Disusun Oleh:
Novi Ramahwati
200721017
A.KonsepDasarPostPartum
1. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Sedangkan menurut Tulman et al., (2009) post partum adalah adanya perubahan
yang terjadi pada status fisiologis ibu segera setelah melahirkan dan berlangsung lebih
dari 6 bulan setelah melahirkan.
Dan menurut Mercer, et al., (2009) masa post partum merupakan suatu masa antara
pelahiran sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil.
Berbagai perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa post
partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa kehamilan.
Masa postpartum terbagi tiga tahap, yaitu:
a. Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan)
14 Post partum dini, yaitu kepulihan di mana ibu telah di perbolehkan berdiri dan
jalan-jalan, dihitung setelah 24jam plasenta lahir.
b. Early post partum periode (minggu pertama setelah melahirkan) Periode 1 minggu
setelah melahirkan.
c. Late post partum (minggu kedua/ ketiga sampai keenam setelah melahirkan)
Minggu kedua sampai keenam setelah melahirkan.
B. Sistem Endokrin
Setelah melahirkan anak, kadar plasma hormon yang diproduksi oleh
plasenta menurun secara cepat. hPl tidak dapat dideteksi dalam 24 jam dan kadar
hormone gonadotropin korionik turun dengan cepat. Kadar estrogen turun sampai
90% dalam 3 jam setelah persalinan dan kemudian secara continue menurun secara
lambat sampai hari ke-7 pasca partum saat estrogen mencapai kadar yang terendah.
Estrogen kembali ke kadar fase folikular sekitar tiga minggu pada wanita tidak
menyusui kembalinya kadar normal estrogen lambat pada wanita yang menyusui.
Kadar polaktin (hormon hipofisis) meningkat selama kehamilan setelah
melahirkan,prolactin menurun pada wanita yang tidak menyususi dan mencapai
kadar seperti sebelum hamil pada 2 minggu. Pada wanita yang menyusui, prolactin
meningkat dengan tajam bersamaan dengan hisapan dan tetap naik selama
berbulanbulan.kadar serum prolaktin dipengaruhi oleh banyaknya stimulus hisapan.
Pada wanita yang menyusui 1-3 kali perhari, prolaktin kembali ke kadar normalnya
setelah 6 bulan jika tidak menyusui lebih dari 6 kali sehari, kadar polaktin yang
tinggi akan terus ada sampai lebih dari 1 tahun.
C. Sistem perkemihan
Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada uretra
dan kandung kemih.Mukosa kandung kemih setelah kelahiran menunjukkan
berbagai derajat edema, dengan penurunan tonus kandung kemih. Kondisi ini
menyebabkan penurunan sensasi terhadap tekanan dan kapasitas kandung kemih
yang lebih besar. Edema jaringan dikombinasikan dengan efek analgesik, menekan
keinginan untuk berkemih. Nyeri panggul bertambah berkurangnya refleks untuk
berkemih.Diuresis pascapartum dapat menyebabkan cepatnya pengisian kandung
kemih. Faktor-faktor tersebut sering kali menyebabkan kandung kemih sangat
besar
dengan inkontinensia aliran yang berlebihan dan tidak sempurnanya pengosongan
kandung kemih. Urine residual membuat kandung kemih lebih rentan terhadap
infeksi dan mengganggu pengeluaran urine normal. Pembesaran kandung kemih
berkepanjangan dapat menyebabkan atonia dinding kandung kemih. Dengan
pengosongan kandung kemih yang adekuat, tonus biasanya pulih dalam 5-7 hari.
Diuresis terjadi dalam 12 jam pada kelahiran, keluarnya urine 3000 ml selama 4-5
hari, fungsi ginjal kembali ke kondisi sebelum melahirkan dalam waktu 6 minggu,
hal ini menyebabkan penurunan berat badan sekitar 4,5 kg selama puerperium.
Tonus kandung kemih membaik pada akhir minggu pertama.
