Anda di halaman 1dari 43

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

I Dengan Post Sectio Caesaria Dengan


Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang VK RS.Mitra Plumbon

Diajukan untuk Memenuhi


Tugas Praktikum Klinik Stase Maternitas
Asuhan Keperawatan Intra Natal

Disusun Oleh:
Novi Ramahwati
200721017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A.KonsepDasarPostPartum
1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Sedangkan menurut Tulman et al., (2009) post partum adalah adanya perubahan
yang terjadi pada status fisiologis ibu segera setelah melahirkan dan berlangsung lebih
dari 6 bulan setelah melahirkan.
Dan menurut Mercer, et al., (2009) masa post partum merupakan suatu masa antara
pelahiran sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil.
Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa post
partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa kehamilan.
Masa postpartum terbagi tiga tahap, yaitu:
a. Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan)
14 Post partum dini, yaitu kepulihan di mana ibu telah di perbolehkan berdiri dan
jalan-jalan, dihitung setelah 24jam plasenta lahir.
b. Early post partum periode (minggu pertama setelah melahirkan) Periode 1 minggu
setelah melahirkan.
c. Late post partum (minggu kedua/ ketiga sampai keenam setelah melahirkan)
Minggu kedua sampai keenam setelah melahirkan.

2. Adaptasi Fisiologis Post Partum


Setelah proses melahirkan, seluruh sistem tubuh berhubungan dengan proses
kehamilan akan mengalami perubahan adaptasi (Bobak,dkk, 2009)
A. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Proses Involusi
Setelah involusi,uterus kembalik ke ukuran normal, walaupun ukurannya tidak
akan sekecil seperti sebelum hamil .segera segera melahirkan, berat uterus kira-kira
1kg, pada akhir minggu utama sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua sekitar
350 gram, dan pada saat involusi komplit ukuran uterus sekitsr 40 sampai 60 gram.
Segera setelah melahirkan plasenta, uterus masuk kedalam kedalam rongga
panggul dan fundus uterus teraba di pertengahan tengah antara umbilicus dan
simfisis dalam 2 sampai 4 jam seetelah melahirkan, uterus terletak setinggi
umbilicus (12 sampai 14 cm diatas simfisis pusbis), dan 12 jam kemudian, uterus
dapat agak lebih tinggi kemudian tinggi fundus menurun sekitar 1cm atau turun 1
jari per hari. Pada hari ke 10 uterus tidak lagi dapat di palpasi pada abdomen.
2. Kontraksi Uterus
Segera setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga di bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama dua hari pertama setelah melahirkan, tetapi kemuadian secara tetap
ukurannya berkurang oleh involusi. Keadaan ini di sebabkan sebagian oleh
kontraksi uterus dan mengecilnya ukuran masing-masing sel-sel myometrium dan
sebagian lagi oleh proses otolisis, yaitu sebagian material protein dinding uterus di
pecah menjadi komponen yang lebih sederhana yang kemudian di absorbsi.
 After Pains After pains
merupakan kontraksi uterus setelah melahirkan dengan berbagai
intensitas. Peristiwa ini merupakan hal yang sering di alami oleh wanita
yang pernah melahirkan, yang otot–otot uterusnya tidak lagi dapat
mempertahankan retraksi yang tetap karena penurunan tonus dari proses
persalinan sebelumnya. Pada wanita yang baru satu kali mengalami
kehamilan tonus uterus meningkat, dan ototototnya masih dalam keadaan
kontraksi dan retraksi yang tonik. After pains seringkali terjadi bersamaan
dengan menyusui, pada saat kelenjar hipofisis posterior melepaskan
oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan
kontraksi saluran lacteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau
air susu, dan menyebabkan otot-otot uterus berkontraksi, sensasi after pains
dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan-
bekuan darah dari rongga uterus.
 Subinvolusi Uterus
Kegagalan uterus untuk kembali ke ukuran dan keadaan normal
seperti sebelum hamil.Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
3. Lochea
Lochea adalah secret berlendir warna putih atau kekuniangan dari kanal
serviks atu vagina yang bisa normal secara fisiologis atau di sebabkan keadaan
patologis vagina dan endoserviks.lochea memiliki bau yang khas namun
seharusnya tidak berbau busuk.
 Lochea Rubra Rubra berwarna merah terang ini berlangsung selama 1 - 3
hari pertama.Berwarna merah terang dan mengandung darah. Lochea rubra
berbau amis, bau busuk mengidentifikasikan infeksi.
 Lochea Serosa Serosa muncul setelah perdarahan berkurang.Warna lochea
serosa berubah menjadi merah muda atau kecoklatan sekitar 7 hari.Lochea
serosa sedikit berbau tanah.
 Lochea Alba Lochea ini berwarna kuning atau putih, mulai muncul pada
sekitar hari ke-10.Pada masa ini, jumlah lochea berkurang banyak. Lochea
alba juga berbau tanah.
4. Serviks
Ujung serviks yang melunak di sebut tanda Goodell dapat di lihat sekitar
awal minggu ke-6 pada serviks normal pada jaringan parut.Tanda ini disebabkan
oleh peningkatan vaskularitas, hipertropi ringan, dan hyperplasia (peningkatan
jumlah sel) otot dan jaringan ikat kaya kolagen, yang menjadi longgar, edema,
elastis, dan bertambah besar.tempat mengambil sempel sel untuk skrining
kanker serviks, semakin menjauh dari seviks karena semua perubahan ini, tadi
test Papanicolau (Pap smear) saat kehamilan menjadi sulit (Copeland, 2007).
Serviks sebelum melahirkan berbentuk bulat.Laserasi serviks hampir selalu
terjadi saat persalinan.Mesti demikian, seviks menjadi lebih oval pada bidang
horizontal dan ostium eksterna tampak seperti celah transversal.
5. Vagina dan Perineum
Vagina menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus yang buruk
setelah persalinan.Setelah tiga minggu, vaskularisasi, edema, dan hipertropi
akibat kehamilan dan persalinan berkurag secara nyata. Rugae vagina muncul
kembali pada pasca partum miggu keeempat, tetapi banyak dari rugae tersebut
secara permanen masih merata setelah melahirkan, rugae tidak setebal pada
nulipara. Segera setelah melahirkan, introitus vagina mengalami edema.Jika
terdapat laserasi atau episiotomi, kondisi edema pada introitus vagina makin
parah pada area perbaikan. Kebanyakan wanita terbebas dari nyeri perineal
setelah satu bulan pascapartum,walaupun pada beberapa wanita, ketidak
Kenyamanan mungkin mungkin dapat berlangsung sampai lebih dari 6
bulan.lebih dari separuh wanita pascapartum kembali melakukan akktifitas
seksual pada 2 bulan pasca partum dengan waktu median senggama yang
nyaman sekitar 3 bulan pascapartum.

B. Sistem Endokrin
Setelah melahirkan anak, kadar plasma hormon yang diproduksi oleh
plasenta menurun secara cepat. hPl tidak dapat dideteksi dalam 24 jam dan kadar
hormone gonadotropin korionik turun dengan cepat. Kadar estrogen turun sampai
90% dalam 3 jam setelah persalinan dan kemudian secara continue menurun secara
lambat sampai hari ke-7 pasca partum saat estrogen mencapai kadar yang terendah.
Estrogen kembali ke kadar fase folikular sekitar tiga minggu pada wanita tidak
menyusui kembalinya kadar normal estrogen lambat pada wanita yang menyusui.
Kadar polaktin (hormon hipofisis) meningkat selama kehamilan setelah
melahirkan,prolactin menurun pada wanita yang tidak menyususi dan mencapai
kadar seperti sebelum hamil pada 2 minggu. Pada wanita yang menyusui, prolactin
meningkat dengan tajam bersamaan dengan hisapan dan tetap naik selama
berbulanbulan.kadar serum prolaktin dipengaruhi oleh banyaknya stimulus hisapan.
Pada wanita yang menyusui 1-3 kali perhari, prolaktin kembali ke kadar normalnya
setelah 6 bulan jika tidak menyusui lebih dari 6 kali sehari, kadar polaktin yang
tinggi akan terus ada sampai lebih dari 1 tahun.
C. Sistem perkemihan
Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada uretra
dan kandung kemih.Mukosa kandung kemih setelah kelahiran menunjukkan
berbagai derajat edema, dengan penurunan tonus kandung kemih. Kondisi ini
menyebabkan penurunan sensasi terhadap tekanan dan kapasitas kandung kemih
yang lebih besar. Edema jaringan dikombinasikan dengan efek analgesik, menekan
keinginan untuk berkemih. Nyeri panggul bertambah berkurangnya refleks untuk
berkemih.Diuresis pascapartum dapat menyebabkan cepatnya pengisian kandung
kemih. Faktor-faktor tersebut sering kali menyebabkan kandung kemih sangat
besar
dengan inkontinensia aliran yang berlebihan dan tidak sempurnanya pengosongan
kandung kemih. Urine residual membuat kandung kemih lebih rentan terhadap
infeksi dan mengganggu pengeluaran urine normal. Pembesaran kandung kemih
berkepanjangan dapat menyebabkan atonia dinding kandung kemih. Dengan
pengosongan kandung kemih yang adekuat, tonus biasanya pulih dalam 5-7 hari.
Diuresis terjadi dalam 12 jam pada kelahiran, keluarnya urine 3000 ml selama 4-5
hari, fungsi ginjal kembali ke kondisi sebelum melahirkan dalam waktu 6 minggu,
hal ini menyebabkan penurunan berat badan sekitar 4,5 kg selama puerperium.
Tonus kandung kemih membaik pada akhir minggu pertama.
D. Perubahan payudara
Perubahan progresif terjadi pada payudara selama kehamilan sebagai
persiapan laktasi, lobulus payudara berkembang di bawah pengaruh stimulasi
hormon estrogen dan progesterone yang di produksi oleh plasenta dan saluran
laktiferus terus mengalami percabangan dan pelebaran. Hormon prolaktin yang
dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal maternal,
laktogen plasenta manusia (hPL), dan insulin, semua hormon yang jumlahnya
meningkat selama gestasi, juga berperan pada perubahan payudara. Prolaktin
memiliki peran utama dalam memulai laktasi, tertapi kerjanya dihambat selama
kehamilan akibat tingginya kadar estrogen dan progesterone (Resnick, 2010).
Selama kehamilan lanjut, sejumlah kecil kolostrum dapat
disekresikan.Setelah melahirkan, terjadi peningkatan sejumlah produksi
pengeluaran kolostrum mengandung lebih banyak protein dan garam-garam an
organik, tetapi sedikit lemak dan karbohidrat dibandingkan ASI. Kolostrum juga
memberikan kandungan imunoglobin A, suatu antibody gastrointestinal penting
yang dibutuhkan bayi baru kahir karena kurang. Walaupun nilai gizi kolostrum
lebih rendah dibanding ASI, kandungan gizi pada kolostrum sangat tepat
khususnya untuk system pencernaan bayi baru lahir dan memberikan perlindungan
imunologik yang penting.
Perubahan pada payudara setelah kelahiran mempersiapkan zat gizi untuk
bayi baru lahir selama paru akhir kehamilan dan beberapa hari pertama postpartum,
payudara memproduksi kolostrum, sekresi kekuningan yang memberi vitamin dan
zat imun yang melindungi bayi baru lahir terhadap infeksi. Pada sekitar hari kedua
atau ke-3 post partum, payudara mulai menyekresi ASI.Laktasi, produksi ASI,
terjadi karena pelepasan 2 hormon, yaitu prolaktin dan oksitoksin.
Untuk beberapa hari pertama, payudara lunak. Putting harus utuh, tidak
kering, pecah-pecah, atau mengalami fisura. Saat ASI diproduksi, payudara akan
terasa penuh dan keras saat diraba. Temuan abnormal pada payudara antara lain:
 Pembesaran payudara merupakan respons payudara terhadap peningkatan
volume ASI dan perubahan hormone secara mendadak. Pembesaran,
pembengkakan biasanya terjadi pada hari ketiga hingga kelima
postpartum.Payudara mengalami nyeri tekan, bengkak, panas, dan
keras.Pembengkakan dapat menyebar hingga aksila.Payudara dapat terlihat
mengkilat dan merah.Ibu dapat mengalami sakit kepala, ketidak nyamanan
payudara, dan peningkatan suhu ringan pada masa ini.
 Berkemih dalam jumlah sedikit
 Urine residu
 Infeksi kandung kemih
 Retensi urine
E. Sistem Pencernaan
1. Nafsu makan
Selama kehamilan, nafsu makan dan asupan akan berfluktuasi. Pada
awal kehamilan, beberapa wanita mengalami rasa mual dengan atau tanpa
muntah (morning sickness), kemungkinan karena peningkatan kadar HCG
dan perubahan metabolisme karbohidrat (Gordon, 2007). Mual dan muntah
biasanya muncul pada minggu ke-4 sampai 6 dan biasanya menghilang
pada akhir bulan ketiga (trimester pertama). Pada akhir trimester kedua,
nafsu makan akan meningkat sebagai respon peningkatan metabolisme.

2. Mulut
Gusi menjadi hiperemisis, bengkak, dan seperti spons saat
kehamilan. Gusi cenderung mudah berdarah karena kadar estrogen yang
tinggi menyebabkan peningkatan vaskilarisasi dan poliferasi jaringan ikat.
Beberapa wanita mengalami
ptilisme (air liur berlebih) yang dapat disebabkan penurunan menelan tanpa
sadar saat mual atau dari stimulasi kelenjar air liur karena memakan zat pati
(Cunningham dkk.,2007).

3. Esophagus, lambung, dan usus halus


Hernia bagian atas lambung terjadi pada bulan ketujuh atau
kedelapan pada sekitar 15-20%.Kondisi ini disebabkan oleh pergeseran
lambung ke atas yang menyebabkan hiatus di diafragma melebar.
Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi asam
hidroklorik sehingga terjadinya pembentukan ulkus peptikum atau
bertambah parahnya ulkus yang sudah ada jarang terjadi saat kehamilan dan
mungkin malah membaik (Gordon, 2007).Peningkatan produksi
progesterone menyebabkan penurunan tonus dan motilitas otot polos,
sehingga terjadi regurgitasi esophagus, pengosongan lambung yang lebih
lama.Akibatnya, wanita dapat mengalami rasa terbakar di dada (piosis)yang
dapat terjadi mulai sejak trimester pertama dan bertambah parah selama
trimester ketiga.
4. Kandung empedu dan hepar
Kandung empedu sering kali mengalami distensi karena penurunan
tonus otot selama kehamilan. Fungsi hepar sullit dinilai selama kehamilan
meski demikian, terjadi beberapa perubahan kecil dalam fungsi
hepar.Kadangkadang, kolestaatis intrahepatik (retensi dan akumulasi
empedu di hepar karena faktor dalam hepar sendiri) terjadi pada kehamilan
lanjut sebagai respons terhadap steroid plasenta dan dapat menyebabkan
pruritus gravidarum (kuning).Gejala ini sulit diterapi saat hamil dan dapat
dihubungkan dengan resiko fetus. Namun, gejala ini biasanya menghilang
setelah melahirkan (Cappell, 2007).
5. Eliminasi feses
Konstipasi merupakan suatu hal yang umum terjadi selama masa
pascapartum awal. Hal ini akibat relaksasi usus yang disebabkan oleh
kehamilan dan distensi otot abdomen menyebabkan kurangnya bantuan
dalam proses eliminasi. Proses fisiologis ini diperparah oleh pembatasan
makanan dan cairan selama persalinan. Defekasi mungkin tertunda selama
2-3 hari setelah melahirkan.Nyeri akibat hemoroid, episiotomi, atau laserasi
perineum, yang umumnya terjadi, makin menghambat defekasi.
Kebanyakan laktasif, seperti natrium dokusat (DSS), bisacodil
(Dulcolax), atau susu magnesium, untuk memperlancar eliminasi.
F. Sistem Kardiovaskular
Antara kehamilan 14 daan 20 minggu, denyut nadi meningkat sekitar 10-15
kali/menit, yang kemudian menetap saat kehamilan aterm. Palpitasi mungkin
terjadi, pada kehamilan kembar mendekati aterm, frekuensi denyut jantung ibu
dapat meningkat sampai 40% frekuensi saat tidak hamil (Blackburn, 2007).
1) Volume Darah Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml atau sekitar 40-
45% di atas volume sebelum hamil (Cunningham dkk.,2007). Peningkatan ini
terdiri dari 1.000 ml plasma dan 450 ml sel darah merah (SDM). Rata-rata
kehilangan darah persalinan normal per vagina adalah 400 sampai 500 ml, untuk
persalinan dengan seksio sesaria kehilangan darah sering kali lebih dari 1.000 ml.

