Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RINGKASAN

PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN


(PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA PASCA
PERSALINAN)

Disusun Oleh:

NAMA : WA ODE MOANLISA


PRODI : KEBIDANAN
CLASS : B AMBON
SEMESTER : II

PERGURUAN TINGGI STIKES MALUKU HUSADA


AMBON

2020
PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA PASCA
PERSALINAN

A. PENGERTIAN

Post adalah sesudah. (Tiran, Denis, 2006)


Partum (partus) adalah persalinan suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. (Maimuna, Siti,
2005).

Post Partum adalah masa atau waktu sejak bayi


dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai
6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihan organ –
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan.

1. Sistem Reproduksi (uterus, vagina dan Perineum)

a) Uterus
Kembalinya uterus ke keadaan normal setelah
melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai
segera setelah ekspulsi dan plasenta dengan
kontraksi otot polos uterus. Pada akhir kala
ketiga persalinan, uterus akan berada di tengah,
kira – kira 2 cm dibawah umbilikus dengan
fundusnya berada di promontorium dakrum.
Padaa saat ini, berat uterus sekitar 1.000 gram.
Seminggu setelah melahirkan, fundus biasanya
turun berada 4-5 jari di bawah umbilikus. Uterus
seharusnya sudah tidak bisa dipalpasi dari
abdomen setalah 2 minggu dan sudah kembali ke
keadaan normal seperti sebelum hamil setelah 6
minggu.
Subinvolusi adalah gagalnya uterus untuk
kembali keukuran dan keadaan normal sebelum
kehamilan.

b) Vagina dan perineum


Vagina dan lubang vagina pada permulaan
puerpurium merupakan suatu saluran yang luas
berdinding tipis. Secara berangsur-angsur
luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali
ke ukuran seorang nulipara. Rugae lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan) timbul kembali
pada minggu ketiga. Perlukaan vagina yang tidak
berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumapi. Mungkin ditemukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi
Dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat dengan pemeriksaan
spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin teralu
cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada
biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan
baik.

2. Sistem Pencernaan

Setelah melahirkan biasanyaa ibu akan merasa


lapar dan biasanya permintaan porsi makanan dua
kali lebih banyak dan cemilan yang sering merupakan
hal yang umum. Pemulihan defekasi secara normal
terjadi lambat dalam waktu 1 minggu. Hal ini
disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan
kenyamanan dari perineum. Defekasi spontan
mungkin baru terjadi 2-3 hari postpartum. Penundaan
ini disebabkan oleh berkurangnya tonus otot di usus
selama melahirkan atau masa nifas, diare sebwlum
persalinan, makanan dan dehidrasi.

3. Sistem Perkemihan

Perubahan hormon steroid selama kehamilan


dapat berperan pada meningkatnya fungsi ginjal
berkurangnya kadar steroid setelah melahirkan dapat
menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang dapat
terjadi pada masa nifas. Fungsi ginjal akan kembali
normal pada 1 bulan setelah melahirkan. Dibutuhkan
2-8 minggu sampai hipotonus dan dilatasi ureter dan
pelvis ginjal yang terjadi karena kehamilan kembali
seperti sebelum hamil.
Selama proses melahirkan kandung kemih
mendapatkan trauma yang dapat mengakibatkan
edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan.
Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yang
berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna
dari kandung kemih. Biasanya klien mengalami
ketidakmampuan buang air kecil 2 hari pertama
setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam
jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui
diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah
melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami
penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum.

4. Sistem Muskuluskeletal Pada Ibu Nifas

Otot – otot abdomen teregang secara bertahap


selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya
kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum.
Peregangan otot – otot pada dinding perut adalah
pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering
lembek dan kendor. Akan kembali dalam kurang lebih
6 minggu post partum. Dengan latihan pengembalian
otot – otot kekeadaan semula akan lebih cepat.
5. Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan


terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama
pada hormon – hormon yang berperan pada proses
tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin di sekresika dari kellenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.
Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
b) Prolaktin
Menurunnya kadar etrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang
untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan volikel
dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setalah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
depan otak yang mengontrol ovarium ke arah
permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi dan menstruasi.
c) Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat
walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen
yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik
yang meningkatkan volume darah. Di samping
itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina.

6. Tanda - Tanda Vital

Adapun tanda – tanda vital sebagai berikut:


 Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat celcius. Pascaa melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat
dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari
ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal
ini diakibatkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak, maupun
kemungkinan infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain.
Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius,
waspada terhadap infeksi post partum.
 Denyut Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80
kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi
dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau
perdarahan post partum.
 Tekanan Darah
Tekana Darah adalah tekanan yang dialami darah
pada pembuluh erteri ketika darah dipompo oleh
jantung keseluruh anggota tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan diakibatkan oleh perdarahan.
Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre
eklamsia post partum. Namun demikian, hal
tersebut sanagat jarang terjadi.
 Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal pada orang
dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu
post partum umumnya pernapasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, penapasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernapasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda – tanda syok.

7. Sistem Kardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah


atau tidak berubah sama sekali. Tapi biasanya terjadi
penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada
perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kopensasi kardiovaskuler
terhadap penurunan resitensi di daerah panggul.

8. Sistem Hemotologi

Pada minggu – minggu terakhir kehamilan, kadar


fibrinogen dan plasma serta faktor -faktor pembekuan
darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga Meningkatkan faktor pembekuan
darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel -sel
darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan.
Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa
hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah
putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga
30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah nemoglobin,


hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta dan
tingkat volume darah yang berubah – ubah. Tingkat
ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita
tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau ke
dua lebih rendah dari titik 2 persen atau tinggi dari
pada saat memasuki persalinan awal, maka pasien
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan
darah 500 ml darah.

9. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan


aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen
terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea
(karbondioksida menurun). Pada tahap ke dua
persalinan, Jika wanita tidak diberi obat – obattan,
maka ia akan mengosumsi oksigen hampir dua kali
lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian
oksigen.

Anda mungkin juga menyukai