D. Perubahan payudara
Perubahan progresif terjadi pada payudara selama kehamilan sebagai
persiapan laktasi, lobulus payudara berkembang di bawah pengaruh stimulasi
hormon estrogen dan progesterone yang di produksi oleh plasenta dan saluran
laktiferus terus mengalami percabangan dan pelebaran. Hormon prolaktin yang
dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal maternal,
laktogen plasenta manusia (hPL), dan insulin, semua hormon yang jumlahnya
meningkat selama gestasi, juga berperan pada perubahan payudara. Prolaktin
memiliki peran utama dalam memulai laktasi, tertapi kerjanya dihambat selama
kehamilan akibat tingginya kadar estrogen dan progesterone (Resnick, 2010).
Selama kehamilan lanjut, sejumlah kecil kolostrum dapat
disekresikan.Setelah melahirkan, terjadi peningkatan sejumlah produksi
pengeluaran kolostrum mengandung lebih banyak protein dan garam-garam an
organik, tetapi sedikit lemak dan karbohidrat dibandingkan ASI. Kolostrum juga
memberikan kandungan imunoglobin A, suatu antibody gastrointestinal penting
yang dibutuhkan bayi baru kahir karena kurang. Walaupun nilai gizi kolostrum
lebih rendah dibanding ASI, kandungan gizi pada kolostrum sangat tepat
khususnya untuk system pencernaan bayi baru lahir dan memberikan perlindungan
imunologik yang penting.
Perubahan pada payudara setelah kelahiran mempersiapkan zat gizi untuk
bayi baru lahir selama paru akhir kehamilan dan beberapa hari pertama postpartum,
payudara memproduksi kolostrum, sekresi kekuningan yang memberi vitamin dan
zat imun yang melindungi bayi baru lahir terhadap infeksi. Pada sekitar hari kedua
atau ke-3 post partum, payudara mulai menyekresi ASI.Laktasi, produksi ASI,
terjadi karena pelepasan 2 hormon, yaitu prolaktin dan oksitoksin.
Untuk beberapa hari pertama, payudara lunak. Putting harus utuh, tidak
kering, pecah-pecah, atau mengalami fisura. Saat ASI diproduksi, payudara akan
terasa penuh dan keras saat diraba. Temuan abnormal pada payudara antara lain:
Pembesaran payudara merupakan respons payudara terhadap peningkatan
volume ASI dan perubahan hormone secara mendadak. Pembesaran,
pembengkakan biasanya terjadi pada hari ketiga hingga kelima
postpartum.Payudara mengalami nyeri tekan, bengkak, panas, dan
keras.Pembengkakan dapat menyebar hingga aksila.Payudara dapat terlihat
mengkilat dan merah.Ibu dapat mengalami sakit kepala, ketidak nyamanan
payudara, dan peningkatan suhu ringan pada masa ini.
Berkemih dalam jumlah sedikit
Urine residu
Infeksi kandung kemih
Retensi urine
E. Sistem Pencernaan
1. Nafsu makan
Selama kehamilan, nafsu makan dan asupan akan berfluktuasi. Pada
awal kehamilan, beberapa wanita mengalami rasa mual dengan atau tanpa
muntah (morning sickness), kemungkinan karena peningkatan kadar HCG
dan perubahan metabolisme karbohidrat (Gordon, 2007). Mual dan muntah
biasanya muncul pada minggu ke-4 sampai 6 dan biasanya menghilang
pada akhir bulan ketiga (trimester pertama). Pada akhir trimester kedua,
nafsu makan akan meningkat sebagai respon peningkatan metabolisme.
2. Mulut
Gusi menjadi hiperemisis, bengkak, dan seperti spons saat
kehamilan. Gusi cenderung mudah berdarah karena kadar estrogen yang
tinggi menyebabkan peningkatan vaskilarisasi dan poliferasi jaringan ikat.
Beberapa wanita mengalami
ptilisme (air liur berlebih) yang dapat disebabkan penurunan menelan tanpa
sadar saat mual atau dari stimulasi kelenjar air liur karena memakan zat pati
(Cunningham dkk.,2007).
G. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di stimulasi oleh hormon melanotrofin dari hipofisis
anterior, yang meningkat pada kehamilan. Putting susu, areola, ketiak, dan vulva
akan menjadi gelap pada minggu ke-16 kehamilan. Melasma di wajah, disebut juga
kloasma, atau topeng
kehamilan, merupakan bercak hiperpigmentasi kecoklatan di kulit pipi, hidung, dan
dahi, terutama pada wanita hamil berkulit gelap. Linea nigra merupakan garis
terpigmentasi dari simfisis pubis sampai ke atas fundus di garis tengah.
Pemanjangan linea nigra, di mulai pada bulan ketiga, berjalan seiring
dengan pertambahan tinggi fundus. Striae gravidarum atau stretch mark terlihat di
bagian bawah abdomen yang muncul pada 50-90% wanita hamil pada pertengahan
kedua kehamilan dapat disebabkan oleh adrenokortikosteroid. Angioma atau
dikenal dengan vascular spider berukuran kecil/tipis, berbentuk bintang atau
bercabang, sedikit menonjol dan berdenyut di akhir arteriola biasanya ditemukan di
leher, dada, wajah, dan lengan.
H. Sistem Neurologis
Setelah melahirkan, adaptasi neurologis disebabkan kehamilan kembali
semula. Rasa baal dan rasa seperti tersetrum pada jari-jari tangan, yang sering
dialami oleh sekitar 5% wanita hamil akibatnya terjadi retraksi pleksus brakialis
menghilang. Pengaruh endokrin pada fibrokartilago selama kehamilan secara
bertahap kembali semula selama masa pascapartum.Relaksasi relative dan
meningkatnya pergerakan persendian panggul kembali ke stabilitas sebelum hamil
pada sekitar minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan.Kondisi ini sering kali
meredakan nyeri punggung khas padaa kehamilan, meskipun sumber tegangan baru
karena menggendong bayi baru lahir dapat memperburuk pemulihan simtomatik.
I. Sistem Muskuloskeletal
Pada periode pascapartum, di perlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Terjadi
pengembalian tonus otot bergantung kepada kondisi tonus sebelum hamil, latihan
fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak.Pada keadaan tertentu, dengan atau
tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot
dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang di sebut dengan diastatis
rektiabdominis.
a.FaseTakingIn
Fase Takin In (Dependent) 1 – 2 hari.Pada fase ini, biasanya sangat tergantung
dalam segala hal, termasuk kebutuhan dasar.Oleh karena itu, klien selalu berfokus
pada diri sendiri, klien mungkin tidak berinisiatif untuk bertemu dengan bayinya.
Klien akan bercerita banyak tentang proses kelahirannya.
b.FaseTakingHold
Fase Taking Hold (Dependent – Independent) 3 – 8 minggu. Pada fase ini,
klien mulai mencoba menerima dirinya sendiri dan melakukan peran mandirinya
sebagai seorang ibu.Klien mulai memikirkan pemberian ASI melalui payudaranya,
eliminasi, merawat bayinya. Klien akan berusaha untuk meningkatkan keahliannya
dalam merawat bayinya, tetapi hal ini kadang sulit bagi klien yang tidak merasa
nyaman dan belum mampu.
c.FaseLettingGo
Fase Letting Go (Independent)yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.
4. Perawatan pascapersalinan
Menurut Diyan Indriyani (2013) ada beberapa perawatan pasca persalinan:
a. Mobilisasi
Disebabkan lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan.Kemudia boleh miringmiring ke kanan dank e kiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli.Pada hari ke 2 di
perbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan.Mobilisasi di atas mempunyai variasi,
tergantung pada komplikasi, persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
Kegiatan lain yang dapat di lakukan untuk membantu mempercepat proses
involusi adalah melakukan senam nifas.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.Sebaiknya makan
makanan yang mengandung cukup protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan
buah-buahan.
c. Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi normal bila
dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih
penuh dan sulit berkemih.
