Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SISTEM ENDOKRIN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. A
KETON ASIDOSIS (KAD)
(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan kegawatdaruratan)

Dosen Pembimbing :

Ns. Yarwin Yari, S.Kep, M.Bio.Med

Disusun oleh :

1. Aditiya Pramono 181083


2. Ahtalita 181084
3. Annisa Oktavia 181086
4. Alfa Ayu Qlara 181125

Program Studi D3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada


2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa. Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan kegawatDaruratan ini. Kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi ita semua tentang “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan pada pasien (Ny. A) Keton Asidosis (KAD) Sistem endokrin”. Kami
juga berterimakasih kepada Bapak Ns. Yarwin Yari, S.Kep, M.Bio.Med selaku dosen pembingbing
saya dalam mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan yang telah memberi tugas makalah ini
kepada kami
Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini dan saya sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pihak lain yang
membacanya.

Jakarta, 3 Oktober 2020

Hormat kami
DAFTAR ISI
Kata Pengatar i
Daftar Isi ii
BAB 1 Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 2
BAB II Tinjauan Teori 3
Pengertian 3
Penyebab/faktor resiko 3
Patofisiologi 4
Tanda dan gejalan KAD 5
Penanganan Kegawatan pasien KAD 5
Pemeriksaan penunjang KAD 7
BAB III Asuhan Keperawatan Pada Pasien KAD8
BAB IV Penutup 18
Kesimpulan 18
Saran 18
Daftar Pustaka 19
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes
dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup tinggi. Ketoasidosis
diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan mellitus diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.
Tetapi lebih sering pada diabetes melitus tipe 1. Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan
kadar insulin efektif sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon,
katekolamin, kortisol, dan growth hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab
utama morbiditas mortalitas pada anak dengan Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama
dan berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian akibat
KAD Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat dengan kontrol
metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode KAD Angka kematian
ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai, seperti : sepsis, syok yang
berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia,
kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis. Hiperglikemia
dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda
keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton menjadi risiko terjadinya gagal
nafas. pada sistem respirasi benda Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan
tanggap. Mengingat masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan prosedur atau
konsensus yang terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya
pembahasan mengenai bagaimana metode tatalaksana terkini dalam menangani ketoasidosis diabetik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ketoasidosis ?
2. Apa saja etiologi dari Ketoasidosis ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Keto sadosis?
4. Bagaimana patofisiologi dari ketoasidosis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Ketoasidosis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan gawatan pada ketoasidosis?

C. Tujuan:
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mahasiswa mampu menerapakan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Ketoasidosis Diabetikum.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui pengertian dari Ketoasidosis
B. Untuk mengetahui etiologi dari Ketoasidosis ?
C. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Ketoasidosis
D. Untuk mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis
E. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ketoasidosis
F. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawatan pada ketoasidosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang
penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis diabetik (KAD)adalah keadaan
dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan
natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi,
dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan
komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.
Ketoasidosis diabetik, dikenal juga sebagai ketoasidosis diabetikum atau diabetic
ketoacidosis, mearupakan komplikasi kegawatdaruratan pada penderita diabetes mellitus. Kondisi ini
ditandai dengan hiperglikemia, dehidrasi, ketoasidosis, dan adanya ketonuria. Ketoasidosis diabetik
umumnya terjadi pada diabetes mellitus tipe 1, tetapi dapat juga terjadi pada diabetes mellitus tipe 2
yang tidak terkontrol.Diagnosis ketoasidosis diabetik ditegakkan dengan riwayat mengidap diabetes
mellitus, polidipsia dan poliuria yang secara perlahan memburuk, tampak dehidrasi, pernafasan
berbau aseton, respirasi Kussmaul, kadar gula darah >250 mg/dL, kadar plasma aseton, yaitu β-
hidroksibutirat > 0.5 mmol/L, kadar serum keton >5 mEq/L, pH arteri <7.3, kadar serum bikarbonat
≤18 mEq/L, dan ketonuria. Tujuan penatalaksanaan ketoasidosis diabetik adalah untuk memperbaiki
keadaan umum, mengatasi dehidrasi, asidosis dan ketosis, mengontrol glikemia, mengembalikan
keseimbangan elektrolit darah, dan menemukan penyebab yang mendasarinya serta menanganinya.
Walau demikian, dokter juga perlu mewaspadai risiko komplikasi edema serebral akibat terapi cairan
yang berlebih.
B. Penyebab/ faktor resiko

 Penyebab Ketoasidosis Diabetik

Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Insulin akan membantu glukosa
yang ada untuk masuk ke dalam sel untuk selanjutnya diolah menjadi energi. Saat menderita diabetes
melitus, seseorang akan mengalami kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak bisa
bekerja dengan normal (resistensi insulin). Hal ini menyebabkan glukosa yang ada di dalam darah
menumpuk dan tidak bisa digunakan, sementara sel-sel tubuh tetap membutuhkan bahan makanan
untuk menghasilkan energi.Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya
mengolah lemak menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat
asam, yaitu keton. Jika hal ini terus berlanjut, keton akan menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya,
tubuh menjadi lebih asam (asidosis).

 Faktor risiko ketoasidosis diabetik

Penderita diabetes melitus 1 lebih berisiko mengalami ketoasidosis diabetik dibandingkan dengan
penderita diabetes tipe 2. Namun, tidak semua penderita diabetes melitus akan mengalami
ketoasidosis diabetik. Ada beberapa faktor dan kondisi yang meningkatkan risiko seorang penderita
diabetes mengalami ketoasidosis diabetes, yaitu:
1. Mengalami penyakit infeksi, seperti flu, infeksi saluran kemih, atau pneumonia
2. Lupa menyuntik insulin atau menggunakan dosis insulin yang terlalu rendah
3. Tidak mengikuti program pengobatan diabetes yang diberikan oleh dokter
4. Mengalami serangan jantung
5. Mengalamai cedera atau trauma emosional
6. Mengalami kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA, terutama kokain
7. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan diuretik
8. Sedang hamil dan menstruasi

Pada beberapa orang yang belum didiagnosis menderita diabetes melitus, terkadang ketoasidosis
diabetik bisa menjadi penanda awal dari kondisi ini
C. Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak
untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi,
darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini
biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin,
tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti
kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah
infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan gangguan metabolik
yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak
langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan
produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi keton,
menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis
osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium,
magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia
pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (pernafasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan
lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga.
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu
24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan
insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam,
dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik

D. Tanda dan gejala KAD


Gejala ketoasidosis diabetik bisa memburuk dalam waktu yang cepat. Saat penderita diabetes
mengalami asidosis akibat penumpukan keton, akan muncul sejumlah keluhan dan gejala, seperti:
1. Frekuensi buang air kecil meningkat
2. Muncul rasa sangat haus yang tidak menghilang walaupun sudah minum
3. Dehidrasi
4. Lemas dan lelah
5. Otot terasa nyeri atau kaku
6. Sesak napas
7. Napas berbau seperti buah-buahan atau pembersih kuteks (aseton)
8. Mual dan muntah
9. Sakit perut
10. Linglung
11. Penurunan kesadaran hingga pingsan

E. Penanganan kegawatan pasien KAD


Ketoasidosis diabetes dapat berakhir dengan kematian jika tikdak ditangani dengan cepat dan
tepat. Sehingga adanya suatu check list terstruktur yang berisi langkah-langkah penanganan gawat
darurat (ABCDE) akan sangat membantu dalam kondisi gawat darurat yang bersifat stressful.
Pertama, kamu harus bisa mengenali gejala klinis ketoasidosis diabetes. Seara klinis ada tiga gejala
utama ketoasidosis diabetes: hiperglikemia, asidosis dan ketonuria. Diagnosis ketoasidosis lebih
lengkap dapat kamu baca di artikel ini => Ketoasidosis Diabetes vs HHS Jika hasil assessment
klinismu mengarahkan ke Ketoasidosis Diabetes, ikuti langkah-langkah ABCDE Ketoasidosis
Diabetes di bawah ini
ABCDE Penanganan Ketoasidosis Diabetes di IGD
Ikuti pendekatan ABCDE dengan sistematis dan usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
atau lakukan tatalaksana dasar pada setiap tahap, sebelum beranjak ke tahapan selanjutnya.

 Airway

Perkenalkan dirimu dan jelaskan pemeriksaan apa yang akan kamu lakukan. Response verbal
yang baik dari pasien menunjukkan airway bebas. Jika pasien kesulitan memberikan respons verbal,
lalukan pemeriksaan atau upaya membuka airway (head tilt, chin lift). Jika airway tidak ada
gangguan namun pasien masuk mengalami kesulitan memberikan response verbal, maka evaluasi
breathing.

 Breathing
1. Hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen (bila memungkinkan)
2. Lakukan auskultasi dada dan lakukan perkusi jika diperlukan
3. Berikan oksigen dosis tinggi jika pasien mengalami peningkatan frekuensi napas, memiliki
saturasi yang rendah, atau tampak sakit
4. Pertimbangkan untuk mengusulkan foto thoraks (CXR) atau analisis gas darah
 Circulation
1. Periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill tme (CRT). Pasang EKG jika perlu
dan pulse oximetry untuk monitoring
2. Pasang 1-2 kanul cairan intravena jika terdapat tanda-tanda syok (takikardi, hipotensi,
pemanjangan CRT) dan berikan cairan IV bolus.
3. Pertimbangkan untuk mengusulkan beberapa pemeriksaan di bawah ini
 Urea (BUN), serum kreatinin
 Serum elektrolit
 Darah lengkap
 Tes fungsi hati
 Amilase
 Serum keton
 Laktat dan kultur darah jika pasien demam.
4. Pertimbangkan pemasangan kateter urine untuk memantau produksi urin 24 jam. Jika pasien
demam dan penyebabnya tidak diketahui, mulailah memberikan antibiotik spektrum luas.
5. Bila memungkinkan, usulkan pemeriksaan keton urin. Jika hasilnya positif, akan sangat
menunjang diagnosis ketoasidosis diabetes (jika juga didapatkan bukti hiperglikemia dan
asidosis metabolik).
 Terapi Ketoasidosis Diabetes

Pertama, pikirkan bahwa patogenesis utama ketoasidosis diabetes adalah dehidrasi cairan tubuh,
sehingga langkah pertama yang harus dipikirkan adalah melakukan rehidrasi. untuk rehidrasi tahap
awal kamu bisa memberikan 500 mL NaCl 0,9% bolus selama 1 jam jika Tekanan Darah Sistolik
pasien > 90 mmHg, atau jika Tekanan Darah Sistolik < 90 mmHg kamu bisa memberikan 1000 mL
NaCl 0,9% dalam 1 jam. Jika Tekanan Darah Sistolik masih < 90 mmHg kamu bisa mengulangi
dosis di atas.
Kedua, pasien Diabetes ketoasidosis membutuhkan insulin untuk menurunkan hiperglikemia.
Berikan bolus insulin 0,1 unit/kgBB dilanjutkan maintenance infus insulin intravena dosis tetap 0,1
unit/kgBB/jam, dibuat dengan mencampur 50 unit insulin dengan 50 mL NaCl 0,9%.
Ketiga, lakukan koreksi kalium. Bila K < 5,5 mEq/L, berikan 20-30 mEq/L kalium di dalam tiap
liter kantong infus. Target kalium berada di rentang 4-5 mEq/L.
Bila kondisi pasien sudah scukup stabil, kamu bisa melanjutkan pada langkah-langkah di bawah

 Disability

Lakukan penilaian AVPU atau GCS. Periksa apakah pupil isokor dan memberikan respons terhadap
penyinaran.

 Exposure

Buka pakaian pasien, cari tanda ruam, perdarahan, atau edema. Lakukan inspeksi dan palpasi
abdomen untuk mendapatkan tanda klinis lain.
F. Pemeriksaan penunjang KAD
1. Tes darah, untuk mengetahui kadar gula darah, kadar keton darah, tingkat keasaman darah
(analisis gas darah), dan kadar elektrolit darah
2. Tes urine, untuk melihat kadar keton urine dan kemungkinan infeksi saluran kemih
3. Rontgen dada, untuk melihat kemungkinan infeksi, seperti pneumonia
4. Tes elektrokardiogram (EKG), untuk melihat apakah kondisi pasien disebabkan oleh
serangan jantung
5. Pengobatan Ketoasidosis Diabetik

Tujuan pengobatan ketoasidosis diabetik adalah menstabilkan kondisi pasien, mengatasi kondisi
asidosis, dan memastikan agar kondisi tersebut tidak terulang kembali. Beberapa metode yang
dilakukan dokter untuk menstabilkan kondisi pasien adalah:
1. Memberikan terapi cairan melalui pemasangan infus untuk mengatasi dehidrasi dan
mengencerkan glukosa dalam darah
2. Memberikan insulin melalui infus intravena (melalui pembuluh darah vena) yang dilanjutkan
dengan pemberian insulin melalui suntikan subkutan (melalui bawah kulit), untuk
menurunkan kadar gula darah
3. Memberikan elektrolit, seperti kalium, natrium, dan klorida untuk menyeimbangkan kadar
elektrolit tubuh

Untuk memastikan agar ketoasidosis diabetik tidak terjadi lagi, dokter dapat mengubah jenis atau
kadar insulin yang digunakan pasien dan menginstruksikan pasien agar melakukan hal berikut:
1. Menggunakan obat sesuai dengan petunjuk dokter
2. Mengonsumsi makanan sesuai dengan program diet yang dianjurkan
3. Melakukan olahraga sesuai dengan program
4. Melakukan tes darah secara rutin
5. Selalu memeriksa tanggal kedaluwarsa obat dan memastikan insulin yang digunakan tidak
mengandung gumpalan
6. Menghubungi dokter jika gula darah lebih tinggi daripada rentang target yang diharapkan
7. Jika menggunakan pompa insulin, pastikan pompa insulin tidak bocor dan di dalam tabung
tidak ada gelembung udara.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KAD

Kasus

Ny A (51 th) datang ke rumah sakit di antar keluarga pasien dengan keadaan tidak sadarkan diri
sejak ± 3 jam sebelum datang ke rs keluarga pasien mengatakan luka pada jari kelingking kaki pasien
karena di cakar oleh kucing,gula darah sewaktu 442 mg/dl, Ttv pasien TD : 140/100 mmHg, N: 142
x/menit, RR : 42 x/menit, S :36 °C

RESUME INSTALASI GAWAT DARURAT

A. Data pasien

Nama : Ny A No Rekam medik : 00998189

Jenis Kelamin: Pria/Wanita Tanggal lahir: 19 November Umur: 51 Tahun


1969

B. Primary Survey

Waktu kedatangan: Transportasi: Pasien datang dengan


14 Juni 2020 pukul 13.00 Diantar oleh keluarga Penurunan kesadaran sejak
menggunakan mobil ±3 jam SMRS. Keluarga
pasien mengatakan
kesadaran pasien menurun
sejak ± 3 jam SMRS
Keluarga mengatakan pasien
mengalami luka pada jari
kelingking kaki karena di
cakar oleh kucing dan luka
tak kunjung sembuh.
Keluarga pasien mengatakan
sudah berobat ke bidan untuk
mengobati lukanya tetapi
tidak kunjung sembuh.
Tindakan Pre Hospital : Tidak ada tindakan yang dilakukan sebelum MRS
CPR O2 Infus Bidai Bebat Urin kateter Lain-lain:

TRIAGE
Kesadaran Katagori Triage: Klasifikasi kasus
Allert Verbal P1 P2 P3 Trauma Non Trauma
Pain Unrespon Merah Kuning Hijau Dx Medis :
Hitam Penurunan kesadaran ec KAD
+ DM tipe 2 normoweight
uncontrolled + ulkus pedis
dextra
Keluhan Utama
Tanda dan gejala : Luka di bagian kelingking kaki Karakteristik : Tidak dapat dikaji,
sebelah kanan dan penurunan kesadaran sejak ±3 jam pasien tidak sadar.
SMRS
Faktor yang meringankan : Tidak ada
Onset/awal kejadian : ± 2 minggu SMRS, pasien
mengeluh luka yang tak kunjung sembuh pada
kelingking kaki kanan karena dicakar kucing, luka Tindakan yang telah dilakukan
terasa nyeri, kulit memerah, tidak ada nanah, demam
tidak ada. Kemudian pasien berobat ke bidan, dan sebelum ke RS : Tidak ada
diberi bubuk tabur untuk perawatan luka di kaki. Faktor pencetus : Luka bekas
Namun, luka belum sembuh.
cakaran
± 3 hari SMRS pasien mengeluh sesak, sesak tidak
dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca dan emosi. Sesak
tidak berkurang dengan istirahat. Tidak ada mengi,
nyeri dada (-), sembab pada tubuh (-), berdebar-debar
(-), dan tidak ada batuk. Demam ada, demam turun
jika diberi obat penurun panas. Pasien mengeluh badan
terasa lemas, pandangan berkunang-kunang tidak ada,
mual (+), muntah (-) nyeri ulu hati (-). Luka pada kaki
kanan belum sembuh, luka semakin membesar,
bengkak, terasa nyeri, nanah ada, kulit sekitar luka
bewarna kehitaman. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien dalam kondisi sadar penuh, lalu dibawa ke IGD
Rumah Sakit. Pasie kemudian dirawat selama 2 hari.
Karena merasa baikan, pasien pulang.

± 3 jam SMRS pasien tidak sadarkan diri, pasien


menjadi tidak respon diajak bicara, kelemahan sesisi
tubuh tidak ada, kejang tidak ada, demam tidak ada,
sesak ada, mengi tidak ada, batuk tidak ada, nyeri dada
tidak ada, nyeri perut tidak ada, mual ada, muntah
tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada. BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Pasien dibawa ke UGD Rumah
Sakit lalu langsung dirujuk ke RSMH. Pasien
diketahui sakit kencing manis sejak ± 3 tahun  yang
lalu. Sejak ± 3 tahun yang lalu pasien merasa sering
lapar dan haus walau sudah banyak makan dan minum,
serta mengeluh badan sering terasa lemas. Namun
pasien tidak minum obat rutin dan hanya minum
ramuan-ramuan tradisonal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat kencing manis yang diketahui sejak ± 3 tahun yang lalu,
namun pasien tidak rutin mengkonsumsi obat.Riwayat hipertensi yang diketahui sejak ± 2
tahun yang lalu, namun pasien tidak rutin mengkonsumsi obat,riwayat sakit ginjal tidak ada.

 Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien menderita kencing manis dan darah tinggi.

Riwayat Allergi: Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan maupun lingkungan.
Tanda vital: Tensi : 140/100mmHg HR: 142x/menit RR:42x/menit Suhu: 36 oC
AIRWAY CIRCULATION
Paten Obstruksi Irama jantung: Reguler Ireguler
Tindakan
Akral: HKM Dingin Basah
Pucat
BREATHING Membran mukosa: Baik
Pergerakan dada: Simetris Asimetris Jaundice Normal

Irama pernapasan: Reguler Ireguler CRT: <2 Dtk >2Dtk

Suara napas tambahan: Tidak ada Turgor kulit: Baik Sedang


SPO2 : 90% Jelek

Edema: Tidak ada

Perdarahan: Tidak ada perdarahan


DISABILITY GCS: E1V1M1

Fraktur: Tidak ada Ada Total:3


Lokasi : -

Paralisis: Tidak ada Ada


Lokasi: -

D. Secondary Survey

Diagram Tubuh: PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


/ Kepala leher,thoraks,abdomen,Genitourinaria
Kepala leher : Normosefali, simetris, ekspresi
sakit sedang, deformasi (-).
Thoraks : Dada

Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri


ketok (-), krepitasi (-)

Paru-paru

I :   Statis,dinamis simetris kanan = kiri, sela


iga tidak melebar

P : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)

P :  sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-),


batas paru hepar ICS VI

A:  Vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus


pada basal kedua paru, wheezing (-)

Jantung

I   : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus codis tidak teraba

P : batas jantung atas ICS II, batas jantung


kanan LS dextra, batas jantung kiri linea
midclavicularis sinistra ICS VI

A  : HR = 142x/menit, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I   : Datar, spider naevi (-), tumor


(-)

P : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak


teraba

P : timpani, nyeri ketok (-)

A  : Bising usus (+) normal


Genitourinaria : tidak dinilai

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Jenis Pemeriksaan Hasil :


Hasil Darah Lengkap
Darah Lengkap Kimia Klinik Gula darah Acak GDS : 442 mg/dl

Blood Gas Analisa Kultur Urin EKG


 Uji Dipstick pada urin:

BUN Kreatin Foto Thorak Keton +++

 EKG:

 Rencana pemeriksaan : Glukosa darah post Irama sinus, HR: 120 x/m, gelomban P
rehidrasi, keton urin, ureum, dan kreatinin, elektrolit, normal, PR interval 0,12 detik, QRS
urinalisis, analisa gas darah, darah rutin (Hb, WBC, kompleks 0,04 detik, R/S d1v1 <1,
RBC, Ht, Plt, DC). SV1 + RV5V6 >35, ST-T changes (-)

Tindakan : KRS MRS PP DOA OPERASI PINDAH LAIN –


LAIN

F. PemberianTerapi

Pukul Medikal/obat yang Dosis/rute pemberian


diberikan
13.00 WIB O2 10 liter/menit
IVFD NaCl 0.9 %
Kocor 2000 cc

G. Diagnosa,Intervensi & Implementasi Keperawatan

Masalah keperawatan Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


(SOAP)
Resiko tinggi infeksi 13:00 1. Mengobservasi ttv S : -
berhubungan dengan kadar pasien O:
glukosa tinggi Hasil : TD : 140/90 1. TD : 140/90
,peningkatan leukosit yang x/menit mmHg
ditandai dengan : N : 90 x/menit N : 90 x/menit
DS : RR : 32x/menit RR : 32 x/menit
1. Keluarga S: 36,5 °C S : 36°C
mengaatakan pasien 13:15 2. Mengkaji tanda- A : Resiko tinggi
memiliki luka pada tanda infeksi infeksi belum teratasi
kelingking kaki Hasil : luka pasien P : Intervensi
pasien terlihat dilanjutkan
2. Keluarga mengatakan kemerahan,terasa
ayah pasien menderita nyeri dan tidak ada
kencing manis dan nanah
darah tinggi
DO : 13:30 3. Membersihkan luka
1. TTV Pasien pasien
TD : 140/100 mmHg Hasil : Luka pasien
N : 142 x/menit sudah di bersihkan
RR : 42 x/menit oleh perawat
S : 36 ° C
2. GDS 442 mg/d
Ketidakefektifan pola 13:00 1. Memberi terapi oksigen S: -
nafas b.d hiperventilasi Hasil: Pasien diberikan oksigen O:
yang ditandai dengan : 10 liter/menit 1. Pasien diberikan
13:10 2. Melakukan pemasangan ETT oksigen 10
DS : -
dan pemakaian alat bantu nafas liter/menit
DO : Hasil: Pasien dilakukan 2. Pasien dilakukan

1. Frekuensi pernafasan pemasangan alat bantu nafas pemasangan ETT

pasien 42x/menit. ventilator dan alat bantu

2. Kedalaman 3. Mempertahankan posisi semi nafas ventilator.

pernafasan pasien 13:20 folwer 3. Sesak pasien

dangkal. Hasil: Sesak pasien berkurang berkurang

3. Irama pernafasan 4. Memantau irama dan 4. Irama pernafasan

pasien tidak teratur. kedalaman pernafasan pasien pasien ireguler

4. Pasien terpasang 13:30 Hasil : Irama pernafasan dan kedalaman

oksigen. ireguler dan kedalaman pernapasan


pernapasan pasien dalam. pasien dalam
13:45 5. Memantau tanda-tanda vital 5. TTV TD 140/90
pasien mmhg, Nadi: 90
Hasil: TTV TD 140/90 mmhg, x/menit, RR: 32
Nadi: 90 x/menit, RR: 32 x/menit, Suhu 36
x/menit, Suhu 36 °C. °C

A: Ketidakefektifan
pola nafas teratasi
sebagian

P: Intervensi
dilanjutkan
Resiko infeksi b.d 14:00 1. Lakukan perawatan luka steril S : -
prosedur invasif yang dan peralatan luka sesuai SOP. O:
ditandai dengan : Hasil : Luka selalu dibersihkan 1. Luka selalu
dengan prinsip steril dan dibersihkan
DS : -
peralatan luka juga sesuai dengan prinsip
DO : SOP. steril dan
14:10 2. Mengobservasi tanda peralatan luka
1. Terdapat luka di
penyebaran infeksi juga sesuai SOP.
bagian jari kelingking
Hasil : Tidak adanya tanda
kaki sebelah kanan
penyebaran infeksi. 2. Tidak adanya
2. Pasien terpasang infus
14:15 3. Observasi tanda tanda vital tanda penyebaran
line.
Hasil: TTV: TD: infeksi.
140/90mmHg, N: 90 x/menit, 3. TTV: TD:
3. Pasien terpasang ETT
RR:32 x/menit, S: 36 °C. 100/60mmHg, N:
4. Pasien terpasang alat
80x/menit, RR:24
bantu napas ventilator.
x/menit, S:
36,7oC.

A: Resiko infeksi
teratasi sebagian

P: Intervensi
dilanjutkan

Waktu Tindakan Rasional Evaluasi


kaloborasi
14:00 1. Memberi O2 10 1. Pemberian oksigen bertujuan S:-
liter/menit untuk memberikan oksigen
O:
14:00 2. Memberi IVFD agar pernafasannya kembali
NaCl 0,9 % normal - Pasien terpasang

20x/menit 2. NaCl 0,9% IVFD merupakan oksigen dan nafasnya

sediaan infus steril yang biasa kembali teratur dan

digunakan untuk mengganti normal

cairan tubuh yang hilang - Pasien terpasang infus


NaCl 0,9% 20x/menit.

A : Tujuan teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan.

H. Penatalaksanaan Komprehensif
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes dengan
perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup tinggi. Ketoasidosis
diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan mellitus diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif sirkulasi yang terkait dengan
peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone. Gejala
yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis. Hiperglikemia dalam
tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis menyebabkan benda-benda keton
bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton menjadi risiko terjadinya gagal nafas.
pada sistem respirasi benda Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap.
Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien KAD, yaitu : Didasarkan atas adanya "trias
biokimia" yakni : hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis. Intevensi yang dibuat dan implementasi
yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat dan benar.
Saran
Sebaiknya harus rutin dalam pemberian insulin, atur asupan gizi atau makan pasien. Jika
mengalami kadar insulin rendan dan kadar gula darah yang tinggi, dan suda terjadi keton asidosi
(KAD), sesegarakn ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dan tindakan yang tepat dan
benar sesuai prosedur yang ada. Sehingga tidak terjadinya perburukan pada kondisi pasien dan
menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Ammerican Diabetes Association., (2009). Diagnosis And Clasification Of Diabetes Melitus.


Diabetes
Care.
Ammerican Diabetes Association., (2012). Standar Of Medical Care In Diabetes Melitus. Diabetes
Care; 34: S WHO, 1999.
Arfokhati, N.I., (2010) . Hubungan Antara Glukosa Urin Dengan Keton Urin Pada Penderita
Diabetes
Melitus. Skripsi. Semarang, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Gotera, W. et al,. (2010). Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD). Jurnal Penyakit Dalam.
Vol. 11, No 2.

Anda mungkin juga menyukai