Anda di halaman 1dari 118

BAB I.

MATERI PEDAGOGIK

A. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER & POTENSI


PESERTA DIDIK

Mengajar adalah profesi yang menantang, profesi ini hanya diperuntukkan


untuk orang-orang yang terpanggil. Ikatan emosi anda sebagai pendidik dengan
peserta didik akan membangun sebuah ikatan hubungan yang kuat. Kontak sehari-
hari anda dengan peserta didik akan memahamkan kebutuhan pribadi dan
akademik peserta didik anda.

A.1. Memahami Karakteristik Pembelajaran Peserta Didik Yang


Berkaitan Dengan Aspek Fisik, Intelektual, Social-Ekonomi, Moral,
Spiritual Dan Latar Belakang Social-Budaya Peserta

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan,
atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. Karakteristik
mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang
berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan. Peserta didik adalah setiap individu yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan.
Karakateristik peserta didik merupakan keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan
kata lain karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

Karakteristik peserta didik merupakan salah satu variabel dari kondisi


pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu
peserta didik. Aspek-aspek terkait tersebut dapat berupa bakat, minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil
belajar) yang telah dimilikinya. Ada tiga pendapat mengenai karakteristik peserta
didik, yaitu karakteristik belajar menurut Dave Meier, Gaya belajar menurut
David A de Kolb, dan Gaya Belajar menurut Honey Mumford.

1
1). Gaya Belajar Menurut Dave Meier

Dave Meier membagi gaya belajar menjadi empat, yaitu gaya belajar Somatis,
gaya belajar auditorial, gaya belajar visual, dan gaya belajar kinestetik.
► Gaya Belajar Somatik.

Somatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh soma (seperti
Psikosomatis). Jadi,belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestis,
praktis – melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar.

► Gaya Belajar Auditorial

Auditori adalah cara belajar dengan berbicara dan mendengar. Ciri-ciri gaya
belajar auditorial adalah :

 Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok


atau kelas.
 Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya
secara tepat dan komplet.
 Cenderung banyak omong.
 Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik
karena kurang dapatmengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
 Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
 Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya,
seperti hadirnya peserta didik baru, adanya papan pengumuman di pojok
kelas dan sebagainya.
► Gaya belajar Visual
Teknik yang dikembangkan dalam melaksanakan strategi visual adalah peta
konsep. Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik untuk
menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka menggunakan
format global atau umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara
mirip seperti otak kita berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak. Peta
konsep dibuat dengan cara yang sama seperti halnya informasi disimpan pada
cabang-cabang dari tema sentral, meskipun skalanya jauh lebih kecil. Dalam

2
menyusun peta konsep gaya pemrosesan belahan kiri dan belahan kanan otak
dilibatkan secara penuh.

► Gaya belajar Intelektual:

Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam fikiran


mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan
nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung,
mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah
pencipta makna dalam fikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir,
menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk
membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan fikiran
untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

2.) Gaya belajar Menurut David A. Kolb

Kolb mengemukakan bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya
belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan
konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke dalam 4 (empat)
tipe sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 8 berikut.

3
Gambar Tipe belajar anak menurut David A de Kolb

Tipe 1. Diverger.

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation
(RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan
(watching).

serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis,


singkat, dan jelas. Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih menyukai
bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada bekerja dengan orang.
Mata

pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan matematika. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “What?”. Peran dan fungsi guru yang cocok
untuk menghadapi Siswa dengan tipe Diverger memiliki keunggulan dalam
kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang
yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan
utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan
“bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk
menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk
menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai Motivator.

Tipe 2. Assimilator.

Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective
Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran (thinking) dan
pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki keunggulan
dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi siswa tipe ini adalah
sebagai seorang Expert.

Tipe 3. Converger.

Tipe ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Concrete


Experience (CE). atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan
berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang dan mampu
bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa

4
gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera
berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara trial and error
hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.

Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk
menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat
menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang tepat.

Tipe 4. Accomodator

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active Experimentation
(AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat
(doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai
situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya.
Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil
pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan
melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam
usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia
(untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka
cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada
berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam
memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori
yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran
yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.

Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru dalam
berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada
“open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari
dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based
Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe yang keempat ini.

Pada prinsipnya belajar seseorang merupakan kombinasi keempat gaya belajar


diatas, tidak ada peserta didik yang 100 % belajar hanya dari pengamatan reflektif
saja, atau hanya melalui concrete experience saja. Namun ada gaya belajar yang
dominan misalnya melalui pengamatan reflektif.

5
3.) Gaya Belajar menurut Honey dan Mumford

Honey dan Mumford membuat penggolongan peserta didik, menjadi empat


macam atau tipe peserta didik, yakni aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
Masing-masing dapat dideskripsikan seperti berikut.

Tipe Aktifis,

Tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cenderung berfikiran terbuka dan mudah diajak
berdialog. Pesertadidik semacam ini biasanya identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstrorming atau
problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasinya. Gaya belajar aktivis
mempunyai kekuatan; fleksibel, dan berpikiran terbuka.

Tipe Reflektor,

Tipe reflector sebaliknya, cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.


Dalam proses pengambilan keputusan, pesertadidik tipe ini cenderung konservatif,
dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik-buruk suatu
keputusan.

Tipe Teoris,

Tipe teoris biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka, berfikir secara
rasional adalah suatau yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis,
dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.

Tipe Pragmatis

Tipe Pragmatis, pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari
segala hal. Teori memang penting, kata mereka. Namun bila teori tidak dapat
dipraktikan, untuk apa? Mereka tidak suka bertele-tele membahas aspek-aspek
teoritis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan
baik hanya jika bisa dipraktikan.

6
A.2. MANFAAT ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA

1. Guru dapat memperoleh tentang kemampuan awal siswa sebagai landasan


dalam memberikan materi baru dan lanjutan.

2. Guru dapat mengetahui keluasan dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini
berpengaruh terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan
disampaikan.

3. Guru dapat mengetahui latar belakang sosial dan keluarga siswa. Meliputi
tingkat pendidikan orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga
guru dapat menajjikan bahan serta metode lebih serasi dan efisien.

4. Guru dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan aspirasi


dan kebutuhan siswa.

5. Guru mengetahui tingkat penguasaan yang telah di peroleh siswa sebelumnya

A.3 KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA

Pribadi dan lingkungan

Umur, Jenis kelamin, Keadaan ekonomi orang tua, Kemampuan pra sekolah,
Lingkungan tempat tinggal

Psikis

Tingkat Kecerdasan, Perkembangan jiwa anak, Modalitas belajar, Motivasi, Bakat


dan minat

A.4 KLASIFIKASI KARAKTERISTIK SISWA BERDASARKAN POTENSI

Aliran yang berkaitan dengan potensi manusia menerima pendidikan

1. Nativisme

Arthur Schopenhour dari Jerman (1788-1860) anak yang baru lahir membawa
bakat kesanggupan dan sifat-sifat tertentu

2. Empirisme

Manusia itu dalam perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia


di luar dirinya. John Locke (1632-1704) dari Inggris dengan teorinya “Tabula
Rasa”

7
3. Konvergensi

William Stern (1871-1938), yang mengatakan : “kemungkinan-kemungkinan yang


dibawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib dengan ruangan permainan.
Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya

Klasifikasi Kecerdasan

> 140 = Genius 130 – 139 = Sangat Pandai

120 – 129 = Pandai 110 – 119 = Di atas Normal

90 –109 = Normal/Sedang 80 – 89 = Di bawah Normal

70 – 79 = Bodoh 50 – 69 = Feeble Minded: Moron

< 49 = Feeble Monded: Imbicile/Idiot

MODALITAS BELAJAR:

SISWA VISUAL:

1. Rapi dan teratur 2. Berbicara dengan cepat 3. Mementingkan penampilan,


baik dlm pakaian maupun presentasi 4. Biasanya tidak terganggu oleh keributan
5. Lebih suka membaca daripada dibacakan 6. Mencoret-coret tanpa arti
selama berbicara di telpon/kuliah 7. Lebih suka demonstrasi daripada berpidato

8. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya/tidak! 9.


Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya 10. Mengingat apa yang
dilihat daripada apa yang didengar, dll

Siswa Auditorial:

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja 2. Mudah terganggu oleh


keributan 3. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat membaca
4. Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam bercerita 5. Lebih
suka gurauan lisan daripada komik 6. Berbicara dalam irama terpola 7. Belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
8. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 9.
Dapat menirukan warna, irama dan nada suara, dll

8
Siswa Kinestetik:

1. Berbicara dengan perlahan 2. Menanggapi perhatian fisik 3. Menyentuh


orang untuk mendapat perhatian mereka 4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang 5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 6. Menghafal dengan
cara berjalan dan melihat 7. Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca 8.
Banyak menggunakan isyarat tubuh 9. Mempunyai perkembangan awal otot-
otot yang besar 10. Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada di
tempat itu 11. Kemungkinan tulisannya jelek 12. Tidak dapat duduk diam untuk
waktu lama

Karakteristik siswa dalam sebuah kelas atau sekolah itu sangat beragam.
Sehingga saat melakukan proses belajar-mengajar, setiap siswa sebaiknya
menerima perlakuan individu dengan pendekatan yang berbeda-beda antara satu
siswa dengan siswa lainnya.

Model pembelajaran yang khas dalam keberbhinekaan pendidikan


mengakomodasi perbedaan karakteristik peserta didik, agar mampu beradaptasi
dengan kondisi peserta didik yang beragam. Banyak variabel yang
mengindikasikan perbedaan individu dan mempengaruhi proses belajar, seperti
kecerdasan, keberbakatan, gaya kognitif, gaya berpikir, daya adopsi, ketahan-
malangan, dan kemampuan awal.

Fungsi layanan peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya,
segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta


didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan
tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus
(bakat), dan kemampuan lainnya.

9
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya
dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan
hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.
Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan,
oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan
juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

Uraian pemahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek


fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, sosial-
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya, dan
mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diatas
ditambah dilanjutkan dengan penguraian mengenai bagaimana mengarahkan
peserta didik, diharapkan dapat membantu anda dalam menjalankan tugas sehari-
hari sebagai guru

10
B. TEORI BELAJAR

B.1. MEMAMAHAMI BERBAGAI TEORI BELAJAR DAN PRINSIP-


PRINSIP PEMBELAJARAN
Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan eklektik. Teori pragmatic
adalah teori-teori yang berbasis kepada pengalaman nyata, sedangkan teori
eklektik adalah teori yang berusaha meramu teori-teori yang sudah ada, dengan
cara meramu/mengambil keunggulan-keunggulan teori-teori yang sudah ada.
Teori dengan sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat
sifat ekstrim.
Beberapa teori belajar yang dibahas antara lain adalah behavioristik,
kognitif, humanistik, dan sibernetik. Aliran behavioristik menekankan pada “hasil”
dan “proses belajar”. Aliran kognitif menekankan pada “proses belajar”. Aliran
humanis menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik
menekankan pada “sistem informasi” yang dipelajari. Prinsip-prinsip
pembelajaran mencakup prinsip pembelajaran menurut Filbeck, prinsip
pembelajaran RAMP 2 FAME, dan prinsip pembelajaran yang dikembangkan
oleh Jennifer Nichols (2013) dalam tulisannya “Essential of 21st Century
Learning”.

a. Aliran behavioristik/aliran tingkah laku

Menurut aliran ini, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau lebih tepat, perubahan
yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis ini, namun mereka
berbeda pendapat dalam beberapa hal penting.

Berikut kita kaji hasil karya dari beberapa penganut aliran ini, yaitu
Thorndike, Waston, Hull, Gathrie, dan Skiner.

11
1. Thorndike

Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku), belajar adalah proses
interaksi antara Stimulus (yang mungkin berupa fikiran, perasaan, atau gerakan)
dan Respon (yang juga bisa berupa fikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya,
menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang
konkrit ( dapat diamati) atau yang non kongkrit (tidak dapat diamati).

2. Waston

Menurut Waston, pelopor lain yang datang sesudah Thordike, stimulus dan respon
tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable). Dengan
kata lain, Waston mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi
dalam pembelajaran dan menganggapnya sebagai faktor yang takperlu diketahui.
Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam bentuk pesertadidik
tidak penting. Tapi, faktor-faktor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses
belajar sudah terjadi atau belum. Penganut aliran behavioristik lebih senang
memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun
mereka tetap mengakui bahwa semua hal penting. Teori Waston ini juga disebut
sebagai aliran Tingkah laku (Behaviorism).

3. Clark Hull

Clark Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti dalam teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Karena itu, dalam teori
ini kebutuhan biologis dan pemuasan ini sangat dominan, meskipun respon
mungkin bermacam-macam bentuknya.

Teori ini terutama setelah Skiner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak
digunakan dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai
eksperimen dalam laboratorium.

12
4. Edwin Guthrie

Menurut Edwin Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis. Hal
penting dalam teori ini adalah bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung bersifat sementara. Karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang
sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu , suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan
dengan berbagai macam stimulus.

5. Skinner

Menurut Skiner, diskripsi hubungan antara stimulus dan respon untuk


menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan)
menurut versi Wastson tersebut diatas adalah deskripsi yang tidak lengkap.
Respon yang diberikan oleh peserta didik tidaklah sesederhana itu, sebab pada
dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan yang lainnya,
dan interaksi ini ahirnya mempengaruhi respon yang dihasilkan tersebut.
Sedangkan respon yang diberikan ini juga menghasilkan berbagai konsekuensi,
yang pada gilirannya akan mempengaruhi peserta didik.

Hukuman (punishment) adalah stimulus yang menyebabkan sesuatu


respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung ditinggalkan.
Contoh seorang pesertadidik yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan
bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat. Ada sejumlah teknik-teknik
dalam pengkondisian peran yang dapat digunakan untuk pembentukan tingkah
laku dalam pembelajaran, yaitu :

a. Pembentukan respon (Shaping Behaviour)

Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan pesertadidik


pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai
atau belajar merespon sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon tersebut.
Prosedur pembentukan respon bisa digunakan untuk melatih tingkah laku
pesertadidik dalam proses pembelajaran agar secara bertahap mampu merespon
stimulus dengan baik . Contoh: apabila seorang guru memberikan ceramah, reaksi

13
pesertadidik sebagai pendengar dapat mempengaruhi bagaimana guru itu
bertindak.

b. Generalisasi,Diskriminasi dan Penghapusan

Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya


akan dapat menghasilkan respon yang sama. Contoh : Seorang pesertadidik akan
mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat pujian di
depan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu.

Diskriminasi adalah respon pesertadidik terhadap sesuatu penguatan, tetapi tidak


terhadap penguatan yang lain. Contoh: seorang pesertadidik mengerjakan PR
dengan tepat waktu Karena mendapat Pujian dari gurunya pada mata pelajaran
IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat pujian dari guru IPS. Respon ini
bisa berbeda karena cara memberikan pujiannya sudah berbeda

Penghapusan adalah suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan


atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh: seorang pesertadidik yang mampu
mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi bisa secara bertahap menjadi tidak tepat
waktu karena gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.

c. Jadwal Penguatan (Schedule of reinforcement)

Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat


mempengaruhi respon. Penguatan disini dibagi menjadi 2 yaitu penguatan
berkelanjutan (Continous Inforcement) dan penguatan berkala (Variabel
Reinforcement).

Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan pada setiap kali


peserta didik menghasilkan respon. Contoh : setiap kali pesertadidik mampu
mengerjakan soal dengan betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya

Penguatan berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu


tertentu. Penguatan berkala terbagi dua , yaitu : berdasarkan nisbah (rasio) yang
disebut penguatan nisbah dan berdasarkan interval waktu atau disebut juga
dengan penguatan waktu.

14
d. Penguatan Positif

Penguatan positif dilakukan dengan memberikan penguatan sesegera mungkin


setelah suatu tingkah laku muncul. Misalnya seorang pesertadidik yang dapat
menjawab pertanyaan guru maka pada sait itu juga guru segera memberikan
pujian.

e. Penguatan Intermiten

Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan penguatan untuk


memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai
seseorang. Dengan penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri
individu .

f. Penghapusan

Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan penguatan sama sekali atau
tidak mengharapkan respon yang akan muncul pada seseorang. Misalnya
pesertadidik yang berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya
bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan sapaan oleh guru
bahkan guru tidak menghiraukannya.

g. Percontohan (modeling)

Percontohan adalah prilaku atau respon individu yang dilakukan dengan


mencontoh tingkah laku orang lain. Contohnya : seorang pesertadidik berusaha
berbicara dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah dipahami
karena dia meniru guru IPA yang selalu menunjukkan prilaku seperti itu pada saat
mengajar.

h. Token Ekonomi

Adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu yang memiliki nilai ekonomi


ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif
sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya guru memberi hadiah buku yang bagus
kepada seorang pesertadidik

15
Dalam praktik teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap
perkembangan” yang diusulkan oleh Jean Piaget. “belajar bermakna”-nya
Ausubel, dan “belajar penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh
Jerome Bruner.