d. Defekasi
Ibu diharaapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/ konstipasi, lakukan diet teratur: cukup cairan,
konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral/ per rectal
atau lakukan klisma dilamana di perlukan.
e.PerawatanPayudara(mamae)
Secara adekuat, dan kenyamanan ibu. Perawatan mamae sudah di mulai
sejak hamil supaya putting, susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya dengan baik
dan benar karena air susu ibu (ASI) sangat baik untuk bayinya.
f. Laktasi
Untuk menghadaoi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telaah
terjadi perubahan-prubahan pada kelenjar mamae, yaitu proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah. Keluarnya cairan susu,
hipervaskularisasi, dan setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan
progesteron hilang. Maka, timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin akan merangsang keluarnya air susu ibu. Di samping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI
keluar.
4. Manifestasi Klinik
Menurut Tucker (2012) manifestasi klinik dari seksio sesaria adalah sebagai
berikut:
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Partus lama
d. Partus tak maju
e. Pre-eklamsia dan hipertensi
f. Malpresentasi janin :
1) Letak lintang
2) Letak bokong
3) gemeli
2. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas.Akan tetapi, ada beberapa keadaan
yang berhubungan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Trauma: amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
2) Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau polihidromnion.
3) Infeksi vagina, serviks atau koriomnionitis strepkokus, serta bakteri vagina.
4) Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/ selaput terlalu tipis.
5) Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
6) Kelainan pada serviks atau alay genitalia seperti ukuran serviks yang
pendek (< 25cm).
7) Multipara dan peningkatan usia ibu
8) Defisiensi nutrisi.
3. Manifestasi Klinis
Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan amnion/ ketuban melewati
vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat terjadi korioamniotis. Untuk
mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya
takikardi pada janin.Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Seksio Sesaria
Menurut Ladewig, dkk (2009) pemenuhan kebutuhan pada seksio sesaria
adalah:
1.Nutrisi Dan Cairan
Ibu nifas perlu diet dengan gizi yang baik dan lengkap.
Tujuan :
a) Membantu memulihkan kondisi fisik.
b) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
c) Mencegah konstipasi.
d) emulai proses pemberian ASI eksklusif.
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui).
d. Pil zat besi diminum selama 40 hari post partum.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bayi juga mendapatkannya
melalui ASI.
2. Ambulasi (Mobilisasi)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa
lebih letih dan sakit. Ambulasi dini penting untuk mencegah trombosis vena.
Pada persalinan normal ambulasi dapat dilakukan setelah 2 jam post partum.
Pada pasien dengan section caesarea ambulasi dilakukan 24-36 jam post partum.
Ambulasi dini (early ambulation) ialah : Kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan selekas mungkin berjalan.
Keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lochea.
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c) Memungkinkan untuk ibu belajar merawat bayinya seperti : memandikan,
ganti popok dan lain-lain.
d) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.
e) Sebagian pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah efek obat-obatan
yang diberikan saat melahirkan telah hilang.
3. Eliminasi
Miksi
Miksi spontan normal terjadi pada 8 jam post partum.
a) Anjuran pasien berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Kandung kemih yang penuh menganggu mobilitas, involusi uterus dan
pengeluaran lochea. Distensi kandung kemih yang berlebihan dalam waktu
lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni uteri.
b) Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan extra seluler 50 %. Setelah
melahirkan dieliminasi sebagai urine.
c) Pada pasien dengan persalinan lama dan dehidrasi, terdapat acetone dalam
urine. Pada saat laktasi dimulai, mungkin terdapat laktose dalam urine.
d) Bila setelah 8 jam pasien tidak dapat BAK atau jumlahnya belum mencapai
200 cc dapat dilakukan kateterissasi atau intervensi lain.
e) Penyeban retensio urine post partum :
a. Tekanan intra abdominal berkurang.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Oedem uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
4. Defekasi
a) Jika lebih dari 3 hari pasien belum juga BAB maka perlu diberi pencahar.
b) BAB tertunda 2-3 hari post partum masih dikatakan fisiologis.
5. Kebersihan Diri
Tujuan :
a) Mengurangi / mencegah infeksi.
b) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan.
c) Nasihat yang diberikan :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Juga agar
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar
dan mengganti pembalut minimal 2 x sehari.
c. Sarankan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
6. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan dan tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam bebrapa hal :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
7. Sexual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri bila :
a. Darah merah berhenti.
b. Ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri.
c. Ibu merasa siap.
d. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai merasa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada kedua pasangan.
8. Latihan / Senam Nifas
a. Jelaskan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti : menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu
ke dada, tahan 1 hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
c. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul dilakukan
latihan kegel.
d. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
9. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-
6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi
a) Kaji nyeri, kaji lokasi nyeri, intensitas, dan lamanya
b) Ajarkan tekhnik relaksasi
c) Anjurkan menggunakan kompres hangat
d) Berikan obat sesuai indikasi
e) Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase
DAFTAR PUSTAKA
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.I
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 31 Th
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Blok danalampa- gombang – plumbon Rt/Rw 003/005
i. No. RM : A 162664
j. Diagnostik Medis : Asuhan Keperawatan Pada Ny.I Dengan Post Sectio
Caeseria Dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Di Ruang VK RS.Mitra Plumbon
Penanggng Jawab
a. Nama : Tn.T
b. Umur : 34 Th
c. Pendidikan : Diploma
d. Pekerjaan : karyawan swasta
j. Alamat : Blok danalampa- gombang – plumbon Rt/Rw 003/005
2. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke UGD dengan hamil anak ke 2 , ukuran kehamilan 9 bulan,
mules – mules ,sejak kemarin sore, lendir (+), sudah rembes – rembes air ketuban dari
kemarin, gerak janin (+), kontrol terakhir ke dr.spog tgl 01-11-2020 dengan BB : 2600
gr.
3. RIWAYAT KEHAMILAN
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu ( riwayat SC ), anak pertama
lahir pada tahun 2013, tipe persalinan SC dengan jenis SC KPD 6 jam lahir di RS di
bantu oleh dokter, berjenis kelamin laki – laki dengan berat badan lahir 3000 gr lahir
dalam keadaan sehat dan menangis kencang, serta tidak ada masalah saat kehamilan.
4. PENGALAMAN MENYUSUI
Pasien menyusui anak pertamanya selama 3 bulan karena asi makin
berkurang. sekarang anak keduanya akan diberikan ASI selama 2 tahun.
6. RIWAYAT GINEKOLOGI
Pasien tidak mempunyai penyakit pada organ reproduksi.
7. MASALAH GINEKOLOGI
Masalah Ginekologi Tidak ada.
8. RIWAYAT KELUARGA
Berencana Pasien sudah menggunakan KB pil sejak lima bulan kelahiran anak
pertamanya. Pasien tidak mempunyai keluhan apapun. Rencana akan menggunakan KB
akan didiskusikan dahulu dengan suami.
C. DATA FOKUS
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan “ nyeri pada daerah bekas operasi, nyerinya seperti di remas –
remas, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka operasi, nyerinya pada saat
batuk, kadang terasa panas pada daerah operasi, verban luka operasi belum diganti,
cemas karena ASInya belum keluar,tidak tahu cara memberikan ASI yang benar”.
b. Data Objektif
a.TTV :
TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36˚C
Spo2 :99%
b. Terapi Infus RL/20 tetes/menit
c.Klien terpasang kateter
d. Skala nyeri 7 (saat diberi rentang respon)
e.Klien tampak menahan nyeri
f. Klien tampak memegang bekas luka operasi
g. Balutan tampak bersih
h. Tidak terdapat rembesan pada balutan bekas luka operasi
i. Klien tampak tidak mengetahui cara pemberian ASI
j. Klien tampak belum memberikan ASI kepada bayinya
k. ASI tampak belum keluar
l. Klien tampak cemas
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : NY.I
NO.KAMAR /RUANG : VK
NO.TANGGA
DATA MASALAH ETIOOGI
L
1 1. Ds: Gangguan rasa Adanya insisi
1) pasien mengatkan nyaman : Nyeri post sc di
03.12.2020 “nyeri pada daerah bekas Adanya insisi post sc abdomen
JAM 18.00 operasi” di abdome
POST SC 2.
2) pasien mengatakan
”nyeri seperti di remas –
remas”
3.
3) pasien mengatakan
“tidak nyaman untuk
bergerak”
4) pasien mengatakan
“nyerinya pada saat
ada sedikit gerakan”
5) pasien mengatakan
“nyerinya tidak
meluas hanya pada
bekas luka operasi”
DO:
1) Skala nyeri klien 7
(saat diberi rentang nyeri”
3) pasien tampak
memegang bekas luka
operasi
4) Terpasang infus
RL/20 tetes/menit
DS:
1)pasien mengatakan
belum mampu untuk
melakukan aktivitas
secara mandiri
2) pasien mengatakan
2 masih takut untuk
bergerak
03-12-2020
JAM 18.00 3) pasien mengatakan
POST SC masih di bantu untuk
melakukan aktivitas
Intoleransi aktivitas POST SC
DO:
1) pasien tampak
terpasang kateter
4) pasien tampak
memerlukan bantuan saat
memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya
DS:
1) pasien mengatakan
“kadang terasa panas pada
daerah operasi”
2) pasien mengatakan
bekas balutan luka operasi
belum
diganti”
DO:
1) Balutan tampak bersih
2) pasien mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI yang
benar”
DO:
DS:
1) pasien mengatakan
“nyeri pada
daerah bekas operasi”
2) pasien mengatakan
“nyerinya seperti diremas-
remas”
3) pasien mengatakan
“tidak nyaman untuk
bergerak”
4) pasien mengatakan
“nyerinya pada saat sedikit
ada gerakan”
DO:
1) Skala nyeri 7 (saat diberi
rentang nyeri)
2 03-12-2020 04-12-2020 NOVI
2) pasien tampak menahan RAMAHWATI
nyeri
3) pasien tampak
memegang bekas
luka operasi
DS:
1) pasien mengatakan
belum mampu untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri
2) pasien mengatakan
masih takut untuk bergerak
3) pasien mengatakan
masih di bantu untuk
melakukan aktivitas
DO:
1) pasien tampak terpasang
kateter
3 03-12-2020 03-12-2020 NOVI
2) pasien tampak masih RAMAHWATI
lemah
4) pasien tampak
memerlukan bantuan saat
memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya
DS:
1) Klien mengatakan “
kadang terasa panas pada
daerah operasi”
2) Klien mengatakan
“bekas balutan luka operasi
belum diganti”
DO:
1) Balutan tampak bersih
Ketidak efektifan
pemberian ASI b.d.
Kurangnya produksi ASI
ditandai dengan:
DS:
1) pasien mengatakan
“cemas karena ASInya
belum keluar”
2) pasien mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI yang
benar”
DO:
1) pasien tampak tidak
mengetahui
cara pemberian ASI
RENCANA KEPERAWATAN
9) Anjurkan
2 pasien untuk tidak
04-12- banyak
2020 bergerak
5) Anjurkan
memasang kateter
untuk
menurunkan
infeksi kandung
kemih
4 6) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga
04-12- balutan agar tetap
2020 kering
7) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga bekas
luka operasi
supaya kering
8) Berikan
Ketidak efektifan antibiotic untuk
pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan mencegah infeksi
b.d. Kurangnya keperawatan kepada Ny. I (metrodinazol
produksi selama 2x24jam diharapkan 500 mg) dan
ASI ibu dapat memberikan (cefixime 100 mg)
bayinya ASI dengan cukup
dengan
4) Anjurkan ibu
banyak
mengkonsumsi
sayur-sayuran
hijau dan
buahbuahan
5) Anjurkan ibu
bayi untuk
menyusui secara
bergantian antara
payudara kanan
dan kiri
6) Ajarkan
orangtua
mempersiapkan ,
menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan
pemberian
tambahan susu
formula
7) Ajarkan ibu
untuk massage
payudara agar ASI
keluar
8) Berikan penkes
tentang cara
menyusui yang
benar
9) Berikan
informasi tentang
keuntungan dan
kerugian
pemberian ASI
IMPLEMENTASI
O:
1. Kesadaran komposmentis
3. TTV pasien
TD: 150/100mmHg
Nd: 82x/mnt
08.00 RR: 20x/mnt NOVI
Sh: 36,5˚C RAMAHWATI
SPO2: 99%
EVALUASI
P:lanjutkan intervensi
1) Kaji nyeri, kaji lokasi nyeri, intensitas,
dan lamanya
2) Monitor TTV klien / shift
2 04-12-2020 3) Ajarkan tekhnik relaksasi
4) Berikan obat penghilang nyeri
5) Lakukan pureperium sehari sekali
S:
1) pasie mengatakan belum mampu untuk
melakukan aktivitas
2) pasien mengatakan belum dapat
melakukan membersihkan diri secara
mandiri
3) pasien mengatakan masih sangat
bergantung kepada ibunya untuk melakukan
aktivitas
O:
1) pasien tampak lemah
2) pasien tampak belum dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
3) pasien tampak belum dapat melakukan
3 04-12-2020 personal hygiene secara mandiri
A:Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
1) Monitor kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
2) Lakukan penggantian pembalut klien
3) Bantu klien untuk melakukan personal
hygiene
S:
1) pasien mengatakan kadang terasa pada
daerah operasi
4 04-12-2020 2) pasien mengatakan balutan bekas operasi
belum diganti
O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada rembesan
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1) Anjarkan klien untuk mengganti balutan
2) Anjurkan klien untuk tetap mencaga
balutan agar tetap kering
3) Berikan obat antibiotik untuk mencegah
infeksi
S:
1) pasien mengatakan cemas karena ASInya
belum keluar
2) pasien mengatakan tidak tahu cara
memberikan ASI yang benar
O:
1) pasien tampak tidak mengetahui cara
memberikan ASI
2) pasien tampak belum memberikan ASI
kepada bayinya
3) ASI tampak belum keluar
4) pasien tampak cemas
A: masalah teratasi sebagian
P: lanutkan intervensi
1) Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui
2) Kaji integritas kulit putting ibu
3) Anjurkan ibu mengkonsumsisayuran dan
buah buahan
4) Anjurkan ibu bayi untuk menyusui
secara bergantian antara payudara kanan dan
kiri
5) Anjurkan ibu untuk massage
payudaranya
6) Berikan informasi tentang keuntungan
dan kerugian memberikan ASI
O:
1) Skala nyeri 3 (saat diberi rentang nyeri)
2) Klien tampak rileks
3) Klien sudah tidak memegang bekas luka
operasi
P:Lanjutkan intervensi
05-12-2020
2 S:
1) pasien mengatakan sudah dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
2) pasien mengatakan sudah dapat duduk
3) pasien mengatakanBsudah dapat
membersihkan diri secara mandiri
O:
1) pasien tampak sudah dapat mobilisasi
2) pasien tampak sudah Mandiri untuk
melakukan aktivitas
3) pasien tampak melakukan personal hygiene
secara mandiri
05-12-2020 A: Masalah teratasi
3 P:Hentikan intervensi
S:
1) pasien mengatakan daerah bekas operasi tidak
terasa panas
2) pasien mengatakan balutan bekas operasi
sudah diganti
O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada rembesan
S:
1) pasien mengatakan sudah tidak cemas
2) pasien mengatakan ASInya sudah keluar
3) pasien mengatakan sudah tahu cara
memberikan ASI yang benar
O:
1) pasien tampak mengetahui cara pemberian
ASI yang tepat
2) pasien tampak sudah mendapatkan
pengetahuan tentang cara pemberian ASI
3) pasien tampak sudah memberikan ASI
kepada bayinya
4) ASI tampak sudah keluar
5) pasien tampak sudah tidak cemas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi