Anda di halaman 1dari 12

MASA NIFAS

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, lamanya sekitar 6 minggu (42 hari). (Saifuuddin
A. B. 2009; Prawihardjo S. 2010)

A. Perubahan Anatomis dan Fisiologi Pada Masa Nifas (Cunningham 2010)

1. Vagina dan Ostium vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan
lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran nulipara. Rugae
mulai muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya Himen tinggal
berupa potongan-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk jaringan parut disebut caranculae
mytiformes. Epitel vagina mulai berpoliferasi pada minggu 4 sampai ke 6, biasanya bersamaan
dengan kembalinya produksi estrogen ovarium. Laserasi atau peregangan perineum selama
pelahiran dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina. Beberapa kerusakan pada dasar panggul
mungkin tidak dapat dihindari, dan kelahiran merupakan predisposisi prolaps uteri, inkontinensia uri
dan alvi.

2. Uterus

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi tersebut terletak sedikit
dibawah umbilikus. Segera setelah pascapartum, berat uterus menjadi kira-kira 1000g. Karena
pembuluh darah ditekan oleh miometrium yang berkontraksi, maka uterus pada bagian tersebut
tampak iskemik dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemis berwarna keungu-kemerahan.
Dua hari setelah pelahiran, uterus mulai berinvolusi dan minggu pertama, beratnya sekitar 500g.
Pada minggu kedua beratnya sekitar 300g dan telah turun masuk ke pelvis sejati. Sekitar 4 minggu
setelah pelahiran, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100g atau kurang.

3. Nyeri setelah melahirkan

Pada primipara, uterus cenderung tetap berkontraksi secara tonik setelah pelahiran. Akan tetapi,
pada multipara, uterus sering berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu dan menimbulkan
nyeri setelah melahirkan, yang mirip dengan nyeri pada saat persalinan tetapi lebih ringan. Nyeri ini
semakin terasa sesuai dengan meningkatnya paritas dan menjadi lebih buruk ketika bayi menyusui,
kemungkinan besar karena pelepasan oksitosin. Biasanya, nyeri akan berkurang intensitasnya dan
menjadi lebih ringan pada hari ketiga.
4. Lokia

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan timbulnya duh vagina dalam
jumlah yang beragam. Duh tersebut dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan
desidua, sel epitel dan bekteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh tersebut
berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah yang cukup banyak -lokia rubra. Setelah 3 atau
4 hari, lokia tersebut menjadi semakin pucat -lokia serosa. Setelah kira-kira pada hari ke10, karena
campuran leukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan -
lokia alba. Lokia bertahan selama 4 sampai 8 minggu setelah pelahiran.

5. Perubahan komposisi darah dan cairan

Leukositosis dan trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama dan setelah persalinan.
Terdapat limfopenia relatif dan eosipenia absolut. Normalnya, selama beberapa hari pertama
pascapartum, konsentrasi hemoglobin dan hemtokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya turun jauh
dibawah level tepat sebelum persalinan, maka telah terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang
cukup banyak. Walaupun tidak diteliti secara luas, pada sebagian besar wanita, volume darah
hampir kembali ke keadaan sebelum hamil 1 minggu setelah persalinan. Curah jantung biasanya
tetap naik dalam 24 sampai 48 jam pasca partum dan menurun ke nilai sebelum hamil dalam 10 hari.
Frekuensi jantung berubah mengikuti pola ini. Resistensi vaskular sistemik mengikuti secara
berlawanan. Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam jangka
waktu yang bervariasi selam nifas. Kehamilan normal dihubungkan dengan peningkatn cairan
ekstraselular yang cukup besar, dan diuresis pascapartum merupakan kompensasi yang fisiologis
untuk keadaan ini. Ini terjadi teratur antara hari kedua dan kelima dan berkaitan dengan hilangnya
hipervolemia kehamilan residual.

6. Penurunan Berat badan

Di samping kehilangan berat badan 5 sampai 6 kg karena pengeluaran bayi dan kehilangan darah
normal, biasanya terdapat penurunan lebih lanjut 2 sampai 3 kg melalui diuresis.

7. Payudara dan laktasi

Secara anatomi, setiap kelenjar mammae yang matang atau payudara terdiri dari 15 sampai 25
lobus. Lobus-lobus tersebut tersusun secara radial dan satu sama lain dipisahkan oleh jaringan lemak
yang jumlahnya bervariasi. Epitel sekretorik alveolus mensintesis berbagai konstituen susu.
Setelah pelahiran payudara mulai menyekresi kolostrum suatu cairan yang berwarna kuning
lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papila mammae pada hari kedua pasca partum.
Dibandingkan air susu biasa kolostrum mengandung lebih banyak mineral dan asam amino.
Kolostrum juga mengandung lebih banyak protein, sebagian besarnya adalah globulin, namun sedikit
gula dan lemak. Sekresi berlanjut selama kira-kira 5 hari, dengan berubah secara perlahan menjadi
air susu matang selama 4 minggu berikutnya. Kolostrum mengandung antibodi dan imunoglobulin A
(IgA) yang dikandungnya memberikan perlindungan bagi neonatus terhadap patogen enterik.

Air susu ibu (ASI) merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan karbohidrat dan mineral.
Ibu yang menyusui dapat dengan mudah menghasilkan 600ml susu per hari, dan berat badan ibu
sewaktu hamil tidak mempengaruhi kuantitas dan kualitasnya.

Mekanisme humoral dan neural yang terlibat dalam laktasi bersifat kompleks. Progesteron,
estrogen, dan laktogen plasenta, serta prolaktin, kortisol dan insulin tampak berperan secara
bersama-sama menstimulus pertumbuhan dan perkembangan struktur penghasil ASI. Dengan
terjadinya pelahiran, terdapat penurunan yang besar dan tiba-tiba dari kadar progesteron dan
estrogen. Penurunan ini menghentikan pengaruh penghambatan progestoren terhadap produksi α-
laktalbumin oleh retikulum endoplasma kasar. Peningkatan α-laktalbumin menstimuli laktose sintase
untuk meningkatkan laktosa usus. Intensitas dan durasi laktasi selanjutnya dikontrol, terutama oleh
stimulus berulang menyusui. Neurohipofisis menyekresi oksitosin secara pulsatil. Ini menstimulasi
pengeluaran ASI dari payudara dengan menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveolus dan duktus
kecil. Ejeksi susu merupakan refleks yang dimulai terutama oleh penghisapan, yang menstimulasi
neurohipofisis untuk melepaskan oksitosin. Refleks tersebut bahkan dapat ditimbulkan oleh tangisan
bayi dan dapat dihambat oleh kecemasan ibu.

8. Kontrasepsi untuk ibu menyusui

Ovulasi dapat kembali paling cepat dalam 3 minggu setelah persalinan, bahkan pada wanita yang
menyusui. Waktunya tergantung pada variasi biologis masing-masing individu serta intensitas
menyusui. Kontrasepsi yang hanya terdiri dari progestin-‘mini pil’, depot medroksyprogesteron. Atau
implan progestin, tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Kontrasepsi estrogen-progestin
kemungkinan besar menurunkan kuantitas ASI, tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga digunakan
untuk ibu menyusui.

Rekomendasi kontrasepsi hormonal untuk ibu menyusui :


- Kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin diresepkan atau diberikan saat keluar
dari rumah sakit yang digunakan 2-3 minggu pascapartum

- Depot mendroksyprogesterone acetate yang dimulai pada minggu ke 6 pascapartum

- Levenogestrel sistem intrauterin dapat dipasang pada minggu ke 6 pascapartum

- Kontrasepsi kombinasi estrogen-progestin, jika diresepkan, tidak boleh diberikan sebelum 6


minggu pascapartum, dan hanya jika laktasi stabil dan status nutrisi bayi cukup

B. Perawatan Ibu Pada Masa Nifas(Cunningham 2010)

1. Perawatan Rumah Sakit

Dalam jam pertama setelah pelahiran, tekanan darah dan nadi harus diperiksa setiap 15 menit,
atau lebih sering jika ada indikasi. Jumlah darah pervagina diawasi, dan palpasi fundus untuk
memastikan kontraksi yang baik. Jika teraba melemas, uterus harus dipijat melalui dinding abdomen
sampai tetap berkontraksi. Pemberian uterotonika kadang diperlukan. Karena kemungkinan terjadi
perdarahan yang signifikan segera setelah kelahiran, uterus dipantau secara ketat selama paling
kurang 1 jam setelah pelahiran.

2. Ambulasi awal

Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran. Pendamping pasien harus
ada selama paling kurang pada jam pertama, mungkin saja ibu mengalami singkop. Keuntungan
ambulasi awal menjarangkan timbulnya komplikasi kandung kemih, konstipasi dan menurunkan
frekuensi trombosis vena puerperal dan embolisme paru.

3. Perawatan perineal

Ibu diberitahukan membersihkan vulva dari arah vulva ke arah anus. Aplikasi kantung es ke
perineum dapat membantu mengurangi edema dan ketidaknyamanan selama beberapa jam
pertama jika terdapat laserasi dan episiotomi. Sebagian besar wanita juga reda nyerinya dengan
pemberian anestetik semprotan. Dimulai kira-kira 24 jam setelah pelahiran, pemanasan basah
dengan berendam hangat dapat menurunkan ketidaknyamanan lokal. Diizinkan mandi berendam
setelah pelahiran tanpa komplikasi. Insisi episiotomi sembuh sempurna secara normal dan hampir
asimtomatik dalam minggu ketiga.

4. Waktu pulang dari Rumah Sakit


Setelah pelahiran per vagina yang tanpa komplikasi, pengobatan rumah sakit jarang diperlukan
lebih dari 48 jam. Seorang wanita harus menerima instruksi tentang antisipasi perubahan fisiologik
normal pada nifas, termasuk pola lokia, kehilangan berat badan karena diuresis dan produksi ASI.

5. Menyusui dan ovulasi

Papila mammae memerlukan sedikit perhatian selain kebersihan dan perhatian terhadap fisura
kulit. Fisura pada papila mammae menimbulkan nyeri pada menyusui, dan pengaruh berbahaya
pada terhadap produksi ASI. Retakan tersebut memberikan jalan masuk terhadap bakteri piogen.
Karena susu yang mengering kemungkinan besar berakumulasi dan mengiritasi papila mammae,
pembersihan aerola dengan air sabun lembut bersifat membantu sebelum dan menyusui. Ketika
papila mammae teriritasi atau terdapat fisura, maka diperlukan penggunaan lanolin topikal dan
pelindung papila mammae selama 24 jam atau lebih. Jika fisuranya berat bayi sebaiknya jangan
disusui pada payudara itu. Selain itu, payudara harus dikosongkan secara teratur dengan pompa
sampai lesi tersebut sembuh.

Wanita yang menyusui berovulasi lebih jarang dibandingkan dengan yang tidak menyusui. Ibu
yang menyusui dapat haid secepat-cepatnya pada bulan kedua atau selambat-lambatnya pada bulan
ke 18 setelah pelahiran

6. Koitus

Tidak terdapat aturan berdasarkan bukti mengenai kembali melakukan koitus setelah persalinan.
Tampaknya yang terbaik setelah 2 minggu, koitus dapat kembali dilakukan berdasarkan hasrat dan
kenyamanan. Hubungan seksual yang kembali dilakukan terlalu dini dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, jika tidak begitu nyeri, akibat penyembuhan episiotomi atau laserasi yang tidak
sempurna. Selain itu, epitel vagina tipis dan sangat sedikit lubrikasi setelah rangsangan seksual. Ini
kemungkinan besar disebabkan oleh keadaan hipoestrogenik setelah melahirkan dan berlanjut
sampai kembalinya ovulasi.

C. Informasi, Edukasi dan Konseling Asuhan Masa Nifas (Saifuuddin A. B. 2009; Prawihardjo
S. 2010)

1. Pada masa pasca salin, seorang ibu memerlukan:

 Informasi dan konseling tentang :


- Perawatan bayi dan pemberian ASI

- Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul

- Kesehatan pribadi, higiene dan masa penyembuhan

- Kehidupan seksual

- Kontrasepsi

- Nutrisi

 Dukungan dari :

- Petugas kesehatan

- Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarga

 Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda terjadinya komplikasi

2. Tujuan asuhan masa nifas

 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

 Melaksanakan skrining yang komprenshif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk


bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga


berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat

 Memberikan pelayanan keluarga berencana

3. Kunjungan yang dilakukan saat masa nifas :

a. 6-8 jam setelah persalinan :

o Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

o Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan


berlanjut

o Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
o Pemberian ASI awal

o Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

o Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

b. 6 hari setelah persalinan :

o Memastikan subinvolusi uterus berjalan dengan normal: uterus berkontraksi, fundus


dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

o Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

o Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

o Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda


penyulit

o Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. 2 minggu setelah persalinan :

o Sama seperti point 6 hari setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan

o Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

o Memberikan konseling untuk KB secara dini

4. Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu :

a. Kebersihan diri :

 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali buang air kecil atau besar.

 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah sinar matahari
atau disetrika.

 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.

 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau lasersi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.

b. Istirahat :

 Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

 Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan,


serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

o Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

o Memperambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

o Menyebabkan depresi da ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

c. Latihan :

 Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut panggul kembali normal. Ibu


akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya lebih kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.

 Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit sehari sangat membantu, seperti:

o Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi
menarik napas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada: tahan sampai 5
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

o Untuk memperkuat tonus otot vagina(latihan kegel)


 Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan
sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 akli.

Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih benyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

d. Gizi :

Ibu menyusui harus :

 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup

 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setia kali menyusui)

 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.

 Minum kapsul vitamin A (200.000unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya

e. Perawatan payudara :

 Menjaga payudara tetap bersih dan kering

 Menggunakan BH yang menyokong payudara

 Apabila puting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu
yang tidak lecet.

 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok

 Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
 Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :

o Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5


menit

o Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisit untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju puting.

o Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

o Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI
keluarkan dengan tangan.

o Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

o Payudara dikeringkan

f. Hubungan perkawinan/rumah tangga:

 Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu
darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

 Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g. Keluarga Berencana

 Idealnya pasangan harus menunggu sukurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil


kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

 Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi


haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini
ialah 2% kehamilan.
 Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, menggunakan kontrasepsi tetap
lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

 Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada
ibu:

o Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,

o Kelebihan/keuntungannya,

o Kekurangannya,

o Efek samaping,

o Bagaimana menggunakan metode itu,

o Kapan metode itu dapat mulai digunakanuntuk wanita pascasalin yang menyusui

o Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang
ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut
bekerja dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, L., Bloom, Hauth (2010). Masa Nifas. Obstetri Williams, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1: 674-688.

Prawihardjo S. (2010). Asuhan nifas normal. Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 356-365.

Saifuuddin A. B. (2009). Masa Nifas. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. W. G. H. Adriaansz G., Waspodo D.,. Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 122-
131.

Anda mungkin juga menyukai