1. Piaget

Menurut Jean Peaget (salah satu penganut aliran kognitivisme yang kuat), proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan
equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
peserta didik. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam
situasi yang baru. Proses equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.

Katakanlah seorang peserta didik yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan.


Jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian
antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak pesertadidik) dengan
prinsip-prinsip perkalian (sebagai prinsip baru), inilah yang disebut denga proses
asimilasi.

Agar pesertadidik tersebut dapat terus menerus mengembangkan dan menambah


ilmunya, tapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, diperlukan proses
penyeimbangan. Proses inilah yang disebut equilibrasi- proses penyeimbangan
antara “dunia luar” dan “dunia dalam”. Tanpa proses ini, perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat dan berjalan tidak teratur (disorganized)

Menurut Pieget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan


kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Pieget membaginya
menjadi empat tahap, yaitu tahap Sensorimotor (ketika anak berumur 1,5 sampai
2 tahun), tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap Operasional
Kongkrit (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau
lebih).

16
2. Ausubel

Menurut Ausabel, pesertadidik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
“pengatur kemajuan (belajar)” (Advance organizers)” didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik. Pengatur kemajuan
belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.

3. Brunner

Brunner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut


teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidik
memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk menemukan suatu aturan
(termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Dengan kata lain, pesertadidik dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Untuk memahami konsep “kejujuran”, misalnya, pesertadidik
tidak semata-mata “menghafal” definisi kata “kejujuran” tersebut, melainkan
dengan mempelajari contoh-contoh kongkrit tentang kejujuran, dan dari contoh-
contoh itulah pesertadidik dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”

Lawan dari pendekatan ini disebut “ekspositori” (belajar dengan cara


menjelaskan). Dalam hal ini peserta didik disodori sebuah informasi umum dan
diminta untuk menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh khusus dan
kongkrit.

Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan


manusia” (mencapai aktualisasi diri, dan sebagainya itu) dapat tercapai.

Dalam praktik, teori ini antra lain terwujud dalam pendekatan yang
diusulkan oleh ausabel yang disebut “belajar bermakna” atau “miningfull
learning”. Sebagai catatan, teori Ausabel ini juga dimasukan kedalam aliran
kognitif. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk
Taksonomi Bloom yang terkenal itu. Selain itu empat pakar lain yang juga

17
termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan Mumford, serta
Habermas.

1. Bloom dan Krathwohl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dikuasai
(dipelajari) oleh pesertadidik, yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu;

a. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan

 Pengetahuan (mengingat, menghafal)

 Pemahaman (menginterpretasikan)

 Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

 Analisis (menjabarkan suatu konsep)

 Seintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu


konsep utuh)

 Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya)

b. Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:

 Peniruan (menirukan gerak)

 Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

 Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

 Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

 Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

c. Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan

Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

18
Merespon (aktif berpartisipasi)

Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

Pengorganisasian (menghubungkan-hubungkan nilai-nilai yang


dipercayai)

Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)

2. Habermas,

Habermas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, dia membagi
tipe belajar menjadi tiga macam, yaitu:

 Belajar teknis (Tecnical Learning)

 Belajar praktis (Practical Learning)

 Belajar emansipatoris (Emancipatory Learning)

Belajar Teknis, Pesertadidik belajar bagaimana berinteraksi dengan alam


sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

Belajar Praktis, Pesertadidik juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini yang
lebih dipentingkan adalah interaksi antara pesertadidik dengan orang-orang
disekelilingnya. Pada tahap ini, pemahaman pesertadidik terhadap alam tidak
berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya dengan
manusia. Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan jika dan hanya jika
berkaitan dengan kepentingan manusia. dari suatu lingkungan.

Belajar Emansipatoris, pesertadidik berusaha mencapai pemahaman dan


kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan (transformasi) kultural dari
suatu lingkungan. Bagi Habermas, pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab
transformasi kultural dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.

19
B.2. APLIKASI TEORI BELAJAR

a. Behaviorisme

Seperti teori belajar lainnya, teori belajar behaviorisme dalam aplikasinya


tergantung pada beberapa hal seperti sifat materi pelajaran, karakteristik
pesertadidik, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Secara umum, aplikasi teori Behaviorisme biasanya meliputi beberapa langkah


berikut ini:

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk


mengidentifikasi “Entry behavior” peserta didik (pengetahuan awal
pesertadidik)

3. Menentukasn materi pelajaran (KI, KD, Topik dsb/ SK. KD. Topik dsb)

4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub topik dsb)

5. Melaksanakan pembelajaran

6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa:

 Pertanyaan (lisan atau tertulis)

 Tes

 Latihan

 Tugas-tugas

7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan

8. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif


ataupun penguatan negatif)

9. Memberikan stimulus baru

20
10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil
belajar)

11. Memberikan penguatan

b. Aplikasi teori Kognitifisme

1. Contoh Aplikasi teori perkembangan Piaget

Teori Piaget ini dalam aplikasinya sangat mementingkan keterlibatan


pesertadidik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran . Menurut teori
Piaget, hanya dengan mengaktifkan pesertadidik, maka proses
asimilasi/akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik.

Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola berikut


ini:

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Memilih materi pelajaran

c. Menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh


peserta didik (dengan bimbingan minimal dari pendidik)

d. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik-


topik yang akan dipelajari (kegiatan belajar ini biasanya berbentuk
eksperimentasi, problimsolving, roleplay, dsb)

e. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas


pesertadidik untuk berdiskusi/bertanya

f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

2. Teori bermakna Ausubel

Dibandingkan dengan teori Bruner, maka teori Ausubel ini dalam aplikasinya
menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke kusus). Hal lain

21
yang membedakan, Bruner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu, Ausubel
labih menekankan pada aspek struktur kognitif pesertadidik.

Satu konsep penting dalam teori Ausubel ini adalah Advance Organizer (AO).
AO adalah suatau gambaran singkat (bersivat fisual atau verbal) yang mencakup
isi pelajaran baru yang akan dipelajari pesertadidik. AO berfungsi sebagai (1)
kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang akan
berlangsung , (2) Penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini dikuasai
pesertadidik dengan ilmu baru yang akan dipelajari, (3) Pendidik yang membantu
mempermudah proses belajar pesertadidik.

Secara umum, teori Ausubel dalam praktik adalah sebagai berikut;

 Menentukan tujuan pembelajaran

 Mengukur kesiapan pesertadidik (minat, kemampuan, struktur


kognitif), baik melalui tes awal, interview, pertanyaan, dan lain-lain.

 Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian


konsep-konsep kunci

 Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai pesertadidik dari


materi tersebut

 Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang


harus dipelajari

 Membuat dan menggunakan Advance Organizer. Paling tidak dengan


cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan,
dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukan relevansi
(keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu dengan materi baru yang
akan diberikan

 Mengajar pesertadidik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip


yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan yang
terjalinantara konsep-konsep yang ada.

22
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

3. Aplikasi Teori Humanistik

Jika kita amati, maka teori humanistik ini dalam pembelajaran cenderung
mendorong pesertadidik untuk berfikir induktif (dari contoh ke konsep, dari
kongkrit ke abstrak, dari kusus ke umum, dsb). Meskipun tidak ada satu pakar
humanistikpun yang menjabarkan teori mereka kedalam langkah-langkah teknis,
tetapi teori humanistik ini bila diaplikasikan akan mencakup tahap-tahap berikut;

 Menentukan tujuan pembelajaran

 Menentukan materi pelajaran

 Mengidentifikasi enty behavior pesertadidik

 Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan pesertadidik


mempelajarinya secara aktif (“mengalami”)

 Mendesai wahana (lingkungan, media, fasilitas dan sebagainya) yang


akan digunakan pesertadidik untuk belajar

 Membimbing pesertadidik belajar secara aktif

 Membimbing pesertadidik memahami hakekat

c. Pembelajaran Aktif

Belajar aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta


didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam
bentuk interaksi antar peserta didik dengan peserta didik lainnya maupun antara
pengajar dengan maupun peserta didik dengan pengajar dalam proses
pembelajaran tersebut.

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik


sebagai berikut:

23
* Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan
kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,

* Peserta didik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,

* Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi


kuliah,

* Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,

* Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

2. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN.

a. Prinsip Pembelajaran Menurut Filbeck

Secara umum Filbeck (1974) dalam tulisannya “System in teaching and learning”
menyatakan ada 12 prinsip pembelajaran. Masing-masing prinsip tersebut adalah

Prinsip yang pertama prinsip respon. Prinsip pembelajaran menyatakan bahwa


bahwa respon baru akan diulangi kalau respon tersebut berakibat menyenangkan,
misalnya setelah belajar menggunakan komputer dia lebih merasa nyaman dalam
bekerja, maka dia akan berusaha mempelajari lebih jauh mengenai komputer.

Kedua adalah prinsip kondisi. Manusia akan belajar dari kondisi. Misalnya kalau
kondisi suatu lingkungan dibuat agar orang tidak nyaman merokok, misalnya
tidak ada asbak, sulit mencari rokok, maka orang akan belajar untuk tidak
merokok. Ketiga adalah prinsip retensi. Kemampuan baru dapat berkurang atau
hilang kalau tidak disegarkan.

Keempat adalah prinsip transfer. Hasil belajar akan dengan mudah ditransfer
apabila kepada kondisi pembelajaran yang sama, karena itu pembelajaran pada
situasi yang nyata lebih mudah untuk diterapkan kepada kehidupan pebelajar.

24
Kelima adalah prinsip generalisasi dan membedakan. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap objek yang dipelajari mempunyai sifat-sifat tertentu dihubungkan
dengan obyek lain. Misalnya belajar memecahkan satu kasus akan membekali
siswa memecahkan kasus lain, namun ada kalanya satu kasus sangat berbeda
dengan kasus lain sehingga harus dipecahkan dengan cara yang berbeda pula.
Dengan prinsip ini maka materi bias diklasifikasikan sehingga mudah dipahami.
Prinsip ini dapat memberikan dasar untuk dapat memahami sesuatu yang komplek
seperti pemecahan masalah. Implikasi dalam pembelajaran adalah pemberian
contoh harus lengkap, ada contoh positif adapula contoh negatif.

Keenam adalah prinsip mental. Kondisi mental peserta didik harus disiapkan agar
siap belajar. Dalam pembelajaran prinsip ini diterapkan dalam kegiatan
pembukaan pembelajaran sebelum kegfiatan inti disampaikan.

Ketujuh adalah prinsip pentahapan (chunking). Kegiatan belajar perlu dibagi


menjadi kegiatan kegiatan kecil sehingga lebih mudah dipahami. Peserta didik
dilatih untuk mengkonstruk hasil belajar bagian-bagian materi yang dipecah
tersebut.

Kedelapan adalah prinsip model. Penyederhanaan materi belajar yang komplek


menjadi yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan pemodelan.

Kesembilan adalah prinsip konruktivisme, yaitu kemampuan yang komplek


dibangun oleh banyak kemampuan-kemampuan yang sederhana.

Kesepuluh adalah prinsip umpan balik. Pebelajar akan belajar lebih cepat, efisien
dan menyenangkan kalau kalau ia diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu
setelah belajar.

Kesebelas adalah prinsip kecepatan belajar individual. Setiap individu mempunyai


kecepatan yang berbeda dalam materi tertentu dibandingkan dengan pebelajar
yang lain.

Kedua belas adalah prinsip belajar mandiri. Pebelajar dapat mengembangkan


kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri.

25
b. Prinsip Pembelajaran Menurut Knowles

Knowles (Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practices of adult


education, andragogy versus pedagogi". New York : Association Press1979)
mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa sbb:

1. Setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah


dimana dirinya sendiri adalah sebagai pusat, dan semua orang mereaksi
seperti dia mengalami dan mengartikan pengalaman itu. Ini berarti bahwa
dia menekankan bahwa makna yang datang dari makna yang dimiliki.
2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia
pelajari bermanfaat dalam pengembangan struktur dirinya. Hipotesa ini
menekankan pentingnya program belajar yang relevan dengan kebutuhan
siswa, yaitu belajar yang bermanfaat bagi dirinya.
3. Struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi
terancam, dan akan mengendorkan apabila bebas dari ancaman. Ini berarti
pengalaman yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya hanya dapat
diasimilasikan apabila organisasi diri itu dikendorkan dan diperluas untuk
memasukkan pengalaman itu.
4. Perbedaan persepsi setiap siswa diberikan perlindungan. Ini berarti di
samping perlunya memberikan iklim belajar yang aman bagi siswa juga
perlu pengembangan otonomi individu dari setiap siswa

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berdasarkan Cara Kerja Otak

Semua orang bisa belajar apabila cara kerja otak tidak dihambat dengan
mengecilkan, mengabaikan, atau menghukum otak dalam proses pembelajaran.
(cara kerja otak reptil, lembik dan kortek)

Otak Reptilia

MacLean menjelaskan bahwa otak reptilia terbentuk paling awal dalam evolusi
perkembangan manusia yaitu dalam tahun pertama hidup seorang anak. Ia disebut
otak reptilia disebabkan fungsinya yang mempunyai persamaan dengan elemen-
elemen pertahanan diri dalam reptilia dan melibatkan kecerdasan paling rendah.

26
Fungsi utamanya ialah mengatur secara otomatis atau tanpa disadari, perilaku
kelima pancaindera seseorang. Pengaturan fungsi-fungsi utama indra ini
mempunyai hubungan dengan kemampuan seseorang bertahan hidup. Otak
reptilia menggerakkan manusia berupaya untuk memperoleh makanan,
perlindungan, keselamatan dan mempertahankan hidup.
Dan pembelajaran yang sampai ke sistem limbik akan berjalan penuh minat dan
semangat karena sistem limbik berkaitan dengan emosi.
Jensen (1998) mengatakan bahwa tekanan yang berlebihan atau perasaan
terancam memberi kesan negatif kepada pemikiran dan ingatan dan seterusnya
menyebabkan pembelajaran menurun. Namun demikian, bukan semua jenis dan
tahap tekanan membawa kesan yang buruk. Tidak ada tekanan juga tidak
memberi kesan yang baik. Sebaliknya, tahap pencapaian siswa juga rendah.
Logikanya, pada tekanan yang rendah dan sederhana sesuai dengan kapasitasnya
prestasi atau semangat belajar maupun bekerja akan terwujud.

d. Prinsip Pembelajaran Menurut J Nichol

Jennifer Nichols mengemukakan empat prinsip pokok pembelajaran abad 21.


Keempat prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagasnya tersebut
dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:

1. Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan berpusat kepada


siswa
Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran
berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar
kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap diperlukan. Guru
berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan
pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan
informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk
belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan
mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang
dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang

27
berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.

2. Pendidikan seyogyanya dilakukan secara kolaboratif

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.


Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya.

3. Pembelajaran seharusnya dilakukan secara kontekstual

Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa


terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar
dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya.

4. Sekolah seharusnya merupakan bagian integral dari masyarakat

Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa


dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam
lingkungan sosial.

28
C MENGEMBANGKAN KURIKULUM YANG TERKAIT DENGAN
MATA PELAJARAN YANG DIAMPU

C.1. Memahami Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum intinya adalah sejumlah pengalaman belajar yang diberikan


kepada peserta didik dengan arahan guru atau sekolah. Demikian halnya dengan
pengembangan kurikulum. Salah satu ahli pendidikan, yaitu Oliva (1988)
menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum merupakan serangkaian proses
yang dilakukan secara berkelanjutan. Dengan demikian, pengembangan
kurikulum merupakan proses yang komprehensif, yaitu meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

Pengembangan kurikulum dilakukan sebagai upaya untuk meningkatan


kualitas pendidikan. Lebih lanjut Hasan (1982) menjelaskan bahwa kurikulum
dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu: kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai
rencana, kurikulum sebagai proses dan kurikulum sebagai produk.Dimensi-
dimensi kurikulum tersebut umumnya digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
kurikulum, yaitu apakah kurikulum dapat menjalankan sesuai fungsinya. Dimensi
kurikulum juga memberikan gambaran tentang lingkup kegiatan pengembangan
kurikulum secara keseluruhan.

