang pecah menjadi jalan masuk terjadinya
infeks S. aureus.
Abses Payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir
10% risiko terbentuknya abses.

Tanda dan gejala abses payudara adalah


 Discharge putting susu purulenta,
 demam remiten (suhu naik turun) disertai
menggigil
 pembengkakan payudara
 nyeri
 massa besar dan keras dengan area kulit
berwarna uktuasi ke- merahan dan
kebiruan
PERDARAHAN POST PARTUM
PERDARAHAN POST
PARTUM
Batasan operasional untuk periode pasca persalinan
adalah setelah bayi lahir.

Jumlah perdarahan disebutkan bahwa sebagai


perdarahan yang lebih dari normal yang telah
menyebabkan perubahan tanda vital (ibu mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi >
100/menit, Hb < 8 g%)
PERDARAHAN POST
PARTUM
 HPP primer yaitu perdarahan yang terjadi 24 jam
pertama setelah partus.

 HPP sekunder yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24


jam partus. = LATE HPP
TEMUAN KLINIS PADA HPP
ETIOLOGI & FAKTOR
RISIKO
 HPP terjadi pada 5-15% dari persalinan
 HPP yang bermakna merupakan komplikasi 2-4%
persalinan pervaginam dan 6% dari SC.
 Abnormalitas salah satu dari 4 proses dasar yaitu
singkatan “4T” (Tone, Tissue, Trauma, &
Thrombin)
ETIOLOGI
4T
 Tone - Atoni uterus

 Tissue - Sisa
plasenta/bekuan
 Trauma - laserasi,
ruptur,inversio
 Thrombin- koagulopati
Penilaian klinik
GEJALA & TANDA PENYULIT DIAGNOSIS
KERJA
KONTRAKSI UTERUS (-) / SYOK ATONIA UTERI
LEMBEK BEKUAN DARAH DI
PERDARAHAN SEGERA SERVIKS
SETELAH ANAK LAHIR

DARAH SEGAR SETELAH BAYI PUCAT ROBEKAN


LAHIR LEMAH JALAN LAHIR
KONTRAKSI UTERUS BAIK MENGGIGIL
PLASENTA LENGKAP

PLASENTA BELUM LAHIR  30 TALI PUSAT PUTUS OK RETENSIO


MENIT TRAKSI >> PLASENTA
PERDARAHAN SEGERA INVERSIO UTERI
PERDARAHAN LANJUT
Penilaian klinik
GEJALA & TANDA PENYULIT DIAGNOSIS
KERJA
PLASENTA / SEBAGIAN KULIT UTERUS KONTRAKSI TERTINGGALNYA
KETUBAN TIDAK LENGKAP TINGGI FUNDUS SEBAGIAN
PERDARAHAN SEGERA TETAP PLASENTA

UTERUS TAK TERABA SYOK NEUROGENIK INVERSIO UTERI


LUMEN VAGINA TERISI MASSA PUCAT & LIMBUNG
TAMPAK TALI PUSAT

SUBINVOLUSI UTERUS ANEMIA ENDOMETRITIS


NYERI TEKAN PERUT BAWAH DEMAM ATAU SISA
DAN UTERUS FRAGMEN
PERDARAHAN
LOKHIA MUKOPURULEN DAN
BERBAU
PENILAIAN KLINIK RETENSIO
PLASENTA
GEJALA SEPARASI / PLASENTA PLASENTA
AKRETA INKARSERATA AKRETA
PARSIAL
KONSISTENSI KENYAL KERAS CUKUP
UTERUS
TFU PUSAT 2 JARI < PUSAT PUSAT
BENTUK UTERUS DISKOID AGAK DISKOID
PERDARAHAN GLOBULER
TALI PUSAT SDG-BANYAK SEDANG SDKT-TDK ADA
OSTIUM UTERI TERJULUR TERJULUR # TERJULUR
SEPARASI SBGTERBUKA KONSTRIKSI TERBUKA
PLASENTA LEPAS SUDAH LEPAS MELEKAT
SYOK SEBAGIAN SELURUHNYA
SERING JARANG JARANG
Pathophysiology Clinical Risk Factors
Multiple gestation
Overdistended uterus Polyhydramnios
Macrosomia
Prolonged labor Augmentation of labor Prior
Abnormal uterine contractility Uterine muscle fatigue PPH
(TONE)
Chorioamnionitis Prolonged ROM
Uterine distortion/abnormality Fibroids, Placenta previa
Uterine-relaxing drug Beta mimetics, MgSO4, anesthetic drugs
Prior uterine surgery
Retained products of Accreta/Increta/Percreta Placenta previa

RISK FACTORS FOR


conception (TISSUE) Multiparity
Manual placenta removal,
Retained placenta/membranes
Succinturiate/accessory lobe
Precipitous delivery

OBSTETRIC
Macrosomia
Laceration of the cervix, vagina or perineum Shoulder dystocia
Operative delivery
Genital tract trauma Episiotomy (esp. mediolateral)

HEMORRHAGE
(TRAUMA) Deep engagement,
Extension/laceration at cesarean section
Malposition, malpresentation
Uterine rupture Prior uterine surgery
Fundal placenta Grand multiparity Excessive
Uterine inversion
traction on umbilical cord
Preexisting clotting abnormalities, eg,
hemophilia, von Willebrands disease, History of coagulopathy or liver disease
hypofibrinogenemia
Abnormalities of coagulation
Acquired in pregnancy Sepsis
(THROMBIN)
DIC Intrauterine demise
HELLP Hemorrhage
Anticoagulation
Penanganan Umum
 Ketahui kondisi awal pasien
 Lakukan managemen aktif kala III
 Pemantauan 2 jam post partum dan 4 jam
berikutnya
 Siapkan tatalaksana kegawatdaruratan
 Segera lakukan penilaian klinik dan tata
laksana
Penanganan Umum
 Atasi Syok
 Berikan oksitosin 10 iu IM dan dilanjutkan 20
IU/500 ml RL/Nacl 0.9 %
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Cek pembekuan darah
 Balance cairan
 Cari penyebab
PENANGANAN UMUM
 DIAGNOSIS dan CAUSA

 OBSERVASI jumlah perdarahan dan gejala klinis


pasien

 Algoritme penatalaksanaan dan Rujukan HPP dengan


mengunakan singkatan

“H A E M O S T A S I S”
Active management of 3rd stage
Oxytocin segera setelah bayi lahir
Tarikan tali pusat terkendali
Masase rahim pasca kelahiran plasenta
Risiko perdarahan
TD turun
Nadi meningkat Perdarahan > 500 ml
Perdarahan post partum
Perhatikan bekuan darah
Siapkan transfusi dan
Bimanual kompresi Eksplorasi jalan lahir periksa sistem
Pertimbangkan Periksa plasenta
Oksitosin 20 IU per L NaCl 9% pembekuan
Infus 500 ml dlm 10 menit eksplorasi uterus

Resisutasi 4T reminder
Lajur IV besar
Berikan oksigen
Uterus lembek Laserasi jalan lahir Plasenta belum lahir Darah tidak beku
Monitor TD, Nadi, jumlah urin
TONUS Iversio uteri Tissue Thrombin
Team
TRAUMA

Jahit Ganti kekurangan faktor


Oksitosin 20 IU Manual plasenta pembekuan
Ergotamin 0.4 mg IV Hemostasis hematoma dan Kuret
pasang drain FFP, TC dsb
Misoprostol 1000 mcg rectal Methrotrexate
Kembalikan uterus jika inversi

Kehilangan darah > 1000 ml


Perdarahan masif

Resusitasi cairan, Transfusi,


siapkan operasi, pasang tampon

Anderson JM, Etches D. Prevention and Management of Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician. 2007;75:875-82.
HEMOSTASIS
Mnemonic

H Help. Ask for Help

A Assess (vital sign, blood loss) and resucitate


Initial
Establish aetilogy, ensure aviabioity of blood, acbolic (oxytocin, Management
E ergometrine, or syntometrine bolus IV/IM)

M Massage uterus

O Oxytocin infusion, ergometrine bolus IV/IM, prostaglandins per rectal Medical Treatment
Shift to the theatre. Exclude retain products and trauma, bimanual
S compression, abdominal aorta compression Conservative Non
Surgical Management
T Tamponade ballon and uterine packing
Apply compression uterus, B-Lynch technique or modified, Lasso-
A Budiman technique
Systemic pelvic devascularization : uterine, ovarian, quadriple, internal Conservative Surgical
S iliaca Management

I Interventional radiologist, if appropriate, uterine artery embolization

Last Effort- Non -


S Subtotal/total hysterectomy Conservative Surgical
Management

Anda mungkin juga menyukai