Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

“POST NATAL CARE”

DISUSUN OLEH :

Elva Fitriani (2030282034)


Debila Ananda (2030282035)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL CARE
( POST PARTUM NORMAL)

1. Pengertian Postpartum Normal


Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Bobak,2010).
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. Post
partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. . (Mansjoer, 2007)
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih  6 minggu (Saleha, 2009).

2. Tujuan Pengawasan Postpartum 


a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal mengasuh anak
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan bayi sehat.
4)  Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009).

3. Tahapan Postpartum
Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu
sebagai berikut :
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia uteri.
Oleh karna itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konsling KB. (Saleha, 2009)

4. Adaptasi Fisiologis Postpartum


a. Sistem Kardiovaskular
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi
terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke 3
dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume darah sebelum hamil.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila
kehiran melalui seksio sesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hermatokrit
(haemoconcentration).
Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang melindungi wanita:
a. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10% sampai 15%
b. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasolitasi
c. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil
2) Cardiac Output
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
sepanjang msa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah
yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi
umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang
secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban
pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita
vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 post partum.
(nisah, N., dkk. 2009)
3) Tekanan darah, nadi, dan temperatur
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius
dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkanada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat
celcius, waspada terhadap infeksi post partum. (Ambarwati, 2008)
b. Sistem Respirasi
1) Keseimbangan asam-basa
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan
tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika
PH < 7,35 disebut asidosis.
2) Saturasi oksigen
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-
24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan
selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Yetti Anggrani, 2010)
c. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan
antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga
dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan
tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan
pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan
situs plasenta, sebagaimana di perlihatkan dalam pengurangan
dalam ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh
oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainya dalam
proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat proses bila
ibu menyusui bayinya.
Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan
pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona
spongiosa, basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang
tertinggal ini akan berubah menjadi dua lapis sebagai akibat
invasi leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akan manual
neorco, suatu lapisan superfisial yang akan dibuang sebagai
bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan dalam
yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah miometrium.
Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar
endometrium basilar di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan
kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta skan
memakan waktu kira-kira 6 minggu.
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari
sisi situs menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke
bawah situs plasenta, selanjutnya menuju sisa kelenjar
endometriummasilar di dalam desidua basalis. Penumbuhan
endometrium ini pada hakikatnya akan merusak pembuluh darah
trombosa pada situs tersebut yang menyebabkannya mengendap
dan di buang bersama dangan caira lokianya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar
pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu,
berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat
involusi. Satu minggu setelah melahiran beratnya menjadi kurang
lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan
menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram
atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah
postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di
timbulkan, fundus uteri berada di atas umbilikus, maka hal-hal
yang perlu di pertimbangkan adalah pengisian uterus oleh darah
atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau pergeseran
letak uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat setelah
kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi
jumlah otot sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang
ukurannya secara drastis saat sel-sel tersebut membebaskan
dirinya dari bahan-bahan seluler yang berlebihan. Bagaimana
proses ini dapat terjadi belum di ketahui sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan
sudah tidak di perlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada
keadaan hamil tidak mempunyai permukaan yang luas dan besar
yang memerlukan banyak pasokan darah. Pembuluh darah ini
akan menua kemudian akan menjadi lenyap dengan penyerapan
kembali endapan-endapan hialin. Mereka dianggap telah di
gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang lebih kecil.
(Ambarwati, 2008)
2) Cervix
Setelah melahirkan bentuk servik membuka seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistennya lunak kadang-kadang
terdapat luka-luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk dalam rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh  2-3
jari dan setelah 7 hari dapat dilalui oleh 1 jari.
3) Tuba falopii dan ligamen
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan
progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal
balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali
proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamilkembali.
4) Vagina dan perineum
Vagina dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,
dandalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetapberada dalam keadaan kendur. Setelah 6 - 8minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
mulai minggu ke-4    sementara labia manjadi lebih menonjol. 
Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak laju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Luka
episiotomi harus sudah sembuh pada  minggu ke- 2/3.
d. Sistem Pencernaan
1. Nafsu Makan
biasanya ibu akan merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga
boleh mengkonsumsi makanan ringan dan setelah pulih dari efek
analgesic, anestesi dan keletihan biasanya ibu sangat lapar.
2. Motilitas
Penurunan otot tonus dan motalitas otot traktus pencernaan
menetap setelah bayi lahir akibat kelebihan analgesia dan anestesia.
3. Defekasi
Buang besar akan tertunda 2-3 hari postpartum akibat tonus otot
menurun
4. Payudara
hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil
akan menurun dengan cepat setelah melahirkan. Waktu yang
dibutuhkan hormon-hormon akan kembali ke kadar sebelum hamil
ditentukan apakah ibu menyusui atau tidak.
e. Sistem Endokrin
1. Fisiologi laktasi
a. Produksi ASI (Prolaktin)
1. Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang
berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sedangkan
hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
2. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen
yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteronakan
menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua
reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin danrefleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan isapan bayi.
b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat
pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di
sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain
dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis (Ambarwati,
2008).