Isi kurikulum merupakan bahan yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Tugas sekolah, dalam hal ini guru, adalah menyeleksi dan mengorganisasi bahan
belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Ada beberapa pendapat tentang sifat
bahan. Saylor & Alexander menjelaskan bahwa bahan diorganisasi dalam bentuk
gagasan, konsep, generalisasi, prinsip, rencana dan pemecahan masalah.
Perumusan bahan seperti ini lebih bersifat menekankan pada pengetahuan.
Menurut Zais bahan meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap-sikap.

C.2. Menentukan Pengalaman Belajar Yang Sesuai Untuk Mencapai


Tujuan Pembelajaran Yang Diampu

Tujuan pembelajaran (learning objectives atau performance objectives)


menurut Gagne (1988) adalahpanduan untuk pembuatan suatu desain

29
instruksional dan pembuatan latihan/tes untuk mengukur kemampuan pesertadidik
dalam menyerap materi pembelajaran. Secara umum penulisan tujuan
pembelajaran adalah menggunakan kata-kata kerja yang spesifik dan dapat diukur.
Sebagai contoh : “Pesertadidik mampu melakukan pemupukan tanaman dengan
tingkat kebenaran 100% bila disediakan data kesuburan tanah dan biomasa
tanaman yang akan dipanen ”.

Tujuan pembelajaran haruslah mengandung unsur-unsur ABCD: audience,


behavior, condition, degree.
 Mengacu pada KD , Rumusan tujuan pembelajaran mengacu pada
ktuntutan kompetensi dasar (KD)
 Audience (A) berarti siapakah yang harus mencapai tujuan
pembelajaran misal, unsur A ini adalah peserta didik
 Behavior (B) menunjukkan perilaku yang diharapkan (dapat pada ranah
kognitif, afektif, atau psikomotorik).
Contoh behavior yaitu: Mampu menghitung kebutuhan pupuk.
 Condition (C) menunjukkan pada kondisi bagaimana perilaku tersebut
ditampilkan. Kondisi merupakan suatu keadaan yang dimunculkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semisal: “Peralatan apa yang
diperlukan dalam pembelajaran dan penilaian?.” “Apakah akses
terhadap peralatan misal lab pengujian mudah?”. “Suasana seperti apa
yang dipersyaratkan, agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai
dengan tuntutan kompetensi?”, dan sebagainya
Sebagai contoh: perilaku melakukan pemupukan tanaman atas dasar
kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang dikehendaki.
 Degree (D) menunjukkan derajat pencapaian sebagai kriteria untuk
menentukan seseorang telah mencapai tujuan. Sebagai contoh: tingkat
akurasi 100%, dan lain-lain(Uno, 2008: 91).
. Kemp & Morrison (1994) menjelaskan bahwa kriteria (standard of
competence) merupakan suatu tingkat pencapaian/derajat (level of
achievement). Kriteriamenunjukkan standar minimum yang ditetapkan
agar tujuan pembelajaran tercapai.
Kriteria menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain:

30
“Seberapa akurat ?”
“Seberapa lama ?”
“Seberapa banyak ? “, dan sebagainya.
Tentukan suatu kriteria untuk mengidentifikasi level yang dikehendaki
misal kecepatan dalam melakukan aksi, akurasi, kualitas, kuantitas, dan
sebagainya

 Contoh yang baik: Dengan data kesuburan tanah dan biomasa


tanaman, dapat menghitung kebutuhan pupuk dengan tingkat akurasi
100%.
 Contoh yang jelek: Dengan menggunakan peralatan, menghitung
Kebutuhan pupuk dengan akurasi yang tepat setiap saat.
1. Cara Penulisan Tujuan Pembelajaran
Urut-urutan dari penetapan tujuan pembelajaran dapat dilakukan sebagai
berikut :
 Pilih suatu kata kerja yang sesuai dengan konten
Contoh yang baik : menghitung, menemukan
Contoh yang jelek : mengetahui, memahami
 Tentukan obyek yang tepat setelah kata kerja
Contoh yang baik : menghitung kebutuhan pupuk
Contoh yang jelek : memahami kebutuhan pupuk
 Tentukan kondisi yang memungkinkan bagi pengguna untuk
mendapatkan perilaku yang telah ditetapkan melalui kata kerja tadi.
Kondisi yang memungkinkan dapat berupa alat yang digunakan,
informasi yang disediakan, hambatan dan sebagainya.
Contoh yang baik : dengan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman,
menghitung kebutuhan pupuk
Contoh yang jelek : dengan peralatan yang tersedia, menghitung
kebutuhan pupuk
Berikut ini adalah beberapa contoh tujuan pembelajaran pada RPP.
Melalui praktik menerapkan teknik pemupukan tanaman. Pesertadidik mampu
melakukan pemupukan tanaman bila disediakan data kesuburan tanah dan
biomasa yang akan di hasilkan dengan tingkat presisi 95%. peserta didik

31
(audience) dapat mendemonstrasikan cara-cara mencangkok (behaviour) bila
disediakan data kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang akan dihasilkan
(condition), dengan tingkat presisi 95%. (degree).

Satu tujuan pembelajaran diusahakan dapat mengukur tiga ranah yaitu


afektif, kognitif dan psikomotor. Bagaimanapun juga hal itu akan memudahkan
guru dalam melakukan evaluasi.

C.3. Memilih Materi Pembelajaran Yang Diampu Yang Terkait Dengan


Pengalaman Belajar Dan Tujuan Pembelajaran

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran


(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi kompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Kompetensi/Kompetensi
Dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan
untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang
tercapainya Kompetensi/KD, serta tercapainya indikator

Ada beberapa prinsip yang dijadikan pedoman dalam merumuskan


kebutuhan materi pembelajaran yaitu relevansi, keajegan (konsistensi), dan
kecukupan (adequacy)
a. Prinsip Relevansi.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian
kompetensi/kompetensi dasar (KD). Misalnya : kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta didik adalah KD 3.9 KI 3 Melakukan
Pemupukan Tanaman yang membutuhkan materi; Fakta kondisi
tanaman, konsep unsur hara, konsep dosis, dan prosedur teknik
pemupukan tanaman, serta prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi
pemupukan, prinsip perhitungan kebutuhan pupuk, menggunakan
prinsip-prinsip untuk mengontrol, mengalikan, mengevaluasi pemberian
pupuk.

32
Maka materi yang diajarkan harus memenuhi kebutuhan kemampuan-
kemampuan tersebut.
b. Prinsip Konsistensi / keajegan
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada
tigaaspekpengetahuan, ketrampilan dan sikap, maka materi yang
diajarkan juga harus meliputi materi-materi yang mendukung tigaaspek
pada KD.
c. Prinsip Adequacy /kecukupan
Materi pembelajaran mencakup jenis-jenis materi yang diperlukan
untuk mendukung terbentuknya KD berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi. Misalnya pada KD 3.9 Maka jenis materi dapat
dikembangkan dari IPK yang merupakan gabungan antara jenis materi
dan level performansi sebagaimana terlihat pada tabel 1 performance
konten.Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Langkah-Langkah Penentuan Materi Pembelajaran

a. Identifikasi kompetensi dan Kompetensi Dasar


Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di
identifikasi aspek- aspek kebutuhan kompetensi yang harus dipelajari
atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut meliputi kognitif,
psikomotor, afektif atau gabungan ketiganya.
b. Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran seperti pengetahuan, pengertian,dan keterampilan
berpikir (fakta, konsep, prosedur dan prinsip).
c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan kompetensi/ Kompetensi
Dasar.
Menurut teori Pendidikan kognitifisme Ausabel, untuk mempermudah
pembelajaran, materi perlu diorganisir menggunakan model Advance
Organizer menggunakan peta konsep berdasarkan jenis materi.

33
Pendekatan ini untuk mempermudah pesertadidik memahami materi
pembelajaran.
Contoh pengorganisasian ini dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar Peta materi berdasarkan Advance Organizer

C.4. Menata Materi Pembelajaran Secara Benar Sesuai Dengan


Pendekatan Yang Dipilih Dan Karakteristik Peserta Didik
Ada tiga hubungan antar kompetensi dalam mata pelajaran yaitu hubungan
yang bersifat hirarkhis, hubungan prosedural, dan hubungan komponen kelompok,
di samping hubungan keempat yang yang merupakan gabungan antara dua atau
tiga yang pertama.
Konsep penyusunan materi pembelajaran adalah

Penataan hubungan antar displai materi pembelajaran untuk keperluan


pengurutan pembelajaran, agar lebih mudah dipelajari oleh peserta didik.
Hubungan tersebut dapat berupa hubungan yang divergen, sequensial,
maupun random.

Bentuk hubungan antar materi pembelajaran adalah;

a. Hubungan Hirarkis
Hubungan kemampuan yang hirarkis adalah kedudukan dua atau lebih
kemampuan yang menunjukkan bahwa salah satu kemampuan hanya

34
dapat diperagakan bila kemampuan lain sudah dikuasai lebih dahulu
(sebagai kemampuan prasyarat).
b. Hubungan Prosedural
Hubungan kemampuan prosedural adalah kedudukan dua atau lebih
kemampuan yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku,
tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lainnya.
c. Struktur Pengelompokan
Terdapat bentuk kemampuan-kemampuan khusus yang saling
berhubungan, namun tidak mempunyai mempunyai ketergantungan satu
sama lain.
d. Struktur Kombinasi
Bila perilaku diuraikan menjadi perilaku-perilaku khusus, sebagian
tersebar dalam bentuk struktur kombinasi antara hirarkikal, prosedural,
dan pengelompokan.
e. Penataan Materi berdasarkan pengorganisasian Advance Organizer
Menurut teori pendidikan kognitifisme Ausabel untuk mempermudah
pembelajaran materi perlu diorganisir menggunakan peta konsep berdasarkan
jenis materi.
C.5. Mengembangkan Indikator dan Instrumen Penilaian.
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian. Indikator juga disebut sebagai penanda pencapaian KD yang ditandai
oleh perubahan perilakuyang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.

Prinsip perumusan indikator


Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat sbb;
 Menggunakan kata kerja operasional (SPO).
 Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkatkompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian
kompetensi.
 Berkecukupan
.

35
Mekanisme pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi ada dua
langkah yang dapat digunakan.
a. Menganalisis tingkat kesesuaian antara KD dan SKL
b. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
Langkah ini dilakukan dengan cara melihat tingkat kompetensi dengan
menganalisis kata kerja operasional (KKO)

Contoh rumusan indikator pencapaian kompetensi dengan jenis materi


pada berbagai level performansi
Tingkat kemampuan mengingat
Jenis materi Mengingat Fakta

Indikator Pencapaian Kompetensi


Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan jenisnya( kejadiannya,
fungsi, bentuk, warna, mutu/kandungan unsur hara, dan rumus
kimianya)
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan asal kejadiannya,
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan fungsinya
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan bentuknya
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan warnanya
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan mutu/kandungan unsur
hara,
Jenis-jenis pupuk disebutkan berdasarkan rumus kimianya
Ciri-ciri tanah disebutkan berdasarkan warnanya
Ciri-ciri tanah disebutkan berdasarkan teksturnya
Ciri-ciri tanah disebutkan berdasarkan strukturnya
Ciri-ciri tanah disebutkan berdasarkan kandungan unsurharanya
Ciri-ciri tanah di sebutkan berdasarkan tingkat pHnya
Tingkat kemampuan mengingat
Jenis materi Mengingat Konsep
Definisi pupuk anorganik disebutkan berdasarkan asalnya
Definisi pupuk tunggal disebutkan berdasarkan jumlah/jenis

36
unsurharanya

Definisi pupuk Urea disebutkan berdasarkan rumus kimianya


Definisi pupuk Za disebutkan berdasarkan rumus kimianya
Definisi pupuk KCl disebutkan berdasarkan rumus kimianya
Definisi pupuk TSP disebutkan berdasarkan rumus kimianya
Definisi pupuk organik disebutkan berdasarkan asalusulnya
Definisi pupuk NPK disebutkan berdasarkan jumlah/jenis unsur
haranya
Definisi pupuk daun disebutkan berdasarkan bentuk dan unsur
haranya
Definisi pupuk majemuk disebutkan berdasarkan jumlah/jenis
unsur haranya
Mengingat Prosedur
Prosedur pemupukan disebutkan berdasar tahapan kegiatan
pemupukan
Prosedur perhitungan kebutuhan pupuk disebutkan berdasar
tahapan kegiatan pemupukan
Mengingat Prinsip pemupukan
Prinsip pemupukan disebutkan berdasarkan tingkat kesuburan
tanah dan biomasa tanaman yang akan diproduksi
Menggunakan konsep pupuk
Jenis pupuk dibedakan berdasarkan asal usulnya (organik,
anorganik)
Jenis pupuk dibedakan berdasarkan ciri fisik pupuk (warna dan
bentuknya)
Jenis pupuk dibedakan berdasarkan ciri kandungan unsur
haranya
Jenis pupuk dibedakan berdasarkan rumus kimianya
Jenis pupuk dibedakan berdasarkan fungsinya
Menggunakan Prosedur Pemupukan
Prosedur pemupukan dilakukan tahap demi tahap dalam

37
kegiatan pemupukan
Prosedur perhitungan kebutuhan pupuk dilakukan melalui tahap
penetapan kesuburan tanah dan biomasa tanaman yang akan
dihasilkan.
Menggunakan Prinsip Pemupukan
Perhitungan kebutuhan pupuk dihitung berdasarkan kesenjangan
antara kesuburan tanah dengan biomasa tanaman yang akan
diproduksi

38
D. MENYELENGGARAKAN PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK.

D.1. Memahami Prinsip-prinsip Perancangan Pembelajaran Yang


Mendidik Dan Bersifat Inovatif Serta Memanfaatkan Teknologi
Terkini

Dalam melakukan perencanaan pembelajaran ada beberapa hal yang dapat


dijadikan acuan agar perencanaan pembelajaran mempunyai relevansi yang tinggi
dengan pesertadidik, mampu memberikan pengalaman belajar yang baik serta
memudahkan pesertadidik dalam mempelajari materi yang dipelajarinya serta
relevan dengan kondisi sekolah. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain
adalah:

a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,


tingkatintelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuansosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta
didik.
Karakteristik pesertadidik berdasarkan gaya belajarnya

a) Gaya Belajar Kinestetik


Gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

b) Gaya Belajar Auditorial


Gaya belajar ini mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami
sekaligus mengingat pelajaran.

c) Gaya belajar Visual


Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman
penglihatan.

d) Gaya belajar Intelektual


Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak
pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti: Memecahkan masalah,
Menganalisis pengalaman,Mengerjakan perencanaan

39
strategis,Memilih gagasan kreatif,Mencari dan menyaring
informasi,Merumuskan pertanyaan,Menerapkan gagasan baru pada
pekerjaan,Menciptakan makna pribadi,Meramalkan implikasi suatu
gagasan
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI terfasilitasi dalam
pembelajaran. Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu
peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.

1) Karakteristik pesertadidik berdasarkan pola belajarnya


Dalam menyusun sebuah rancangan pembelajaran seyogyanya kita
memperhatikan pola– pola belajar yang mungkin terjadi pada pesertadidik.
Robert M. Gagne membedakan pola– pola belajar pesertadidik ke dalam
delapan tipe, dimana yang satu menjadi prasyarat bagi yang lainnya
dengan urutan sesuai hirarki. Delapan pola yang dimaksud adalah :
a) Signal learning (belajar isyarat)
Ini adalah pola belajar yang paling sederhana yang menjadi dasar semua
pola belajar. Pola ini berpedoman pada pemberian isyarat dan respons
yang disebabkan oleh isyarat tadi. Contoh, aba aba siap merupakan
suatu signal atau isyarat untuk mengambil sikap tertentu.
b) Stimulus respons learning (belajar stimulus respons)
Belajar pola ini tidak diperoleh secara tiba – tiba namun diperoleh dari
latihan dan pengalaman yang diperkuat secara terus menenus. Respons
ini bersifat spesifik tidak umum dan kabur. Respons ini sangat
memerlukan penguatan, penguatannya bisa berupa reward ataupun
punishment..
c) Chain (rantai atau rangkaian)
Pola ini adalah pola dengan belajar menghubungkan satuan ikatan
stimulus dan respons. Agar dapat berlangsungnya pola belajar ini,
secara internal pesertadidik harus sudah menguasai sejumlah satuan
pola stimulus dan respons, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu
prinsip kesinambungan, pengulangan, reinforcement tetap penting bagi
berlangsungnya proses chaning. Contoh dalam bahasa kita, contoh
chaning seperti ibu bapak, kampung halaman, selamat tinggal, dsb.

40
d) Verbal association
Pola ini setara dengan pola belajar sebelumnya, yaitu belajar
menghubungkan satuan stimulus dan respons yang satu dan lainnya.
Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan sebuah bentuk geometris dan pesertadidik dapat
mengatakan bujur sangkar atau mengatakan itu bola. Sebelumnya ia
harus sudah dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal
bentuk kubus atau mengenal bola.
e) Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Pada pola ini, peserta didik belajar dengan cara membedakan. Mereka
belajar dengan mengadakan seleksi dan pengujian diantara dua
perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian
memilih sejumlah pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi
utama untuk berlangsungnya proses belajar ini adalah pesertadidik
sudah memiliki kemahiran melakukan chaning dan association serta
pengalaman. Contoh pesertadidik dapat mengenal berbagai jenis
kelompok ikan beserta namanya walaupun ikan itu banyak dalam satu
wadah.
f) Concept learning (belajar konsep)
Pola ini adalah belajar konsep berdasarkan cirri – ciri dari sekelompok
stimulus dan objek – objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau
konsep, Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran
diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

g) Rule learning (belajar aturan)


Pada pola ini peserta didik belajar membuat generalisasi, hukum, dan
kaidah. Pada tingkat ini pesertadidik belajar mengadakan kombinasi
berbagai macam konsep dengan mengoprasikan kaidah – kaidah logika
formal sehingga pesertadidik dapat menemukan kesimpulan tertentu
yang mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule”, prinsip,
dalil, aturan, hukum, kaidah dsb.
h) Problem solving (pemecahan masalah)

41
Adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini pesertadidik
belajar memecahkan masalah, mempergunakan berbagai kaidah yang
telah dikuasainya.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi,minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.

d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang


untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan


program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.

f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi


pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.

g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata


pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,


sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

D.2. Mengembangkan Komponen-komponen Rancangan Pembelajaran

Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari tiga komponen


utama yaitu; Komponen-komponen rancangan pembelajaran Menurut Wasis
D Dwiyogo, dalam Pembelajaran Visioner Abad 21 (halaman 31) meliputi;
Kondisi pembelajaran ialah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran. Metode/strategi pembelajaran
didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Adapun Hasil

42
pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang
berbeda.
D.3. Menyusun Rancangan Pembelajaran yang Lengkap Baik Untuk
Kegiatan Di Dalam Kelas, Laboratorium, Maupun Lapangan

Komponen pembelajaran, yaitu (1) tujuan dan materi, (2) strategi dan
media (3) evaluasi pembelajaran. Untuk lebih mendalami terhadap komponen-
komponen pembelajaran itu, mari kita kaji lebih dalam agar rancangan
pembelajaran yang kita buat terjiwai oleh nilai-nilai yang mendasar terutaman
terkait dengan karakteristik siswa sebagai sebyek belajar dan hakekat kegiatan
pembelajaran.
a. Menganalisis; Kendala/kondisi,
Kendala/kondisi adalah sesuatu keadaan yang harus dijadikan dasar
pertimbangan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran. Kondisi
pembelajaran akan mempengaruhi efek strategi/metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran berinteraksi
dengan strategi pembelajaran, dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi.
Berbeda halnya dengan variabel strategi pembelajaran, yang pada
dasarnya semua cara-cara yang berbeda dapat dimanipulasi oleh
perancang pembelajaran. Bila dalam suatu situasi, strategi pembelajaran
tidak dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi kondisi
pembelajaran. Sebaliknya, bila suatu kondisi pembelajaran, dalam suatu
situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi strategi
pembelajaran.(Wasis D Dwiyogo, dalam Pembelajaran Visioner Abad
21)
Contoh :
Tabel Kegiatan analisis kondisi dalam perencanaan pembelajaran dapat
dilakukan sebagai berikut:

43
KD Menggunakan Hasil analisis Kondisi
konsep pemupukan

Tujuan Umumnya Pesertadidik mampu membedakan jenis-jenis pupuk


bila disediakan data jenis-jenis pupuk dengan tingkat
presisi 100 %.

Tujuan Kususnya Pesertadidik mampu membedakan jenis-jenis pupuk


anorganik bila disediakan data dan macam-macam
pupuk anorganik dengan tingkat kebenaran 100%
Kondisinya adalah Mampu membedakan jenis-jenis pupuk anorganik
Data macam-macam pupuk anorganik
Macam-macam pupuk anorganik
Tingkat kesulitan Kemampuan membedakan jenis pupuk anorganik ini
termasuk level kemampuan tingkat rendah, yaitu jenis
materinya termasuk jenis konsep, sedangkan level
performansinya menurut taksanomi merrill termasuk
pada level menggunakan konsep.

Tipe Isi Tipe isi kemampuan membedakan jenis pupuk


anorganik adalah termasuk strategi makro, karena
memuat beberapa konsep jenis pupuk anorganik.
(pupuk Urea, Za. TSP. KCL. dll)

Waktu Waktu yang tesedia misalnya 30 menit.

Waktu ini harus dirancang untuk mencapai tujuan


pembelajaran. Misalnya

 Digunakan untuk melakukan observasi secara visual


terhadap kondisi fisik pupuk (bentuk dan warna) dan
aroma pupuk, serta tekstur pupuk dengan peragaan.
 Merumuskan definisi berdasarka fakta hasil opservasi
 Menyimpulkan definisi pupuk anorganik (Za, TSP,

44
KCL) berdasarkan kunci diskriptor yang disediakan
oleh guru.
 Menyusun definisi pupuk anorganik berdasarkan ciri
fisik
 Membedakan jenis-jenis pupuk anorganik
berdasarkan ciri fisik
 Melakukan pemilihan pupuk anorganik berdasarkan
ciri fisik
Motivasi Berprestasi Mengidentifikasi Motivasi berpresttasi pesertadidik,
kegiatan ini dapat dilakukan dengan melihat hasil
catatan terhadap partisipasi pesertadidik dalam
proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan
selama ini atau memberikan angket.

Kemampuan Menganalisis kemampuan tingkat berfikir. Bisa


berpikir menggunakan teori perkembangan pesertadidik
sebagaimana diuraikan dalan karakteristik peserta
didik. Kasus ini dilaksanakan di SMK, usia peserta
didik sudah diatas 11 tahun. Menurut Jean Pieget
pesertadidik usia diatas 11 tahun tingkat berfikirnya
sudah pada Tahap Operasional Formal , .bila dilihat
dari pola belajarnya sudah menggunakan Concept
learning (belajar konsep) menurut Robert. M. Gagne
Intelegens Tingkat intelegensia pesertadidik kapasitasnya dapat
diukur dengan menggunakan metode psiko test/ tes IQ
Dalam kasus ini kita anggap rata-rata IQ pesertadidik ≥
90 termasuk normal

Bakat/minat Bakat minat perlu dilakukan pengukuran untuk


mengetahui bakat dan minatnya, sebagai landasan bagi
guru dalam membantu mengembangkannya.
Mengidentifikasi bakat minat pesertadidik dapat
dilakukan melalui psikotest . Dalam kasus ini dianggap

45
minat pesertadidik baik.

Kebiasaan belajar Mengidentifikasi gaya belajar pesertadidik,


menggunakan kuisioner pengukuran gaya belajar,
sebagai dasar memberikan layanan belajar kepada
setiap individu pesertadidik .

Pada kasus ini dianggap gaya belajar peserta didik sbb;

Dominan somatik 40 %

Dominan Auditori 15 %

Dominan Visual 25 %

Dominan intelektual 20 %

b. Pemilihan isi, Seorang guru dalam melakukan pemilihan materi


pembelajaran dapat mengacu pada modul “Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu”
Rumuskan materi pembelajaran yang di perlukan untuk mewujudkan
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dibangun dapat
dirumuskan dari tujuan kompetensi. Apakah indikator pencapaian
kompetensi itu memerlukan materi; (1) fakta, (2) konsep, (3) prinsip (4)
dan prosedur. Sedangkan level performansinya apakah pada jenjang (.1)
Mengingat, (2) menggunakan (3) mengembangkan/menemukan.

Pengertian tentang komponen materi pembelajaran dijelaskan sbb;

a) Fakta adalah potongan-potongan informasi seperti ; nama, tanggal,


peristiwa atau simbol dari suatu obyek atau peristiwa. Contoh-contoh
fakta misalnya : bentuk pupuk, warna pupuk, nama-nama tanah,
nama-nama tanaman, dan masih banyak lagi.
Ciri utama fakta adalah dapat dikenali berdasarkan penampakan
fisiknya.

46
b) Konsep adalah kumpulan ; obyek, peristiwa atau simbol yang
memiliki karakteristik yang sama. Konsep sering juga disebut kelas
(class). Obyek-obyek yang memiliki karakteristik yang sama berarti
tergolong dalam satu kelas atau kategori yang sama, dengan
demikian memiliki konsep yang sama. Contoh

Pupuk Tunggal

KCL
UREA
TSP

Gambar Konsep atau kelas pupuk tunggal

c) Prosedur adalah; serangkaian langkah atau tindakan dalam


menyelesaikan suatu masalah atau tugas, atau memproduksi sesuatu.
Prosedur selalu berisi urut-urutan langkah dalam melakukan suatu
kegiatan atau aksi tertentu.
Contoh prosedur : Prosedur menghitung kebutuhan pupuk. prosedur
melakukan pemupukan.

d) Prinsip adalah; Gabungan dari beberapa konsep yang membentuk


hukum-ketentuan. Orang yang menguasai prinsip mampu
meramalkan atau memprediksi mengapa sesuatu terjadi. Prinsip
menjelaskan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa. Contoh-
contoh prinsip : Hukum Leybik dalam pemupukan, prinsip
pemupukan tanaman, air mendidih dll
D.4. Melaksanakan Pembelajaran Yang Mendidik Di Kelas, Di
Laboratorium, Dan Di Lapangan Dengan Memperhatikan Standar
Keamanan Yang Dipersyaratkan
Paradigma pembelajaran yang mendidik, yaitu pembelajaran yang
membuahkan bukan saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan
kecakapan hidup (soft skills), sehingga tampil sebagai manusia yang penuh kasih

47
terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping
trengginas dalam bekerja (Raka Joni, 2006). Menyelenggarakan pembelajaran
yang mendidik harus selalu bertolak dari konsep karakteristik peserta didik
sebagai subyek belajar, konsep landasan teori belajar untuk mengembangkan
prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian hasil belajar serta memanfaatkan hasil penilaian untuk melakukan
perbaikan secara sistimatis dan berkelanjutan sehingga dapat memfasilitasi
perkembangan pesertadidik secara utuh (soft skills dan hard skills).
1. Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, guru perlu mengaktifkan
pesertadidik secara optimal, sebagai pembelajaran berorientasi pada
aktivitas pesertadidik (student centred).
Dalam pembelajaran dikelas lebih banyak untuk pemahaman yang sifatnya
konseptual dan pemahaman prinsip. Dalam pelaksanaan pembelajaran
dikelas terdiri dari pendahuluan, inti dan penutup
2. Pelaksanaan pembelajaran dilaboratorium punya peran sebagai;
a. Peragaan (Demonstration)

a. Latihan (exercises)
b. Penyelidikan terstruktur (structured enquiries)
c. Penyelidikan secara terbuka (open ended enquries)
d. Proyek (project)
Peningkatan Pembelajaran Di Laboratorium

1. Merumuskan Tujuan atau sasaran


2. Petunjuk pelaksanaan
3. Guru laboratorium yang terlatih
2. Pembelajaran dilapangan sangat baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sifatnya motorik. Selain itu pembelajaran
dilapangan juga sangat baik karena bisa memberikan wahana
pembelajaran yang riel dan kontekstual.

48
D.5. Menggunakan Media Pembelajaran Dan Sumber Belajar Yang Relevan
Dengan Karakteristik Peserta Didik Dan Mata Pelajaran Yang Diampu
Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran Secara Utuh
1. Konsep Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pesertadidik
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

2. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran


 Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.
 Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat
dalam lingkungan belajar.
 Menampilkan objek yang terlalu besar.
 Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat/terlalu lambat.
 Memungkinkan pesertadidik berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya.
 Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar
pada masing-masing pesertadidik.
 Membangkitkan motivasi belajar pesertadidik.
 Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
 Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak untuk semua
pesertadidik.
 Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
 Mengontrol arah dan kecepatan belajar pesertadidik.
3. Prinsip Penggunaan Sumber Belajar
Pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran tentunya di dasari
atas kemanfaatan sumber-sumber belajar tersebut bagi terselenggaranya
kegiatan belajar pesertadidik secara efektif.
 Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung.
Dalam kegiatan Pemupukan, pesertadidik dapat melakukan pemupukan
pada kegiatan budidaya yang ada di sekolah.

49
 Pemanfaatan sumber belajar dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera.
 Menambah wawasan dan pengalaman pesertadidik.
 Upaya memperluas wawasan pesertadidik melalui pemanfaatan sumber
belajar juga merupakan nilai tambah yang lain dari sumber belajar.
 Memberikan informasi yang akurat dan terbaru
 Sumber belajar juga dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru.
Misalnya : Informasi yang di dapat pesertadidik melalui percobaan
pemupukan di lingkungan sekolah/wahana diklat.
 Meningkatkan motivasi belajar pesertadidik
 Kreativitas guru untuk memilih dan memanfaatkan berbagai sumber
belajar akn mendorong pesertadidik menyenangi kegiatan belajarnya
karena pesertadidik diberikan
 Mengembangkan kemampuan berfikir pesertadidik secara lebih kritis dan
positif
4. Prosedur Penggunaan Sumber Belajar
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran dan Sumber Bdelajar
a. Langkah – langkah dalam Pemanfaatan Media
1) Merumuskan tujuan pembelajaran
Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menentukan media
mana yang akan digunakan dalam mencapai tujuan, melalui tahapan;
 membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran mencantumkan media yang akan
digunakan.
 mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah
disediakan,
 menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar
dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari
lagi serta pesertadidik dapat melihat dan mendengar dengan baik.
2) Persiapan kelas.
Pesertadidik atau kelas harus mempunyai persiapan dalam menerima
pelajaran dengan menggunakan media tertentu.

50
i. Langkah penyajian dan pemanfaatan media.
Pada fase ini penyajian bahan pelajaran dengan memanfaatkan
media pembelajaran meliputi tahapan;
 yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap
dan siap untuk digunakan.
 jelaskan tujuan yang akan dicapai,
 jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik selama proses pembelajaran,
 hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu
perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
ii. Langkah kegiatan belajar pesertadidik.
Pada fase ini pesertadidik belajar dengan memanfatkan media
pembelajaran.
iii. Langkah evaluasi pembelajaran.
Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi sampai sejauh mana
tujuan pembelajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai sejauh
mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang
keberhasilan proses belajar pesertadidik.
Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh
pesertadidik sebagai umpan balik . Kalau ternyata tujuan belum
tercapai, maka guru perlu mengulangi sajian program media
tersebut
iv. Langkah Tindaklanjut
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman
peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan
media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur
efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen,
observasi, latihan dan tes.
2. Pemilihan sumber belajar
Dalam memilih sumber belajar dapat ditentukan berdasarkan :
 Program Pembelajaran

51
 Kondisi Lingkungan
 Karakteristik pesertadidik
 Karakteristik sumber belajar
Keempat hal tersebut harus menjadi patokan dalam memilih sumber
belajar yang akan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Contoh hasil analisis pemilihan sumber belajar dalam kemampuan
menggunakan konsep untuk membedakan jenis pupuk anorganik
berdasarkan kandungan unsurnya kimia menggunakan metode analis
kimia.

52
E. MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI UNTUK KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
E.1. Memanfaatkan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran Yang Diampu

Proses pembelajaran dapat juga dipandang sebagai sebuah proses


komunikasi seperti yang dikemukakan Shannon dan Weaver di dalam sebuah
model komunikasi yang mereka kembangkan. Belajar pada dasarnya merupakan
sebuah proses komunikasi yang berlangsung antara pengirim (sender) dan
penerima (receiver). Dalam proses komunikasi, pengirim dan penerima saling
bertukar pesan (message) dengan menggunakan perantara ya ng disebut sebagai
medium pembelajaran. Mekanisme umpan balik (feedback) juga terjadi di
dalam proses komunikasi yang mengakibatkan terciptanya interaksi yang intensif
di antara kedua pihak yang berkomunikasi. Berlangsungnya proses komunikasi
ini dapat dianalogikan dengan proses atau peristiwa belajar sebagaimana yang
diilustrasikan [dalam bentuk animasi sehingga memperlihatkan terjadinya
komunikasi] pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Proses Komunikasi dan Pembelajaran.

Dalam proses belajar, guru menyampaikan pesan berupa ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang perlu dikuasai oleh peserta didik. Guru berperan sebagai
pengirim pesan atau sender dan peserta didik berperan sebagai penerima pesan
atau receiver. Pertukaran pesan ini memperlihatkan adanya mekanisme umpan

53
balik yang dapat membuat proses belajar berlangsung secara interaktif. Proses
komunikasi akan mencapai tujuan apabila kedua belah pihak, baik pengirim
maupun penerima, dapat memiliki kesamaan pemahaman terhadap pesan dan
informasi yang dikomunikasikan. Kesamaan pemahaman antara pengirim dan
penerima pesan di dalam proses komunikasi menunjukkan adanya atau terjadinya
proses belajar.

54
F. MEMFASILITASI PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK
UNTUK MENGAKTUALISASIKAN BERBAGAI POTENSI YANG
DIMILIKI.
F.1. Menyediakan Berbagai Kegiatan Pembelajaran Untuk Mendorong
Peserta didik Mencapai Prestasi Secara Optimal
Modus pembelajaran sebagai upaya membangun kepribadian pesertadidik
secara utuh dapat mengguakan modus pembelajaran langsung (direct
instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Sedangkan jenis
kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler
1. Prinsip optimalisasi prestasi peserta didik adalah dengan menyediakan
berbagai kegiatan pembelajaran
2. Cara optimalisasi prestasi pesertadidik adalah dengan:
 Melaksanakan pembelajaran reguler Intrakurikuler
 Melaksanakan kegiatan kokurikuler
 Melaksanakan kegiatan remediasi bagi peserta didik yang belum
tuntas menguasai seluruh kompetensi/kemampuan
 Melaksanakan kegiatan pembelajaran pengayaan bagi peserta didik
yang mampu menyelesaikan kompetensi lebih cepat dari waktu yang
tersedia
3. Orientasi pembelajaran kokurikuler adalah menyediakan tugas untuk
dipelajarai sebagai pendalaman dari materi yang dipelajari pada kegiatan
intrakurikuler. Sasarannya adalah agar terbentuknya lapisan akson yang
mampu mempercepat pemindahan informasi dari dendrit yang satu ke
dendrit yang lainnya

4. Orientasi pembelajaran remediasi ditujukan bagi peserta didik yang belum


tuntas menguasai seluruh kemampuan yang dipelajari pada KD

5. Orientasi pembelajaran pengayaan adalah memberikan pendalaman materi


bagi peserta didik yang telah menyelesaikan penguasaan kemampuan pada
suatu KD dalam waktuy yang lebih cepat dari yang disediakan.

55
6. Orentasi pembelajaran ekstrakurikuler adalah untuk membangun aspek
sikap dan keterampilan yang belum terbentuk secara utuh pada
pembelajaran reguler (intekrurikuler)

F.2. Menyediakan Berbagai Kegiatan Pembelajaran Untuk


Mengaktualisasikan Potensi Peserta Didik Termasuk Kreativitasnya

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang
diperoleh hasil interaksi dengan lingkungan hidupnya. Kondisi pesertadidik tetang
bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik harus
diketahui dan dijadikan sebagai landasan dalam memberikan layanan
pengembangannya. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal,
pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis. Untuk mengetahui potensi bakat/minat, perlu
dipahami bahwa sebagai manusia yang sedang berkembang menuju kearah ke
dewasaan memiliki beberapa karakteristik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
secara umum menyediakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana
pengembangan potensi pesertadidik yang belum terakomodasikan dalam kegiatan
intrakurikuler dan ko kurikuler.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler


adalah sebagai berikut;

1. Konsep Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dapat menemukan dan
mengembangkan potensi peserta didik, serta memberikan manfaat sosial
yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama dengan orang lain.

2. Prinsip
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan
prinsip: (1) partisipasi aktif yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut

56
keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan
masing-masing; dan (2) menyenangkan yakni bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi
peserta didik.

3. Mekanisme

a. Pengembangan

Kegiatan ekstrakurikuler dikelompokkan menjadi kegiatan


ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan.

b. Pelaksanaan

Penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler pilihan dirancang di awal tahun


pelajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah/madrasah
atau wakil kepala sekolah/madrasah.

c. Penilaian
Kinerja peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler perlu mendapat
penilaian dan dideskripsikan dalam raport.

57
G BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF, EMPATIK, DAN
SANTUN DENGAN PESERTA DIDIK
G.1 Memahami Berbagai Strategi Berkomunikasi Yang Efektif, Empatik,
dan Santun, Secara Lisan, Tulisan, dan/atau Bentuk Lain
Lasswel (dalam Onong, 2001), mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu. Gie (1982), merumuskan komunikasi sebagai
suatu proses, yaitu rangkaian kegiatan penataan yang berupa penyampaian warta
dari seseorang kepada pihak lain dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu.

Hovland (1982), mengemukakan bahwa komunikasi itu adalah proses di


mana seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulasi (biasanya
lambang-lambang bahasa). Dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi adalah
untuk mengubah tingkah laku orang lain sesuai dengan tingkah laku yang
dikehendaki oleh komunikator. Komunikator maupun komunikan tidak selalu
individu tetapi juga bisa sekelompok orang, lembaga atau organisasi.Sementara
itu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan pada umumnya
dilakukan melalui simbol verbal maupun non verbal.

Menurut Effendy (1981), komunikasi adalah penyampaian pikiran atau


perasaan oleh seseorang kepada orang lain di mana proses penyampaiannya
berlangsung dengan menggunakan bahasa. Proses tersebut meliputi lima unsur
pokok yaitu: 1) Komunikator, adalah seseorang atau sekelompok orang yang
menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain, 2) Pesan atau
message, adalah lambang bermakna, yakni lambang yang membawakan pikiran
atau perasaan komunikator, 3) Media, adalah sarana untuk menyalurkan pesan-
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, 4) Komunikan,
adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika ia
menyampaikan pesannya, 5) Efek, adalah tanggapan respons atau reaksi dari
komunikan ketika ia atau mereka menerima pesan dari komunikator. Jadi efek
adalah akibat dari proses komunikasi.

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana makna yang


distimulasikan oleh komunikan serupa atau sama dengan apa yang dimaksudkan

58
oleh komunikator. Sedang komunikasi dalam proses pembelajaran adalah
komunikasi yang dilakukan antara guru kepada siswa, siswa kepada guru, ataupun
siswa dan siswa didalam membahas isi materi pembelajaran.

Faktor pendukung dan penghambat komunikasi efektif


Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi efektif atau yang di sebut
dengan the seven c’s communication, sebagai berikut;

1) Credibility (keterpercayaan)
Dalam komunikasi antara komunikator dan komunikan harus saling
mempercayai.

2) Context (perhubungan petailan)


Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi dan kondisi
lingkungan sewaktu komunikasi berlangsung.

3) Content (kepuasan)
Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan antara dua belah
pihak.

4) Clarity (kejelasan)
Kejelasan yang dimaksud disini adalah tentang kejelasan isi berita,
tujuan yang akan dicapai atau istilah yang dipergunakan.

5) Continuity and consistency (kesinambungan dan konsistensi)


Komunikasi harus dilakukan secara terus menerus dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan informasi terdahulu.
6) Capability of audience (kemampuan pihak penerima berita)
Pengiriman berita harus sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
pihak penerima berita.

7) Channels of distribution (saluran pengirim berita)


Pergunakanlah saluran-saluran komunikasi yang sudah biasa
digunakan dan dikenal oleh khalayak umum.

59
Lima Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication).

1) Respect
Adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang kita sampaikan.
2) Empathy

Adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau


kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan mendengarkan.

3) Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti


dengan baik.

4) Clarity

Adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan


multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.

5) Humble

Adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendahhati yang kita miliki.

G.2. Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun Dengan Peserta


Didik Dengan Bahasa Yang Khas Dalam Interaksi Kegiatan /
permainan Yang Mendidik Yang Terbangun Secara Siklikal Dari (a)
Penyiapan Kondisi Psikologis PesertaDidik Untuk Ambil Bagian
Dalam Permainan Melalui Bujukan Dan Contoh, (b) Ajakan Kepada
Peserta Didik Untuk Ambil Bagian, (c) Respons Peserta Didik
Terhadap Ajakan Guru, dan (d) Reaksi Guru Terhadap Respons
Peserta Didik, dan Seterusnya

60
Dalam berkomunikasi dengan santun, ada beberapa nilai-nilai etnis yang
dapat diterima oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat etnis lain dan dapat
diserap untuk menumbuh kembangkan kesantunan berbahasa. Yaitu, (a) sikap
rendah hati, (b) sikap empan papan, (c) sikap menjaga perasaan, (d) sikap mau
berkorban, (e) sikap mawas diri.

a. Pembiasaan berbahasa secara santun pada anak


Penggunaan bahasa terasa wajar karena tanpa diajarkan siapa pun, seorang
bayi akan tumbuh besar bersama-sama dengan pertumbuhan bahasanya.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.Pembelajaran bahasa
selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu
peristiwa dan kemampuan untuk memperluas wawasan.

Tujuan berkomunikasi kepada lawan bicara adalah untuk menyampaikan


pesan dan menjalin hubungan sosial (social relationship).Dalam
penyampaian pesan tersebut biasanya digunakan bahasa verbal baik lisan
atau tulis, atau nonverbal (bahasa isyarat) yang dipahami kedua belah
pihak; pembicara dan lawan bicara.Sedangkan tujuan komunikasi untuk
menjalin hubungan sosial dilakukan dengan menggunakan beberapa
strategi.Misalnya, dengan menggunakan ungkapan kesopanan, ungkapan
implisit, basa-basi dan penghalusan istilah.

b. Berbahasa santun guru siswa


Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu kosakata kesantunan
berbahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan guru.
Kosakata bahasa biasa atau wajar yaitu kosakata bahasa yang digunakan
siswa dalam berkomunikasi dengan siswa yang lain, kosakata bahasa tidak
santun dalam komunikasi siswa biasanya terjadi bila siswa berkomunikasi
dengan teman akrabnya.

Terdapat perbedaan persepsi tentang kesantunan berbahasa di kalangan


siswa, guru, dan karyawan Pandangan siswa terhadap kesantunan

61
berbahasa lebih ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut
guru dan karyawan kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif
(berkaitan dengan nilai-nilai norma) antara lain kebenaran, kejujuran,
keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan, khidmat,
optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh
hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemah
lembut, dan rendah hati. Untuk mengatasi hal tersebut di atas peranan guru
amat penting. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak
pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Gurulah yang mengatur,
mengarahkan, dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
tepat untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional.Oleh karena itu,
secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih professional, inovatif,
perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas
pembelajaran.Demikian pula dalam hal keteladanan perilaku santun dalam
berbahasa.

62
H MENYELENGGARAKAN PENILAIAN DAN EVALUASI
PROSES DAN HASIL BELAJAR

H.1. Memahami Prinsip-prinsip Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil


Belajar Sesuai Dengan Karakteristik Mata Pelajaran Yang Diampu

Prinsip-Prinsip Penilaian Proses Dan Hasil Belajar

Dalam pelaksanaan penilaian proses kegiatan pembelajaran dan hasil


belajar berpijak pada prinsip-prinsip penilaian yang tertuang pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 23 tahun 2016 tentang standar penilaian
adalah:

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
(Permendiknas No 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan)

63
Prinsip-Prinsip Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar

Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai seberapa jauh
kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara
operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat
diperoleh penilaian (value judgement), Karena itu dalam evaluasi diperlukan
prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih
efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:

a. Kepastian dan kejelasan.


Dalam proses evaluasi, kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi
menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila
tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas dalam definisi yang
operational.
b. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading).
Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka,
sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi
prestasi ini dalam hubungannya dengan“kedudukan” personal siswa dan
yang memperoleh angka-angka tersebut di dalam skala tertentu, misalnya
skala tentang baik-buruk, bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus.
Dalam penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan
kemantapan (accuracy dan reliability); sedangkan dalam penilaian,
perhatian terutama ditujukan kepada validitas dan keguanaan (utility).
Ngalim Purwanto (2000:72-75)
c. Teknik evaluasi
Teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah
diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua
keperluan dalam pendidikan. Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin
dicapai dikembangkan teknik evaluasi tersendiri yang cocok dengan tujuan
tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang digunakan
perlu dijadikan pertimbangan utama.

64
d. Komprehensif.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak ada
teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan
siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam
pelajaran. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi
mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif misalnya
akan memberikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa.
Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia
benar-benar mengerti tentang materi tersebut, apakah sudah dapat
mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah /
mengembangkan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan
sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih
banyak tergantung pada subyektivitas evaluatornya.

e. Kesadaran adanya kesalahan pengukuran.


Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam teknik
evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk
lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah
melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran
yang dilaksanakan, hanya mengukur sebagian (sampel) saja dari suatu
kompleksitas yang seharusnya diukur, lagi pula pengukuran dilakukan
hanya pada saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang
sifatnya menonjol yang dimiliki siswa tidak termasuk dalam sampel
pengukuran. Inilah yang disebut sampling error dalam evaluasi.

f. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.


Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi
digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh
tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang, bahkan merugikan
anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan
evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan digunakan
dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi.

65
g. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa tujuan penilaian, di samping
untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta
penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan
sebagai feedback(umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi
guru atau pengajar. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah
tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan,
prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus dilakukan secara
adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian.
h. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru
sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak
jelasnya sistem penilaian itu sendiri bagi para guru. Apa yang dinilai
serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan makna masing-
masing skala.
H.2. Menentukan Prosedur Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar
Kegiatan penilaian dilakukukan oleh satuan kependidikan (Pendidik) dan
pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua
mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk
ujian nasional.

Prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar yang meliputi
tentang;1). Teknik Prosedur Penilaian Hasil Belajar, 2) Teknik Prosedur Evaluasi
Proses Dan Hasil Belajar, 3) Teknik Prosedur Penilaian Penilaian Hasil Belajar,
dan 4) Teknik Prosedur Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar. Teknik teknik tersebut
merupakan cara yang mudah untuk menuntun bagaimana melakukan penilaian
proses dan penilaian hasil belajar. Dengan teknik teknik tersebut diharapkan
peserta diklat dapat melakukan penilaian dengan baik, tepat, dan akurat. Karena

66
situasi dikelas pembelajaran tidak selalu sama, mungkin kondisi peserta didiknya,
kondisi alat peraga atau fasilitas belajarnya, dan kondisi lingkungan kelas yang
berbeda, maka teknik-teknik tersebut perlu dicoba berkali-kali hingga menemukan
teknik penilaian yang sesuai.

H.3. Mengembangkan Instrumen Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil


Belajar

Pengembangan instrumen sesuai dengan kebutuhan penilaian dan


karakteristik mata pelajaran.

Metode Asesmen, Kelebihan dan Kelemahan

No. Mengajukan
Metode Kelebihan Kelemahan dari penguji
1. Mengungkap aspek Terjadi subjektifitas
pertanyaan: keterampilan dan atas hasil yang diperoleh.
Wawancara pengetahuan dan sikap Penguji harus memiliki
secara komperhensif penguasaan terhadap materi
Dilakukan pada saat yang yang diujikan secara masteri
bersangkutan bekerja.pada Membutuhkan waktu
2. Mengajukan Mengungkap aspek Kesulitan dalam penyusunan
kondisi normal dalam pelaksanaannya
pertanyaan: pengetahuan secara soal dan membutuhkan waktu
Tes tertulis komperhensif untuk uji coba dan validasi.
Dilakukan untuk Harus disusun oleh orang yang
menguji peserta dalam benar-benar menguasai materi
jumlah yang besar pada secara masteri
saat yang bersamaan. Ada kecenderungan peserta
Dilaksanakan oleh ujian menjawab secara untung-
orang yang tidak untungan.
menguasai materi
Hasil penilaian objektif
Waktu pelaksanaan
relatif lebih singkat

67
dari metode yang lain.

3. Observasi Mengungkap aspek Adanya subjektifitas dari


keterampilan dan sikap penguji atas hasil yang
secara komperhensif. diperoleh.
Waktu pelaksanaan dapat Penguji harus memiliki
dilakukan secara fleksibel penguasaan terhadap materi
sesuai dengan yang diujikan secara masteri
kebutuhan. Sop dan manual serta dokumen
Dilakukan pada saat yang lain yang terkait harus tersedia
bersangkutan bekerja.pada sebagai acuan untuk menilai
4. Aktivitas Mengungkap aspek Peralatan dan bahan yang
kondisi normal Membutuhkan waktu dalam
terstruktur: pengetahuan, dibutuhan sesuai dengan
pelaksanaannya
keterampilan dan sikap penugasan harus tersedia, agar
Penugasan secara komperhensif metode tersebut dapat
/proyek Dilaksanakan sebagai dilaksanakan.
bagian dari pekerjaaan Penguji harus menguasai secara
yang selama ini ditekuni masteri terhadap unit kompetensi/
Hasilnya dapat dijadikan materi yang diujikan
acuan untuk penetapan Bila penugasan/proyek tidak
5. Umpan balik Mengungkap aspek Terjadi subjektifitas dari penguji
penilaian secara objektif dapat dilaksanakan secara
dari pihak pengetahuan, atas hasil yang diperoleh.
simulasi memungkinkan dapat
ketiga: keterampilan dan sikap Penguji harus memiliki
mengganggu proses produksi
secara komperhensif. penguasaan terhadap materi
Pengujian oleh Waktu pelaksanaan dapat yang diujikan secara masteri
atasan/ pihak dilakukan secara fleksibel Sop dan manual serta dokumen
ke tiga sesuai dengan lain yang terkait harus tersedia
kebutuhan. sebagai acuan untuk menilai
Dapat dilakukan pada Membutuhkan waktu dalam
saat yang bersangkutan pelaksanaannya
bekerja.pada kondisi
normal

68
1) Demonstrasi, adalah suatu bentuk kinerja di mana peserta
sertifikasi menjelaskan, menerapkan suatu proses, prosedur, dan lain-lain,
dengan suatu cara yang kongret untuk mempertunjukkan kecakapan
individunya tentang suatu keterampilan tertentu atau kecakapan menguasai
pengetahuan tertentu.
2) Wawancara, disebut pula interview merupakan percakapan antar muka
dalam kesempatan dimana seluruh pihak (guru, peserta sertifikasi dan
orang tua) menggunakan keingintahuannya untuk saling berbagi
pengetahuan dan pemahaman terhadap isu, topic atau masalah yang
menjadi minat bersama.
3) Observasi, suatu proses berupa pengamatan dan pencatatan sistematis
tentang perilaku peserta sertifikasi untuk tujuan membuat keputusan
tentang suatu program.
4) Tugas kinerja (perfomance task) adalah strategi penilaian dalam hal mana
para peserta sertifikasi menciptakan, menghasilkan, melaksanakan,
menghadirkan, dengan suatu cara yag melibatkan dunia nyata yang
bermakna, dan berkaitan dengan isu-isu atau masalah substantive, dalam
upaya mempertunjukkan keterampilan atau kemahiran peserta sertifikasi
5) Penilaian diri (self assessment) adalah suatu proses yang menggambarkan
cara para peserta sertifikasi memperoleh informasi dan berefleksi
mengenai pembelajarannya sendiri.
6) Portofolio; adalah koleksi dari contoh-contoh karya peserta sertifikasi
yang bermanfaat, bersifat selekrif dan kolaboratif. Portofolio juga
didefinisikan sebagai koleksi sistematis dari hasil karya peserta sertifikasi
sepanjang waktu tertentu.
H.4. Menganalisis Hasil Penilaian Proses dan Hasil Belajar Untuk
Berbagai Tujuan
Belajar Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
mengetahui sejauh mana pembelajaran tersebut bisa dinyataakan sukses/berhasil
atau sebaliknya untuk mengetahui bagian bagian mana yang menunjukan
kelemahan/kekurangan. Tentunya didalam kegiatan pembelajaran banyak faktor

69
yang mempengaruhi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga perlu sekali kegiatan
pelakukan analisis hasil belajar yang antara lain untuk memperbaiki atau
meningkatkan kelanjutan dalam menemukan strategi peningkatan kegiatan
pembelajaran.

Teknik analisis dilakukan dengan membandingkan jumlah peserta tes yang


menjawab benar terhadap indikator kompetensi dasar yang bersangkutan dengan
jumlah peserta tes seluruhnya.

Mekanisme penelaahan butir soal dapat dilakukan sebagi berikut:


— Penyusun soal memberikan/membagikan paket soal yang telah disusun
kepada penelaah.
— Penyusun soal memberikan pengarahan tentang tata cara penelaahan soal
dengan menggunakan instrumen yang disediakan.
— Penelaah melakukan analisis butir soal sesuai dengan arahan dan petunjuk
yang terdapat dalam instrumen

Analisis Kualitatif PengetahuanAnalisis kualitatif untuk pengetahuan dilakukan


terhadap butir soal secara kualitatif sebelum soal digunakan dengan
menggunakan format penelaahan butir soal.

70
I MEMANFAATKAN HASIL PENILAIAN DAN EVALUASI UNTUK
KEPENTINGAN PEMBELAJARAN
I.1. Menggunakan Informasi Hasil Penilaian Dan Evaluasi Untuk
Menentukan Ketuntasan Belajar

Mengacu pada pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP


(2008), ada lima standar pemanfaatan hasil penilaian, yaitu:
a. Pendidikan mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan pencapai
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
b. Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat
capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak
lanjut yang harus dilakukan
c. Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remedial, agar setiap siswa dapat mencapai
standar ketuntasan yang dipersyaratkan
d. Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasanyang
dipersyaratkan, dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat
memberikan layanan pengayaan
e. Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektifitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
Keberhasilan pembelajaran berbasis kompetensi ditunjukkan oleh adanya
ketuntasan belajar dan penilaian yang dilakukan mengacu kepada criteria (PAK).
Atas dasar itu, untuk mengetahui tuntas atau tidaknya hasil belajar peserta didik
maka perlu ditetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dalam penentuan
KKM diperlukan data atau informasi tentang hasil penilaian hasil belajar dan
evaluasi pembelajaran agar lebih realistis. Keberhasilan belajar peserta didik
ditentukan dengan cara membandingkan hasil penilaian dengan KKM. Analisis
terhadap ketuntasan belajar sangat membantu pendidik dalam merancang
pembelajaran remedial atau pembelajaran pengayaan.
I.2. Menggunakan Informasi Hasil Penilaian dan Evaluasi Untuk
Merancang Program Remedial dan Pengayaan
Manfaat hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran bagi guru, peserta
didik, program pembelajaran, sekolah dan lain-lain akan terasa apabila hasil

71
penilaian dan evaluasi pembelajaran tersebut digunakan dan dapat memperbaiki
kualitas pembelajaran dan belajar. Manfaat lain dari hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran adalah dapat untuk memilah siswa-siswa yang belum mencapai
kemampuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar atau kriteria ketuntasan
belajar. Siswa seperti ini perlu diberikan pembelajaran remediasi untuk membatu
agar mereka dapat mencapai kemampuan yang diharapkan. Di sisi lain juga dapat
untuk memilah siswa-siswa yang memiliki kemampuan melebihi standar. Kepada
siswa seperti ini perlu diberikan program pengayaan untuk mengoptimalkan hasil
belajarnya. Pembelajaran remediasi dan pembelajaran pengayaan perlu dirancang
sebaik-baiknya agar hasilnya dapat efektif dan efisien. Hasil pembelajaran harus
mampu menunjukkan adanya perubahan kemampuan ke arah lebih baik pada
siswa sesuai dengan permasalahannya.
Penyelenggaraan pembelajaran remedial dan pembelajaran pengayaan
dapat dilakukan terintegrasi dengan pelaksanaan pembelajaran regular atau dapat
dilakukan pada jam yang terpisah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
permasalahan anak. Demikian pula, pelaksanaan pembelajaran remedial dan
pembelajaran pengayaan dapat dilakukan secara mandiri atau kelompok
tergantung dari permasalahan yang dihadapi siswa.
I.3. Memanfaatkan Informasi Hasil Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Laporan hasil belajar merupakan salah satu alat komunikasi antara guru
dengan siswa, guru dengan orang tua siswa dan guru dengan pihak-pihak yang
bekepentingan tentang capaian hasil belajar siswa dalam bentuk deskripsi.
Laporan hasil belajar merupakan salah satu bentuk akuntabilitas pendidik dan
sekolah kepada orang tua siswa dan masyarakat yang berkepentingan. Bentuk
laporan dapat berupa data kuantitatif maupun data kuantitatif. Isi laporan biasanya
berupa informasi yang hendak diberikan kepasa orangtua siswa, sehingga harus
akurat. Karena itu, semua data yang diperoleh dari hasil penilian perlu diolah dan
diintrepetasikan dengan tepat agar dapat memberikan informasi yang sebenarnya
tentang kondisi capaian belajar siswa. Laporan hasil belajar peserta didik secara
administratif dilaporkan setiap satu semester dalam bentuk rapor.

72
J MELAKUKAN TINDAKAN REFLEKTIF UNTUK PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN
J.1 Melakukan Refleksi Terhadap Pembelajaran Yang Telah
Dilaksanakan
Kegiatan pembelajaran terdiri atas menyusun rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan Guru diatur di
dalam Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran. Pembelajaran
merupakan proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pelaksanaan
pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup.
Refleksi kegiatan pembelajaran dilakukan pada akhir proses pembelajaran, yaitu
pada tahap penutup. Refleksi dalam proses pembelajaran dimaknai sebagai upaya
merenungkan kembali semua aktivitas yang telah dilakukan guru dalam proses
belajar mengajar. Merenungkan tidak sekedar untuk mengingat kembali, namun
memiliki makna lebih dalam. Refleksi dilakukan untuk menemukan kekurangan-
kekurangan atau kelemahan-kelemahan yang berpotensi menghambat tercapainya
tujuan pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan dengan alat atau
instrumen yang memuat aktivitas-aktivitas pembelajaran yang akan direfleksi.
Instrumen refleksi dapat dikembangkan secara spesifik sesuai dengan tujuan
refleksi. Hasil refleksi dianalisis, dimaknai dan disimpulkan. Hasil refleksi
digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
J.2 Memanfaatkan Hasil Refleksi Untuk Perbaikan dan Pengembangan
Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran yang Diampu
Memanfaatkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran, dengan langkah-langkah:
 melakukan observasi suatu kegiatan pembelajaran mulai dari persiapan,
pelaksanaan, hingga evaluasi.
 membuat catatan selama melakukan observasi.
 mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan hasil refleksi

73
 Mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam hasil refleksi
 menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data dan
informasi yang diperoleh dari hasil observasi
 memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan pembelajaran
 melaporkan hasil perbaikan pembelajaran
Hasil refleksi berupa data dan informasi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sangat bermanfaat perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Hasil refleksi secara langsung dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dan secara
secara tidak langsung oleh kepala sekolah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan, misal pengawas sekolah. Pemanfaatan hasil refleksi dilakukan
dengan langkah-langkah, yaitu: 1) identifikasi keunggulan dan kelemahan; 2)
Indentifikasi permasalahan; 3) menentukan alternatif tindakan perbaikan dan
melakukan perbaikan. Manfaat hasil refleksi ditunjukkan oleh adanya perubahan
proses dan hasil pembelajaran kearah positif atau lebih baik. Bukti-bukti
pemanfaatan hasil refleksi dapat berupa perubahan suasana belajar, perbaikan
program pembelajaran, perbaikan nilai tes formatif, atau dalam bentuk lain sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada hasil refleksi.
J.3 Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran yang Diampu
PTK merupakan suatu tindakan reflektif dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran. Selain itu, PTK juga sebagai salah satu bentuk penelitian tindakan
yang telah dikaji dapat menyelesaiakan permasalahan dalam pratik pembelajaran.
Ciri-ciri penelitian ilmiah, yaitu adanya permasalahan yang diiedentifikasi
berdasarkan fakta yang ada dan didukung dengan data-data yang akurat, adanya
landasan teori yang relevan yang mendukung terhadap penyelesaian masalah dan
metode yang digunakan dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian
Tindakan Kelas termasuk penelitian ilmiah karena memenuhi kaidah tersebut.
Fakta pada PTK dapat diiedentifikasi dari hasil refleksi awal yang dilakukan oleh
guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalam PTK itu sendiri,
salah satu langkahnya adalah melakukan kegiatan refleksi. Atas dasar itu maka
PTK dapat dikatakan sebagai suatu tindakan reflektif dalam perbaikan kualitas
pembelajaran. Langkah-langkah PTK yaitu melakukan identifikasi permasalahan

74
pembelajaran berdasarkan hasil refleksi, menyusun proposal PTK, melakukan
penelitian tindakan kelas mengacu pada hasil refleksi dan. menyusun karya tulis
ilmiah laporan hasil PTK. Setiap tahapan PTK perlu dilakukan secara tertib agar
keilmiahannya dapat terjaga sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan.

75
BAB II. PROFESIONAL

A. MENGUASAI MATERI, STRUKTUR, KONSEP DAN POLA


PIKIR KEILMUAN YANG MENDUKUNG MATA PELAJARAN
YANG DIAMPU
A.1 Mempertunjukkan Klasifikasi Komoditas Hasil Pertanian Dan
Perikanan Berdasarkan Tingkat Kemudahan Rusak / Daya Tahan,
Kesamaan Sifat Agronomi, Kemiripan Sifat Lainnya
Ada 6 (enam) zat gizi yang berasal dari pangan, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Senyawa karbohidrat, protein dan lemak
dapat menghasilkan energi atau tenaga yang dibutuhkan untuk aktivitas manusia.
Kelebihan pangan yang telah dikonsumsi akan disimpan kembali oleh tubuh
dalam bentuk glikogen, sel-sel atau jaringan, atau disimpan sebagai lemak tubuh.
Senyawa protein berperan pula sebagai pembangun dan memperbaiki jaringan
yang rusak. Vitamin dan mineral berperan sebagai zat pengatur proses
metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan akan suatu jenis vitamin atau mineral
tertentu akan mengakibatkan terganggunya kesehatan seseorang. Sedangkan air
berperan sebagai medium universal, yang akan mengkondisikan berbagai proses
pencernaan dan penyerapan serta metabolisme di dalam tubuh.
Pengelompokan bahan pangan berdasarkan fisiologis dapat pula diartikan
sebagai mudah atau tidaknya pangan tersebut mengalami kerusakan. Semua
bahan pangan dalam keadaan alamiah akan mengalami kerusakan atau
pembusukan. Berdasarkan mudahnhya terjadi kerusakan , makanan dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 golongan sebagai berikut:
1. Makanan yang tidak mudah rusak (non perishable food), yaitu yang dapat
disimpan dalam waktu relatif lama pada suhu kamar seperti beras dan kacang-
kacangan yang telahdikeringkan.
2. Makanan yang agak mudah rusak (semi perishable food), yaitu makanan yang
dapat disimpan pada waktu jangka waktu terbatas seperti bawang bombay dan
umbi-umbian.
3. Makanan yang mudah rusak ( perishable food), yaitu makanan yang cepat
rusak bila disimpan tanpa perlakuan penanganan (pengawetan) seperti daging,
ikan, susu, buah yang matang dan sayur-sayuran.

76
Jelas bahwa masa simpan berbagai makanan tergantung pada kandungan
/kadar airnya. Semakin tinggi jumlah kandungan air dalam makanan maka
semakin cepat makanan tersebut rusak. Sebaliknya makin rendah kandungan
airnya makin lama masa simpannya pada kondisi normal. Akan tetapi jika
disimpan pada keadaan yang basah atau lembab maka bahan pangan akan segera
berubah dan menjadi rusak.
A.2 Mengelola Pengujian Sifat Bahan (morfologi, sifat inderawi, sifat
fisis,mekanis, fisiologis, komponen kimia) dan Penyebab Kerusakan
Bahan
Suatu bahan pangan disebut rusak bila menunjukkan adanya
penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca
indera atau parameter lain yang biasa digunakan. Beberapa bahan dianggap rusak
bila menunjukkan penyimpangan konsistensi serta tekstur dari keadaan yang
normal. Bahan yang secara normal berkonsistensi kental, tetapi bila keadaannya
mempunyai konsistensi encer, maka hal ini merupakan suatu kerusakan.
Demikian juga bahan hasil pertanian yang secara normal mempunyai tekstur yang
keras seperti kentang, ubi jalar, wortel dan lain-lain bila menjadi lunak dalam
keadaan segar, maka bahan tersebut berarti sudah mengalami kerusakan.

Beberapa bahan yang digoreng disebut rusak apabila terjadi kegosongan


yang disebabkan oleh pemanasan terlalu lama atau penggunaan suhu yang terlalu
tinggi. Demikian pula terjadinya reaksi browning yang tidak diinginkan
merupakan salah satu tanda kerusakan. Tepung-tepung yang menggumpal dan
mengeras menyebabkan tepung-tepung tersebut tidak dapat memenuhi fungsinya
seperti yang diharapkan. Misalnya tepung telur albumin yang mengeras selama
disimpan menyebabkan daya larut dan daya buih albumin menjadi rendah, atau
kasein yang mengeras selama disimpan sehingga daya larutnya sangat menurun.
Tanda-tanda tersebut merupakan tanda kerusakan. Minyak goreng mengalami
kerusakan bila timbul bau yang menyimpang yaitu terjadinya ketengikan yang
disebabkan oleh hasil oksidasi dan degradasi dari asam-asam lemak tidak jenuh
yang terdapat dalam minyak tersebut.

77
Banyak dari bahan-bahan yang dikeringkan menjadi berwarna hitam dan
ditumbuhi kapang. Beberapa hasil pertanian yang ditumbuhi kapang dengan
tanda-tanda adanya mycellium dan spora yang tumbuh pada permukaan bahan
yang secara normal tidak ada, merupakan suatu tanda terjadinya kerusakan.
Tanda-tanda kerusakan fisik dapat dijumpai pada bahan-bahan hasil pertanian
yang mengalami serangan serangga atau tikus sehingga bentuk-bentuk fisiknya
menjadi berlubang atau adanya bekas-bekas gigitan. Terdapatnya kepompong,
ulat dan sebagainya sering digunakan sebagai tanda kerusakan. Telur yang rusak
dapat ditandai dengan adanya keretakan, isi telur menjadi encer, atau secara
candling terlihat tanda-tanda noda kerusakan. Daging segar yang rusak akan
mengeluarkan bau busuk, sedangkan beberapa bagian kadang-kadang berulat atau
berwarna menyimpang. Daging-daging yang berlendir dianggap telah mulai atau
sedang mengalami kerusakan. Ikan mengalami kerusakan bila terlihat tanda-tanda
sebagai berikut: insang menjadi pucat, mata tenggelam dan teksturnya lunak
sekali, serta mengeluarkan bau dan berlendir. Tetapi sebaliknya, tidak semua
kerusakan memperlihatkan tanda-tanda yang jelas. Suatu contoh terdapatnya ulat
A dalam biji petai kadang-kadang tidak pernah terlihat atau terduga sebelumnya,
karena dari luar buah menunjukkan keadaan utuh tidak berbeda dengan yang
belum mengalami kerusakan.

A.3 Mengelola Panen Bahan Hasil Pertanian dan Perikanan

Target utama kegiatan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan


penanaman, pada tingkat kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang
minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”. Untuk
mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada
pemanenan, yaitu
1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan”
yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara,
yaitu
Cara visual/penampakan: misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah,
ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain

78
Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah
dipetik dan lain-lain. Cara komputasi: yaitu menghitung umur tanaman
sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar. Cara kimia: yaitu
dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang
ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam,
aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik
Prinsip penanganan panen yang baik adalah menekan kerusakan yang
dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang
dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu
yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Untuk menentukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang
sesuai untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus
mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman
yang akan dipanen.
Memanen Bahan Hasil Pertanian
Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
(sekitar 10°C) dalam waktu 12jam.

Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah
yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga berperan
menutup luka yang terjadi pada saat panen.

Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk

memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.

79
Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang
terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
pencucian dapat menunda kematangan.

Pembersihan (cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda


asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak dikehendaki. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak
pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan
terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.

A.4 Mengelola Perlakuan Pendahuluan Pasca Panen Hasil Pertanian


dan Perikanan

Tahap pasca panen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pembersihan

Tahap Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran yang menempel


pada umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada
umbi upaya umbi terlihat bersih. Umbi kentang dibersihkan dari segala kotoran
yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar tanaman
dipangkas, kemudian dicuci dengan air bersih. Cara mencucinya dapat dilakukan
dengan cara memasukkan umbi kedalam bak air atau dilakukan pencucian dalam
air yang mengalir. Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut ditaruh pada terpal
atau bahan lain untuk dikeringanginkan. Dalam pengeringan umbi yang baru
dicuci itu jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari.

b. Tahap Sortasi dan Grading

Tahap Sortasi dan Grading merupakan proses pemilihan dan pemisahan umbi

80
berdasarkan kurang baik untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran
dan kualitasnya. Caranya, dengan memilih umbi yang sudah dibersihkan itu
antara umbi yang baik dan umbi yang kurang baik berdasarkan: (1) Ada tidaknya
cacat pada umbi, (2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi, dan (3) Ada
tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih itu
dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengklasifikasian).

c. Tahap Penyimpanan

Dalam Tahap Penyimpanan, setelah umbi kentang dimasukkan ke dalam wadah


berupa kotak kayu/krat/keranjang/waring, kemudian wadah itu dimasukkan ke
dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapi. Jika wadah berisi kentang itu
disimpan dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan mempunyai ventilasi
udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan kelembabannya sekitar 65-
75% dan gudang dalam keadaan bersih

d. Tahap Pengemasan

Tahap Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan,


mengurangi kehilangan air, dan mempermudah pengangkutan dan perhitungan.
Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam wadah
tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring yang bersih dan tidak ada
sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapat-rapat,
misalnya dijahit dengan jarum karung atau tali plastik.

A.5 Mengelola Teknik Konversi Bahan

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair.
Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan
jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu
zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu.
Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran.

Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan,


pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat
pengelmusi. Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah

81
medium pendispersinya.Pengertian Emulsi dan Contohnya – Minyak nabati tidak
larut dalam air. Minyak akan mengapung di atas air karena kurang padat, tapi tetes
kecil (disebut tetesan) minyak dapat tersebar dalam air untuk membentuk
campuran yang disebut emulsi.

Emulsi adalah zat yang dibuat dengan menambahkan dua cairan yang
tidak bisa digabungkan antara satu sama lain sama. Emulsi juga disebut sebagai
koloid dimana satu zat akan menjadi cairan pendispersi sementara yang lain
adalah salah satu yang tersebar Karena dua cairan tidak dapat sama-sama
digabungkan, ada kecenderungan besar koloid untuk benar-benar membentuk
lapisan terpisah dan dapat dibedakan setelah jangka waktu tertentu. Emulsi dasar
terbentuk ketika air dan minyak dicampur bersama-sama. Mengaduk campuran ini
dengan penuh semangat dapat membagi minyak menjadi partikel kecil karena
bercampur dengan air. Setelah beberapa waktu, partikel minyak dapat mulai
menggabungkan kembali dan membentuk lapisan di atas molekul air.

Emulsifier apabila lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar)
maka dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga
terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w), misalnya pada susu. Emulsifier yang
lebih larut dalam minyak (nonpolar) menyebabkan terjadinya emulsi air dalam
minyak (w/o), contohnya pada mentega dan margarine.

 Jenis-jenis emulsifier

Secara umum Emulsifier dibedakan menjadi dua, yaitu 1) Emulsifier Alami dan

2) Emulsifier Buatan

1. Emulsifier Alami: Pengemulsi alami dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari
alam, misalnya Telur (Kuning Telur dan Putih Telur), Gelatin, Kedelai, Tepung
Kanji, Susu Bubuk.

2. Emulsifier Buatan: telah dibuat emulsifier buatan yang terdiri dari


monogliserida, misalnya gliseril monostearat. Radikal asam stearat merupakan
gugus nonpolar, sedangkan bagian sisa dari molekul, terutama dua gugus hidroksil
dan gliserol, merupakan gugus yang polar. Contoh lain emulsifier buatan yaitu

82
ester dari asam lemak sorbitan yang dikenal sebagai SPANS yang dapat
membentuk emulsi air dalam minyak, dan ester dari polioksietilena sorbitan
dengan asam lemak yang di kenal sebagai TWEEN yang dapat membentuk emulsi
minyak dari air.

 Keuntungan dan kerugian penggunaan emulsifier

Keuntungan menggunakan emulsifier adalah:

1. Lebih ekonomis, Bahan telur bisa dikurangi.

2. Adonan tetap stabil meski lama belum bisa dimasukkan ke dalam oven,

3. Pengocokan bisa dilakukan dalam waktu singkat namun cepat mengembang,


4. Membuat cake lebih halus

Kerugiannya adalah : jika penggunaan emulsifier terlalu banyak akan


menyebabkan kue menjadi kurang enak rasanya.

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.

 Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven.


Ekstraksi jenis ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala
laboratorium maupun skala industri.
 Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk
memisahkan suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.
A.6 Mengelola Teknik Pengendalian Kandungan Air
Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensifdalam
pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air
produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya
setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan
tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan

83
adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dan bahan yang dikeringkan.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan
yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
Metode Umum Pengeringan
Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara
yang berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:
1. Batch; bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering
berlangsung selama periode waktu tertentu.
2. Kontinu; bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering
dan bahan kering dipindahkan secara terus-menerus.
A.7 Mengelola Penggunaan Suhu Rendah dan Suhu Tinggi
Pengolahan dengan suhu tinggi (proses thermal)
Pada mulanya proses termal dalam pengolahan dan pengawetan bahan
pangan dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi aktivitas biologis
yang tidak diinginkan dalam bahan pangan, seperti aktivitas enzim dan
mikrobiologis. Ternyata
bahwa selama proses termal, terjadi juga secara simultan kerusakan zat-zat nutrisi
seperti vitamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu bahan pangan
seperti warna, tekstur dan citarasa. Ada tiga jenis proses termal yang penting
dalam pengolahan atau pengawetan bahan pangan, yaitu blancing, pasteurisasi
dan sterilisasi komersial.
Pengolahan dengan suhu rendah
Suhu penyimpanan yang lebih tinggi dari suhu optimum akan
mempercepat metabolisme dan mempercepat terjadinya proses pembusukan.
Suhu rendah di atas suhu pembekuan dan di bawah 150C efisien dalam
mengurangi laju metabolisme. Suhu seperti ini diketahui sangat berguna untuk
pengawetan jangka pendek. Seperti diketahui bahwa setiap penurunan suhu 80C
laju metabolisme akan berkurang setengahnya.

84
Menyimpan bahan makanan pada suhu sekitar -20C sampai 100C
diharapkan dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan. Hal ini disebabkan
karena suhu rendah dapat memperlambat aktivitas metabolisme dan menghambat
pertumbuhan mikroba. Selain itu juga mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia
hilangnya kadar air dari bahan pangan.
Pendinginan dan pembekuan
Alat pendingin yang pertama digunakan manusia adalah gua-gua alam,
terutama
didaerah vulkanik dengan cuaca dingin dan kering. Dari sini manusia mempelajari
bahwa bila dia menggali lubang didalam tanah, mereka dapat menyimpan
makanannya untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik-teknik pembekuan
termasuk:
a. Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu suhu
rendah
kontak langsung dengan makanan. Misalnya dengan alat-alat pembeku
tiup (blast), terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral,
tali (belt) dan lain-lain.
b. Kontak tidak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer),
makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam
(lempengan, silindris) yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan
pendingin.
c. Perendaman langsung makanan ke daalam cairan pendingin. Atau
menyemprotkan cairan pendingin di atas makanan (misalnya nitrogen cair
dan freon, larutan gula atau garam). Nitrogen cair (titik didih -196°C)
dan bahan pendingin bersuhu rendah menjadi sangat penting dalam
perannya pembekuan makanan secara cepat (rapid freezing).
A.8. Mengelola Proses Fermentasi dan Enzimatis
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobic (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam

85
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur
dan minuman beralkohol lainnya.
Fermentasi ada tiga, yaitu :
1. Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol


(etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang berperan yaitu
Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.

2. Fermentasi asam laktat


Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau
manusia,ketika
kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat . Di dalam sel otot
asam
laktat dapat menyebabkan gejala kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi
sebagai
produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan
diangkut
oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat. Glukosa dipecah
manjadi 2
molekul asam piruvat melalui glikolisis , membentuk 2 ATP dan 2 NADH.
3 .Fermentasi asam cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob.
Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan
substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang
dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.

Fermentasi makanan:

Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau
peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses

86
fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari
makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering
dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt. Tempe adalah
makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Banyak sekali jamur yang aktif
selama fermentasi,tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp
merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai
tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut
dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.

Fermentasi Roti

Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki


sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),
memperbaiki sifat osmotolerance (sweet dough yeast), rapid fermentation
kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme
substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan
adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol).

Enzim proteolitk atau protease sebagai enzim pemecah molekul protein bekerja
dengan

cara menghidrolisa ikatan peptida. Enzim proteolitik dapat dibagi menjadi empat
golongan berdasarkan sifat-sifat kimia dan sisi aktifnya, yaitu: (1) Golongan
kesatu yaitu proteolitikserin yang mempunyai residu serin pada sisi aktifnya.
Enzim yang termasuk golongan ini adalah tripsin, elastase dan kimotripsin; (2)
Golongan kedua yaitu proteolitik sulfhidril yang mempunyai residu sulfhidril (-
SH) pada sisi aktifnya. Enzim yang termasuk golongan ini adalah papain,
bromelin dan fisin; (3) Golongan ketiga yaitu enzim proteolitik metal yaitu enzim
yang membutuhkan unsur logam untuk aktivitasnya, misalnya karboksipeptidase
A dan beberapa amino peptidase; (4) Golongan keempat yaitu protease asam,

87
yaitu enzim yang mempunyai gugus karboksil pada sisi aktifnya. Enzim yang
termasuk golongan ini adalah pepsin, rennin dan protease kapang. Enzim papain
sebagai protease sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat pereduksi dan menjadi
tidak aktif jika terdapat zat pengoksidasi. Enzim papain stabil pada pH 5 dan
menjadi tidak turun aktivitasnya pada pH kurang dari 3 atau lebih dari 11. Enzim
papain mempunyai daya tahan terhadap panas lebih tinggi daripada enzim lain.
Pada suhu 70 °C keaktifan papain akan menurun 20% selama 30 menit pada pH 7.
Enzim papain memutus ikatan peptida pada residu sparagin-glutamin, glutamate-
alanin, leusin-valin dan penilalanin-tirosin.

A.9 Mengelola Teknik Kimiawi

1. Proses Pemerahan (Gilingan)

Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di


gilingan. Pada proses ini tebu dicacah menggunakan alat pencacah tebu.
Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder . Tebu diperah
menghasilkan “nira” dan “ampas”. Nira inilah yang mengandung gula
dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada
proses pemerahan ini digunakan untuk bahan bakar ketel (boiler) dan
apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board, furfural,
xylitol.

2. Pemurnian

Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa,
gula invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom
(Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik,
zat warna, lilin, asam-asam yang mudah mengikat besi, aluminium, dan
sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan
dengan zat yang mengandung gula.

Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu :

1. Defekasi 2. Sulfitasi 3. Karbonatasi

88
A.10 Mengelola Penggunaan Media Penghantar Panas

1) Teknik penggorengan dengan metoda deep frying

Metode penggorengan deep frying adalah metode penggorengan dengan


menggunakan minyak goreng yang banyak sehingga bahan pangan yang digoreng
akan terendam seluruhnya di dalam minyak tersebut. Deep frying berdasarkan
sistem dibagi menjadi dua yakni: 1) Sistem batch, adalah ketika minyak goreng
dimasukan terlebih dahulu sebelum bahan dimasukkan pada wadah dalam kondisi
diam dan sedikit pengadukan. 2) Sistem kontinyu, adalah penggorengan yang
berlangsung dalam keadaan bergerak menggunakan conveyor, waktu
penggorengan dapat diatur sesuai kecepatan jalannya conveyor.

