Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa shalawat serta salam kepada nabi kita, Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis Dan kami harap semoga makalah ini
menambah pengetahuan dan pengalaman ini bagi para pembaca dan kami menyadari
bahwa menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga masih banyak
pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu menyusun makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan semoga Allah SWT
senantiasa meridoi segala usaha kami, Aamiin.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus ................................................................................................................13
B. Pengkajian.........................................................................................................14
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................................21
D. Intervensi ..........................................................................................................21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................24
B. Saran .................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada
diabetes mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang
masih cukup tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka
dengan diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus
tipe 1.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat
dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode
KAD. Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang
menyertai, seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia
lanjut, kadar glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan
ketosis menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem
respirasi benda keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap. Mengingat
masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan prosedur atau
konsensus yang terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis
diabetik. Maka, perlu adanya pembahasan mengenai bagaimana metode tatalaksana
terkini dalam menangani ketoasidosis diabetik.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Keto Asidosis ?
2. Apa saja etiologi dari Keto Asidosis ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Keto Asidosis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Keto Asidosis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Keto Asidosis ?
6. Bagaimana penatalaksaan dari Keto Asidosis ?
7. Bagaimana pencegahan dari Keto Asidosis ?
8. Apa saja komplikasi dari Keto Asidosis ?
9. Bagaimana askep pada klien dengan Keto Asidosis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut
“akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada
diabetes ketergantungan insulin.
Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam
keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat
racun dalam peredaran darah yang disebut keton. KAD ini sering terjadi pada diabetes
tipe 1 akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa
menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang
menyebabakan glukosa darah naik.
Pada infeksi atau stress berat, baik pada diabetes tipe 1 maupun 2, bisa pula timbul
KAD dimana tubuh membentuk hormone adrenalin untuk mengatasi infeksi dan stress,
tetapi bisa berdampak negative karena glukosa darah meningkat (adrenalin bersifat
counterinsulin). Hal ini bisa semakin berat jika pasien tidak mau minum obat diabetes
atau suntik insulin pada saat stress atau infeksi.
B. Etiologi
Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat hiperglikemia
dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :
3
Penurunan kadar insulin dapat diresepkan tidak adekuat atau pasien tidak
menyuntikkan insulin dengan dosis yang cukup. Kesalahan yang menyebabkan dosis
insulin yang harus diberikan berkurang, terjadi pada pasien-pasien yang sakit dan
menganggap jika mereka kurang makan atau menderita muntah-muntah, maka dosis
insulinnya juga harus dikurangi. (karena keadaan sakit khususnya infeksi dapat
meningkatkan kadar glukosa darah, maka pasien tidak perlu menurunkan dosis insulin
yang mengimbangi asupanmakanan yang berkurang ketika sakit dan bahkan mungkin
harus meningkatkan dosis insulinnya).
Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respons
terhadap stres fisik (atau emosional), terjadi peningkatan kadar hormon-hormon
“stres”—yaitu, glukogon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormone pertumbuhan.
C. Manifestasi Klinis
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah,
antara lain :
4
Di samping itu, sebelumnya ada tanda-tanda hiperglikemia, yaitu rasa haus,
banyak kencing, capek, lemah, luka sulit sembuh, dan lain-lain.
1. Rasa lelah
2. Nafsu makan bertambah
3. Rasa haus berlebihan
4. Penglihatan kabur
5. Kulit kering
6. Sering kencing
7. Luka yang sukar sembuh
8. Berat badan menurun
D. Patofisiologis
Diabetes ketoasidosis disebabakan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis
osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira –
kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium serta klorida selam
periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi benda
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi benda keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik
5
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien
mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian
lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang
biasanya bergantung pada derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa
ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium.
c. Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan
perawatan. EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di
tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
6
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai
pergeseran kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
g. Keton.
h. β-hidroksibutirat.
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi
saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
k. Fosfor
7
l. Tingkat BUN meningkat.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat
terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar
kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien
yang mengalami insufisiensi renal.
2. Pemeriksaan Diagnostik
8
1. Dehidrasi
Pada mulanya, larutan saline 0,9% diberikan dengan kecepatan yang sangat tinggi
biasanya 0,5 hingga 1 L/jam selama 2 hingga 3 jam. Larutan normal saline
hipotonik (45%) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi
atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Setelah
beberapa jam pertama, larutan normal saline 45% merupakan cairan infuse pilihan
untuk terapi rehidrasi selama tekanan darah pasien tetap stabil dan kadar
natriumnya tidak terlalu rendah. Infuse dengan kecepatan sedang hingga tinggi
(200 hingga 500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam berikutnya.
2. Kehilangan elektrolit.
Untuk pemberian infus kalium yang aman, perawat harus memastikan bahwa:
9
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap kalium memberikan hasil yang normal
atau rendah.
c. pasien dapat berkemih (dengan kata lain, tidak mengalami gangguan fungsi
ginjal.
Pembacaan hasil EKG dan pengukuran kadar kalium yang sering (pada
awalnya setiap 2 hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam pertama terapi.
Penggantian kalium ditunda hanya jika terdapat hiperkalemia atau jika pasien tidak
dapat berkemih. Namun, kadar kalium dapat turun dengan cepat akibat terapi
rehidrasi dan pemberian insulin, penggantian kalium harus segera dimulai hingga
kadarnya mencapai nilai normal.
3. Asidosis
Akumulasi badan keton (asam) merupakan akibat pemecahan lemak. Asidosis yang
terjadi pada diabetes ketoasidosis dapat diatasi melalui pemberian insulin. Insulin
menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-
senyawa yang bersifat asam.
Insulin biasanya diberikan melalui infuse dengan kecepatan lambat tetapi kontinu
(misalnya, 5 unit per jam). Kadar glukosa darah tiap jam harus diukur. Dekstrosa
ditambahkan kedalam cairan infuse (misalnya, D5NS atau D545NS) bila kadar
glukosa mencapai 250 hingga 300 mg/dl (13,8 hingga 16,6 mmol/L) untuk
menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
Perlu diingatkan bahwa glukosa darah biasanya lebih dahulu dikoreksikan daripada
asidosis. Jadi, pembererian insulin IV dapat dilanjutkan selama 12 hingga 24 jam
sampai kadar bikarbonat serum membaik (hingga mencapai sedikitnya 15 sampai
18 mEq/L) dan pasien dapat makan.
Secara umum, infuse biokarbonat untuk mengoreksi asidosis berat harus dihindari
selama terapi diabetes ketoasidosis karena dapat mencetuskan penurunan lebih
lanjut kalium kadar kalium serum yang terjadi secara mendadak (dan dapat
menyebabkan kematian). Infuse insulin yang kontinu biasanya sudah cukup untuk
mengatasi keadaan asidosis pada diabetes ketoasiosis. Jika pasien tidak dapat
meminum cairan tanpa muntah atau bila kadar glukos atau keton yang tinggi tetap
10
bertahan, dokter harus diberi tau tau. Pasien harus mengethaui cara menghubungi
dokternya setiap saat selama 24 jam.
G. Pencegahan
Dua faktor yang paling berperan dalam timbulnya KAD adalah terapi insulin yang
tidak adekuat dan infeksi. Dari pengalaman di negara maju keduanya dapat diatasi
dengan memberikan hotline/akses yang mudah bagi penderita untuk mencapai
fasilitas kesehatan, komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan penderita
dan keluaranya di saat sakit, serta edukasi.
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein.
11
Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada
kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal
ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa
menimbulkan gagal jantung kongesif.
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres,
perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada
pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner
dan mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak
disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar
glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan
dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai
berupa koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah
pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh
kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan
signal ke otak untuk menambah takanan darah.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. P masuk melalui IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
disertai batuk berdahak, nyeri ulu hati mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. BAB
dan BAK dalam batas normal. Saat dilakukan pengkajian diruang ICU jam 10.30 wib,
klien sesak hebat, nafas cepat dan dangkal, klien gelisah, akral dingin, kesadaran
samnolen, GCS 8 , muka pucat keringat dingin, CRT > 3 detik, keadaan umum jelek,
suhu 36.5 ̊c, TD 140/112 mmHg, nadi 138 x/menit, RR 46 x/menit, GDS 316 mg/dl,
IVFD terpasang NaCl 0.9% 60cc /jam, drip insulin 50 unit dalam 50cc nacl 0,9%
dosis 0,5cc /jam via syringe pump, drip furosemide 100 mg dalam 100cc nacl 0,9%
habis dalam 12 jam dengan tetesan 8,3cc /jam via infus pump, terpasang NRM 10
liter/menit, SpO2 68%.
Data Laboratorium:
Hematologic
HB 12,2 gr/dl, Leukosit 13.900 sel/mm3 , hematokrot 40%, trombosir 321.000/ mm3 ,
LED 1 jam 15 mm/jam. Kimia darah: GDS: 316 mg/dl, ureum 33 mg/dl, kreatinin 1,0
mg/dl, SGOT 71 U/dl, SGPT 40 U/dl, Natrium 150mg/dl, K 4,0 mg.dl, klorida 108
mg/dl, bend aketon (-).
13
A. Pengkajian
b. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny.P
Jenis kelamin : Perempuan
Usia :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Diagnosa Medis : Ketoasidosis diabetic
Tanggal pengkajian :
No RM :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Hubungan dengan klien :
B. Keluhan Utama
Sesak Napas
C. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
klien sesak hebat, nafas cepat dan dangkal, klien gelisah, akral dingin,
kesadaran samnolen, GCS 8 , muka pucat keringat dingin.
14
Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu disertai batuk berdahak, nyeri ulu hati mual
dan muntah sejak 2 hari yang lalu.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak terkaji
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
15
Tidak terkaji
DATA OBJEKTIF
16
IVFD terpasang NaCl 0.9% 60cc /jam, drip insulin 50 unit dalam 50cc
nacl 0,9% dosis 0,5cc /jam via syringe pump, drip furosemide 100 mg
dalam 100cc nacl 0,9% habis dalam 12 jam dengan tetesan 8,3cc /jam via
infus pump.
- Bawah
Tidak terkaji.
c) Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologic: HB 12,2 gr/dl, Leukosit 13.900 sel/mm3 , hematokrot 40%,
trombosir 321.000/ mm3 , LED 1 jam 15 mm/jam.
b. Kimia darah : GDS: 316 mg/dl, ureum 33 mg/dl, kreatinin 1,0 mg/dl, SGOT 71
U/dl, SGPT 40 U/dl, Natrium 150mg/dl, K 4,0 mg.dl, klorida 108 mg/dl, bend
aketon (-).
c. Terapi
IVFD terpasang NaCl 0.9% 60cc /jam, drip insulin 50 unit dalam 50cc nacl 0,9%
dosis 0,5cc /jam via syringe pump, drip furosemide 100 mg dalam 100cc nacl
0,9% habis dalam 12 jam dengan tetesan 8,3cc /jam via infus pump. Catopril
12,5mg/24 jam, Piroxicam10mg/12 jam Setelah makan, Ibuprofen 500mg/8 jam,
dan B Kompleks1 tab/24 jam.
ANALISA DATA :
17
3. RR 46 x/menit lemak
4. Terpasang NRM 10 ↓
liter/menit, Ambilan glukosa
5. SpO2 68%. ↓
Hiperglikemia
↓
Penebalan membran
dasar vaskuler
↓
Disfungsi endotel
mikrovaskuler
↓
Mikro angiopati
↓
Neuropati
↓
GFR menurun
↓
Gagal ginjal kronis
↓
Ketidakseimbangan
cairan dan elektorik
↓
Penumpukan sekret di
paru
↓
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
↓
Pola nafas tidak
efektif
2 DS: Nyeri Akut Jumlah reseptor Nyeri akut b.d
1. Klien mengatakan insulin menurun ketoasidosis
nyeri ulu hati mual ↓
18
dan muntah sejak 2 Insulin yang ada
hari yang lalu. ↓
2. BAB dan BAK Defisiensi insulin
dalam batas normal (absolut dan relatif)
DO: ↓
1. GDS 316 mg/dl Gangguan
2. IVFD terpasang metabolisme
NaCl 0.9% 60cc karbohidrat, protein,
/jam, drip insulin 50 lemak
unit dalam 50cc nacl ↓
0,9% dosis 0,5cc Lipofisis meningkat
/jam via syringe ↓
pump Ketogenesis
3. TTV: TD 140/112 ↓
mmHg, nadi 138 Ketoanemia
x/menit, RR 46 ↓
x/menit. Ketoasidosis
↓
Menumpuknya asam
menyebabkan nyeri
↓
Nyeri akut
3 DS: Ketidakstabilan Jumlah reseptor Ketidakstabilan gula
- gula insulin menurun darah b.d resistensi
DO: ↓ insulin
1. GDS 316 mg/dl Insulin yang ada
2. Drip insulin 50 ↓
unit dalam 50cc Defisiensi insulin
nacl 0,9% dosis (absolut dan relatif)
0,5cc /jam via ↓
syringe pump Gangguan
metabolisme
karbohidrat, protein,
lemak
19
↓
Ambilan glukosa
↓
Hiperglikemia
↓
Ketidakstabilan gula
4 DS: Ketidakseimbangan Jumlah reseptor Ketidakseimbangan
Klien mengeluh mual nutrisi kurang dari insulin menurun nutrisi kurang dari
muntah sejak 2 hari kebutuhan tubuh ↓ kebutuhan tubuh b.d
yang lalu Insulin yang ada hiperglikemia
DO: ↓
1. Akral dingin Defisiensi insulin
2. Keadaan umum jelek (absolut dan relatif)
3. IVFD terpasang ↓
NaCl 0.9% 60cc Gangguan
/jam metabolisme
4. GDS 316 mg/dl karbohidrat, protein,
lemak
↓
Ambilan glukosa
↓
Hiperglikemia
↓
Glukosa sel menurun
↓
Nutrisel menurun
↓
Sel lapar
↓
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
20
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Nyeri akut berhubungan dengan ketoasidosis
3. Ketidakstabilan gula darah berhubungan resistensi insulin
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hiperglikemia
INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Pola nafas tidak Setelah 1. Kaji dan pantau 1. Mengetahui
efektif dilakukan tanda-tanda keadaan umum
berhubungan perawatan vital pasien klien
dengan bersihan selama 4 x 24 2. Manajemen 2. Mengatur agar
jalan nafas tidak jam, pola nafas pernafasan pola nafas
efektif dapat kembali 3. Auskultasi kembali efektif
efektif dengan bunyi nafas dan 3. Mengetahui
kriteria hasil: catat adanya adanya
1. Klien tidak bunyi nafas ketidaknormalan
mengeluh seperti crackels, pada saluran nafas
sesak nafas mengi, ronkhi 4. Mempermudah
dan disertai 4. Atur posisi oksigen untuk
batuk semi fowler masuk ke dalam
berdahak. 5. Observasi pola paru-paru
2. Klien tidak batuk dan 5. Mengetahui
tampak sesak karakter sekret frekuensi batuk
hebat 6. Bantu pasien dan karakteristik
3. Nafas nafas dalam sekret
vesikuler 7. Ajarkan cara 6. Membantu asupan
4. RR 16-20 batuk efektif oksigen lebih
x/menit 8. Kolaborasi banyak
5. Tidak (berikan 7. Batuk efektif
21
terpasang oksigen tidak membuat
NRM 10 tambahan, lelah
liter/menit berikan 8. Meningkatkan
6. SpO2 98%. humidifikasi suplay oksigen
tambahan
misalnya
nebulizer).
2 Nyeri akut Setelah 1. Identifikasi 1. Untuk
berhubungan dilakukan lokasi, merencanakan
dengan tindakan karakteristik, tindakan yang
ketoasidosis keperawatan durasi, tepat untuk
selama 2x24 frekuensi, selanjutnya
jam, nyeri akut kualitas, 2. Mengetahui
dapat teratasi intensitas perkembangan
dengan kriteria 2. Identifikasi nyeri
hasil: skala nyeri 3. Mengurangi
1. Klien tidak 3. Berikan terapi gejala yang
mengatakan non dirasakan
nyeri ulu hati farmakologis 4. Agar klien
2. TTV normal untuk mengerti dan
Suhu 36.5 ̊ C – mengurangi termotivasi untuk
37,5 ̊ C , TD rasa nyeri patuh pengobatan
120/80 mmHg, 4. Jelaskan Mengurangi nyeri
nadi 60-100 penyebab dan
x/menit, RR 16- periode serta
20 x/menit pemicu nyeri
Kolaborasi
pemberian
analgetik
3 Ketidakstabilan Setelah 1. Identifikasi 1. Agar mampu
gula darah dilakukan kemungkinan mencegah
berhubungan tindakan penyebab penyebab kembali
resistensi insulin keperawatan hiperglikemia terulang
selama 3x24 2. Monitor tanda 2. Memantau siklus
22
jam, gula darah dan gejala gula darah
dapat kembali hiperglikemia 3. Membantu
stabil dengan 3. Anjurkan menstabilkan gula
kriteria hasil: kepatuhan darah
Gula darah terhadap diet 4. Insulin sebagai
dalam batas dan olahraga produk untuk
normal (GDS: 4. Kolaborasi menstabilkan gula
200 mg/dl) pemberian darah
insulin Patuh akan
Berikan pengobatan
dukungan agar mempercepat
menjalankan kesembuhan
pengobatan
dengan baik
4 Ketidakseimbangan Setelah 1. Monitor adanya 1. Indikasi
nutrisi kurang dari dilakukan berat badan kekurangan nutrisi
kebutuhan tubuh tindakan 2. Monitor mual 2. Mengetahui
berhubungan keperawatan muntah output
dengan selama 3x24 3. Monitor 3. Menambah nafsu
hiperglikemia jam, nutrisi dapat makanan makan
terpenuhi dengan kesukaan 4. Menyesuaikan
kriteria hasil: 4. Monitor kalori dengan diet
1. Klien tidak dan intake 5. Indikasi kelebihan
mengeluh nutrisi cairan
mual muntah 5. Catat adanya 6. Lingkungan
2. Akral dingin edema mempengaruhi
3. Keadaan 6. Monitor nafsu makan
umum jelek lingkungan 7. Mengurangi mual
4. Lepas IVFD selama makan
GDS 200 mg/dl 7. Kolaborasi
pemberian
antiemetik
BAB IV
PENUTUP
23
A. Kesimpulan
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme ginjal
dimana tubuh terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan natrium
dan air yang disebut poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan kompensasi dari
defisiensi insulin. Sedangkan asidosis adalah peningkatan pH dan diiringi oleh
penumpukan benda keton dalan tubuh. Keadaan ketoasidosis merupakan keadan yang
memerlukan banyak pengontrolan dan pemantauan insulin dan cairan elektrolit,
karena bila kekurangan atau malah terjadi kelebihan akan mengakibatkan komplikasi
yang sulit untuk ditanggulangi.
B. Saran
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi KAD berikan informasi tentang
KAD dan pencegahan terhadap KAD. Bila menemukan klien dengan KAD, sebaiknya
selalu kontrol pemberian insulin dan cairan elektrolit sehingga meminimalkan
terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
24
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suszanne, C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.
Price Sylvia, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jilid 2 Edisi 4. Jakarta :
EGC.
25