2. Hormon plasenta dan ovarium


Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon
yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human
placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari
ke-3 post partum
3. Perubahan hormon lainnya (GnRH, Tyroid hormon, dan
Cortikosteroid)
a. Hormon pituitary.
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan
LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
b. Hipotalamik pituitary ovarium.
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui
maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui
mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan.
Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca
melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
c. Hormon oksitosin.
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.
d. Hormon estrogen dan progesteron.
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat.
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti
diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina. (Varley,
Helen dkk. 2007)
f. Sistem Urinaria
1. Komponen Urine
penurunan kadar steroid  fungi ginjal akan kembali normal dalam
waktu satu bulan pasca partum. Dimana  komponen urine meliputi :
a. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan normal
b. BUN ( Blood Urea Nitrogeen) akibat otolisis uterus yang
berinvolusi.
c. Proteineria ringan (+1) akibat kelebihan protein dalam sel otot.
2. Diuresis Pasca Partum
Disebabkan penurunan estrogen, hilangnya peningkatan tekanan
vena pada tungkai bawah dan hilangnya tingkatan volume darah.
3. Uretra dan Kandung Kemih
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih pada saat
melahirkan akibatnya keinginan untuk berkemih menurun akibat
pemberian obat anestesi, penurunan reflek berkemih akibat
episiotomi.
g. Sistem Musculoskeletal
Adaptasi sitem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama hamil
berlangsung secara terbalik pada masa post partum. Adaptesi ini
mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan hipermorbilitas
sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah
melahirkan akan tetapi semua sendi lain kembali keadaan normal
sebelum hamil, kaki ibu tidak mengalami perubahan setelah
melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu akan memerlukan sepatu
yang ukurannya lebih besar
h. Sistem Neurosensory
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dialami ibu saat bersalin dan melahirkan.
i. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil akan menghilang pada
akhir kehamilan. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa ibu daerah
tersebut akan menetap namun kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang
seluruhnya.
j. Sistem imun dan hematologi
Leukositosis minggu terjadi selama persalinan, sel darah merah
berkisar 15.000 selama persalinan. Pada 2-3 hari postpartum,
konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total
kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml
(200 ml hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu
pertama postpartum dan 500 ml hilang pada saat masa nifas).

5. Pathway Post Partum Normal


6. Adaptasi Psikologis Postpartum
Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari
seorang ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam
sgala hal, terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitive. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi
pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang
dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis
yang patologis. Dorongan serta prhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu. Dalam mnjalani adaptasi  setelah melahirkan, ibu
akan mengalami fase- fase sebagai berikut :
1. Periode “Taking in”
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan
tubuhnya
b.  Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu
melahirkanya
c. Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi  dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktiv
e. Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan
fisikologis ibu, pada tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik
ketika ibu menceritakan pengalamanya. Berikan juga dukungan mental
dan aspirasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan
anaknya. Bidan harus  dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu
sehingga dapat leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat
dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinnya dan
bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan
2. Periode “taking hold”
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b. Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawabterhadap bayi
c. Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya, BAB dan
BAK,serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya mengendong, memandikan dan memasang popok dan
sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan
yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken
bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu di perhatikan
teknik bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan atau membuat
perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata
“jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karna hal itu
akan sangat menyakiti perasaanya dan akibatnya ibu akan putus asa
untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3. Periode “Letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun
sangat berpengaruh terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarg
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung
padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan, dan
hubungan social.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
7. Adaptasi keluarga
a. Peran transisi menjadi orang tua
1) Fase Antisipasi
2) Fase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan
kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya, menciptakan
hubungan.
b. Konsep menjadi orang tua

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul

dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan

ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi

perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh

masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama

periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat

minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi
(suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi
dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode
berlangsung kira-kira selama 2 bulan.
c. Penerimaan peran menjadi orang tua
1) Adaptasi ayah
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul
dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu
dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya.
Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai
oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh.
Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-
kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-
sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran
negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua
mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam
menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap
makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2 bulan.
2) Adaptasi Ibu
Selama hari hari pertama melahirkan, sebagian besar ibu secara
total merasakan bahwa semua perhatiannya terserah kepada kebutuhan
bayi dan meninggalkan bayinya hanya dalam waktu singkat. Seorang
ibu menghabiskan waktu untuk mengagumi bayinya, baik saat bayinya
bangun maupun tidur. Ibu yang dulunya masih takut dan merasa tidak
yakin, kini dengan cepat berubah menjadi sosok ibu yang mengetahui
semua atribut khusus dan isyarat dari bayinya yang baru lahir serta
mulai member respon yang sesuai.
3) Adaptasi Sibling
- 0 – 2 tahun, tidak sadar dengan kehamilan ibunya dan belum tahu
terhadap penjelasan.
- 2 – 4 tahun, berespon terhadap perubahan pada tubuh ibu dan
tingkah lakunya.
- 4 – 5 tahun, senang mendengarkan denyut jantung janin, belajar
perkembangan bayi.
- Sekolah, kenyataan dan bagaimana terjadinya kehamilan dan
persalinan.
- Adolescence, Negatifistik terhadap senang akan penampilan ibunya
4) Adaptasi Kakek-Nenek
Hubungan antara pasangan dengan orangtuanya akan menjadi
dekat ketika adanya kehamilan. Pasangan merasa nyaman
dengan dukungan dan nasihat dari orangtuanya atas kebingungan dan
kekhawatiran yang mereka alami di awal kehamilannya. Namun
demikian, disisi lain akan timbul pula konflik internal mengenai
batasan orangtua terlibat dalam kehidupan mereka. Untuk mencegah
terjadinya konflik, maka dibuat suatu kesepakatan mengenai apa yang
akan dilakukan berdasarkan pengalaman dan perkembangan
pengetahuan yang positif terhadap kehamilan dan perawatan bayi.
d. Ciri-ciri Family Centre Maternity Care di ruang Pospartum
FCMC (Family Centered Maternity Care):
1. aksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan,
3. persalinan, dan nifas.
4. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
5. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
6. Menetapkan peraturan yang flexibel.
7. MenjalankaMeln system kunjungan tidak ketat.
8. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
9. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil).
10. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
11. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
12. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up
e. Discharge Planning
Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan,
yang bertujuan untuk memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi bila pulang.
Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang adalah hari
pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat dipulangkan sampai dia
mampu melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di rumah. Oleh
karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada :
1. Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan
seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain
2. Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman
3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan.
Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah :
1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu
perawatan.
3. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4. Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut
dalam melakukan perawatan dan pengobatan.
5. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus
dilaporkan pada tim kesehatan.
6. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi
f. Home care
1. Ibu baru pulang dari rumah sakit
a. Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan
ibu/keluarga.
b. Perawat memberikan informasi tentang ringkasan proses
persalinan, hasil dan info lain yang relevan
c. Mengulang kembali bilamana perlu.
2. Kunjungan postnatal rutin
a. Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.
b. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir.
c. Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
d. Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan
realistis.
e. Perawat harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
f. Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.
8. Asuhan keperawatan klien Post Partum Normal yang berhubungan
dengan masalah keperawatan:
a. Pengkajian
1. Keluhan Utama
- Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut
bergerak
2. Riwayat Kehamilan
- Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
3. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
4. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
-  BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
5. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium + rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
6.   Pemeriksaan psikososial
- Respon + persepsi keluarga
- Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap
b. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b/d agen cedera fisik


2. Kekurangan Volume Cairan
3. Resiko infeksi
4. Kurang pengetahuan
c. Intervensi Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Factor yang berubungan :  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif komprehensif meliputi lokasi,
Agen – agen penyebab terhadap kemudahan fisik psikologis karakteristik, awitam durasi frekuensi,
cedera : biologis, kimia,  Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk kualitas, intensitas,atau keparahan nyeri
fisik dan psikologis mengendalikan nyeri dan factor presipitasinya
Batasan karakteristik  Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat 2. Observasi isyarat nonverbal
Subjektif diamati atau dilaporkan ketidaknyamanan
Mengungkapkan secara verbal Tujuan dan criteria evaluasi 3. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan
atau melaporkan nyeri dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama skala
isyarat x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri (1-10)
Objektif Indicator sebagai berikut: 4. Pengaturan posisi yang nyaman
 Posisi untuk menghindari Indikator Saat Targ 5. Terapi oksigen
nyeri dika et 6. Monitor TTV
 Perubahan selera makan ji 7. Informasikan kepada pasien tentang
 Perubahan ekspresi misal : prosedur yang dapat menungkatkan nyeri
Nyeri yang dilaporkan
gelisah, merinih, meringis, dan tawarkan strategi koping yang
Ekspresi nyeri pada ditawarkan
menangis wajah
 Bukti nyeri dapat diamati 8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
Ketegangan otot penyebabnyeri,
 Gangguan tidur
Durasi episode nyeri 9. Ajarkan penggunaan teknik
Merintih dan menangis nonfarmakologis (relaksasi, distraksi,
Gelisah terapi)
Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang 10. Pemberian analgetik
11. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak
4. Ringan; 5. Tidak ada berhasil

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Resiko infeksi NOC: 1. Pantau tanda dan gejala infeksi
Factor yang berubungan :  Status imun; resistensi alamai dan dapatan yang 2. Kaji faktor yang dapat
 Kurang poengetahuan untuk bekerja tepat terhadap antigen internal maupun meningkatkan kerentenan
menghindari pemajanan eksternal terhadap infeksi
patogen  Penyembuhan luka; primer; tingkat regenarasi 3. Pantau hasil laboratorium
 Penyakit kronis sel dan jaringan setelah penutupan luka secara 4. Amati penampilan praktek
 Penekanan sistem imun sengaja hygiene personal untuk
 Peningkatan pemajanan  Penyembuhan luka; sekunder; tingkat regenerasi perlindungan terhadap infeksi
lingkungan terhadap sel dan jaringan pada luka terbuka 5. Jelaskan pada pasien dan
patogen Tujuan dan criteria evaluasi keluarga mengnai infeksi dan
 Prosedur invasive Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 hal yang dapat meningkatkan
 Kerusakan jaringan jam : faktor resiko infeksi akan hilang yang resiko infeksi
dibuktikan dengan pengendalian sistem imun, 6. Pengendalian infeksi (NIC) :
 Trauma
keparahan inpeksi, dan penyembuhan luka, yang ajarkan pasien teknik mencuci
dibuktikan dengan indikator sebagai berikut: tangan dengan benar
Indikator Saat Target 7. Pengendalian infeksi (NIC) ;
dikaji berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
Granulasi
8. Bersihkan lingkungan dengan
Pembentukan bekas luka benar setelah digunakan masing-
Ukuran luka berkurang masing pasien
Note : 1. Tidak ada; 2.terbatas; 3. Sedang ; 9. Pertahankan teknik isolasi bila
4. Besar 5. Sangat besar diperlukan
10. Terapkan kewaspadaan
universal
INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagn Tujuan dan Kriteria Intervensi
o osa Hasil
. Kepe
rawat
an
Keku NOC:  Monitor Cairan (4130)
ranga Setelah dilakukan 1. Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus
n tindakan keperawatan 2. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
Volu selama......... x 24 jam 3. Berikan cairan dengan tepat
me diharapkan pasien 4. Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5 ml/kg/jam atau asupan cairan orang dewasa
Caira membaik dengan  Manajemen Elektrolit (2000)
n indikator: 1. Berikan diet sesuai dengan kondisi ketidakseimbangan elektrolit pasien
(00021.    Keseimbangan cairan 2. Berikan lingkungan yang aman kepada pasien yang memiliki masalah neurologis dan neuromuskular sebag
7) (0601) 3. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan atau elektrolit men
Faktor Indikator  ManajemenA Elektrolit/Cairan
T (2080)
yang -   Tekanan darah 1. Pantau adanya tanda dan gejala dehidrasi
berhu -   Denyut nadi radial 2. Pertahankan kepatenan akses IV
bunga -   Keseimbangan intake&output dala
3. Tingkatkan intake cairan per oral pasien yang sesuai
n: m 24 jam 4. Monitor intake dan output pasien secara akurat
      - -   Turgor kulit 5. Monitor TTV pasien
Kegag -   Kelembaban membran mukosa 6. Monitor manifestasi dari adanya ketidakseimbangan elektrolit
alan 7. Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan dengan aliran konstan dan sesuai
meka Ket: 1= Sangat
nisme terganggu   2= Banyak
regula terganggu      3=Cukup
si terganggu       4=Sedikit
      - terganggu     5=Tidak
Kehil terganggu
angan
cairan
aktif

INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defesiensi Pengetahuan NOC: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Factor yang berubungan :  Pengetahuan; tingkat pemahaman yang terkait dengan proses penyakit
 Keterbatasan kognitif ditujukan tentang penyakit 2. Jelaskan patofisiologi penyakit,
 Kesalah dalam memahami Tujuan dan criteria evaluasi bagaimana hubungannya dengan
informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama anatomi dan fisiologi sesuai
 Kurang sumber x 24 jam : pasien memperlihatkan pengetahuan; kebutuhan
pengetahuan tentang penyakitnya dengan indicator sebagai 3. Review pengetahuan pasien
 Kurang Informasi berikut: mengenai kondisinyaa
 Kurang minat belajar 4. Jelaskan mengenai proses
Batasan karakteristik Indikator Saat Targ penyakit sesuai kebutuhan
 Ketidakuratan melakukan dika et 5. Berikan informasi pada pasien
perintah ji mengenai kondisinya sesuai
 Kurang pengetahuan Faktor-faktor penyebab kebutuhan
 Perilaku tidak tepat (gelisah, Perjalanan penyakit 6. Berikan informasi kepada
cemas, apatis) pasien/keluarga mengenai
Tanda dan gejala
perkembangan pasein sesuai
penyakit
kebutuhan
Pencegahan penyakit
7. Diskusikan pilihan terapi/
Pilihan pengobatan yang penanganan
tersedia 8. Jelaskan komplikasi kronik yang
Strategi mengatasi efek mungkin ada, sesuai kebutuhan
samping 9. Intruksikan kepada pasien
Sumber informasi mengenai tindakan untuk
terpercaya terkait mencegah/ meminimalkan efek
penyakit samping penanganan dari
Note : pengetahuan 1. Tidak ada; 2.Terbatas ; penyakit sesuai kebutuhan
3. Sedang; 4. Banyak 5. Sangat banyak 10. Edukasi pasien mengenai tanda
dan gejala yang harus dilaporkan
kepada
DAFTAR PUSTAKA.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.


Rukiyah, A., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta. Trans Info Media
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm:
84-85)
Anam. 2009. Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan.
anam56.blogspot.com/2009/01/d.html diunduh 28 Feb. 2010, 3:20 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas.
kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/
diunduh 6 Feb. 2010, 02:25 PM..
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 83-84).
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama :
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai