MATERI PEDAGOGIK
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan,
atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. Karakteristik
mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang
berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan. Peserta didik adalah setiap individu yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan.
Karakateristik peserta didik merupakan keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan
kata lain karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
1
1). Gaya Belajar Menurut Dave Meier
Dave Meier membagi gaya belajar menjadi empat, yaitu gaya belajar Somatis,
gaya belajar auditorial, gaya belajar visual, dan gaya belajar kinestetik.
► Gaya Belajar Somatik.
Somatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh soma (seperti
Psikosomatis). Jadi,belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestis,
praktis – melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar.
Auditori adalah cara belajar dengan berbicara dan mendengar. Ciri-ciri gaya
belajar auditorial adalah :
2
menyusun peta konsep gaya pemrosesan belahan kiri dan belahan kanan otak
dilibatkan secara penuh.
Kolb mengemukakan bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya
belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan
konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke dalam 4 (empat)
tipe sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 8 berikut.
3
Gambar Tipe belajar anak menurut David A de Kolb
Tipe 1. Diverger.
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation
(RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan
(watching).
pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan matematika. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “What?”. Peran dan fungsi guru yang cocok
untuk menghadapi Siswa dengan tipe Diverger memiliki keunggulan dalam
kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang
yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan
utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan
“bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk
menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk
menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai Motivator.
Tipe 2. Assimilator.
Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective
Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran (thinking) dan
pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki keunggulan
dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi siswa tipe ini adalah
sebagai seorang Expert.
Tipe 3. Converger.
4
gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera
berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara trial and error
hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.
Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk
menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat
menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang tepat.
Tipe 4. Accomodator
Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active Experimentation
(AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat
(doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai
situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya.
Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil
pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan
melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam
usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia
(untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka
cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori
yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran
yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.
Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru dalam
berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada
“open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari
dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based
Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe yang keempat ini.
5
3.) Gaya Belajar menurut Honey dan Mumford
Tipe Aktifis,
Tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cenderung berfikiran terbuka dan mudah diajak
berdialog. Pesertadidik semacam ini biasanya identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstrorming atau
problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasinya. Gaya belajar aktivis
mempunyai kekuatan; fleksibel, dan berpikiran terbuka.
Tipe Reflektor,
Tipe Teoris,
Tipe teoris biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka, berfikir secara
rasional adalah suatau yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis,
dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
Tipe Pragmatis
Tipe Pragmatis, pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari
segala hal. Teori memang penting, kata mereka. Namun bila teori tidak dapat
dipraktikan, untuk apa? Mereka tidak suka bertele-tele membahas aspek-aspek
teoritis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan
baik hanya jika bisa dipraktikan.
6
A.2. MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA
2. Guru dapat mengetahui keluasan dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini
berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan
disampaikan.
3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi
tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga
guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.
Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah,
Lingkungan tempat tinggal
Psikis
1. Nativisme
Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa
bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu
2. Empirisme
7
3. Konvergensi
Klasifikasi Kecerdasan
MODALITAS BELAJAR:
SISWA VISUAL:
Siswa Auditorial:
8
Siswa Kinestetik:
Karakteristik siswa dalam sebuah kelas atau sekolah itu sangat beragam.
Sehingga saat melakukan proses belajar-mengajar, setiap siswa sebaiknya
menerima perlakuan individu dengan pendekatan yang berbeda-beda antara satu
siswa dengan siswa lainnya.
Fungsi layanan peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya,
segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
9
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya
dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan
hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.
Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan,
oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan
juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
10
B. TEORI BELAJAR
Menurut aliran ini, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat, perubahan
yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis ini, namun mereka
berbeda pendapat dalam beberapa hal penting.
Berikut kita kaji hasil karya dari beberapa penganut aliran ini, yaitu
Thorndike, Waston, Hull, Gathrie, dan Skiner.
11
1. Thorndike
Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku), belajar adalah proses
interaksi antara Stimulus (yang mungkin berupa fikiran, perasaan, atau gerakan)
dan Respon (yang juga bisa berupa fikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya,
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang
konkrit ( dapat diamati) atau yang non kongkrit (tidak dapat diamati).
2. Waston
Menurut Waston, pelopor lain yang datang sesudah Thordike, stimulus dan respon
tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable). Dengan
kata lain, Waston mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi
dalam pembelajaran dan menganggapnya sebagai faktor yang takperlu diketahui.
Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam bentuk pesertadidik
tidak penting. Tapi, faktor-faktor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses
belajar sudah terjadi atau belum. Penganut aliran behavioristik lebih senang
memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa semua hal penting. Teori Waston ini juga disebut
sebagai aliran Tingkah laku (Behaviorism).
3. Clark Hull
Clark Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Karena itu, dalam teori
ini kebutuhan biologis dan pemuasan ini sangat dominan, meskipun respon
mungkin bermacam-macam bentuknya.
Teori ini terutama setelah Skiner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak
digunakan dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai
eksperimen dalam laboratorium.
12
4. Edwin Guthrie
Menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis. Hal
penting dalam teori ini adalah bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung bersifat sementara. Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang
sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu , suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan
dengan berbagai macam stimulus.
5. Skinner
13
pesertadidik sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu
bertindak.
14
d. Penguatan Positif
e. Penguatan Intermiten
f. Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau
tidak mengharapkan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya
pesertadidik yang berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya
bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru
bahkan guru tidak menghiraukannya.
g. Percontohan (modeling)
h. Token Ekonomi
15
Dalam praktik teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap
perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget. “belajar bermakna”-nya
Ausubel, dan “belajar penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh
Jerome Bruner.
1. Piaget
Menurut Jean Peaget (salah satu penganut aliran kognitivisme yang kuat), proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
peserta didik. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam
situasi yang baru. Proses equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
16
2. Ausubel
Menurut Ausabel, pesertadidik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan (belajar)” (Advance organizers)” didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik. Pengatur kemajuan
belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.
3. Brunner
Dengan kata lain, pesertadidik dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Untuk memahami konsep “kejujuran”, misalnya, pesertadidik
tidak semata-mata “menghafal” definisi kata “kejujuran” tersebut, melainkan
dengan mempelajari contoh-contoh kongkrit tentang kejujuran, dan dari contoh-
contoh itulah pesertadidik dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”
Dalam praktik, teori ini antra lain terwujud dalam pendekatan yang
diusulkan oleh ausabel yang disebut “belajar bermakna” atau “miningfull
learning”. Sebagai catatan, teori Ausabel ini juga dimasukan kedalam aliran
kognitif. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk
Taksonomi Bloom yang terkenal itu. Selain itu empat pakar lain yang juga
17
termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan Mumford, serta
Habermas.
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh pesertadidik, yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu;
Pemahaman (menginterpretasikan)
18
Merespon (aktif berpartisipasi)
2. Habermas,
Habermas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, dia membagi
tipe belajar menjadi tiga macam, yaitu:
Belajar Praktis, Pesertadidik juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini yang
lebih dipentingkan adalah interaksi antara pesertadidik dengan orang-orang
disekelilingnya. Pada tahap ini, pemahaman pesertadidik terhadap alam tidak
berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya dengan
manusia. Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan jika dan hanya jika
berkaitan dengan kepentingan manusia. dari suatu lingkungan.
19
B.2. APLIKASI TEORI BELAJAR
a. Behaviorisme
3. Menentukasn materi pelajaran (KI, KD, Topik dsb/ SK. KD. Topik dsb)
5. Melaksanakan pembelajaran
Tes
Latihan
Tugas-tugas
20
10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil
belajar)
Dibandingkan dengan teori Bruner, maka teori Ausubel ini dalam aplikasinya
menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke kusus). Hal lain
21
yang membedakan, Bruner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu, Ausubel
labih menekankan pada aspek struktur kognitif pesertadidik.
Satu konsep penting dalam teori Ausubel ini adalah Advance Organizer (AO).
AO adalah suatau gambaran singkat (bersivat fisual atau verbal) yang mencakup
isi pelajaran baru yang akan dipelajari pesertadidik. AO berfungsi sebagai (1)
kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang akan
berlangsung , (2) Penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini dikuasai
pesertadidik dengan ilmu baru yang akan dipelajari, (3) Pendidik yang membantu
mempermudah proses belajar pesertadidik.
22
Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Jika kita amati, maka teori humanistik ini dalam pembelajaran cenderung
mendorong pesertadidik untuk berfikir induktif (dari contoh ke konsep, dari
kongkrit ke abstrak, dari kusus ke umum, dsb). Meskipun tidak ada satu pakar
humanistikpun yang menjabarkan teori mereka kedalam langkah-langkah teknis,
tetapi teori humanistik ini bila diaplikasikan akan mencakup tahap-tahap berikut;
c. Pembelajaran Aktif
23
* Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan
kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
* Peserta didik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,
* Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
2. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN.
Secara umum Filbeck (1974) dalam tulisannya “System in teaching and learning”
menyatakan ada 12 prinsip pembelajaran. Masing-masing prinsip tersebut adalah
Kedua adalah prinsip kondisi. Manusia akan belajar dari kondisi. Misalnya kalau
kondisi suatu lingkungan dibuat agar orang tidak nyaman merokok, misalnya
tidak ada asbak, sulit mencari rokok, maka orang akan belajar untuk tidak
merokok. Ketiga adalah prinsip retensi. Kemampuan baru dapat berkurang atau
hilang kalau tidak disegarkan.
Keempat adalah prinsip transfer. Hasil belajar akan dengan mudah ditransfer
apabila kepada kondisi pembelajaran yang sama, karena itu pembelajaran pada
situasi yang nyata lebih mudah untuk diterapkan kepada kehidupan pebelajar.
24
Kelima adalah prinsip generalisasi dan membedakan. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap objek yang dipelajari mempunyai sifat-sifat tertentu dihubungkan
dengan obyek lain. Misalnya belajar memecahkan satu kasus akan membekali
siswa memecahkan kasus lain, namun ada kalanya satu kasus sangat berbeda
dengan kasus lain sehingga harus dipecahkan dengan cara yang berbeda pula.
Dengan prinsip ini maka materi bias diklasifikasikan sehingga mudah dipahami.
Prinsip ini dapat memberikan dasar untuk dapat memahami sesuatu yang komplek
seperti pemecahan masalah. Implikasi dalam pembelajaran adalah pemberian
contoh harus lengkap, ada contoh positif adapula contoh negatif.
Keenam adalah prinsip mental. Kondisi mental peserta didik harus disiapkan agar
siap belajar. Dalam pembelajaran prinsip ini diterapkan dalam kegiatan
pembukaan pembelajaran sebelum kegfiatan inti disampaikan.
Kesepuluh adalah prinsip umpan balik. Pebelajar akan belajar lebih cepat, efisien
dan menyenangkan kalau kalau ia diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu
setelah belajar.
25
b. Prinsip Pembelajaran Menurut Knowles
Semua orang bisa belajar apabila cara kerja otak tidak dihambat dengan
mengecilkan, mengabaikan, atau menghukum otak dalam proses pembelajaran.
(cara kerja otak reptil, lembik dan kortek)
Otak Reptilia
MacLean menjelaskan bahwa otak reptilia terbentuk paling awal dalam evolusi
perkembangan manusia yaitu dalam tahun pertama hidup seorang anak. Ia disebut
otak reptilia disebabkan fungsinya yang mempunyai persamaan dengan elemen-
elemen pertahanan diri dalam reptilia dan melibatkan kecerdasan paling rendah.
26
Fungsi utamanya ialah mengatur secara otomatis atau tanpa disadari, perilaku
kelima pancaindera seseorang. Pengaturan fungsi-fungsi utama indra ini
mempunyai hubungan dengan kemampuan seseorang bertahan hidup. Otak
reptilia menggerakkan manusia berupaya untuk memperoleh makanan,
perlindungan, keselamatan dan mempertahankan hidup.
Dan pembelajaran yang sampai ke sistem limbik akan berjalan penuh minat dan
semangat karena sistem limbik berkaitan dengan emosi.
Jensen (1998) mengatakan bahwa tekanan yang berlebihan atau perasaan
terancam memberi kesan negatif kepada pemikiran dan ingatan dan seterusnya
menyebabkan pembelajaran menurun. Namun demikian, bukan semua jenis dan
tahap tekanan membawa kesan yang buruk. Tidak ada tekanan juga tidak
memberi kesan yang baik. Sebaliknya, tahap pencapaian siswa juga rendah.
Logikanya, pada tekanan yang rendah dan sederhana sesuai dengan kapasitasnya
prestasi atau semangat belajar maupun bekerja akan terwujud.
27
berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
28
C MENGEMBANGKAN KURIKULUM YANG TERKAIT DENGAN
MATA PELAJARAN YANG DIAMPU
Isi kurikulum merupakan bahan yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Tugas sekolah, dalam hal ini guru, adalah menyeleksi dan mengorganisasi bahan
belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Ada beberapa pendapat tentang sifat
bahan. Saylor & Alexander menjelaskan bahwa bahan diorganisasi dalam bentuk
gagasan, konsep, generalisasi, prinsip, rencana dan pemecahan masalah.
Perumusan bahan seperti ini lebih bersifat menekankan pada pengetahuan.
Menurut Zais bahan meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap-sikap.
29
instruksional dan pembuatan latihan/tes untuk mengukur kemampuan pesertadidik
dalam menyerap materi pembelajaran. Secara umum penulisan tujuan
pembelajaran adalah menggunakan kata-kata kerja yang spesifik dan dapat diukur.
Sebagai contoh : “Pesertadidik mampu melakukan pemupukan tanaman dengan
tingkat kebenaran 100% bila disediakan data kesuburan tanah dan biomasa
tanaman yang akan dipanen ”.
30
“Seberapa akurat ?”
“Seberapa lama ?”
“Seberapa banyak ? “, dan sebagainya.
Tentukan suatu kriteria untuk mengidentifikasi level yang dikehendaki
misal kecepatan dalam melakukan aksi, akurasi, kualitas, kuantitas, dan
sebagainya
31
(audience) dapat mendemonstrasikan cara-cara mencangkok (behaviour) bila
disediakan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang akan dihasilkan
(condition), dengan tingkat presisi 95%. (degree).
32
Maka materi yang diajarkan harus memenuhi kebutuhan kemampuan-
kemampuan tersebut.
b. Prinsip Konsistensi / keajegan
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada
tigaaspekpengetahuan, ketrampilan dan sikap, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi materi-materi yang mendukung tigaaspek
pada KD.
c. Prinsip Adequacy /kecukupan
Materi pembelajaran mencakup jenis-jenis materi yang diperlukan
untuk mendukung terbentuknya KD berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi. Misalnya pada KD 3.9 Maka jenis materi dapat
dikembangkan dari IPK yang merupakan gabungan antara jenis materi
dan level performansi sebagaimana terlihat pada tabel 1 performance
konten.Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
33
Pendekatan ini untuk mempermudah pesertadidik memahami materi
pembelajaran.
Contoh pengorganisasian ini dapat dilihat pada gambar berikut
a. Hubungan Hirarkis
Hubungan kemampuan yang hirarkis adalah kedudukan dua atau lebih
kemampuan yang menunjukkan bahwa salah satu kemampuan hanya
34
dapat diperagakan bila kemampuan lain sudah dikuasai lebih dahulu
(sebagai kemampuan prasyarat).
b. Hubungan Prosedural
Hubungan kemampuan prosedural adalah kedudukan dua atau lebih
kemampuan yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku,
tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lainnya.
c. Struktur Pengelompokan
Terdapat bentuk kemampuan-kemampuan khusus yang saling
berhubungan, namun tidak mempunyai mempunyai ketergantungan satu
sama lain.
d. Struktur Kombinasi
Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian
tersebar dalam bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural,
dan pengelompokan.
e. Penataan Materi berdasarkan pengorganisasian Advance Organizer
Menurut teori pendidikan kognitifisme Ausabel untuk mempermudah
pembelajaran materi perlu diorganisir menggunakan peta konsep berdasarkan
jenis materi.
C.5. Mengembangkan Indikator dan Instrumen Penilaian.
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian. Indikator juga disebut sebagai penanda pencapaian KD yang ditandai
oleh perubahan perilakuyang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
35
Mekanisme pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi ada dua
langkah yang dapat digunakan.
a. Menganalisis tingkat kesesuaian antara KD dan SKL
b. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
Langkah ini dilakukan dengan cara melihat tingkat kompetensi dengan
menganalisis kata kerja operasional (KKO)
36
unsurharanya
37
kegiatan pemupukan
Prosedur perhitungan kebutuhan pupuk dilakukan melalui tahap
penetapan kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang akan
dihasilkan.
Menggunakan Prinsip Pemupukan
Perhitungan kebutuhan pupuk dihitung berdasarkan kesenjangan
antara kesuburan tanah dengan biomasa tanaman yang akan
diproduksi
38
D. MENYELENGGARAKAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK.
39
strategis,Memilih gagasan kreatif,Mencari dan menyaring
informasi,Merumuskan pertanyaan,Menerapkan gagasan baru pada
pekerjaan,Menciptakan makna pribadi,Meramalkan implikasi suatu
gagasan
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI terfasilitasi dalam
pembelajaran. Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu
peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.
40
d) Verbal association
Pola ini setara dengan pola belajar sebelumnya, yaitu belajar
menghubungkan satuan stimulus dan respons yang satu dan lainnya.
Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan sebuah bentuk geometris dan pesertadidik dapat
mengatakan bujur sangkar atau mengatakan itu bola. Sebelumnya ia
harus sudah dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal
bentuk kubus atau mengenal bola.
e) Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Pada pola ini, peserta didik belajar dengan cara membedakan. Mereka
belajar dengan mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua
perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian
memilih sejumlah pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi
utama untuk berlangsungnya proses belajar ini adalah pesertadidik
sudah memiliki kemahiran melakukan chaning dan association serta
pengalaman. Contoh pesertadidik dapat mengenal berbagai jenis
kelompok ikan beserta namanya walaupun ikan itu banyak dalam satu
wadah.
f) Concept learning (belajar konsep)
Pola ini adalah belajar konsep berdasarkan cirri – ciri dari sekelompok
stimulus dan objek – objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep, Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran
diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
41
Adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini pesertadidik
belajar memecahkan masalah, mempergunakan berbagai kaidah yang
telah dikuasainya.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi,minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
42
pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang
berbeda.
D.3. Menyusun Rancangan Pembelajaran yang Lengkap Baik Untuk
Kegiatan Di Dalam Kelas, Laboratorium, Maupun Lapangan
Komponen pembelajaran, yaitu (1) tujuan dan materi, (2) strategi dan
media (3) evaluasi pembelajaran. Untuk lebih mendalami terhadap komponen-
komponen pembelajaran itu, mari kita kaji lebih dalam agar rancangan
pembelajaran yang kita buat terjiwai oleh nilai-nilai yang mendasar terutaman
terkait dengan karakteristik siswa sebagai sebyek belajar dan hakekat kegiatan
pembelajaran.
a. Menganalisis; Kendala/kondisi,
Kendala/kondisi adalah sesuatu keadaan yang harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran. Kondisi
pembelajaran akan mempengaruhi efek strategi/metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran berinteraksi
dengan strategi pembelajaran, dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi.
Berbeda halnya dengan variabel strategi pembelajaran, yang pada
dasarnya semua cara-cara yang berbeda dapat dimanipulasi oleh
perancang pembelajaran. Bila dalam suatu situasi, strategi pembelajaran
tidak dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi kondisi
pembelajaran. Sebaliknya, bila suatu kondisi pembelajaran, dalam suatu
situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi strategi
pembelajaran.(Wasis D Dwiyogo, dalam Pembelajaran Visioner Abad
21)
Contoh :
Tabel Kegiatan analisis kondisi dalam perencanaan pembelajaran dapat
dilakukan sebagai berikut:
43
KD Menggunakan Hasil analisis Kondisi
konsep pemupukan
44
KCL) berdasarkan kunci diskriptor yang disediakan
oleh guru.
Menyusun definisi pupuk anorganik berdasarkan ciri
fisik
Membedakan jenis-jenis pupuk anorganik
berdasarkan ciri fisik
Melakukan pemilihan pupuk anorganik berdasarkan
ciri fisik
Motivasi Berprestasi Mengidentifikasi Motivasi berpresttasi pesertadidik,
kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat hasil
catatan terhadap partisipasi pesertadidik dalam
proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan
selama ini atau memberikan angket.
45
minat pesertadidik baik.
Dominan somatik 40 %
Dominan Auditori 15 %
Dominan Visual 25 %
Dominan intelektual 20 %
46
b) Konsep adalah kumpulan ; obyek, peristiwa atau simbol yang
memiliki karakteristik yang sama. Konsep sering juga disebut kelas
(class). Obyek-obyek yang memiliki karakteristik yang sama berarti
tergolong dalam satu kelas atau kategori yang sama, dengan
demikian memiliki konsep yang sama. Contoh
Pupuk Tunggal
KCL
UREA
TSP
47
terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping
trengginas dalam bekerja (Raka Joni, 2006). Menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik harus selalu bertolak dari konsep karakteristik peserta didik
sebagai subyek belajar, konsep landasan teori belajar untuk mengembangkan
prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian hasil belajar serta memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan
perbaikan secara sistimatis dan berkelanjutan sehingga dapat memfasilitasi
perkembangan pesertadidik secara utuh (soft skills dan hard skills).
1. Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, guru perlu mengaktifkan
pesertadidik secara optimal, sebagai pembelajaran berorientasi pada
aktivitas pesertadidik (student centred).
Dalam pembelajaran dikelas lebih banyak untuk pemahaman yang sifatnya
konseptual dan pemahaman prinsip. Dalam pelaksanaan pembelajaran
dikelas terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup
2. Pelaksanaan pembelajaran dilaboratorium punya peran sebagai;
a. Peragaan (Demonstration)
a. Latihan (exercises)
b. Penyelidikan terstruktur (structured enquiries)
c. Penyelidikan secara terbuka (open ended enquries)
d. Proyek (project)
Peningkatan Pembelajaran Di Laboratorium
48
D.5. Menggunakan Media Pembelajaran Dan Sumber Belajar Yang Relevan
Dengan Karakteristik Peserta Didik Dan Mata Pelajaran Yang Diampu
Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran Secara Utuh
1. Konsep Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pesertadidik
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
49
Pemanfaatan sumber belajar dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera.
Menambah wawasan dan pengalaman pesertadidik.
Upaya memperluas wawasan pesertadidik melalui pemanfaatan sumber
belajar juga merupakan nilai tambah yang lain dari sumber belajar.
Memberikan informasi yang akurat dan terbaru
Sumber belajar juga dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru.
Misalnya : Informasi yang di dapat pesertadidik melalui percobaan
pemupukan di lingkungan sekolah/wahana diklat.
Meningkatkan motivasi belajar pesertadidik
Kreativitas guru untuk memilih dan memanfaatkan berbagai sumber
belajar akn mendorong pesertadidik menyenangi kegiatan belajarnya
karena pesertadidik diberikan
Mengembangkan kemampuan berfikir pesertadidik secara lebih kritis dan
positif
4. Prosedur Penggunaan Sumber Belajar
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran dan Sumber Bdelajar
a. Langkah – langkah dalam Pemanfaatan Media
1) Merumuskan tujuan pembelajaran
Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menentukan media
mana yang akan digunakan dalam mencapai tujuan, melalui tahapan;
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran mencantumkan media yang akan
digunakan.
mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah
disediakan,
menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar
dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari
lagi serta pesertadidik dapat melihat dan mendengar dengan baik.
2) Persiapan kelas.
Pesertadidik atau kelas harus mempunyai persiapan dalam menerima
pelajaran dengan menggunakan media tertentu.
50
i. Langkah penyajian dan pemanfaatan media.
Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan
media pembelajaran meliputi tahapan;
yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap
dan siap untuk digunakan.
jelaskan tujuan yang akan dicapai,
jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik selama proses pembelajaran,
hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu
perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
ii. Langkah kegiatan belajar pesertadidik.
Pada fase ini pesertadidik belajar dengan memanfatkan media
pembelajaran.
iii. Langkah evaluasi pembelajaran.
Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi sampai sejauh mana
tujuan pembelajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh
mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang
keberhasilan proses belajar pesertadidik.
Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh
pesertadidik sebagai umpan balik . Kalau ternyata tujuan belum
tercapai, maka guru perlu mengulangi sajian program media
tersebut
iv. Langkah Tindaklanjut
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman
peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan
media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur
efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen,
observasi, latihan dan tes.
2. Pemilihan sumber belajar
Dalam memilih sumber belajar dapat ditentukan berdasarkan :
Program Pembelajaran
51
Kondisi Lingkungan
Karakteristik pesertadidik
Karakteristik sumber belajar
Keempat hal tersebut harus menjadi patokan dalam memilih sumber
belajar yang akan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Contoh hasil analisis pemilihan sumber belajar dalam kemampuan
menggunakan konsep untuk membedakan jenis pupuk anorganik
berdasarkan kandungan unsurnya kimia menggunakan metode analis
kimia.
52
E. MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
E.1. Memanfaatkan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran Yang Diampu
Dalam proses belajar, guru menyampaikan pesan berupa ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang perlu dikuasai oleh peserta didik. Guru berperan sebagai
pengirim pesan atau sender dan peserta didik berperan sebagai penerima pesan
atau receiver. Pertukaran pesan ini memperlihatkan adanya mekanisme umpan
53
balik yang dapat membuat proses belajar berlangsung secara interaktif. Proses
komunikasi akan mencapai tujuan apabila kedua belah pihak, baik pengirim
maupun penerima, dapat memiliki kesamaan pemahaman terhadap pesan dan
informasi yang dikomunikasikan. Kesamaan pemahaman antara pengirim dan
penerima pesan di dalam proses komunikasi menunjukkan adanya atau terjadinya
proses belajar.
54
F. MEMFASILITASI PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
UNTUK MENGAKTUALISASIKAN BERBAGAI POTENSI YANG
DIMILIKI.
F.1. Menyediakan Berbagai Kegiatan Pembelajaran Untuk Mendorong
Peserta didik Mencapai Prestasi Secara Optimal
Modus pembelajaran sebagai upaya membangun kepribadian pesertadidik
secara utuh dapat mengguakan modus pembelajaran langsung (direct
instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Sedangkan jenis
kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler
1. Prinsip optimalisasi prestasi peserta didik adalah dengan menyediakan
berbagai kegiatan pembelajaran
2. Cara optimalisasi prestasi pesertadidik adalah dengan:
Melaksanakan pembelajaran reguler Intrakurikuler
Melaksanakan kegiatan kokurikuler
Melaksanakan kegiatan remediasi bagi peserta didik yang belum
tuntas menguasai seluruh kompetensi/kemampuan
Melaksanakan kegiatan pembelajaran pengayaan bagi peserta didik
yang mampu menyelesaikan kompetensi lebih cepat dari waktu yang
tersedia
3. Orientasi pembelajaran kokurikuler adalah menyediakan tugas untuk
dipelajarai sebagai pendalaman dari materi yang dipelajari pada kegiatan
intrakurikuler. Sasarannya adalah agar terbentuknya lapisan akson yang
mampu mempercepat pemindahan informasi dari dendrit yang satu ke
dendrit yang lainnya
55
6. Orentasi pembelajaran ekstrakurikuler adalah untuk membangun aspek
sikap dan keterampilan yang belum terbentuk secara utuh pada
pembelajaran reguler (intekrurikuler)
Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang
diperoleh hasil interaksi dengan lingkungan hidupnya. Kondisi pesertadidik tetang
bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik harus
diketahui dan dijadikan sebagai landasan dalam memberikan layanan
pengembangannya. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal,
pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis. Untuk mengetahui potensi bakat/minat, perlu
dipahami bahwa sebagai manusia yang sedang berkembang menuju kearah ke
dewasaan memiliki beberapa karakteristik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
secara umum menyediakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana
pengembangan potensi pesertadidik yang belum terakomodasikan dalam kegiatan
intrakurikuler dan ko kurikuler.
Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Konsep Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dapat menemukan dan
mengembangkan potensi peserta didik, serta memberikan manfaat sosial
yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama dengan orang lain.
2. Prinsip
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan
prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut
56
keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan
masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi
peserta didik.
3. Mekanisme
a. Pengembangan
b. Pelaksanaan
c. Penilaian
Kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler perlu mendapat
penilaian dan dideskripsikan dalam raport.
57
G BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF, EMPATIK, DAN
SANTUN DENGAN PESERTA DIDIK
G.1 Memahami Berbagai Strategi Berkomunikasi Yang Efektif, Empatik,
dan Santun, Secara Lisan, Tulisan, dan/atau Bentuk Lain
Lasswel (dalam Onong, 2001), mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu. Gie (1982), merumuskan komunikasi sebagai
suatu proses, yaitu rangkaian kegiatan penataan yang berupa penyampaian warta
dari seseorang kepada pihak lain dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.
58
oleh komunikator. Sedang komunikasi dalam proses pembelajaran adalah
komunikasi yang dilakukan antara guru kepada siswa, siswa kepada guru, ataupun
siswa dan siswa didalam membahas isi materi pembelajaran.
1) Credibility (keterpercayaan)
Dalam komunikasi antara komunikator dan komunikan harus saling
mempercayai.
3) Content (kepuasan)
Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan antara dua belah
pihak.
4) Clarity (kejelasan)
Kejelasan yang dimaksud disini adalah tentang kejelasan isi berita,
tujuan yang akan dicapai atau istilah yang dipergunakan.
59
Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication).
1) Respect
Adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang kita sampaikan.
2) Empathy
3) Audible
4) Clarity
5) Humble
Adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendahhati yang kita miliki.
60
Dalam berkomunikasi dengan santun, ada beberapa nilai-nilai etnis yang
dapat diterima oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat etnis lain dan dapat
diserap untuk menumbuh kembangkan kesantunan berbahasa. Yaitu, (a) sikap
rendah hati, (b) sikap empan papan, (c) sikap menjaga perasaan, (d) sikap mau
berkorban, (e) sikap mawas diri.
61
berbahasa lebih ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut
guru dan karyawan kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif
(berkaitan dengan nilai-nilai norma) antara lain kebenaran, kejujuran,
keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan, khidmat,
optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh
hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemah
lembut, dan rendah hati. Untuk mengatasi hal tersebut di atas peranan guru
amat penting. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak
pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Gurulah yang mengatur,
mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
tepat untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional.Oleh karena itu,
secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih professional, inovatif,
perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas
pembelajaran.Demikian pula dalam hal keteladanan perilaku santun dalam
berbahasa.
62
H MENYELENGGARAKAN PENILAIAN DAN EVALUASI
PROSES DAN HASIL BELAJAR
63
Prinsip-Prinsip Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar
Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai seberapa jauh
kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara
operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat
diperoleh penilaian (value judgement), Karena itu dalam evaluasi diperlukan
prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih
efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:
64
d. Komprehensif.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak ada
teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan
siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam
pelajaran. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi
mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif misalnya
akan memberikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa.
Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia
benar-benar mengerti tentang materi tersebut, apakah sudah dapat
mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah /
mengembangkan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan
sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih
banyak tergantung pada subyektivitas evaluatornya.
65
g. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa tujuan penilaian, di samping
untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta
penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan
sebagai feedback(umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi
guru atau pengajar. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah
tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan,
prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus dilakukan secara
adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian.
h. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru
sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak
jelasnya sistem penilaian itu sendiri bagi para guru. Apa yang dinilai
serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan makna masing-
masing skala.
H.2. Menentukan Prosedur Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar
Kegiatan penilaian dilakukukan oleh satuan kependidikan (Pendidik) dan
pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua
mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk
ujian nasional.
Prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar yang meliputi
tentang;1). Teknik Prosedur Penilaian Hasil Belajar, 2) Teknik Prosedur Evaluasi
Proses Dan Hasil Belajar, 3) Teknik Prosedur Penilaian Penilaian Hasil Belajar,
dan 4) Teknik Prosedur Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar. Teknik teknik tersebut
merupakan cara yang mudah untuk menuntun bagaimana melakukan penilaian
proses dan penilaian hasil belajar. Dengan teknik teknik tersebut diharapkan
peserta diklat dapat melakukan penilaian dengan baik, tepat, dan akurat. Karena
66
situasi dikelas pembelajaran tidak selalu sama, mungkin kondisi peserta didiknya,
kondisi alat peraga atau fasilitas belajarnya, dan kondisi lingkungan kelas yang
berbeda, maka teknik-teknik tersebut perlu dicoba berkali-kali hingga menemukan
teknik penilaian yang sesuai.
No. Mengajukan
Metode Kelebihan Kelemahan dari penguji
1. Mengungkap aspek Terjadi subjektifitas
pertanyaan: keterampilan dan atas hasil yang diperoleh.
Wawancara pengetahuan dan sikap Penguji harus memiliki
secara komperhensif penguasaan terhadap materi
Dilakukan pada saat yang yang diujikan secara masteri
bersangkutan bekerja.pada Membutuhkan waktu
2. Mengajukan Mengungkap aspek Kesulitan dalam penyusunan
kondisi normal dalam pelaksanaannya
pertanyaan: pengetahuan secara soal dan membutuhkan waktu
Tes tertulis komperhensif untuk uji coba dan validasi.
Dilakukan untuk Harus disusun oleh orang yang
menguji peserta dalam benar-benar menguasai materi
jumlah yang besar pada secara masteri
saat yang bersamaan. Ada kecenderungan peserta
Dilaksanakan oleh ujian menjawab secara untung-
orang yang tidak untungan.
menguasai materi
Hasil penilaian objektif
Waktu pelaksanaan
relatif lebih singkat
67
dari metode yang lain.
68
1) Demonstrasi, adalah suatu bentuk kinerja di mana peserta
sertifikasi menjelaskan, menerapkan suatu proses, prosedur, dan lain-lain,
dengan suatu cara yang kongret untuk mempertunjukkan kecakapan
individunya tentang suatu keterampilan tertentu atau kecakapan menguasai
pengetahuan tertentu.
2) Wawancara, disebut pula interview merupakan percakapan antar muka
dalam kesempatan dimana seluruh pihak (guru, peserta sertifikasi dan
orang tua) menggunakan keingintahuannya untuk saling berbagi
pengetahuan dan pemahaman terhadap isu, topic atau masalah yang
menjadi minat bersama.
3) Observasi, suatu proses berupa pengamatan dan pencatatan sistematis
tentang perilaku peserta sertifikasi untuk tujuan membuat keputusan
tentang suatu program.
4) Tugas kinerja (perfomance task) adalah strategi penilaian dalam hal mana
para peserta sertifikasi menciptakan, menghasilkan, melaksanakan,
menghadirkan, dengan suatu cara yag melibatkan dunia nyata yang
bermakna, dan berkaitan dengan isu-isu atau masalah substantive, dalam
upaya mempertunjukkan keterampilan atau kemahiran peserta sertifikasi
5) Penilaian diri (self assessment) adalah suatu proses yang menggambarkan
cara para peserta sertifikasi memperoleh informasi dan berefleksi
mengenai pembelajarannya sendiri.
6) Portofolio; adalah koleksi dari contoh-contoh karya peserta sertifikasi
yang bermanfaat, bersifat selekrif dan kolaboratif. Portofolio juga
didefinisikan sebagai koleksi sistematis dari hasil karya peserta sertifikasi
sepanjang waktu tertentu.
H.4. Menganalisis Hasil Penilaian Proses dan Hasil Belajar Untuk
Berbagai Tujuan
Belajar Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
mengetahui sejauh mana pembelajaran tersebut bisa dinyataakan sukses/berhasil
atau sebaliknya untuk mengetahui bagian bagian mana yang menunjukan
kelemahan/kekurangan. Tentunya didalam kegiatan pembelajaran banyak faktor
69
yang mempengaruhi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga perlu sekali kegiatan
pelakukan analisis hasil belajar yang antara lain untuk memperbaiki atau
meningkatkan kelanjutan dalam menemukan strategi peningkatan kegiatan
pembelajaran.
70
I MEMANFAATKAN HASIL PENILAIAN DAN EVALUASI UNTUK
KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
I.1. Menggunakan Informasi Hasil Penilaian Dan Evaluasi Untuk
Menentukan Ketuntasan Belajar
71
penilaian dan evaluasi pembelajaran tersebut digunakan dan dapat memperbaiki
kualitas pembelajaran dan belajar. Manfaat lain dari hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran adalah dapat untuk memilah siswa-siswa yang belum mencapai
kemampuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar atau kriteria ketuntasan
belajar. Siswa seperti ini perlu diberikan pembelajaran remediasi untuk membatu
agar mereka dapat mencapai kemampuan yang diharapkan. Di sisi lain juga dapat
untuk memilah siswa-siswa yang memiliki kemampuan melebihi standar. Kepada
siswa seperti ini perlu diberikan program pengayaan untuk mengoptimalkan hasil
belajarnya. Pembelajaran remediasi dan pembelajaran pengayaan perlu dirancang
sebaik-baiknya agar hasilnya dapat efektif dan efisien. Hasil pembelajaran harus
mampu menunjukkan adanya perubahan kemampuan ke arah lebih baik pada
siswa sesuai dengan permasalahannya.
Penyelenggaraan pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan
dapat dilakukan terintegrasi dengan pelaksanaan pembelajaran regular atau dapat
dilakukan pada jam yang terpisah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
permasalahan anak. Demikian pula, pelaksanaan pembelajaran remedial dan
pembelajaran pengayaan dapat dilakukan secara mandiri atau kelompok
tergantung dari permasalahan yang dihadapi siswa.
I.3. Memanfaatkan Informasi Hasil Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Laporan hasil belajar merupakan salah satu alat komunikasi antara guru
dengan siswa, guru dengan orang tua siswa dan guru dengan pihak-pihak yang
bekepentingan tentang capaian hasil belajar siswa dalam bentuk deskripsi.
Laporan hasil belajar merupakan salah satu bentuk akuntabilitas pendidik dan
sekolah kepada orang tua siswa dan masyarakat yang berkepentingan. Bentuk
laporan dapat berupa data kuantitatif maupun data kuantitatif. Isi laporan biasanya
berupa informasi yang hendak diberikan kepasa orangtua siswa, sehingga harus
akurat. Karena itu, semua data yang diperoleh dari hasil penilian perlu diolah dan
diintrepetasikan dengan tepat agar dapat memberikan informasi yang sebenarnya
tentang kondisi capaian belajar siswa. Laporan hasil belajar peserta didik secara
administratif dilaporkan setiap satu semester dalam bentuk rapor.
72
J MELAKUKAN TINDAKAN REFLEKTIF UNTUK PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN
J.1 Melakukan Refleksi Terhadap Pembelajaran Yang Telah
Dilaksanakan
Kegiatan pembelajaran terdiri atas menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan Guru diatur di
dalam Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pelaksanaan
pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup.
Refleksi kegiatan pembelajaran dilakukan pada akhir proses pembelajaran, yaitu
pada tahap penutup. Refleksi dalam proses pembelajaran dimaknai sebagai upaya
merenungkan kembali semua aktivitas yang telah dilakukan guru dalam proses
belajar mengajar. Merenungkan tidak sekedar untuk mengingat kembali, namun
memiliki makna lebih dalam. Refleksi dilakukan untuk menemukan kekurangan-
kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang berpotensi menghambat tercapainya
tujuan pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan dengan alat atau
instrumen yang memuat aktivitas-aktivitas pembelajaran yang akan direfleksi.
Instrumen refleksi dapat dikembangkan secara spesifik sesuai dengan tujuan
refleksi. Hasil refleksi dianalisis, dimaknai dan disimpulkan. Hasil refleksi
digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
J.2 Memanfaatkan Hasil Refleksi Untuk Perbaikan dan Pengembangan
Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran yang Diampu
Memanfaatkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran, dengan langkah-langkah:
melakukan observasi suatu kegiatan pembelajaran mulai dari persiapan,
pelaksanaan, hingga evaluasi.
membuat catatan selama melakukan observasi.
mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan hasil refleksi
73
Mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam hasil refleksi
menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data dan
informasi yang diperoleh dari hasil observasi
memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan pembelajaran
melaporkan hasil perbaikan pembelajaran
Hasil refleksi berupa data dan informasi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sangat bermanfaat perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Hasil refleksi secara langsung dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dan secara
secara tidak langsung oleh kepala sekolah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan, misal pengawas sekolah. Pemanfaatan hasil refleksi dilakukan
dengan langkah-langkah, yaitu: 1) identifikasi keunggulan dan kelemahan; 2)
Indentifikasi permasalahan; 3) menentukan alternatif tindakan perbaikan dan
melakukan perbaikan. Manfaat hasil refleksi ditunjukkan oleh adanya perubahan
proses dan hasil pembelajaran kearah positif atau lebih baik. Bukti-bukti
pemanfaatan hasil refleksi dapat berupa perubahan suasana belajar, perbaikan
program pembelajaran, perbaikan nilai tes formatif, atau dalam bentuk lain sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada hasil refleksi.
J.3 Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran yang Diampu
PTK merupakan suatu tindakan reflektif dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran. Selain itu, PTK juga sebagai salah satu bentuk penelitian tindakan
yang telah dikaji dapat menyelesaiakan permasalahan dalam pratik pembelajaran.
Ciri-ciri penelitian ilmiah, yaitu adanya permasalahan yang diiedentifikasi
berdasarkan fakta yang ada dan didukung dengan data-data yang akurat, adanya
landasan teori yang relevan yang mendukung terhadap penyelesaian masalah dan
metode yang digunakan dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian
Tindakan Kelas termasuk penelitian ilmiah karena memenuhi kaidah tersebut.
Fakta pada PTK dapat diiedentifikasi dari hasil refleksi awal yang dilakukan oleh
guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam PTK itu sendiri,
salah satu langkahnya adalah melakukan kegiatan refleksi. Atas dasar itu maka
PTK dapat dikatakan sebagai suatu tindakan reflektif dalam perbaikan kualitas
pembelajaran. Langkah-langkah PTK yaitu melakukan identifikasi permasalahan
74
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi, menyusun proposal PTK, melakukan
penelitian tindakan kelas mengacu pada hasil refleksi dan. menyusun karya tulis
ilmiah laporan hasil PTK. Setiap tahapan PTK perlu dilakukan secara tertib agar
keilmiahannya dapat terjaga sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan.
75
BAB II. PROFESIONAL
76
Jelas bahwa masa simpan berbagai makanan tergantung pada kandungan
/kadar airnya. Semakin tinggi jumlah kandungan air dalam makanan maka
semakin cepat makanan tersebut rusak. Sebaliknya makin rendah kandungan
airnya makin lama masa simpannya pada kondisi normal. Akan tetapi jika
disimpan pada keadaan yang basah atau lembab maka bahan pangan akan segera
berubah dan menjadi rusak.
A.2 Mengelola Pengujian Sifat Bahan (morfologi, sifat inderawi, sifat
fisis,mekanis, fisiologis, komponen kimia) dan Penyebab Kerusakan
Bahan
Suatu bahan pangan disebut rusak bila menunjukkan adanya
penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca
indera atau parameter lain yang biasa digunakan. Beberapa bahan dianggap rusak
bila menunjukkan penyimpangan konsistensi serta tekstur dari keadaan yang
normal. Bahan yang secara normal berkonsistensi kental, tetapi bila keadaannya
mempunyai konsistensi encer, maka hal ini merupakan suatu kerusakan.
Demikian juga bahan hasil pertanian yang secara normal mempunyai tekstur yang
keras seperti kentang, ubi jalar, wortel dan lain-lain bila menjadi lunak dalam
keadaan segar, maka bahan tersebut berarti sudah mengalami kerusakan.
77
Banyak dari bahan-bahan yang dikeringkan menjadi berwarna hitam dan
ditumbuhi kapang. Beberapa hasil pertanian yang ditumbuhi kapang dengan
tanda-tanda adanya mycellium dan spora yang tumbuh pada permukaan bahan
yang secara normal tidak ada, merupakan suatu tanda terjadinya kerusakan.
Tanda-tanda kerusakan fisik dapat dijumpai pada bahan-bahan hasil pertanian
yang mengalami serangan serangga atau tikus sehingga bentuk-bentuk fisiknya
menjadi berlubang atau adanya bekas-bekas gigitan. Terdapatnya kepompong,
ulat dan sebagainya sering digunakan sebagai tanda kerusakan. Telur yang rusak
dapat ditandai dengan adanya keretakan, isi telur menjadi encer, atau secara
candling terlihat tanda-tanda noda kerusakan. Daging segar yang rusak akan
mengeluarkan bau busuk, sedangkan beberapa bagian kadang-kadang berulat atau
berwarna menyimpang. Daging-daging yang berlendir dianggap telah mulai atau
sedang mengalami kerusakan. Ikan mengalami kerusakan bila terlihat tanda-tanda
sebagai berikut: insang menjadi pucat, mata tenggelam dan teksturnya lunak
sekali, serta mengeluarkan bau dan berlendir. Tetapi sebaliknya, tidak semua
kerusakan memperlihatkan tanda-tanda yang jelas. Suatu contoh terdapatnya ulat
A dalam biji petai kadang-kadang tidak pernah terlihat atau terduga sebelumnya,
karena dari luar buah menunjukkan keadaan utuh tidak berbeda dengan yang
belum mengalami kerusakan.
78
Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah
dipetik dan lain-lain. Cara komputasi: yaitu menghitung umur tanaman
sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar. Cara kimia: yaitu
dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang
ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam,
aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik
Prinsip penanganan panen yang baik adalah menekan kerusakan yang
dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang
dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu
yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Untuk menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang
sesuai untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus
mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman
yang akan dipanen.
Memanen Bahan Hasil Pertanian
Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
(sekitar 10°C) dalam waktu 12jam.
Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah
yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga berperan
menutup luka yang terjadi pada saat panen.
Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk
79
Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang
terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
pencucian dapat menunda kematangan.
a. Tahap Pembersihan
Tahap Sortasi dan Grading merupakan proses pemilihan dan pemisahan umbi
80
berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran
dan kualitasnya. Caranya, dengan memilih umbi yang sudah dibersihkan itu
antara umbi yang baik dan umbi yang kurang baik berdasarkan: (1) Ada tidaknya
cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi, dan (3) Ada
tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih itu
dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengklasifikasian).
c. Tahap Penyimpanan
d. Tahap Pengemasan
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair.
Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan
jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu
zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu.
Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran.
81
medium pendispersinya.Pengertian Emulsi dan Contohnya – Minyak nabati tidak
larut dalam air. Minyak akan mengapung di atas air karena kurang padat, tapi tetes
kecil (disebut tetesan) minyak dapat tersebar dalam air untuk membentuk
campuran yang disebut emulsi.
Emulsi adalah zat yang dibuat dengan menambahkan dua cairan yang
tidak bisa digabungkan antara satu sama lain sama. Emulsi juga disebut sebagai
koloid dimana satu zat akan menjadi cairan pendispersi sementara yang lain
adalah salah satu yang tersebar Karena dua cairan tidak dapat sama-sama
digabungkan, ada kecenderungan besar koloid untuk benar-benar membentuk
lapisan terpisah dan dapat dibedakan setelah jangka waktu tertentu. Emulsi dasar
terbentuk ketika air dan minyak dicampur bersama-sama. Mengaduk campuran ini
dengan penuh semangat dapat membagi minyak menjadi partikel kecil karena
bercampur dengan air. Setelah beberapa waktu, partikel minyak dapat mulai
menggabungkan kembali dan membentuk lapisan di atas molekul air.
Emulsifier apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar)
maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga
terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), misalnya pada susu. Emulsifier yang
lebih larut dalam minyak (nonpolar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam
minyak (w/o), contohnya pada mentega dan margarine.
Jenis-jenis emulsifier
Secara umum Emulsifier dibedakan menjadi dua, yaitu 1) Emulsifier Alami dan
2) Emulsifier Buatan
1. Emulsifier Alami: Pengemulsi alami dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari
alam, misalnya Telur (Kuning Telur dan Putih Telur), Gelatin, Kedelai, Tepung
Kanji, Susu Bubuk.
82
ester dari asam lemak sorbitan yang dikenal sebagai SPANS yang dapat
membentuk emulsi air dalam minyak, dan ester dari polioksietilena sorbitan
dengan asam lemak yang di kenal sebagai TWEEN yang dapat membentuk emulsi
minyak dari air.
2. Adonan tetap stabil meski lama belum bisa dimasukkan ke dalam oven,
83
adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dan bahan yang dikeringkan.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan
yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
Metode Umum Pengeringan
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara
yang berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:
1. Batch; bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering
berlangsung selama periode waktu tertentu.
2. Kontinu; bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering
dan bahan kering dipindahkan secara terus-menerus.
A.7 Mengelola Penggunaan Suhu Rendah dan Suhu Tinggi
Pengolahan dengan suhu tinggi (proses thermal)
Pada mulanya proses termal dalam pengolahan dan pengawetan bahan
pangan dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi aktivitas biologis
yang tidak diinginkan dalam bahan pangan, seperti aktivitas enzim dan
mikrobiologis. Ternyata
bahwa selama proses termal, terjadi juga secara simultan kerusakan zat-zat nutrisi
seperti vitamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu bahan pangan
seperti warna, tekstur dan citarasa. Ada tiga jenis proses termal yang penting
dalam pengolahan atau pengawetan bahan pangan, yaitu blancing, pasteurisasi
dan sterilisasi komersial.
Pengolahan dengan suhu rendah
Suhu penyimpanan yang lebih tinggi dari suhu optimum akan
mempercepat metabolisme dan mempercepat terjadinya proses pembusukan.
Suhu rendah di atas suhu pembekuan dan di bawah 150C efisien dalam
mengurangi laju metabolisme. Suhu seperti ini diketahui sangat berguna untuk
pengawetan jangka pendek. Seperti diketahui bahwa setiap penurunan suhu 80C
laju metabolisme akan berkurang setengahnya.
84
Menyimpan bahan makanan pada suhu sekitar -20C sampai 100C
diharapkan dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan. Hal ini disebabkan
karena suhu rendah dapat memperlambat aktivitas metabolisme dan menghambat
pertumbuhan mikroba. Selain itu juga mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia
hilangnya kadar air dari bahan pangan.
Pendinginan dan pembekuan
Alat pendingin yang pertama digunakan manusia adalah gua-gua alam,
terutama
didaerah vulkanik dengan cuaca dingin dan kering. Dari sini manusia mempelajari
bahwa bila dia menggali lubang didalam tanah, mereka dapat menyimpan
makanannya untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik-teknik pembekuan
termasuk:
a. Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu suhu
rendah
kontak langsung dengan makanan. Misalnya dengan alat-alat pembeku
tiup (blast), terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral,
tali (belt) dan lain-lain.
b. Kontak tidak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer),
makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam
(lempengan, silindris) yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan
pendingin.
c. Perendaman langsung makanan ke daalam cairan pendingin. Atau
menyemprotkan cairan pendingin di atas makanan (misalnya nitrogen cair
dan freon, larutan gula atau garam). Nitrogen cair (titik didih -196°C)
dan bahan pendingin bersuhu rendah menjadi sangat penting dalam
perannya pembekuan makanan secara cepat (rapid freezing).
A.8. Mengelola Proses Fermentasi dan Enzimatis
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobic (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam
85
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur
dan minuman beralkohol lainnya.
Fermentasi ada tiga, yaitu :
1. Fermentasi alkohol
Fermentasi makanan:
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau
peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses
86
fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari
makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering
dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt. Tempe adalah
makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Banyak sekali jamur yang aktif
selama fermentasi,tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp
merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai
tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut
dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Fermentasi Roti
Enzim proteolitk atau protease sebagai enzim pemecah molekul protein bekerja
dengan
cara menghidrolisa ikatan peptida. Enzim proteolitik dapat dibagi menjadi empat
golongan berdasarkan sifat-sifat kimia dan sisi aktifnya, yaitu: (1) Golongan
kesatu yaitu proteolitikserin yang mempunyai residu serin pada sisi aktifnya.
Enzim yang termasuk golongan ini adalah tripsin, elastase dan kimotripsin; (2)
Golongan kedua yaitu proteolitik sulfhidril yang mempunyai residu sulfhidril (-
SH) pada sisi aktifnya. Enzim yang termasuk golongan ini adalah papain,
bromelin dan fisin; (3) Golongan ketiga yaitu enzim proteolitik metal yaitu enzim
yang membutuhkan unsur logam untuk aktivitasnya, misalnya karboksipeptidase
A dan beberapa amino peptidase; (4) Golongan keempat yaitu protease asam,
87
yaitu enzim yang mempunyai gugus karboksil pada sisi aktifnya. Enzim yang
termasuk golongan ini adalah pepsin, rennin dan protease kapang. Enzim papain
sebagai protease sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat pereduksi dan menjadi
tidak aktif jika terdapat zat pengoksidasi. Enzim papain stabil pada pH 5 dan
menjadi tidak turun aktivitasnya pada pH kurang dari 3 atau lebih dari 11. Enzim
papain mempunyai daya tahan terhadap panas lebih tinggi daripada enzim lain.
Pada suhu 70 °C keaktifan papain akan menurun 20% selama 30 menit pada pH 7.
Enzim papain memutus ikatan peptida pada residu sparagin-glutamin, glutamate-
alanin, leusin-valin dan penilalanin-tirosin.
2. Pemurnian
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa,
gula invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom
(Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik,
zat warna, lilin, asam-asam yang mudah mengikat besi, aluminium, dan
sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan
dengan zat yang mengandung gula.
Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu :
88
A.10 Mengelola Penggunaan Media Penghantar Panas
89
penyangraian kerupuk, kopi, biji kakao, dan kacang. Pengolahan bahan pangan
dengan cara penyangraian dapat dilakukan baik secara manual maupun
menggunakan mesin.
4) Pengukusan
5) Pengasapan
90
bahan (eating quality) ;Membunuh mikroba yang terdapat pada bahan sehingga
akan memperpanjang umur simpan bahan; Menurunkan aW pada permukaan
bahan .
7). Iradiasi. Iradiasi merupakan salah satu proses proses pengolahan pangan yang
menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan energi ionisasi dan akan
mengakibatkan perubahan kimia yang akan berpengaruh terhadap proses
metabolisme dasar bahan pangan. Pengembangan dan penggunaan iradiasi akan
menstabilkan bahan sehingga memungkinkan bahan pangan diawetkan tanpa
menggunakan bahan pengawet.
Menurut Permenkes RI No. 033 tahun 2012 BTM yang digunakan dalam
pangan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: BTM tidak dimaksudkan
untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diberlakukan sebagai bahan
baku pangan; BTM dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologi pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung; BTM tidak termasuk cemaran atau bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai
gizi .Dalam kesehariannya, bahan tambahan makanan ini ada yang bersifat alami
ada juga yang bersifat buatan.
91
Formalin ; Minyak nabati yang dibromasi; Kloramfenikol; Kalium klorat;
Dietilpirokarbonat; Nitrofurazon; P-Phenetilkarbamida; Asam salisilat;
Nitrobenzene. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
1168/MenKes/PER/X/1999, selain BTM di atas masih ada BTM yang dilarang
yaitu rhodamin B (pewarna merah), methanil yellow (pewarna kuning), dulsin
(pemanis sintetis), dan kalsium Bromat (pengeras).
92
A.12 Mengelola Pengawetan
Garam sudah digunakan oleh orang sejak dahulu kala dalam pengawetan
makanan. Demikian pula pengasaman, cara ini dipakai orang meskipun belum
dipahami tentang kemampuannya menahan pembusukan . Pengasapan dan
pengeringan pun dipakai secara luas dalam kombinasi dengan garam, khususnya
bagi daging dan ikan. Garam dan asam dipergunakan dalam pengawetan produk
sayur-sayuran misalnya ketimun, kubis dan bawang, setidak-tidaknya pada
masyarakat barat. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa yang cukup
asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula
di dalam sayuran berfermentasi. Sauerkraut merupakan makanan yang terbuat dari
rajangan kubis yang difermentasikan oleh berbagai macam bakteri termasuk
Leuconostoc, Lactobacillus, dan Pediococcus.
93
garam diionisasikan , setiap ion akan menarik molekul-molekul air di sekitarnya.
Proses ini disebut hidrasi ion. Makin besar kadar garam, makin banyak air yang
ditarik oleh ion hidrat. Suatu larutan garam jenuh pada suatu suhu adalah suatu
larutaan yang sudah mencapai suatu titik, tidak ada daya larut lebih lanjut untuk
melarutkan garam. Pada titik ini (larutan natrrium klorida 26,5 persen pada suhu
ruang) bakteri, khamir dan jamur tidak mampu tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan mikroba.
1. Asam cuka . Asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium
propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering.
Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga
termasuk zat pengawet. 2. Asam Benzoat atau Natrium Benzoat. Berbagai
minuman sari buah, minuman berkarbonat, dan makanan dalam kemasan kaleng
atau plastik menggunakan asam benzoat atau natrium benzoat sebagai bahan
pengawet. Asam benzoat secara alami terkandung di dalam cengkeh dan kayu
manis.
3. Nitrit dan Nitrat. Senyawa nitrit dan nitrat digunakan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri pada produk daging olahan, sedangkan sulfur dioksida
digunakan untuk mengawetkan buah-buahan kering. Natrium nitrat atau sendawa
(NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah
4. Asam Sorbat. Asam sorbat efektif menghambat khamir dan jamur dan
beberapa bakteri. Hasil riset menunjukkan asam sorbat efektif untuk antimikroba
pada konsentrasi 0,02-0,3%.
5. Asam sitrat. Asam sitrat adalah pengawet yang dibuat dari air kelapa yang
diberi mikroba. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi
cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Dalam
resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.
94
A.13 Mengelola Pengemasan
Label pangan
Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi
lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan
apapun, pada wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat
menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh
mudah lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.
Pemberian label pangan bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan
jelas kepada masyarakat tentang setiap produk Pangan yang dikemas sebelum
membeli dan/atau mengonsumsi Pangan. Informasi yang ada pada label terkait
dengan asal, keamanan, mutu, kandungan Gizi, dan keterangan lain yang
diperlukan. Dengan kata lain Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :
- Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan
- Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari
produk yang perlu diketahui oleh konsumen , terutama yang kasat mata atau yang
tidak diketahui secara fisik
- Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk
yang optimum
95
Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa :
- Sayur dan buah segar - Minuman beralkohol - Vinegar / cuka - Gula /
sukrosa - Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan
- Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan 24 jam
Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan
adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan,
petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus.
Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD, sedangkan
produk luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi : tanggal produksi dan
angka atau huruf lain yang mencirikan batch produksi. Produk-produk yang wajib
mencantumkan kode produksi adalah : - Susu pasteurisasi, strilisasai, fermentasi
dan susu bubuk - Makanan atau minuman yang mengandung susu - Makanan
bayi - Makanan kaleng yang komersial - Daging dan hasil olahannya.
96
bulan. Bahan-bahan yang mudah rusak misalnya telur, daging, dan produk susu
umumnya disimpan untuk jangka pendek. b) Jangka menengah. Penyimpanan
jangka menengah bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang disimpan hingga
mencapai 12 bulan tanpa kerusakan yang nyata. Kualitas produk yang disimpan
tidak dapat dijamin hingga lebih dari 18 bulan. c) Jangka panjang. Penyimpanan
jangka panjang dapat menjaga kualitas hingga mencapai 5 tahun.
97
phosphosene untuk mencegah respirasi atau juga investasi serangga dalam produk
yang disimpan. c) Penyimpanan biologi. Penyimpanan biologi menggunakan
agen biologi khususnya mikroorganisme untuk menghentikan atau memperlambat
aktivitas penyebab kerusakan atau memperpanjang umur simpan produk.
Produk yang akan disimpan diharapkan memiliki kualitas produk yang baik.
Penyimpanan hanya sebagai cara untuk mempertahankan kualitas bukan untuk
meningkatkan kualitas. Produk dengan kualitas awal yang jelek akan semakin
mempercepat terjadinya kerusakan. Penyebab utama dari kerusakan selama
penyimpanan meliputi fisik, kimia, maupun biologi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi meliputi : 1) Mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme
yang dihubungkan dengan penyimpanan meliputi jamur, bakteri, dan kapang. 2)
Serangga dan kutu. Umumnya serangga memiliki umur yang pendek, namun
dengan perkembangbiakannya yang cepat akan meningkatkan jumlahnya.
Serangga dan kutu menyerang bahan dan struktur penyimpanan. Serangga betina
akan menyerang biji untuk meletakkan telurnya. Serangga juga akan memakan
produk yang disimpan dan mengkontaminasi produk dengan kotoran dan bagian
tubuhnya. Serangga akan menyebabkan penurunan berat, kualitas, kandungan gizi
serta viabilitas produk. Selain itu juga serangga akan menghadirkan bau yang
tidak sedap pada produk. Kehadiran serangga juga akan meningkatkan suhu
produk hingga 42 °C. 3) Burung dan hewan pengerat. Hewan pengerat merupakan
hewan yang bersifat parasit terhadap hasil panen produk. Untuk mendapatkan
makanan hewan pengerat biasanya akan menyerang bangunan dan tempat
penyimpanan produk. Hewan pengerat akan memakan biji dan menyisakan
kulitnya. Hewan pengerat dapat menjadi pembawa penyakit dengan cara
mengkontaminasi produk oleh kotoran yang mereka hasilkan. Keberadaan hewan
pengerat khususnya tikus dapat diidentifikasi dari keberadaan kotoran, penyinaran
dengan menggunakan black light, sisa kulit dari biji yang dimakan, dan wadah
atau karung yang rusak akibat digigiti oleh tikus. Cara yang perlu dilakukan
untuk mengantisipasi adanya hewan pengerat adalah dengan melakukan sanitasi
lingkungan yang baik, menjaga jarak tempat penyimpanan dari lantai (misalnya
98
50 cm di atas lantai), membuat perangkap, atau juga menggunakan bahan kimia.
4) Aktivitas metabolism. Respirasi merupakan aktifitas metabolisme yang lazim
terjadi selama penyimpanan. Respirasi akan menghasilkan panas, uap air, dan
karbon dioksida. Adanya panas akan meningkatkan suhu produk dan akan
merusak embrio biji dan mengurangi viabilitas dari hasil panen. Selama
penyimpanan, suhu yang dianjurkan sekitar 15 °C dan kadar air produk sekitar 13-
14 %. 5) Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang sering dikaitkan dengan
penyimpanan produk meliputi : - Suhu -Kelembaban relatif - Keseimbangan
kadar air - Polusi oleh asap dan bahan kimia Kadar air, kelembaban relatif, dan
suhu penyimpanan merupakan tiga parameter penting yang harus dimonitor dan
dikontrol selama penyimpanan untuk menjamin penyimpanan berlangsung secara
tepat dan menghindari kerusakan produk.
d. Sarana penyimpanan
99
penyimpanan moderen misalnya gudang, silo, sistem penyimpanan udara
terkontrol/Controlled Atmosphere/CA (Refrigeration, Cold storage), Sistem
pendingin evaporasi (evaporative coolant system), Sistem penyimpanan hermetis.
a) Gudang. Gudang biasanya digunakan untuk penyimpanan skala menengah tapi
juga dapat digunakan untuk penyimpanan skala besar untuk produk yang
menggunakan karung atau dihampar misalnya biji-bijian atau tepung. Lantai
gudang juga perlu dibuat menggunakan bahan kedap air untuk mencegah resapan
air. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah atap perlu dijaga agar tidak
bocor dan drainase yang tepat di dalam gudang. Untuk menjamin terjadinya
pertukaran udara dan mencegah kelmbaban di dalam gudang, perlu juga
ditambahkan fasilitas aerator b) Silo. Silo merupakan suatu tempat penyimpanan
berbentuk silinder dan digunakan untuk produk curai misalnya tepung atau biji-
bijian. Masalah utama pada penyimpanan menggunakan silo ini adalah migrasi
dan kondensasi uap air. Untuk itu diperlukan fasilitas tambahan berupa alat
pengangkut dan peralatan pengeringan yang desain, operasi dan perawatan yang
memerlukan teknik dan kemampuan tingkat tinggi. Bahan untuk pembuatan silo
adalah dari logam, aluminium, karet atau beton. Untuk
daerah tropis, masalah utama pada silo adalah migrasi dan kondensasi uap air. c)
Sistem penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA). Sistem
penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA) merupakan suatu
klasifikasi yang meliputi semua sarana penyimpanan yang mempunyai fasilitas
untuk mengontrol dan memonitor faktor lingkungan misalnya suhu, kelembaban
relatif dan air. Silo, gudang, lemari es, dan cold storage dapat digolongkan dalam
sistem penyimpanan udara terkontrol.
100
GMP dan SSOP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi tradisional yang
mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan setelah produk
selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA (istilah umum, persyaratan
bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control terhadap proses produksi dan
proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi bahan baku dan produk, komposisi
produk) dan KONDISI (parameter proses pengolahan) untuk menghasilkan
produk mutu yang baik. Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Points) memfokuskan perhatian terhadap masalah pengawasan dan pengendalian
keamanan pangan melalui identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap titik-titik
kritis pada keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses pengolahan
yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen.
101
persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Uji duo trio adalah uji
yang digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua
contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian.
Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu
produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan. Pengujian pembedaan
digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau
organoleptik antara dua contoh. Meskipun demikian dalam pengujian dapat saja
sejumlah contoh disajikan bersama tetapi merupakan untuk melaksanakan
pembedaan selalu dua contoh yang dapat dipertentangkan. (Soekarto, 1985).
Kelompok uji pembedaan dan uji pemilihan : banyak digunakan dalam penelitian
analisa proses dan penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji diskripsi :
banyak digunakan dalam pengawasan mutu (Quality Control). Hal penting dalam
uji pemilihan dan uji skalar : diperlukan sampel pembanding. Yang perlu
diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan faktor pembanding adalah satu atau
lebih sifat sensorik dari bahan pembanding itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan
faktor pembanding harus diusahakan sama dengan contoh yang diujikan. Biasanya
102
yang digunakan sebagai sampel pembanding adalah komoditi baku, komoditi
yang sudah dipasarkan, atau bahan yang telah diketahui sifatnya. 1) Pengujian
Pembedaan (Defferent Test) Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan
apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel.
Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang
dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa
macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu
industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua
produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan
harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini
tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan
kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini meliputi : a) Uji
pasangan (Paired comparison atau Dual comparation) b) Uji segitiga (Triangle
test) c) Uji Duo-Trio d) Uji pembanding ganda (Dual Standard) e) Uji
pembanding jamak (Multiple Standard) f) Uji Rangsangan Tunggal (Single
Stimulus) g) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs) h) Uji Tunggal.
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas
suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis
mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan
kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau
qualitas yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dari uji pembedaan. Tujuan
uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik
tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak menjamin
komoditi tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan.
103
dengan uji indrawi/organoleptik tapi bisa juga uji secara kulitatif terutama untuk
warna pada makanan dan minuman dengan metode kromatografi kertas
menggunakan benang wol. Masing-masing pengertian ruang lingkup jenis
pengujian tersebut dapat dipelajari sebagai berikut: 1) Penampakan. Penampakan
ialah parameter mutu suatu bahan atau produk dimana apabila ditujukan untuk
pengujian komoditas hasil pertanian merupakan hal penting yang tidak bisa
diabaikan, penampakan biasanya pengujiannya dilakukan dengan uji
organoleptik/uji indrawi yang meliputi, kilap, suram, jernih, bening, dan lain-lain.
2) Warna dan Identitas : a) Penciri Jenis dan Pengenalan Mutu (Identitas)
Banyak jenis produk pangan, terutama produk primer dari hasil pertanian,
mempunyai ciri-ciri khas dari warnanya. b) Keseragaman Warna Beberapa
produk alami mempunyai citra warna yang khas seperti tomat dan lombok
berwarna merah, buah pisang raja berwarna oranye, daging sapi berwarna merah
pink. Namun dalam produk kadang-kadang dihasilkan produk yang warnanya
kurang khas atau kurang merata, sehingga terjadi keragaman warna. c) Sifat
Warna Warna merupakan sifat produk yang dapat dipandang sebagai sifat fisik
(obyektif) dan sifat organoleptik (subyektif). d) Penilaian dan Pengukuran Warna.
Warna membuat produk pangan menarik. Bagi makanan warna merupakan daya
tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai sifat-sifat lainnya. 3)
Index bias suatu bahan adalah perbandingan ialah perbandingan antara sinus sudut
jatuh dan sinus sudut bias, apabila seberkas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu jatuh dari udara ke dalam suatu bahan yang dipertahankan pada suhu
tetap. Pengukuran indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
minyak. 4) Densitas (Kerapatan) . Densitas atau kerapatan ialah merupakan
parameter dan faktor mutu bahan hasil pertanian yang sangat penting dan bisa
dijadikan standar untuk dinilai baik/buruknya suatu bahan tersebut. 5) Viskositas
(Kekentalan). Kekentalan merupakan salah satu sifat reologi yang amat penting
pada banyak produk pangan. Sifat kental penting peranannya baik dalam uji mutu
dan standarisasi mutu maupun juga dalam pengendalian proses selama
pengolahan. Untuk produk-produk pangan tertentu kekentalan juga penting
sebagai petunjuk kandungan zat-zat tertentu. Misalnya kekentalan dapat
104
digunakan untuk menyatakan kandungan gula pada nira, atau untuk menyatakan
kemurnian cairan minyak.
105
Ada beberapa metode untuk analisis kadar air, antara lain yaitu: metode
pengeringan dan metode destilasi. 1.Metode Pengeringan/oven
(Thermogravimetri) 2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Pengujian protein
Secara rutin, analisa protein dalam bahan makanan yang terutama adalah untuk
tujuan menera jumlah kandungan protein dalam bahan makanan. Peneraan jumlah
protein dalam bahan makanan umumnya dilakukan berdasarkan peneraan empiris
(tidak langsung), yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan.
Penentuan dengan cara langsung atau absolut, misalnya dengan pemisahan,
pemurnian atau penimbangan protein, akan memberikan hasil yang lebih tepat
tetapi juga sangat sukar, membutuhkan waktu lama, keterampilan tinggi dan
mahal.
106
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering
digunakan secara umum dalam mikrobiologi.
Sanitasi berasal dari bahasa latin yaitu Sanitas yang berarti “kesehatan”.
Apabila diterapkan pada industry makanan, maka sanitasi sebagai “Penciptaaan
dan pemeliharaan higienis pada kondisi sehat”. Umpan balik dan tindak lanjut
sanitasi mempunyai tiga prinsip, yaitu : 1) bersih secara fisik, 2) bersih secara
kimiawi, 3) bersih secara mikrobiologi.
107
sumber vitamin. Sari buah sebagai salah satu produk hasil pengolahan buah-
buahan dengan cara mengambil sari atau filtratnya, sari buah tersebut boleh
ditambahkan gula dan air sebagai bahan pengisi atau tanpa penambahan gula.
Kadar gula sari buah yang diinginkan berkisar antara 10 – 15 % , hal ini
tergantung tingkat kesukaan konsumen, dengan pH (derajat keasaman) mencapai
3 – 4. 32.
a) Karakteristik Bahan Dasar. Untuk pembuatan sari buah, bahan dasar yang
digunakan adalah buah-buahan yang sudah masak, tapi jangan terlalu masak.
Buah yang digunakan tidak perlu buah yang mempunyai bentuk yang beraturan,
karena bauh natinya akan dihancurkan. Kriteria buah yang terpenting adalah buah
tidak boleh dalam keadaan busuk dan rusak.
b) Bahan Pendukung.
Air. Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan dan sampai saat
ini belum ditemukan bahan penggantinya. Dalam proses pengolahan, air berfungsi
sebagai pelarut dan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa suatu
makanan. Dalam pembuatan sari buah akan memerlukan air selama proses
pengolahan, baik untuk pencucian maupun untuk melarutkan dan sebagai bahan
pengisi sari buah (khususnya untuk sari buah yang diencerkan dan ditambahkan
gula).
Gula. Gula yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah gula putih. Namun
untuk sari buah asli atau yang ditambahkan gula dan tidak diencerkan maka tidak
memerlukan gula selama proses pengolahannya. Gula berfungsi sebagai bahan
untuk memberikan rasa manis pada sari buah. Konsentrasi gula yang terkandung
dalam sari buah berkisar antara 12 – 14 %. Penggunaan gula yang tinggi
(konsentrasi antara 50 – 65 %) dapat berfungsi sebagai bahan pengawet pada
bahan. Namun karena kadar gula sari buah hanya 12 – 14 %, maka gula disini
tidak berfungsi sebagai pengawet atau hanya sebagai pemberi rasa manis.
Pewarna. Sebenarnya penggunaan bahan pewarna ini tidak penting, karena sari
buah asli sudah memiliki warna yang cukup menarik. Warna yang dapat
digunakan untuk sari buah yaitu warna yang sesuai dengan warna asli buahnya.
108
Sedangkan zat warna yang boleh digunakan sebaiknya zat warna makanan dengan
konsentrasi yang sesuai dengan yang tertera pada label zat pewarna.
Pengolahan teh.
Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang
berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode
yang serupa dengan sedikit variasi: 1. Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum
dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis. Pemetikan dilakukan dengan
tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, dilakukan dengan cara menggenggam
sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan.
2. Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan
memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau
ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun
kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan. 3.
Pememaran: Untuk mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan
memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan
roda berat. 4. Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan di
ruangan tertutup agar menjadi lebih gelap. Pada tahap ini klorofil pada daun
dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan berubah, proses ini
disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses
oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh
mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya
penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi).
5.Penghilangan-warna-hijau: dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh
pada tingkat warna yang diharapkan. Tahapan ini dilakukan dengan pemanasan
sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. 6. Penguningan:
Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam
kontainer mini, warna teh berubah menguning. 7. Pembentukan:Tahap berikutnya
adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya
dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang
kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. 8.
109
Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan.
Ini dapat dilakukan dengan cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur,
menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. 9. Pemeliharaan: Meski
tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi
tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya.
Rimpang , umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki sifat yang
hampir sama, yakni keras dan agak rapuh. Ini disebabkan adanya zat pati, protein
yang tinggi, dan kandungan air yang tinggi pula. Beberapa jenis umbi lapis
memiliki sifat agak lunak misalnya bawang putih (Allium sativum) . Penanganan
dan pengelolaan untuk produk tanaman obat berupa rimpang dan umbi- umbian
ini harus sesuai dengan memperhatikan sifat- sifat umum yang dimiliki.
110
kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen , gingerol, filandrena, dan resin pahit.
Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe, yakni senyawa flavonoid, fenolik
utama, asam organik, alkaloid, dan terpenoid. Sifat khas yang dimiliki jahe
timbul karena adanya kandungan minyak asiri dan oleoresin. Minyak atsiri
berperan untuk menimbulkan aroma pedas pada jahe. Sedangkan oleoresin pada
jahe berperan dalam menimbulkan rasa pedas. Kandungan minyak atsiri jahe
bervariasi, berkisar 1-3 %, sedangkan kandungan oleoresin berkisar antara 4-
7,5%. Senyawa lain yang turut menyebabkan rasa pedasvpada jahe adalah
golongan fenilalkil keton atau yang biasa disebut gingerol dan (6)-gingerol.
Keduanya merupakan komponen paling aktif dalam jahe.
b) Kunyit
Kunyit dikenal dengan nama kunir. Kunyit atau Curcuma domestica atau
Curcuma longa masih satu familia dengan jahe yaitu Zingiberaceae dapat
dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pewarna, dan obat tradisional. Disamping itu
kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetika tradisional.
111
Berbagai khasiat kesehatan ditawarkan oleh rimpang kuning ini, meliputi obat
penurun panas (mendinginkan), diabetes melitus, tifus, haid tidak lancar,
keputihan, perut mulas haid, amandel, radang selaput hidung, koreng, gatal, sesak
napas, cacar air, obat sakit maag, obat diare, dan mengobati infeksi pada
luka.Semua khasiat ini disebabkan adanya kemampuan kunyit sebagai
antioksidan, antimikroba, antifungal, serta anti-inflamasi.
Kunyit merupakan sumber antioksidan alami yang dapat membantu mencegah dan
menangani oksidasi sel- sel tubuh. Seperti yang kita ketahui, oksidasi sel- sel
tubuh dapat menyebabkan terjadinya penyakit, khususnya penyakit degeneratif,
seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes.
Temulawak
Temu lawak atau disebut sebagai Rimpang Ajaib Pendongkarak Napsu Makan
dan Penakluk Hepatitis. Induk rimpang temulawak berbentuk silindris, bulat,
berbuku- buku, berdiameter sekitar 5 cm atau lebih, panjangnya sekitar 10 cm.
Induk rimpang membentuk cabang ke segala arah. Aromanya harum dan rasa
pedas agak pahit. Dimanfaatkan sebagai lalab dan minuman, serta patinya sebagai
bahan makanan Temulawak memiliki nama ilmiah Curcuma xanthorrhiza Roxb.
112
meningkatkan napsu makan , menjaga fungsi hati, memiliki aktivitas antimikroba,
anti- inflamasi, dan antioksidan. Senyawa fenol yang terdapat dalam temulawak
bisa berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya untuk menghilangkan
senyawa radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam menghambat
oksidasi sel- sel tubuh penyebab kanker.
1. Pencarian Ide Produk. Ide bisa dicari namun terkadang datang dengan
sendirinya tanpa diharapkan. Banyak perusahaan yang memiliki bagian atau divisi
riset maupun menggunakan jasa pihak luar untuk mencarikan ide segar dan brilian
bagi perusahaan.
2. Menyaring Ide Produk. Apabila ide yang didapat banyak jumlahnya maka
sebaiknya dilakukan pemilihan ide yang sekiranya patut untuk maju ke langkah
selanjutnya.
4. Pengembangan Produk. Dari ide yang layak untuk maju ke tahap selanjutnya
dibuatkan prototip atau model produk untuk dilakukan uji kelayakan bisnis.
Produk diuji coba secara internal baik dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh
pihak luar perusahaan yang kompeten di bidangnya.
5. Uji Coba Pemasaran. Produk yang telah lulus uji model prototipe, selanjutnya
dilakukan pengujian pemasaran dengan memilih beberapa sampel pasar yang
kurang lebih mewakili kondisi segmen pasar yang akan dituju oleh produk
perusahaan. Lihat bagaimana reaksi pasar terhadap produk baru tersebut.
113
6. Komersialisasi Produk Baru. Tahap yang terakhir dari rangkaian
pengembangan produk baru adalah menawarkannya kepada seluruh pasar yang
dituju. Produk baru tersebut sebaiknya terus dilakukan monitoring dan dilakukan
berbagai evaluasi dari yang ada di lapangan dan perbaikan baik pada produk,
target konsumen, harga, promosi, dan lain sebagainya sehingga mampu
memaksimalisasi keuntungan yang diperoleh.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang suatu proses usaha. Secara Umum, sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan
tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul, dll.) Prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
produksi. (contohnya: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dll.)
Proses Produksi
Pada dasarnya proses produksi terbagi menjadi dua, yaitu proses produksi terus
menerus (continous) dan proses produksi terputus (intermittent). Proses produksi
terus menerus yaitu proses produksi yang mengerjakan barang yang selalu sama
dan tak pernah berganti. Sedangkan proses produksi terputus biasanya digunakan
114
untuk perusahaan yang mengerjakan bermacam-macam barang dengan jumlah
variasi yang sedikit. Proses produksi dalam menghasilkan sebuah barang terdiri
atas beberapa tahapan, sebagai berikut : 1) Tahapan produksi yang
menghasilkan bahan mentah. 2) Tahap produksi yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. 3) Tahap produksi yang mengolah bahan baku dan
menghasilkan barang setengah jadi. 4) Tahap produksi yang memproses barang
setengah jadi menjadi barang jadi. 5) Tahap produksi yang menyalurkan barang
jadi kepada pemakai.
Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan
dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau
beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas. Analisis beban kerja
bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban
kerja yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula
dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah
jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban
kerja dalam waktu tertentu.
115
Metode Analisis Beban Kerja
2. Pendekatan analisis jabatan. Jabatan yang dimaksud tidak terbatas pada jabatan
struktural dan fungsional, akan tetapi lebih diarahkan pada jabatan-jabatan non
struktural yang bersifat umum dan bersifat teknis (ingat kriteria jabatan baik aspek
material maupun formal). Melalui pendekatan ini dapat diperoleh berbagai jenis
informasi jabatan yang meliputi identitas jabatan, hasil kerja, dan beban kerja
serta rincian tugas. Selanjutnya informasi hasil kerja dan rincian tugas
dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian beban kerja.
116
BAB III. SOAL-SOAL LATIHAN
Jawaban : Telur itik rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam.
Warna kulitnya agak biru muda. Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan
telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang
lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori yang lebih besar, sehingga
lebih baik untuk diolah menjadi telur asin.
3. Jelaskan tehnik atau metode pengadukan sponge and dough dan no time
dough !
Jawaban : Tehnik atau metode Sponge and dough dimana 60% terigu,60%
air,dan seluruh ragi yang ada dalam resep diaduk sampai kalis dan
difermentasi selama 4-24 jam. Setelah itu baru dicampur dengan sisa bahan,
diaduk sampai kalis, difermentasi 3 kali, lalu dipanggang. Tehnik atau metode
No time dough,adonan setelah kalis langsung dibentuk dan difermentasi akhir
lalu langsung dibakar.
117
4. Jelaskan maksud pengujian bakteri Colifrom pada produk pangan !
Jawaban : Kelemahan produk traditional saat ini antara lain terbatasnya jenis
dan jumlahnya. Pada satu sisi pengusaha masih belum yakin terhadap tingkat
penerimaan konsumen, disisi lain konsumen kurang bisa menerima produk
tersebut karena dirasakan merepotkan dalam mengkonsumsinya dan
menyajikannya. Untuk itu perlu dilakukan diversifikasi produk agar dihasilkan
produk olahan traditional dengan aneka rasa atau dengan penyajian yang lebih
menarik bagi semua golongan. Untuk memastikan mutu produk, maka perlu
dilakukan pengujian terhadap khasiat yang dimiliki bagi kesehatan tubuh
manusia.
118