2) Curah Jantung Curah jantung yang meningkat selama persalinan,


memuncak secara tiba-tiba setelah pelepasan plasenta seiring dengan kontraksi
uterus yang memaksa volume darah dalam jumlah besar masuk ke dalam sirkulasi
(Laros, 2007).Peningkatan isi sekuncup yang disebabkan oleh kehamilan berlanjut
sampai 48jam setelah melahirkan, akibat peningkatan aliran balik vena yang
disebabkan oleh hilangnya sirkulasi plasenta dan menurunnya aliran darah
uterus.Kombinasi efek peningkatan aliran balik vena dan diuresis menyebabkan
curah jantung 35% lebih besar pada masa awal pasca partum. Dalam dua minggu
setelah melahirkan, curah jantung menurun sampai sekitar 30% (Robson et al.,
2007).Penurunan volume darah bertahap terjadi selama minggu kedua sampai
minggu
keempat pascapartum, yang memungkinkan curah jantung kembali ke kondisi
sebelum hamil pada sekitar minggu ketiga pascapartum (Cunninghem et al., 2007).
3) Tanda-tanda Vital Tekanan darah mengalami sedikit perubahan di bawah
keadaan normal. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dalam 48 jam pertama setelah
melahirkan karena pembengkakan kelenjar limpa. Setelah melahirkaan, sering kali
terjadi bradikardi fisiologik sementara, yang berlangsung selama 24 sampai 48 jam,
dengan frekuensi jantung 40 sampai 50x/ menit. Bradikardi ringan 50- 70x/ menit
dapat terus berlangsung selama 1 minggu.Frekuensi jantung kembali ke kondisi
sebelum hamil sekitar 3 bulan pascapartum. Tanda-tanda vital setelah melahirkan:

a) Temperatur : satu jam pertama setelah melahirkan suhu naik


38˚C sebagai efek dehidrasi selama persalinan. Setelah 24 jam wanita yang
melahirkan harusnya tidak demam.
b) Denyut Nadi : frekuensi nadi setelah melahirkan 40-70x/ menit. Kemudian
mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8
sampai dengan minggu ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.
c) Pernafasan : pernafasan harus berada dalam rentang normal sebelum
melahirkan.

G. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di stimulasi oleh hormon melanotrofin dari hipofisis
anterior, yang meningkat pada kehamilan. Putting susu, areola, ketiak, dan vulva
akan menjadi gelap pada minggu ke-16 kehamilan. Melasma di wajah, disebut juga
kloasma, atau topeng
kehamilan, merupakan bercak hiperpigmentasi kecoklatan di kulit pipi, hidung, dan
dahi, terutama pada wanita hamil berkulit gelap. Linea nigra merupakan garis
terpigmentasi dari simfisis pubis sampai ke atas fundus di garis tengah.
Pemanjangan linea nigra, di mulai pada bulan ketiga, berjalan seiring
dengan pertambahan tinggi fundus. Striae gravidarum atau stretch mark terlihat di
bagian bawah abdomen yang muncul pada 50-90% wanita hamil pada pertengahan
kedua kehamilan dapat disebabkan oleh adrenokortikosteroid. Angioma atau
dikenal dengan vascular spider berukuran kecil/tipis, berbentuk bintang atau
bercabang, sedikit menonjol dan berdenyut di akhir arteriola biasanya ditemukan di
leher, dada, wajah, dan lengan.
H. Sistem Neurologis
Setelah melahirkan, adaptasi neurologis disebabkan kehamilan kembali
semula. Rasa baal dan rasa seperti tersetrum pada jari-jari tangan, yang sering
dialami oleh sekitar 5% wanita hamil akibatnya terjadi retraksi pleksus brakialis
menghilang. Pengaruh endokrin pada fibrokartilago selama kehamilan secara
bertahap kembali semula selama masa pascapartum.Relaksasi relative dan
meningkatnya pergerakan persendian panggul kembali ke stabilitas sebelum hamil
pada sekitar minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan.Kondisi ini sering kali
meredakan nyeri punggung khas padaa kehamilan, meskipun sumber tegangan baru
karena menggendong bayi baru lahir dapat memperburuk pemulihan simtomatik.
I. Sistem Muskuloskeletal
Pada periode pascapartum, di perlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Terjadi
pengembalian tonus otot bergantung kepada kondisi tonus sebelum hamil, latihan
fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.Pada keadaan tertentu, dengan atau
tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot
dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang di sebut dengan diastatis
rektiabdominis.

3. Adaptasi Psikologis Postpartum


Ada 3 penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua.Fase-fase
penyesuain internal ini ditandai oleh perilaku taking in, taking hold, dan letting go.
(Rubin, 2011), yaitu:

a.FaseTakingIn
Fase Takin In (Dependent) 1 – 2 hari.Pada fase ini, biasanya sangat tergantung
dalam segala hal, termasuk kebutuhan dasar.Oleh karena itu, klien selalu berfokus
pada diri sendiri, klien mungkin tidak berinisiatif untuk bertemu dengan bayinya.
Klien akan bercerita banyak tentang proses kelahirannya.

b.FaseTakingHold
Fase Taking Hold (Dependent – Independent) 3 – 8 minggu. Pada fase ini,
klien mulai mencoba menerima dirinya sendiri dan melakukan peran mandirinya
sebagai seorang ibu.Klien mulai memikirkan pemberian ASI melalui payudaranya,
eliminasi, merawat bayinya. Klien akan berusaha untuk meningkatkan keahliannya
dalam merawat bayinya, tetapi hal ini kadang sulit bagi klien yang tidak merasa
nyaman dan belum mampu.

c.FaseLettingGo
Fase Letting Go (Independent)yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.

4. Perawatan pascapersalinan
Menurut Diyan Indriyani (2013) ada beberapa perawatan pasca persalinan:
a. Mobilisasi
Disebabkan lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan.Kemudia boleh miringmiring ke kanan dank e kiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli.Pada hari ke 2 di
perbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan.Mobilisasi di atas mempunyai variasi,
tergantung pada komplikasi, persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
Kegiatan lain yang dapat di lakukan untuk membantu mempercepat proses
involusi adalah melakukan senam nifas.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.Sebaiknya makan
makanan yang mengandung cukup protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan
buah-buahan.
c. Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi normal bila
dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih
penuh dan sulit berkemih.
d. Defekasi
Ibu diharaapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/ konstipasi, lakukan diet teratur: cukup cairan,
konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral/ per rectal
atau lakukan klisma dilamana di perlukan.
e.PerawatanPayudara(mamae)
Secara adekuat, dan kenyamanan ibu. Perawatan mamae sudah di mulai
sejak hamil supaya putting, susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya dengan baik
dan benar karena air susu ibu (ASI) sangat baik untuk bayinya.
f. Laktasi
Untuk menghadaoi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telaah
terjadi perubahan-prubahan pada kelenjar mamae, yaitu proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah. Keluarnya cairan susu,
hipervaskularisasi, dan setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan
progesteron hilang. Maka, timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin akan merangsang keluarnya air susu ibu. Di samping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI
keluar.

g. Pemeriksaan pasca Persalinan


Bagi wanita dengan persalinan normal sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kembali setelah 6 minggu persalinan.Namun, wanita dengan persalinan yang
bermasalah harus kontrol 1 minggu setelah bersalin. Pemeriksaan post natal
meliputi pemeriksaan umum pada tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.
Selain itu, keadaan umum suhu badan, selera makan, payudara (ASI dan putting
susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, secret yang keluar,
keadaan alat-alat kandungan.
h. Nasihat Untik Ibu Postnatal
Nasihat yang dapat di sampaikan pada ibu postnatal antara lain bahwa
fisioterapi seperti senam nifas sangat baik di lakukan sesuai keadaan ibu,
sebaiknya bayi disusui, mengikuti keluarga berencana, dan membawa bayi
untuk imunisasi (Mochtar, 2007).

B. Konsep Dasar Seksio Sesaria

1. Definisi Seksio Sesaria


Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Amru, 2012).

2. Klasifikasi seksio sesaria


Menurut Amru (2012) klasifikasi seksio sesaria adalah sebagai berikut:
A. SC klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. tetapi saat ini tekhnik ini jarang dilakukan karena memiliki
banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang memiliki
banyak perlengketan organ cara ini dapat di perhitungkan. Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin deengan cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan dapat di perpanjang proksimal maupun distal Kekurangan:

a.Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada


peritonealis yang baik
b.Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan
B. SC ismika atau profunda
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segemen bawah
Rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm. Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
4) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil Kekurangan:
1) Luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan
perdarahan banyak
2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
C. SC vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, seksio sesaria dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
2) Sayatan melintang (tranversal) menurut kerr

3. Etiologi Seksio Sesaria


Etiologi seksio sesaria menurut Amru (2012) sebagai berikut:
A.Etiologi pada ibu
1) Kpd (Ketuban pecah Dini)
2) Primigravida dengan kelainan letak
3) Disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul)
4) Ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
5) Panggul sempit
6) Plasenta previa
7) Solutsio plasenta tingkat I – II
8) Komplikasi kehamilan (preeclampsia – eklampsia)
9) Kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM)
10) Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri)
11) Ruptur uteri
12) Partus lama (prolonged labor)
13) Partus tak maju (obstructed labor)
B. Etiologi pada janin
1) Kelainan letak
2) Gawat janin
3) Janin mati
4) Kelainankongenitalberat

4. Manifestasi Klinik
Menurut Tucker (2012) manifestasi klinik dari seksio sesaria adalah sebagai
berikut:
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Partus lama
d. Partus tak maju
e. Pre-eklamsia dan hipertensi
f. Malpresentasi janin :
1) Letak lintang
2) Letak bokong
3) gemeli

5. Komplikasi Seksio Sesaria


a. Infeksi puerperal
Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari tahapan sedang suhu
meningkat lebih tinggi di sertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus paralitik
b. Perdarahan
Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta
perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih
Emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealis terlalu tinggi
d. Kemungkinan rupur uteri pada kehamilan berikutnya

C. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengertian
Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
(Sarwono, 2008). Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature
rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tanda- tanda persalinan.Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37
minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.

2. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas.Akan tetapi, ada beberapa keadaan
yang berhubungan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Trauma: amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
2) Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau polihidromnion.
3) Infeksi vagina, serviks atau koriomnionitis strepkokus, serta bakteri vagina.
4) Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/ selaput terlalu tipis.
5) Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
6) Kelainan pada serviks atau alay genitalia seperti ukuran serviks yang
pendek (< 25cm).
7) Multipara dan peningkatan usia ibu
8) Defisiensi nutrisi.
3. Manifestasi Klinis
Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan amnion/ ketuban melewati
vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat terjadi korioamniotis. Untuk
mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya
takikardi pada janin.Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Seksio Sesaria
Menurut Ladewig, dkk (2009) pemenuhan kebutuhan pada seksio sesaria
adalah:
1.Nutrisi Dan Cairan
Ibu nifas perlu diet dengan gizi yang baik dan lengkap.
Tujuan :
a) Membantu memulihkan kondisi fisik.
b) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
c) Mencegah konstipasi.
d) emulai proses pemberian ASI eksklusif.
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui).
d. Pil zat besi diminum selama 40 hari post partum.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bayi juga mendapatkannya
melalui ASI.
2. Ambulasi (Mobilisasi)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa
lebih letih dan sakit. Ambulasi dini penting untuk mencegah trombosis vena.
Pada persalinan normal ambulasi dapat dilakukan setelah 2 jam post partum.
Pada pasien dengan section caesarea ambulasi dilakukan 24-36 jam post partum.
Ambulasi dini (early ambulation) ialah : Kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan selekas mungkin berjalan.
Keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lochea.
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c) Memungkinkan untuk ibu belajar merawat bayinya seperti : memandikan,
ganti popok dan lain-lain.
d) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.
e) Sebagian pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah efek obat-obatan
yang diberikan saat melahirkan telah hilang.
3. Eliminasi
Miksi
Miksi spontan normal terjadi pada 8 jam post partum.
a) Anjuran pasien berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Kandung kemih yang penuh menganggu mobilitas, involusi uterus dan
pengeluaran lochea. Distensi kandung kemih yang berlebihan dalam waktu
lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni uteri.
b) Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan extra seluler 50 %. Setelah
melahirkan dieliminasi sebagai urine.
c) Pada pasien dengan persalinan lama dan dehidrasi, terdapat acetone dalam
urine. Pada saat laktasi dimulai, mungkin terdapat laktose dalam urine.
d) Bila setelah 8 jam pasien tidak dapat BAK atau jumlahnya belum mencapai
200 cc dapat dilakukan kateterissasi atau intervensi lain.
e) Penyeban retensio urine post partum :
a. Tekanan intra abdominal berkurang.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Oedem uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
4. Defekasi
a) Jika lebih dari 3 hari pasien belum juga BAB maka perlu diberi pencahar.
b) BAB tertunda 2-3 hari post partum masih dikatakan fisiologis.
5. Kebersihan Diri
Tujuan :
a) Mengurangi / mencegah infeksi.
b) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan.
c) Nasihat yang diberikan :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Juga agar
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar
dan mengganti pembalut minimal 2 x sehari.
c. Sarankan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

6. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan dan tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam bebrapa hal :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
7. Sexual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri bila :
a. Darah merah berhenti.
b. Ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri.
c. Ibu merasa siap.
d. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai merasa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada kedua pasangan.
8. Latihan / Senam Nifas
a. Jelaskan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti : menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu
ke dada, tahan 1 hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
c. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul dilakukan
latihan kegel.
d. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
9. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-
6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :

a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat


selama 5 menit.
b. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju
puting.
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
d. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI , sisanya keluarkan dengan tangan.
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

D. Asuhan Keperawatan Seksio Sesaria


Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae dapat mengidentifikasi dan
menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan menjelaskan pengkajian secara khusus
pada pasien dengan kelahiran seksio sesaria. Menurut Doenges (2011) pengkajian pada
post partum sesaria adalah:
1. Pengkajian dasar
a. Sirkulasi Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskular
perifer atau statis vaskular (peningkatan pembentukan thrombus).
b. Integritas ego Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor
stress multiple, dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan
tegangan.
c. Eliminasi Terpasang kateter menetap, bising usus tidak ada, atau jelas.
d. Makanan/ cairan Malnutrisi, membrane mukosa yang kering, pembatasan
puasa praoperasi
e. Neurosensori Sensasi dan gerakan ekstermitas bawah menurun pada adanya
analgesiakaudal/ epidural.
f. Nyeri Mengeluh ketidaknyamanan/ nyeri dari berbagai sumber : trauma/
bedah insisi bedah, nyeri abdomen karena kontraksi uterus, distensi
kandung kemih, nyeri karena pembengkakan payudara.
g. Keamanan Riwayat transfuse darah dan tnda munculnya proses infeksi.
h. Seksualitas Seksualitas pascapartum dipengaruhi oleh derajat trauma
perineum selama kelahiran dan penurunan hormone steroid ibu, yang khas
terjadi pada awal masa pascapartum.
h. Aktivitas Tampak berenergi, kelelahan/ keletihan, mengantuk.
i. Pemeriksaan diagnostik Jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrit
(Hb / Ht) : mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi
efek kehilangan darah pada pembedahan. Urinalisis : kultur urine, darah,
vagina, dan lochea.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adaalah respon individu pada masalah kesehatan
yang aktual dan resiko.Menurut Amru (2012) diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada ibu post SC antara lain adalah:
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mokus
dalam jumlah berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat anastesi).
b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut b.d angen injuri fisik ( pembedahan,
trauma jalan lahir, episiotomi)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
d. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu
e. Resiko infeksi b.d faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir
f. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan


keperawatan atau rencana tindakan keperawatan merupakan tahap setelah pengkajian
dan rumusan diagnosa keperawatan :
a). Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam
jumlah berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat anastesi).
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan bersihan jalan nafas
dapat diatasi dengan:
Kriteria Hasil:
1) Tidak mengalami penumpukan sekret
2) Tidak ada bunyi nafas tambahan
3) Dapat melakukan batuk efektif Intervensi
a) Kaji faktor-faktor penyebab ( sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk)
b) Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah.
c) Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas.
d) Tinggikan kepala tempat tidur.
b) Ajarkan batuk efektif. b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut b.d agen injuri fisik
( pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Gangguan rasa
nyaman : nyeri akut dapat di atasi dengan:
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri
2) Mampu mengontrol nyeri
3) Mampu untuk tidur / istirahat dengan tepat

Intervensi
a) Kaji nyeri, kaji lokasi nyeri, intensitas, dan lamanya
b) Ajarkan tekhnik relaksasi
c) Anjurkan menggunakan kompres hangat
d) Berikan obat sesuai indikasi
e) Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase

c). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya


pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe
b) Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
c) Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian
d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutsisi
e) Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
d). Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: ibu dapat
memberikan ASI pada bayi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Kemantapan pemberian ASI : bayi : perlengkapan bayi yang sesuai pada dan
proses menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3
minggu pertama pemberian ASI
2) Pemeliharaan pemberian ASI : keberlangsungan pemberian ASI untuk
menyediakan nutrisi bagi bayi/ toddler
3) Penyapihan pemberian ASI Intervensi
a) Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
b) Kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting
c) Kaji integritas kulit putting ibu
d) Ajarkan orang tua mempersiapkan, menyimpan, menghangatkan
kemungkinan pemberian tambahan susu formula
e) Berikan informasi tentang keuntungan dan kerugian pemberian ASI e. Resiko
infeksi b.d faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: resiko infeksi tidak
terjadi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat Intervensi
a) Anjurkan kateter interintermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
b) Berikan nutrisi yang adekuat
c) Monitor tanda dan gejala infeksi siskemik dan local
d) Ajarkan klien untuk minum antibiotic sesuai resep
e) Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
f). Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum b.d kurangnya informasi tentang
penanganan post partum
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: defisit perawatan
post partum dapat teratasi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
program pengobatan
2) Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan benar
3) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/
tim kesehatan lainnya Intervensi
a) Berikan penjelasan patofisiologi dari prnyakit dan bagaimana hal ini dapat
terjadi
b) Berikan gambaran proses penyakit, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Doengos E.M. 2011, Buku Diagnosa Keperawatan, EGCJakarta : Penerbit Buku


Kedokteran.
Indrayani, dkk 2013, Asuhan persalinan dan bayi baru lahir, Jakarta : Trans info
Media.
Lowdermilk D.L., 2013, Keperawatan Maternitas, Buku1, Jakarta : Salemba
Emban Patria.
Novita, R. V. 2011, Keperawatan maternitas, Jakarta :Ghalia Indonesia.
Nurarif, A. H. dkk 2012, Nanda Nic-Noc, Yogyakarta : Percetakan Mediaction
Publishing.
Prawirohardj, S., 2008, Ilmu bedah kebidanan,Jakarta :Gramedia.
Reeder, S.J.,dkk2011. Keperawatan Maternitas Volume 2, Jakarta :EGC.
Rosdahl, C.B., 2015, Buku Ajar Keperawatan Dasar, Jakarta :EGC.
Asuhan Keperawatan Pada Ny.I Dengan Post Sectio Caeseria Dengan Indikasi
Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang VK RS.Mitra Plumbon

Hari / Tanggal : Selasa, 03 Desember 2020


Jam : 12.00 wib
Pengkaji : NOVI RAMAHWATI
Ruang : Ruang VK

A. DATA UMUM PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.I
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 31 Th
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Blok danalampa- gombang – plumbon Rt/Rw 003/005
i. No. RM : A 162664
j. Diagnostik Medis : Asuhan Keperawatan Pada Ny.I Dengan Post Sectio
Caeseria Dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Di Ruang VK RS.Mitra Plumbon

Penanggng Jawab
a. Nama : Tn.T
b. Umur : 34 Th
c. Pendidikan : Diploma
d. Pekerjaan : karyawan swasta
j. Alamat : Blok danalampa- gombang – plumbon Rt/Rw 003/005

2. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke UGD dengan hamil anak ke 2 , ukuran kehamilan 9 bulan,
mules – mules ,sejak kemarin sore, lendir (+), sudah rembes – rembes air ketuban dari
kemarin, gerak janin (+), kontrol terakhir ke dr.spog tgl 01-11-2020 dengan BB : 2600
gr.

3. RIWAYAT KEHAMILAN
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu ( riwayat SC ), anak pertama
lahir pada tahun 2013, tipe persalinan SC dengan jenis SC KPD 6 jam lahir di RS di
bantu oleh dokter, berjenis kelamin laki – laki dengan berat badan lahir 3000 gr lahir
dalam keadaan sehat dan menangis kencang, serta tidak ada masalah saat kehamilan.

4. PENGALAMAN MENYUSUI
Pasien menyusui anak pertamanya selama 3 bulan karena asi makin
berkurang. sekarang anak keduanya akan diberikan ASI selama 2 tahun.

5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


Pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kedokter 1 bulan sekali
jadi jumlah pemeriksaan kehamilan sebanyak 9 kali. pasien mempunyai masalah
kehamilan yaitu tekanan darahnya tinggi pada usia kehamilan 32 minggu, dan tanggal
persalinan pasien 03 desember 2020 jam 15.00 WIB, dengan tipe persalinan seksio
sesaria atas indikasi KPD sudah 12 jam dan tekanan darah tinggi. Bayi lahir dengan
jenis kelamin perempuan, berat badan 3100 gram, panjang badan 47 cm, apgar score
menit 1 : 9, menit V: 10, perdarahan yang dikeluarkan saat persalinan seksio sesaria
300cc, dan tidak ada masalah persalinan.

6. RIWAYAT GINEKOLOGI
Pasien tidak mempunyai penyakit pada organ reproduksi.

7. MASALAH GINEKOLOGI
Masalah Ginekologi Tidak ada.
8. RIWAYAT KELUARGA
Berencana Pasien sudah menggunakan KB pil sejak lima bulan kelahiran anak
pertamanya. Pasien tidak mempunyai keluhan apapun. Rencana akan menggunakan KB
akan didiskusikan dahulu dengan suami.

B. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


o Status Obstetrik:
pasien nifas hari pertama, kelahiran yang ke Dua , dan tidak pernah abortus, bayi
pasien rawat gabung jadi tidak dalam ruangan perawatan dan Ny.I bisa
memberikan ASI semaunya tanpa harus meminta bayinya kepada perawat dan bisa
mengurus bayinya secara mandiri.
o Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini baik, kesadaran komposmentis, BB 60 kg, TB 160
cm, TD 150/100 mmHg, Nadi 80x/ menit, Suhu 36˚C, Pernafasan 20x/ menit.
Hasil pemeriksaan fisik:
1. Kepala leher
a. Kepala : Rambut bersih,tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan.
b. Mata : Konjungtiva an-anemis, Sklera an-ikterik
c. Hidung : Tidak ada cairan, tidak ada sinusitis, tidak ada benjolan
d. Mulut : Lembab, tidak ada sariawan
e. Telinga : Bersih, tidak ada serumen
f. Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, dan tidak ada hiperpigmentasi.
g. Masalah Khusus : Tidak ada
2. Dada dan axila
a. Jantung : Irama teratur, tidak ada sakit pada bagian dada
b. Paru : Vesikular, irama teratur, tidak menggunakan otot pernafasan
c. Payudara : Bersih, simetris, areola hiperpigmentasi
d. Putting susu : Sejajar, exverted, colostrum (+), ASI keluar tapi sedikit
e. Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
f. Masalah Khusus : Tidak ada
3. Abdomen
a. Involusi Uterus : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi sering, posisi
sentral di bawah umbilicus, teraba keras, terlihat adanya balutan luka
operasi, verban bersih, tidak ada rembesan yang keluar dari luka.
b. Kandung kemih : Saat di palpasi tidak teraba penuh, karena klien
memakai kateter berukuran 18
c. Fungsi pencernaan : Baik, Ny.I mengatakan belum BAB karena mobilisasi
kurang saat ini hanya bisa bergerak miring kiri dan miring kanan dan saat
diauskultasi bising usus 4x/ menit.

4. Perineum dan genital


a. Vagina : Integritas kulit elastis, tidak ada edema, tidak ada memar tidak
ada hematom
b. Perineum : Utuh dan tidak ada tanda REEDA karena Ny. I melahirkan
secara seksio sesaria
c. Kebersihan : Terlihat bersih
d. Lochea : lochea rubra, jumlah darah yang keluar sekitar 50cc, warna
merah terang, konsistensi cair, bau amis khas seperti menstruasi
e. Hemorrhoid : Tidak ada
f. Ekstermitas : Pada ekstermitas atas tidak ada edema, tidak ada kesemutan/
baal, namun pada ekstermitas bawah ada edema,
terdapat varises pada abdomen klien, saat patella di perkusi terdapat refleks,
tanda human sign (-).
5. Pola eliminasi
Kebiasaan BAK sebelum melahirkan 5kali/ hari, saat ini pasien terpasang
kateter, dan tidak nyeri pada saat BAK, kebiasaan BAB pasien 2x/ hari, pasien saat
ini belum BAB.

6. Istirahat dan Kenyamanan


Ny.I kesehariannya sebagai ibu rumah tangga kebiasaan tidur selama 8
jam, dengan frekuensi 1x sehari yaitu hanya malam hari, tetapi pola tidur saat ini 3
jam sekali terbangun karena menyusui bayinya sehingga dapat mengganggu tidur
pasien. Aktivitas untuk sekarang dikurangi dikarenakan kondisi pasien.

7. Keluhan Ketidak nyamanan


pasien mengatakan tidak nyaman pada lokasi abdomen post operasi, dengan
sifat sementara, dan intensitasnya pada saat duduk.

8. Mobilisasi dan Latihan Tingkat mobilisasi


Ny.I saat ini baik tetapi hanya boleh miring kanan dan miring kiri saja
sebelum 6 jam post operasi.

9. Nutrisi dan Cairan


Asupan nutrisi pasien 1 porsi dengan nafsu makan baik, asupan cairan pasien
cukup yaitu sebanyak 1.000 ml/ hari.

10. Keadaan Mental


Adaptasi psikologis pasien cemas karena ASInya belum keluar pada hari
pertama, penerimaan terhadap bayi menerima dan senang atas kelahiran anak ke dua
nya, dan tidak ada masalah khusus.

11. Kemampuan Menyusui


Ny.I belum mampu menyusui anaknya pada hari pertama karena ASInya
belum keluar.

12. Pemeriksaan Penunjang


a. Hematologi : 11,5 g/dl (11, 3 – 15,5)

13. Obat- obatan Terapi


Infus RL/20 tetes/menit
pasien terpasang kateter
Pronalges sup 2x1
Terapi injeksi :
Ceftriaxone 2x1 gram
Terapi oral :
Cefixime 100 mg
Asam Mefenamat 500 mg
Nipedipine 2x1 gram
Metrodinazol 500mg

14. Perencanaan Pulang


Pasien direncanakan pulang hari sabtu 05 desember 2020 jam 12.00,
dengan TD 120/70 mmHg, Nadi 80x/ menit, Pernafasan 18x/ menit, Suhu 36,3˚C,
rencana kontrol dan ganti perban post operasi pasien pada hari juma’at 11
desember 2020 jam 08.00. Setelah sampai di rumah pasien tidak ada pantangan
makanan apapun. pasien dianjurkan untuk makan putih telur sehari 2x untuk proses
pengeringan luka post operasi. Selain itu pasien disarankan agar tetap menjaga
kondisi luka operasi tetap kering dan tidak boleh terkena air, dan apabila ada
rembesan pada perban pasien disarankan untuk control ke dokter.

15. Discharge Planning


a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun.
b. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal
yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.
d. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama dirumah
jaga kebersihan diri.
e. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

C. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan “ nyeri pada daerah bekas operasi, nyerinya seperti di remas –
remas, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka operasi, nyerinya pada saat
batuk, kadang terasa panas pada daerah operasi, verban luka operasi belum diganti,
cemas karena ASInya belum keluar,tidak tahu cara memberikan ASI yang benar”.
b. Data Objektif
a.TTV :
TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36˚C
Spo2 :99%
b. Terapi Infus RL/20 tetes/menit
c.Klien terpasang kateter
d. Skala nyeri 7 (saat diberi rentang respon)
e.Klien tampak menahan nyeri
f. Klien tampak memegang bekas luka operasi
g. Balutan tampak bersih
h. Tidak terdapat rembesan pada balutan bekas luka operasi
i. Klien tampak tidak mengetahui cara pemberian ASI
j. Klien tampak belum memberikan ASI kepada bayinya
k. ASI tampak belum keluar
l. Klien tampak cemas

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : NY.I
NO.KAMAR /RUANG : VK

NO.TANGGA
DATA MASALAH ETIOOGI
L
1 1. Ds: Gangguan rasa Adanya insisi
1) pasien mengatkan nyaman : Nyeri post sc di
03.12.2020 “nyeri pada daerah bekas Adanya insisi post sc abdomen
JAM 18.00 operasi” di abdome
POST SC 2.
2) pasien mengatakan
”nyeri seperti di remas –
remas”
3.
3) pasien mengatakan
“tidak nyaman untuk
bergerak”

4) pasien mengatakan
“nyerinya pada saat
ada sedikit gerakan”

5) pasien mengatakan
“nyerinya tidak
meluas hanya pada
bekas luka operasi”
DO:
1) Skala nyeri klien 7
(saat diberi rentang nyeri”

2) pasien tampak menahan


nyeri

3) pasien tampak
memegang bekas luka
operasi
4) Terpasang infus
RL/20 tetes/menit

DS:
1)pasien mengatakan
belum mampu untuk
melakukan aktivitas
secara mandiri

2) pasien mengatakan
2 masih takut untuk
bergerak
03-12-2020
JAM 18.00 3) pasien mengatakan
POST SC masih di bantu untuk
melakukan aktivitas
Intoleransi aktivitas POST SC
DO:
1) pasien tampak
terpasang kateter

2) pasien tampak masih


lemah

3) pasien tampak belum


mengganti pembalutnya
Intoleransi aktivitas Post
sc

4) pasien tampak
memerlukan bantuan saat
memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya

DS:
1) pasien mengatakan
“kadang terasa panas pada
daerah operasi”

2) pasien mengatakan
bekas balutan luka operasi
belum
diganti”

DO:
1) Balutan tampak bersih

2) Balutan tampak tidak


ada rembesan Resiko
Bekas luka
infeksi Bekas luka insisi
insisi
3
DS: Resiko infeksi
03-12-18 1) pasien mengatakan
JAM 18.00 “cemas karena ASInya
POST SC belum keluar”

2) pasien mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI yang
benar”

DO:

1) pasien tampak tidak


mengetahui cara
pemberian ASI

4 2) pasien tampak belum


Kurangnya
04-12-20202 memberikan ASI kepada
produksi ASI
bayinya
Ketidak efektifan
3) ASI tampak belum pemberian ASI
keluar

4) pasien tampak cemas


DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : NY.I
NO KAMAR / RUANG : VK

NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL PARAF DAN


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI NAMA JELAS
1 Gangguan rasa nyaman 03-12-2020 04-12-2020 NOVI
:Nyeri b.d. Adanya insisi RAMAHWATI
post sc di abdomen ditandai
dengan:

DS:
1) pasien mengatakan
“nyeri pada
daerah bekas operasi”

2) pasien mengatakan
“nyerinya seperti diremas-
remas”

3) pasien mengatakan
“tidak nyaman untuk
bergerak”

4) pasien mengatakan
“nyerinya pada saat sedikit
ada gerakan”

DO:
1) Skala nyeri 7 (saat diberi
rentang nyeri)
2 03-12-2020 04-12-2020 NOVI
2) pasien tampak menahan RAMAHWATI
nyeri

3) pasien tampak
memegang bekas
luka operasi

Intoleransi aktivitas b.d.


post sc ditandai dengan:

DS:
1) pasien mengatakan
belum mampu untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri
2) pasien mengatakan
masih takut untuk bergerak

3) pasien mengatakan
masih di bantu untuk
melakukan aktivitas

DO:
1) pasien tampak terpasang
kateter
3 03-12-2020 03-12-2020 NOVI
2) pasien tampak masih RAMAHWATI
lemah

3) pasien tampak belum


mengganti
pembalutnya

4) pasien tampak
memerlukan bantuan saat
memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya

Resiko infeksi b.d. bekas 03-12-2020 03-12-2020 NOVI


4 luka insisi ditandai dengan: RAMAHWATI

DS:
1) Klien mengatakan “
kadang terasa panas pada
daerah operasi”

2) Klien mengatakan
“bekas balutan luka operasi
belum diganti”

DO:
1) Balutan tampak bersih

2) Balutan tampak tidak


ada rembesan

Ketidak efektifan
pemberian ASI b.d.
Kurangnya produksi ASI
ditandai dengan:

DS:
1) pasien mengatakan
“cemas karena ASInya
belum keluar”

2) pasien mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI yang
benar”

DO:
1) pasien tampak tidak
mengetahui
cara pemberian ASI

2) pasien tampak belum


memberikasn ASI kepada
bayinya

3) ASI tampak belum


keluar
4) pasien tampak cemas

RENCANA KEPERAWATAN

Hari / No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan


Tanggal Dx Keperawat
an
04-12- 1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri, kaji
2020 nyaman :Nyeri keperawatan kepada NY. I lokasi nyeri,
b.d. selama 2x24 jam diharapkan intensitas dan
Adanya insisi nyeri dapat berkurang dengan lamanya
post sc di
abdomen kriteria hasil: 2) Monitor ttv
klien/shift
1) Mengungkapkan nyeri dan
tegang diperutnya berkurang 3) Ajarkan
tekhnik relaksasi
2) Skala nyeri 0 – 1 (dari 0 – tarik nafas dalam
10)
4) Anjurkan
3) Dapat melakukan tindakan menggunakan
untuk kompres hangat
mengurangi nyeri
5) Berikan obat
4) Kooperatif dengan penghilang nyeri
tindakan yang dilakukan (asam mefenamat
500mg)
5) TTV dalam batas normal
6) Lakukan IMD
1. Kesadaran komposmentis
2. Keadaan umum baik 7) Lakukan
3. TD: 120/80 mmHg pureperium setiap
Nd: 80 – 100x/mnt hari (1x sehari)
RR:18 – 20x/mnt
SH:36 -37˚C 8) Anjurkan
SPO2 :99% pasien untuk
miring kanan kiri

9) Anjurkan
2 pasien untuk tidak
04-12- banyak
2020 bergerak

Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor


aktivitas b.d. post keperawatan kepada Ny.I kemampuan
sc selama 2x24 jam diharapkan pasien dalam
intoleransi aktivitas dapat melakukan
teratasi dengan aktivitas

kriteria hasil: 2) Anjurkan


pasien untuk tidak
1) pasien mampu melakukan banyak bergerak
aktivitas terlebih dahulu
secara mandiri
3) Lakukan
2) pasien mampu melakukan penggantian
personal pembalut pasien
hygiene secara mandiri
4) Bantu pasien
3 3) Kateter di lepas untuk
melakukan
04-12- 4) Mampu untuk mobilisasi personal
2020 hygiene

Setelah dilakukan tindakan


Resiko infeksi keperawatan kepada Ny. I
b.d. selama 2x24 jam diharapkan
bekas luka insisi resiko infeksi tidak terjadi 1) Monitor tanda
dengan dan gejala infeksi
siskemik dan local
kriteria hasil:
2) Ajarkan klien
1) pasien bebas dari tanda dan dan keluarga
gejala infeksi tanda dan gejala
infeksi
2) Menunjukkan kemampuan
untuk 3) Ajarkan klien
mencegah timbulnya infeksi untuk
mengganti balutan
3) Menunjukkan perilaku luka
hidup sehat
4) Anjurkan klien
untuk mengganti
balutan setiap hari

5) Anjurkan
memasang kateter
untuk
menurunkan
infeksi kandung
kemih

4 6) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga
04-12- balutan agar tetap
2020 kering

7) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga bekas
luka operasi
supaya kering

8) Berikan
Ketidak efektifan antibiotic untuk
pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan mencegah infeksi
b.d. Kurangnya keperawatan kepada Ny. I (metrodinazol
produksi selama 2x24jam diharapkan 500 mg) dan
ASI ibu dapat memberikan (cefixime 100 mg)
bayinya ASI dengan cukup
dengan

kriteria hasil: 1) Observasi cara


menyusui dan
1) Kemantapan pemberian produksi ASI ibu
ASI bayi

2) Pemeliharaan pemberian 2) Kaji keinginan


ASI dan motivasi ibu
untuk menyusui
3) Penyapihan pemberian ASI
3) Kaji integritas
kulit putting ibu

4) Anjurkan ibu
banyak
mengkonsumsi
sayur-sayuran
hijau dan
buahbuahan

5) Anjurkan ibu
bayi untuk
menyusui secara
bergantian antara
payudara kanan
dan kiri

6) Ajarkan
orangtua
mempersiapkan ,
menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan
pemberian
tambahan susu
formula

7) Ajarkan ibu
untuk massage
payudara agar ASI
keluar

8) Berikan penkes
tentang cara
menyusui yang
benar

9) Berikan
informasi tentang
keuntungan dan
kerugian
pemberian ASI
IMPLEMENTASI

Hari / Jam No Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan


Tangga Dx nama jelas
l
04-12- 07.00 1 1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, intensitas, dan NOVI
2020 lamanya RAMAHWATI
S: pasien mengatakan sangat nyeri pada
daerah abdomen, intensitasnya pada saat klien
duduk, dan berlangsung lam

O: pasien tampak menahan nyeri, skala nyeri


7 (saat diberi rentang nyeri) NOVI
RAMAHWATI
2) Memonitor TTV klien/shift
S: -

O:
1. Kesadaran komposmentis

2. keadaan umum baik

3. TTV pasien
TD: 150/100mmHg
Nd: 82x/mnt
08.00 RR: 20x/mnt NOVI
Sh: 36,5˚C RAMAHWATI
SPO2: 99%

3) Mengajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas


dalam)
08.30 S: pasien mengatakan masih nyeri pada NOVI
abdomen bekas RAMAHWATI
luka operasi
O: pasien tampak melakukan tekhnik
09.00 relaksasi untuk NOVI
menghilangkan nyeri RAMAHWATI

4) Memberikan obat penghilang nyeri


S: pasien mengatakan mendapat obat
penghilang nyeri
O: pasien tampak mendapat terapi oral asam
04-12- 09.30 Mefenamat 500mg NOVI
2020 RAMAHWATI
5) Melakukan pureperium setiap hari
S: -
O: lochea merah terang Jumlah 50 cc TFU 2
10.00 jari ↓ pusat Kontraksi + ASI – NOVI
RAMAHWATI
1) Memonitor kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas
S: pasien mengatakan belum dapat
melakukan akativitas apapun karena perutnya
masih terasa sakit
O:pasien tampak terbaring dan lemah

2) Menganjurkan pasien untuk tidak banyak


bergerak terlebih dahulu
S: pasien mengatakan belum dapat bergerak
terlalu banyak
04-12- O: pasien tampak melakukan apa yang
2020 dianjurkan perawat

3) Melakukan penggantian pembalut pasien


S: pasien mengatakan belum dapat mengganti
pembalutnya secara mandiri
O: pembalut pasien tampak belum di ganti dan
terdapat banyak darah karena nifas hari
pertama

4) Membantu klien untuk melakukan personal


hygiene
S: pasien mengatakan badannya lengket dan
belum dapat untuk membersihkan badannya
04-12- secara mandiri
2020 O: pasien tampak terlihat lemah

1) Mengajarkan pasien untuk mengganti


balutan
S: pasien mengatakan sudah mengerti
O: pasien tampak memerhatikan

2) Menganjurkan klien untuk tetap menjaga


balutan agar
tetap kering
S: pasien mengatakan mengerti
O: -

3) Memberikan obat antibiotik untuk


mencegah infeksi
S: -
O: pasien tampak mendapat terapi oral
metrodinazol 500mg dan cefixime 100 mg

1) Mengkaji keinginan danmotivasi ibu untuk


menyusui
S: pasien mengatakan ingin memberikan ASI
kepada bayinya
O: -

2) Mengkaji integritas kulit putting ibu


S: -
O: kulit putting ibu tampak elastis

3) Menganjurkan ibu banyak mengkonsumsi


sayur-sayuran
dan buah-buahan
S: pasien mengatakan sudah banyak
mengkonsumsi buah
O: pasien tampak memerhatikan

4) Menganjurkan ibu bayi untuk menyusui


secara bergantian antara payudara kanan dan
kiri
S: pasien mengatakan ASI pada payudara kiri
sudah keluar
O: pasien tampak menyusui bayinya pada
payudara sebelah kiri

5) Mengajarkan ibu untuk massage payudara


agar ASI keluar
S: pasien mengatakan sudah massage payudara
agar ASInya keluar
O: pasien tampak massage payudara

6) Memberikan informasi tentang keuntungan


dan kerugian memberikan ASI
S: pasien mengatakan belum mengetahui
keuntungan maupun kerugian dalam
memberikan ASI
O: -

Hari jam No Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan


/tangga dx nama jelas
l
05-12- 07.00 1 1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, intensitas, dan Novi ramahwati
20202 lamanya
S: pasien mengatakan nyerinya sudah sedikit
berkurang
O: nyerinya klien tampak berkurang, skala
nyeri 3 (saat diberi rentang nyeri)
2) Memonitot TTV klien / shift
S: -
O:
1. Kesadaran komposmentis
2. keadaan umum baik
3. TTV klien
TD: 130/ 80 mmHg
Nd: 80x/ mnt
RR: 18x/ mnt
Sh: 36,3˚C

3) Mengajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas


dalam)
S: pasien mengatakan sudah mulai rileks dan
nyerinya berkurang
O: pasien tampak rileks

4) Menganjurkan menggunakan kompres


hangat
S: pasien mengatakan akan melakukan
kompres air hangat di sekitar luka apabila
lukanya sedang sakit
05-12- 2 O: - Novi ramahwati
20202
5) Melakukan pureperium setiap hari
S: -
O: lochea rubra TFU 2 jari ↓ pusat ASI +
Kontraksi +

1) Memonitor kemampuan pasien dalam


melakukan aktivitas
S: pasien mengatakan sudah dapat miring
kanan kiri
O: pasien tampak sudah mulai bergerak dan
kateter sudah di lepas

2) Melakukan penggantian pembalut klien


S: pasien mengatakan sudah dapat mengganti
05-12- 3 pembalutnya secara mandiri Novi ramahwati
2020 O: pembalut klien tampak sudah di ganti

3) Membantu klien untuk melakukan personal


hygiene
S: pasien mengatakan sudah dapat
membersihkan badannya secara mandiri
O: pasien tampak membersihkan badannya
sendiri
1) Memonitor tanda dan gejala infeksi
05-12- 4 siskemik dan local Novi ramahwati
2020 S: -
O: tidak tampak tanda-tanda infeksi siskemik
dan local

2) Mengajarkan klien untuk mengganti


balutan luka
S: pasien mengatakan sudah dapat mengganti
balutan luka
O: pasien tampak mengganti balutannya
sendiri

3) Memberikan obat antibiotik


untuk mencegah infeksi
S: -
O: pasien tampak mendapat terapi oral
metrodinazol 500mg dan cefixime

1) Mengobservasi cara menyusui dan produksi


ASI ibu bayi
S: pasien mengatakan sudah dapat menyususi
anaknya dan produksi ASI cukup
O: pasien tampak menyusui anaknya dengan
tepat dan produksi ASI cukup

2) Menganjurkan ibu bayi untuk menyusui


anaknya secara
bergantian antara payudara kanan dan kiri
S: pasien mengatakan sudah dapat menyusui
bayinya bergantian kanan dan kiri
O: kedua payudara tampak sudah
mengeluarkan ASI

3) Mengajarkan ibu untuk massage payudara


agar ASI keluar
S: pasien tampak sudah massage payudaranya
agar ASInya keluar
O: ASI ibu tampak sudah keluar

4) Memberikan penkes tentang cara menyusui


yang benar
S: pasien mengatakan sudah sedikit mengerti
tentang cara menyusui yang benar
O: pasien tampak memerhatikan penjelasan
yang diberikan

5) Memberikan informasi tentang keuntungan


dan kerugian pemberian ASI
S: pasien mengatakan sudah mengetahui
keuntungan dan kerugian pemberian ASI
O: -

EVALUASI

No Hari / Evaluasi hasil (SOAP) Nama / paraf


Dx Tanggal/ Jam
1 04-12-2020 S:
1) Pasien mengatakan nyeri pada abdomen
bekas luka operasi

2) pasien mengatakan nyeri seperti diremas-


remas.
O:
1) Skala nyeri 7 (saat diberi rentang nyeri)

2) pasien tampak menahan nyeri

3) pasien tampak memegang bekas luka


operasi

4) pasien tampak mendapat terapi oral


asamefenamat
500 mg

A:Masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi
1) Kaji nyeri, kaji lokasi nyeri, intensitas,
dan lamanya
2) Monitor TTV klien / shift
2 04-12-2020 3) Ajarkan tekhnik relaksasi
4) Berikan obat penghilang nyeri
5) Lakukan pureperium sehari sekali

S:
1) pasie mengatakan belum mampu untuk
melakukan aktivitas
2) pasien mengatakan belum dapat
melakukan membersihkan diri secara
mandiri
3) pasien mengatakan masih sangat
bergantung kepada ibunya untuk melakukan
aktivitas
O:
1) pasien tampak lemah
2) pasien tampak belum dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
3) pasien tampak belum dapat melakukan
3 04-12-2020 personal hygiene secara mandiri
A:Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
1) Monitor kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
2) Lakukan penggantian pembalut klien
3) Bantu klien untuk melakukan personal
hygiene

S:
1) pasien mengatakan kadang terasa pada
daerah operasi
4 04-12-2020 2) pasien mengatakan balutan bekas operasi
belum diganti
O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada rembesan
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1) Anjarkan klien untuk mengganti balutan
2) Anjurkan klien untuk tetap mencaga
balutan agar tetap kering
3) Berikan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi

S:
1) pasien mengatakan cemas karena ASInya
belum keluar
2) pasien mengatakan tidak tahu cara
memberikan ASI yang benar
O:
1) pasien tampak tidak mengetahui cara
memberikan ASI
2) pasien tampak belum memberikan ASI
kepada bayinya
3) ASI tampak belum keluar
4) pasien tampak cemas
A: masalah teratasi sebagian
P: lanutkan intervensi
1) Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui
2) Kaji integritas kulit putting ibu
3) Anjurkan ibu mengkonsumsisayuran dan
buah buahan
4) Anjurkan ibu bayi untuk menyusui
secara bergantian antara payudara kanan dan
kiri
5) Anjurkan ibu untuk massage
payudaranya
6) Berikan informasi tentang keuntungan
dan kerugian memberikan ASI

NO TANGGAL EVALUASI HASIL SOAP NAMA/PARAF


DX
1 05-12-2020 S:
1) pasien mengatakan nyeri pada abdomen
bekas luka operasi sudah berkurang
2) pasien mengatakan nyerinya hanya kadang-
kadang

O:
1) Skala nyeri 3 (saat diberi rentang nyeri)
2) Klien tampak rileks
3) Klien sudah tidak memegang bekas luka
operasi

A: Masalah teratasi sebagian

P:Lanjutkan intervensi
05-12-2020
2 S:
1) pasien mengatakan sudah dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
2) pasien mengatakan sudah dapat duduk
3) pasien mengatakanBsudah dapat
membersihkan diri secara mandiri

O:
1) pasien tampak sudah dapat mobilisasi
2) pasien tampak sudah Mandiri untuk
melakukan aktivitas
3) pasien tampak melakukan personal hygiene
secara mandiri
05-12-2020 A: Masalah teratasi

3 P:Hentikan intervensi

S:
1) pasien mengatakan daerah bekas operasi tidak
terasa panas
2) pasien mengatakan balutan bekas operasi
sudah diganti

O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada rembesan

A: Masalah teratasi sebagian

05-12-2020 P: Lanjutkan intervensi


1) Anjurkan pasien untuk mengganti balutan
setiap hari
4 2) Anjurkan pasien untuk tetap menjaga balutan
agar tetap kering
3) Anjurkan pasien untuk tetap menjaga bekas
luka operasi supaya kering
4) Beri obat antibiotik infeksi metrodinazol 500
mg dan cefixime 100 mg

S:
1) pasien mengatakan sudah tidak cemas
2) pasien mengatakan ASInya sudah keluar
3) pasien mengatakan sudah tahu cara
memberikan ASI yang benar

O:
1) pasien tampak mengetahui cara pemberian
ASI yang tepat
2) pasien tampak sudah mendapatkan
pengetahuan tentang cara pemberian ASI
3) pasien tampak sudah memberikan ASI
kepada bayinya
4) ASI tampak sudah keluar
5) pasien tampak sudah tidak cemas

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai