Anda di halaman 1dari 12

RESUME PBL

SKENARIO
“KESULITAN BELAJAR”

Nama : Haikal Rizki MaharDeni


Nama bagus : Karsinoma Laring
Kelompok : 8 (Orofaring)

Fakultas kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati


Cirebon
2020
SKENARIO

KESULITAN BELAJAR

Reyhan adalah mahasiswa kedokteran di UGJ, ia merupakan mahasiswa tingkat akhir,


terancam drop out karena nilai IPK nya sangat kurang dari batas minimal kelulusan.
Hal tersebut akibat dari tidak aktifnya Reyhan dalam pelaksaan PBL. Dan kurangnya
niat untuk belajar ketika ujian. Maka dari itu, Reyhan berniat untuk berkomunikasi
dengan dosen walinya untuk mendapat arahan yang terbaik agar menjadi 7 stars
doctor.

STEP 1 : KLARIFIKASI MASALAH


1. 7 stars doctor = Tujuh keahlian/kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang
dokter.
2. Drop out = Pemutusan hak sebagai mahasiswa biasanya dikarenakan beberapa
penyebab salah satunya melanggar aturan,dll.
3. IPK = definisi dari nilai. IPK singkatan dari Indeks Prestasi Kumulatif.

STEP 2
1. Apa faktor penyebab Reyhan tidak aktif dalam pelaksanaan PBL?
2. Apa saja arahan yang diberikan oleh dosen walinya?
3. Apa solusi yang tepat untuk Reyhan agar dia bisa bertambah niat untuk belajar?

STEP 3
1. Karena Reyhan memiliki rasa malu pada saat pelaksanaan PBL. Karena kurangnya
belajar Reyhan.
2. Dosen memberikan motivasi agar Reyhan lebih percaya diri. Dosen memberikan
teknik-teknik untuk reyhan belajar.
3. Melakukan segala arahan dari dosennya secara sedikit-sedikit. Mencari cara yang
efektif dan sesuai dengan dirinya.

STEP 4
1. Mungkin dia juga belum mengetahui materinya, public speakingnya belum lancar,
belum menguasai materi. Karena kurangnya rasa percaya diri.
2. Dosen memberikan motivasi karena reyhan sudah kehilangan semangat belajar.
Dosen mengingatkan apa motivasinya yang ingin dicapai ketika menjadi dokter.
Dosen juga memberikan teknik-teknik belajar kepada Reyhan contohnya seperti
belajar tidak dengan membaca dan menghafal tetapi juga harus dipahami.
3. Mungkinn sebaiknya Reyhan mencari gaya belajarnya sendiri, visual, auditori dan
kinestetik.
1.Visual
Gaya belajar secara visual ini yaitu kemampuan belajar dengan melihat. Gaya belajar
ini digunakan pada orang dengan indera pengelihatan yang tajam dan teliti.
Kemampuan belajar yang berhubungan dengan ini yaitu seperti matematika, bahasa
arab, bahasa jepang, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk.
2. Auditori
Orang dengan gaya belajar auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan
lebih terfokus. Orang dengan gaya belajar ini mampu memahami sesuatu lebih baik
dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca,
atau soal cerita.
3. Kinestetik
Gaya belajar kinestetik yaitu gaya belajar dengan melibatkan gaya gerak. Hal yang
berkaitan yaitu seperti olahraga, menari, memainkan musik, percobaan laboratorium,
dan lainnya. Gaya belajar ini efektif untuk anak yang menyukai gerak dan gambaran
imajinasi berdasarkan gerakan.
MIND MAP

KESULITAN
BELAJAR

FAKTOR
DAMPAK SOLUSI
PENYEBAB
-
KURANG TERANCAM CARI CARA BELAJAR
BELAJAR DROP OUT YANG EFEKTIF

TIDAK AKTIF NILAI IPK


PBL RENDAH
STEP 5 : SASARAN BELAJAR
1. Bagaimana cara menghitung IPK?
2. Bagaimanakah tujuan, prinsip, langkah-langkah dalam kegiatan PBL?
3. Jelaskan definisi, macam, kelebihan dan kekurangan dari adult learning, self-direct
learning dan deep learning?
4. Jelaskan keterampilan dalam belajar yang dapat menunjang cara belajar mahasiswa
kedokteran?
5. Bagaimana yang dimaksud dengan 7 stars doctor?

REFLEKSI DIRI
untuk pbl pertemuan pertama dan kedua kali ini cukup baik dan berjalan lancar,
semua anggota kelompok 8 mampu berdiskusi membahas dan memecahkan materi
dari scenario tersebut, untuk diskusi semua anggota kelompok 8 sangat aktif dan
teratur sesuai dengan ketentuan.

STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7
1. Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK adalah nilai rata-rata dari seluruh mata
kuliah yang diikuti sejak semester pertama hingga semseter saat itu. Indeks
Prestasi kumulatif biasanya lebih menggambarkan prestasi akademik dari
keseluruhan nilai mahasiswa yang bersangkutan. Mahasiswa dengan IPK
tinggi biasanya lebih dipercaya dalam hal mengajukan beasiswa, menjadi
asisten dosen, mengajukan penulisan skripsi lebih awal, dan lain-lain. Rumus
menghitung IPK adalah sebagai berikut.
Jumlahkan semua nilai Indeks Prestasi dari semester satu hingga semester
terakhir yang diambil.
Setelah itu, jumlahkan semua nilai IP tersebut dibagi dengan jumlah IP.
IPK = (Jumlah kumulatif (SKS x POIN)) / (Jumlah kumulatif SKS)
2. Tujuan : “Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan
masalah,belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa
untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya
sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri”.
Prinsip: Ada beberapa prinsip dalam PBL, yakni: Prinsip 1. Belajar adalah
proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi
oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan kekepala
pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi
melalui repetisi dan penerimaan.
Langkah-langkah :
- Klarifikasi Permasalahan.
- Brainstorming.
- Pengumpulan Informasi dan Data.
- Berbagi Informasi dan Berdiskusi untuk Menemukan Solusi Penyelesaian
Masalah.
- Presentasi Hasil Penyelesaian Masalah.
- Refleksi
3. Definisi Self-Directed Learning Self-directed learning (SDL) merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang memungkinkan pelajar dapat
mengambil inisiatif sendiri, dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya,
merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber untuk belajar,
memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran, dan mengevaluasi
output pembelajaran. Self-directed learning sebagai proses organisasi
pembelajaran, terfokus pada otonomi siswa selama proses pembelajarana.
Selanjutnya beberapa ahli menekankan model self-directed learning sebagai
personal attribute dengan tujuan akhir mengembangan karakter, emosional
serta otonomi intelektual (Song & Hill, 2007). Peran Pendidikan sebagai
pembimbing peserta didik untuk bergerak ke arah konsep diri. Kesiapan
belajar didefinisikan sebagai tingat kesiapan dimana siswa telah memperoleh
sikap, kemampuan, dan kepribadian yang diperlukan untuk belajar mandiri
(Ranvar, 2015). Self-directed learning didefinisikan sebagai suatu proses
dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang 9 lain
untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan
belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan
melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi hasil belajarnya
sendiri (Knowles, 1975 dalam Mulube, 2014). Rachmawati (2010)
mengartikan self-directed learning sebagai metode pembelajaran yang bersifat
fleksibel namun tetap berorientasi pada planning, monitoring, dan evaluating
bergantung pada kemampuan siswa dalam mengelola pembelajaran sesuai
dengan otonomi yang dimilikinya. Kegiatan mandiri tersebut menuntut siswa
untuk dapat mengatur sumber-sumber belajar yang ada sesuai dengan
kebutuhan dan konteks pembelajaran. Self-directed learning adalah
kemampuan mahasiswa mengambil inisiatif untuk bertanggung jawab
terhadap pelajarannya dengan atau tanpa bantuan orang lain yang meliputi
aspek: kesadaran, strategi belajar, kegiatan belajar, evaluasi, dan ketrampilan
interpersonal (Setyawati, 2015). Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar
yang didasari atas kemauan sendiri, tanpa bantuan orang lain serta mampu
mempertanggung jawabkan tindakannya. Peserta didik dikatakan mampu
untuk belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar
tanpa ketergantungan pada orang lain. Ciri pokok mahasiswa yang mampu
belajar mandiri dapat dilihat dari 10 bagaimana ia memulai belajarnya,
mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar dengan cara dan
teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu mengetahui
kekurangan diri sendiri (Mukminan, et al., 2013). Oleh karena itu definisi
belajar mandiri dapat diasumsikan suatu proses pembelajaran atas inisiatif
menunjukkan kesediaan untuk melaksanakan SDL, mampu menentuan
nasibnya sendiri dan memilih sendiri cara terbaik untuk dia bisa belajar serta
dapat memperluas ketrampilan yang dimilikinya. Ciri kemandirian mahasiswa
menurut Thoha (1996) dapat diidentifikaskan sebagai berikut: (1) mampu
berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif. (2) Tidak mudah terpengaruh oleh
pendapat orang lain. (3) Tidak lari atau menghindari masalah. (4)
Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam. (5) Apabila
menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa bantuan orang lain. (6) Tidak
merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain. (7)
Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. (8) Bertanggung
jawab atas tindakannya sendiri. Oleh karena itu sebagai syarat agar mahasiswa
dapat belajar mandiri, maka harus dididik melalui metode belajar yang baik
sehingga sejak awal dari pemberian tugas belajar harus sudah timbul dalam
jiwa dan pikiran mahasiswa 11 untuk menata kegiatan belajar sendiri
berdasarkan metodologi belajar yang baik dan pada tahapan-tahapan dalam
proses belajar tersebut mengalir dengan sendirinya (Mukminan, et al., 2013).
2. Kelebihan dan Kekurangan Self-Directed Learning Metode self-directed
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan (Huriah, 2018). a. Kelebihan
metode self-directed learning 1) Siswa bebas untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka sendiri, sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai
dengan arah minat dan bakat mereka dalam menggunakan kecerdasan
majemuk yang mereka miliki. 2) Menekankan sumber belajar secara lebih luas
baik dari guru maupun sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukasi 3)
Mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
yang dimiliki secara menyeluruh. 4) Pembelajaran mandiri memberikan siswa
kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan
lingkungan mereka dan memungkinkan siswa untuk membuat pilihanpilihan
positif tentang bagaimana mereka akan memecahkan masalah yang dihadapi
sehari-hari. 12 5) Mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih materi yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan. Disamping itu, cara belajar yang
dilakukan sendiri juga lebih menyenangkan. b. Kekurangan self directed
learning 1) Siswa bodoh akan semakin bodoh dan siswa pintar akan semakin
pintar karena jarang terjadi interaksi satu sama lainnya. 2) Bagi siswa yang
malas, maka siswa tersebut untuk mengembangkan kemampuannya atau
pengetahuannya. 3) Ada beberapa siswa yang membutuhkan saran dari
seseorang untuk memilih materi cocok untuknya atau karena siswa yang
bersangkutan tidak mengetahui sampai seberapa kemampuannya. 3. Langkah-
Langkah Self-Directed Learning Secara garis besar, proses pembelajaran
dalam self-directed learning dibagi menjadi tiga yaitu planning, monitoring,
dan evaluating. Pada tahap perencanaan (planning), siswa merencanakan
aktivitas pada tempat dan waktu dimana siswa merasa nyaman untuk belajar.
Siswa juga merencanakan komponen belajar yang diinginkan serta
menentukan target belajar yang ingin dicapai. Pada tahap monitoring, siswa
mengamati dan mengobservasi pembelajaran 13 mereka. Banyak tantangan
belajar yang dapat ditemukan oleh siswa ketika siswa memonitor pelajaran
mereka sehingga akan menjadikan proses belajar yang lebih bermakna. Dalam
tahap evaluasi, siswa mengevaluasi pelajaran dan pengetahuan yang dimiliki
kemudian guru memberikan umpan balik serta mengkolaborasikan
pengetahuan siswa yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu
pemahaman yang benar. Guru tidak dapat mengevaluasi siswa secara langsung
melainkan menyiapkan waktu untuk evaluasi dan umpan balik bagi masing –
masing siswa (Song & Hill, 2007). Enam tahap self-directed learning menurut
Saha (2006) meliputi: 1) setting suasana belajar, 2) diagnosis kebutuhan dalam
pembelajaran, 3) perumusan tujuan pembelajaran, 4) identifikasi kemampuan
pembelajar dan sumber belajar di dalam pembelajaran, 5) implementasi dan
pemilihan strategi belajar yang tepat, dan 6) evaluasi hasil belajar. Self-
directed learning dapat terbentuk melalui empat tahap (Gibbons, 2002).
Pertama, siswa berfikir secara mandiri, artinya siswa tidak menggantungkan
pemikirannya pada guru, tetapi pada pemikirannya sendiri. Kedua, siswa
belajar memahami diri sendiri. Ketiga, siswa belajar perencanaan diri,
bagaimana siswa akan beajar mencapai program dan tujuan belajar yang sudah
ditetapkan. Keempat, 14 terbentuknya self-directed learning siswa
memutuskan sendiri apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana akan
mempelajari. Huda (2013) merumuskan empat tahap proses self-directed
learning, yaitu: a. Planning Yang termasuk dalam tahap ini antara lain:
menganalisis kebutuhan peserta didik, institusi dan persoalan kurikulum,
melakukan analisis terhadap skill atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik, merancang tujuan pembelajaran yang continuum, memilih sumber daya
yang tepat untuk pembelajaran, serta membuat rencana mengenai aktivitas
pembelajaran harian. b. Implementing Pendidik mempromosikan kemampuan
yang dimiliki peserta didik, menerapkan pembelajaran sesuai dengan hasil
adopsi rencana dan setting, penyesuaian yang telah dilakukan, serta
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih metode yang
sesuai dengan keinginannya. c. Monitoring Pada tahap ini pendidik melakukan
mind-tas monitoring atau melakukan pengawasan terhadap pengerjaan tugas
yang diberikan, study balance monitoring atau melakukan pengawasan peserta
15 didik selama mengerjakan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan
tugas utama pembelajaran, serta awareness monitoring atau mengawasai
kesadaran dan kepekaan peserta didik selama pembelajaran. d. Evaluating
Pendidik membandingkan hasil peserta didik, menyesuaikan dan melakukan
penilaian peserta didik dengan tujuan yang telah dirancang sebelumnya, serta
meminta pernyataan kepada peserta didik, dengan mengajukan pertanyaan
mengenai proses penyelesaian tugas. 4. Tingkat Kategori Self-Directed
Learning Guglielmino & Guglielmino (1991) dalam Fajrin (2014) membagi
self-directed learning menjadi tiga tingkat kategori. Pertama, kategori rendah
yaitu individu dengan skor self-directed learning yang rendah memiliki
karakteristik yaitu siswa yang menyukai proses belajar yang terstruktur atau
tradisional, seperti peran guru dalam ruangan. Kedua, self-directed learning
dengan kategori sedang adalah individu dengan skor self-directed learning
sedang memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi yang mandiri, tetapi
tidak sepenuhnya dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan
belajar dan dalam melaksanakan rencana belajar. Ketiga, self-directed 16
learning dengan kategori tinggi yaitu individu dengan skor selfdirected
learning yang tinggi memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya mampu
mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka, mampu membuat perencanaan
belajar serta mampu melaksanakan rencana belajar tersebut.
b. Adult Learning Adult
Learning atau pembelajaran orang dewasa adalah istilah yang sudah
masyhur dalam dunia Pendidikan dan Pelatihan (diklat). Pada awalnya
pengetahuan tentang pendidikan banyak diambil dari studi-studi yang
dilakukan terhadap anak-anak dan hewan dalam belajar. Dari sini lahirlah
istilah “paedagogy” yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani “paid”
yang berarti anak-anak, dan “agogos” yang berarti memimpin. Dengan
demikian, paedagogy secara khusus diartikan sebagai seni mengajar anak-
anak. Namun pada perkembangannya, istilah paedagogy sering diartikan
sebagai ilmu dan seni mengajar atau mendidik secara umum. Sedangkan
subyek pendidikan yang dihadapi sekarang adalah orang dewasa yang
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak dalam belajar.
Metode belajar yang diterapkan pada orang dewasa hendaknya membantu
mereka untuk belajar (learn how to learn). Pendekatan ini kemudian
disebut dengan “andragogy” yang berasal dari kata “andra” yang berarti
pria/orang dewasa. Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh Alexander
Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan teori pendidikan dari Plato.1
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang
terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi
pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat
terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan
peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci
keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. untuk itu pendidik
hendaknya mampu membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan
kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta
memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman
belajar, dan (d) berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil
kegiatan belajar. Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan
peserta didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran. Orang
dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dilihat dari
segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa
apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang
disebut dewasa apabila ia telah melakukan peran-peran sosial yang
biasanya dibebankan kepada orang dewasa.

4. Berdasarkan pemaknaan yang dipaparkan oleh Malcolm Knowles dan


Lindeman, dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang mahasiswa FK adalah:
a. Self-Directed Learning
 Adult Learner bersikap otonom dan mandiri. Mereka harus bebas
untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Pendidikan atau instruktur
harus secara aktif melibatkan peserta didik yang telah dewasa tersebut
dalam proses belajar dan berfungsi sebagai fasilitator bagi mereka.
Secara khusus, mereka harus mendapatkan perspektif baru tentang
topik apa yang harus dilakukan untuk menutupi dan mengurangi
kekurangannya atau peningkatan kemampuannya. Mereka bekerja
pada hal-hal yang mencerminkan kepentingan mereka. Mereka harus
dikondisikan untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
secara mandiri atau berkelompok2.
b. Personal Experienced Based
 Adult Learner telah memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman.
Mereka perlu menghubungkan pembelajaran pengetahuan/pengalaman
ini sebagai dasar prior knowledge dalam mengembangkan pengetahuan
dan pengalaman mereka. Mereka harus bisa menghubungkan teori dan
konsep dengan nilai, pengalaman dan pengetahuan para pembelajar
sebelumnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari2.
c. Goal Oriented
 Adult Learner berorientasi pada tujuan. Melalui program pendidikan
yang terorganisir dan jelas unsur-unsurnya akan membantu
ketertarikan mereka untuk mengikutinya2.
 Adult Learner berorientasi dengan hal-hal yang relevansinya jelas.
Sebelum memutuskan untuk belajar orang dewasa harus melihat alasan
untuk apa belajar tentang sesuatu. Belajar harus bermanfaat untuk
pekerjaan mereka atau tugas mereka dan untuk menjadi sesuatu yang
bernilai bagi mereka2.

d. Self-Motivation
 Seorang Adult Learner merasa lebih termotivasi oleh dorongan internal
dibandingkan dorongan eksternal. Motivasi dari dalam diri lebih
berpengaruh bagi kelangsungan pembelajaran2.

e. Active Learning
 Sesama orang dewasa harus saling menunjukkan rasa hormat. Orang
dewasa harus diperlakukan setara dalam pengalaman dan
pengetahuannya serta diizinkan untuk menyatakan pendapat mereka
secara bebas di dalam kelas2.
5. 7 STARS DOCTOR
1. Care Provider ( Penyedia Pelayanan Kesehatan dan Perawatan )
2. Decision Maker ( Pengambil Keputusan )
3. Communicator ( Komunikasi yang Baik )
4. Community Leader ( Pemimpin Masyarakat )
5. Manager ( Pengelola Manajemen )
6. Researcher
7. Iman dan Taqwa

DAFTAR PUSTAKA
https://bukubiruku.com/cara-menghitung-ipk/ Diakses 09-10-2020
https://kangtofa.wordpress.com/2016/02/03/tujuan-dan-manfaat-pembelajaran-
berbasis-masalah/amp/ Diakses 09-10-2020
http://garduguru.blogspot.com/2011/05/prinsip-dasar-problem-based-learning.html?
m=1 Diakses 09-10-2020
https://ainamulyana.blogspot.com/2018/03/langkah-langkah-pembelajaran-
berbasis.html?m=1 Diakses 09-10-2020

Anda mungkin juga menyukai