Berdasarkan kondisi prosesnya deep frying dibagi menjadi tiga yakni: 1)


Penggorengan pada kondisi atmosferik, terjadi pada penggorengan tradisional
mengalami pengadukan pada udara terbuka dan dengan suhu titik didih minyak
180 – 200 °C. 2) Penggorengan pada kondisi bertekanan, yaitu penggorengan
yang dilakukan pada tekanan di atas tekanan atmosferik, pada wadah khusus
dan dengan suhu yang lebih tinggi. 3) Penggorengan pada kondisi vakum (vakum
frying) adalah penggorengan yang memiliki tekanan lebih rendah dari tekanan
atmosfer atau hampa udara. Pada penggorengan ini suhu titik didih minyak hanya
mencapai 90 °C dan cocok digunakan untuk menggoreng bahan pangan yang
tidak tahan suhu tinggi seperti sayur dan buah-buahan (jamur, nangka, nenas).
Contoh aplikasi deep frying: kripik pisang, kripik kentang, keripik singkong dll.

2) Teknik penggorengan dengan metoda surface frying seperti goreng tumis


bumbu untuk saus kacang, saus cuka dan saus asem manis. Surface frying adalah
proses penggorengan dengan menggunakan sedikit minyak goreng, sehingga
proses penggorengan terjadi pada minyak yang dangkal. Metode ini sesuai untuk
produk pangan yang memiliki luas permukaan yang besar.Sebagai contoh adalah
telur dadar, martabak telur, dan lain-lain. Contoh: aplikasi penggunakan teknik
penggorengan surface frying adalah martabak.

3) Penyangraian adalah proses pindah panas baik tanpa media maupun


mengunakan pasir dengan tujuan mendapatkan cita rasa tertentu. Contoh :

89
penyangraian kerupuk, kopi, biji kakao, dan kacang. Pengolahan bahan pangan
dengan cara penyangraian dapat dilakukan baik secara manual maupun
menggunakan mesin.

4) Pengukusan

Pengukusan merupakan salah satu proses pengolahan dengan memanfaatkan uap


dalam berbagai derajat tekanan untuk mengubah eating quality suatu bahan.
pengukusan dapat juga bertujuan untuk menonaktifkan enzim yang akan merubah
warna, cita rasa dan nilai gizi. Pengukusan dilakukan dengan menggunakan suhu
air lebih tinggi dari 66 °C dan lebih rendah dari 82 °C. Pada proses pengukusan
kadang-kadang terjadi pemanasan yang tidak merata. Keuntungan dari proses
pengukusan adalah : Nilai gizi bahan tetap; Membuat beberapa makanan mudah
dicerna. Kekurangan dari proses pengukusan ini adalah makanan yang dihasilkan
nampak kurang menarik.

5) Pengasapan

Pengasapan merupakan proses pengolahan menggunakan panas dan asap yang


berasal dari kayu atau tempurung kelapa yang dibakar secara lambat tanpa api dan
bertujuan untuk memberi aroma, atau sebagai proses pengawetan makanan,
terutama daging, ikan. Asap yang memiliki peran paling utama dalam proses
pengasapan merupakan suspensi dari partikel padat dan cair dalam medium gas
komponennya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu : Kelompok fenol
,Kelompok alkohol,Kelompok asam-asam organik,Senyawa karbonil , Senyawa
hidrokarbon.

6) Pemanggangan (baking) Pemanggangan atau baking merupakan salah satu dari


beberapa proses pengolahan yang menggunakan udara panas untuk mengubah
mutu makanan. Pemanggangan banyak digunakan untuk proses pengolahan
produk berbasis tepung atau buah. Biasanya pemanggangan merupakan rangkaian
proses atau lanjutan dari proses pengolahan yang lain misalnya pada pembuatan
roti dimana sebelum pemanggangan terlebih dahulu dilakukan fermentasi. Tujuan
Pemanggangan Proses pemanggangan pada proses pengolahan bahan misalnya
pada pembuatan roti memiliki tujuan untuk : Mengubah tingkat kematangan

90
bahan (eating quality) ;Membunuh mikroba yang terdapat pada bahan sehingga
akan memperpanjang umur simpan bahan; Menurunkan aW pada permukaan
bahan .

7). Iradiasi. Iradiasi merupakan salah satu proses proses pengolahan pangan yang
menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan energi ionisasi dan akan
mengakibatkan perubahan kimia yang akan berpengaruh terhadap proses
metabolisme dasar bahan pangan. Pengembangan dan penggunaan iradiasi akan
menstabilkan bahan sehingga memungkinkan bahan pangan diawetkan tanpa
menggunakan bahan pengawet.

A.11 Mengelola Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Menurut Permenkes RI No. 033 tahun 2012 BTM yang digunakan dalam
pangan harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: BTM tidak dimaksudkan
untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diberlakukan sebagai bahan
baku pangan; BTM dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologi pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung; BTM tidak termasuk cemaran atau bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai
gizi .Dalam kesehariannya, bahan tambahan makanan ini ada yang bersifat alami
ada juga yang bersifat buatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 03 tahun


2012, BTM yang diizinkan diantaranya : Antioksidan (antioxidant) ; Antikempal
(anticaking agent) ; Pengatur keasaman (acidity regulator); Pemanis buatan
(artificial sweeterner) ; Pemutih dan pematang tepung (flout treatment agent) ;
Pengemulsi, pemantap, dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener); Pengawet
(preservative); Pengeras (firming agent) ; Pewarna (colour) ; Penyedap rasa dan
aroma, penguat rasa (flavor, flavor enchanger) ; Sekuestran (sequestrant).
Sedangkan BTM yang dilarang antara lain : Asam borat dan senyawanya;

91
Formalin ; Minyak nabati yang dibromasi; Kloramfenikol; Kalium klorat;
Dietilpirokarbonat; Nitrofurazon; P-Phenetilkarbamida; Asam salisilat;
Nitrobenzene. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
1168/MenKes/PER/X/1999, selain BTM di atas masih ada BTM yang dilarang
yaitu rhodamin B (pewarna merah), methanil yellow (pewarna kuning), dulsin
(pemanis sintetis), dan kalsium Bromat (pengeras).

a. Pemanis buatan. Tujuan penggunaan pemanis buatan yang ditambahkan ke


dalam bahan pangan antara lain : Sebagai pangan bagi penderita diabetes
mellitus karena tidak menimbulkan gula darah; Memenuhi kebutuhan
kalori rendah untuk penderita kegemukan; Sebagai penyalut obat;
Menghindari kerusakan gigi; Pada dunia industri untuk menekan biaya
produksi.

b. Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk


mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Antibuih yang diizinkan
dalam Permenkes adalah kalsium alginat dan mono- dan digliserida asam
lemak.
c. Antikempal (Anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan yang
ditambahkan ke dalam serbuk atau granul, untuk mencegah
mengempalnya produk pangan, sehingga mudah dikemas, ditranspor, dan
dikonsumsi.
Antioksidan pada makanan misalnya adalah BHT (Butil Hidroksi Toluen)
dan BHA (Butil Hidroksi Anisol). Antioksidan dapat menghambat atau
memperlambat oksidasi melalui dua cara yaitu: 1. Melalui penangkapan radikal
bebas (free radical scavenging). Antioksidan jenis ini disebut sebagai antioksidan
primer. Senyawa yang termasuk dalam jenis ini adalah vitamin E (a-tokoferol)
dan flavonoid 2. Tanpa melibatkan penangkapan radikal bebas. Antioksidan ini
disebut dengan antioksidan sekunder yang mekanisme pengikatannya melalui
pengikatan logam, menangkap oksigen; mengubah hidroperoksida menjadi
spesies non radikal, menyerap sinar ultraviolet dan mendeaktivasi oksigen singlet.
Radikal bebas merupakan atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu atau
lebih elektron tak berpasangan.

92
A.12 Mengelola Pengawetan
Garam sudah digunakan oleh orang sejak dahulu kala dalam pengawetan
makanan. Demikian pula pengasaman, cara ini dipakai orang meskipun belum
dipahami tentang kemampuannya menahan pembusukan . Pengasapan dan
pengeringan pun dipakai secara luas dalam kombinasi dengan garam, khususnya
bagi daging dan ikan. Garam dan asam dipergunakan dalam pengawetan produk
sayur-sayuran misalnya ketimun, kubis dan bawang, setidak-tidaknya pada
masyarakat barat. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa yang cukup
asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula
di dalam sayuran berfermentasi. Sauerkraut merupakan makanan yang terbuat dari
rajangan kubis yang difermentasikan oleh berbagai macam bakteri termasuk
Leuconostoc, Lactobacillus, dan Pediococcus.

Sifat-Sifat Antimikroba Garam dan Asam

Garam dapat menimbulkan beberapa akibat kalau dimasukkan ke dalam


jaringan tanaman segar. Pertama, garam memiliki gaya menahan secara selektif
terhadap mikroba yang terkontaminasi pada jaringan. Mikroba atau putrefaktif
serta sangat peka terhadap konsentrasi garam yang relatif rendah misalnya sampai
6 %, mikroba patogen, termasuk juga Clostridium botulinum, kecuali
Staphylococus aureus, dapat dihambat pertumbuhannya dengan konsentrasi
garam sampai 10 – 12 %. Tetapi banyak mikroba, khususnya spesies
Laktobacillus dan Leuconostoc dapat berkembang dengan cepatnya apabila
terdapat garam, dan diikuti pembentukan asam yang dapat menghambat mikroba
lainnya yang tidak dikehendaki. Garam dapat juga mempengaruhi aw pada suatu
substrat sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroba . Beberapa mikroba
seperti bakteri halofilik, dapat tumbuh pada larutan-larutan garam jenuh. Pengaruh
garam dalam pengendalian fermentasi dapat berperanan sebagai penseleksi
organisme yang diperlukan untuk tumbuh. Jumlah garam yang ditambahkan
berpengaruh pada populasi mikroba, mikroba yang dapat tumbuh dan yang tidak
dapat tumbuh, dan jenis yang akan tumbuh, sehingga kadar garam dapat
digunakan untuk mengendalikan aktifitas fermentasi kalau faktor-faktor lainnya
sama. Mekanisme garam sebagai bahan pengawet pada bahan pangan adalah

93
garam diionisasikan , setiap ion akan menarik molekul-molekul air di sekitarnya.
Proses ini disebut hidrasi ion. Makin besar kadar garam, makin banyak air yang
ditarik oleh ion hidrat. Suatu larutan garam jenuh pada suatu suhu adalah suatu
larutaan yang sudah mencapai suatu titik, tidak ada daya larut lebih lanjut untuk
melarutkan garam. Pada titik ini (larutan natrrium klorida 26,5 persen pada suhu
ruang) bakteri, khamir dan jamur tidak mampu tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan mikroba.

Beberapa bahan yang dimanfaatkan atau digunakan sebagai pengatur pH pada


produk makanan antara lain :

1. Asam cuka . Asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium
propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering.
Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga
termasuk zat pengawet. 2. Asam Benzoat atau Natrium Benzoat. Berbagai
minuman sari buah, minuman berkarbonat, dan makanan dalam kemasan kaleng
atau plastik menggunakan asam benzoat atau natrium benzoat sebagai bahan
pengawet. Asam benzoat secara alami terkandung di dalam cengkeh dan kayu
manis.

3. Nitrit dan Nitrat. Senyawa nitrit dan nitrat digunakan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri pada produk daging olahan, sedangkan sulfur dioksida
digunakan untuk mengawetkan buah-buahan kering. Natrium nitrat atau sendawa
(NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah

4. Asam Sorbat. Asam sorbat efektif menghambat khamir dan jamur dan
beberapa bakteri. Hasil riset menunjukkan asam sorbat efektif untuk antimikroba
pada konsentrasi 0,02-0,3%.

5. Asam sitrat. Asam sitrat adalah pengawet yang dibuat dari air kelapa yang
diberi mikroba. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi
cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Dalam
resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.

94
A.13 Mengelola Pengemasan

Label pangan

Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi
lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan
apapun, pada wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat
menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh
mudah lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.
Pemberian label pangan bertujuan untuk memberikan informasi yang benar dan
jelas kepada masyarakat tentang setiap produk Pangan yang dikemas sebelum
membeli dan/atau mengonsumsi Pangan. Informasi yang ada pada label terkait
dengan asal, keamanan, mutu, kandungan Gizi, dan keterangan lain yang
diperlukan. Dengan kata lain Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :

- Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan

- Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari
produk yang perlu diketahui oleh konsumen , terutama yang kasat mata atau yang
tidak diketahui secara fisik

- Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk
yang optimum

- Sarana periklanan bagi konsumen

- Memberi rasa aman bagi konsumen

Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan berdasarkan


UU no 18 tahun 2012 tentang pangan ditulis atau dicetak dengan menggunakan
bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai nama produk,
daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak
yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan
kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa, nomor izin edar bagi
pangan olahan; dan asal usul bahan pangan tertentu.

95
Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa :
- Sayur dan buah segar - Minuman beralkohol - Vinegar / cuka - Gula /
sukrosa - Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan
- Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan 24 jam

Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan
adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan,
petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus.
Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD, sedangkan
produk luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi : tanggal produksi dan
angka atau huruf lain yang mencirikan batch produksi. Produk-produk yang wajib
mencantumkan kode produksi adalah : - Susu pasteurisasi, strilisasai, fermentasi
dan susu bubuk - Makanan atau minuman yang mengandung susu - Makanan
bayi - Makanan kaleng yang komersial - Daging dan hasil olahannya.

Mesin Kemasan Vakum (Vacuum Sealer) Mesin pengemas vakum ini


adalah peralatan yang bisa Anda gunakan semi otomatis untuk mengemas produk
secara vakum (tanpa udara, udaranya dihilangkan). Dengan pengemasan secara
vakum, maka produk yang Anda kemas akan aman dari oksidasi, kerusakan
biologis, dan bisa lebih bertahan lama dan tetap fresh. Mesin ini bisa Anda
gunanakan untuk produk .

A.14 Mengelola Penyimpanan dan Penggudangan

Penyimpanan dan penggudangan merupakan aspek yang penting setelah


proses pemanenan. Tujuan dasar dari penyimpanan produk pertanian adalah
penyediaan bahan pangan antar musim panen dan penyediaan bibit tanaman untuk
musim tanam berikutnya. Tujuan lain dari penyimpanan adalah untuk distribusi
dan penyediaan bahan pangan sepanjang tahun, antisipasi penurunan produktivitas
dan untuk stabilisasi harga. Klasifikasi tipe penyimpanan dapat didasarkan pada
faktor-faktor berikut:

1) Klasifikasi berdasarkan lama penyimpanan


Sistem penyimpanan diklasifikasikan berdasarkan lama penyimpanan yaitu : a)
Jangka pendek. Penyimpanan jangka pendek biasanya dilakukan tidak lebih dari 6

96
bulan. Bahan-bahan yang mudah rusak misalnya telur, daging, dan produk susu
umumnya disimpan untuk jangka pendek. b) Jangka menengah. Penyimpanan
jangka menengah bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang disimpan hingga
mencapai 12 bulan tanpa kerusakan yang nyata. Kualitas produk yang disimpan
tidak dapat dijamin hingga lebih dari 18 bulan. c) Jangka panjang. Penyimpanan
jangka panjang dapat menjaga kualitas hingga mencapai 5 tahun.

2) Klasifikasi berdasarkan skala penyimpanan

Sistem penyimpanan diklasifkasikan dari segi ukuran atau skala penyimpanan


meliputi : a) Penyimpanan skala kecil Sistem penyimpanan skala kecil
kapasitasnya tidak lebih dari 1 ton dan biasanya dilakukan oleh petani. b)
Penyimpanan skala menengah Penyimpanan skala menengah dapat menampung
bahan yang disimpan hingga kisaran 100 ton. Kebanyakan skala penyimpanan ini
memiliki kapasitas antara 2-50 ton dan sangat sedikit yang mencapai lebih dari 50
ton. Penyimpanan skala menengah ini digunakan dalam pabrik untuk
penyimpanan sementara biji-bijian. c) Penyimpanan skala besar. Penyimpanan
skala besar kapasitas penyimpanannya antara 100-1000 ton. Hal ini digunakan
baik untuk penyimpanan sementara atau penyimpanan secara permanen dari
jumlah yang sangat besar berbagai produk pertanian. Penyimpanan skala besar ini
membutuhkan biaya awal sangat besar namun secara umum akan mengurangi
biaya operasional produksi.

3) Klasifikasi penyimpanan berdasarkan prinsip sistem operasi penyimpanan

Sistem penyimpanan dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip operasinya yang


meliputi : a) Penyimpanan fisik. Penyimpanan fisik menggunakan prinsip-prinsip
fisika untuk mencapai penyimpanan dan pengawetan kualitas produk yang
disimpan. Lingkungan fisik yang meliputi kadar air, suhu, dan kelembaban relatif
dalam sistem penyimpanan umumnya dikontrol dan dimanipulasi untuk
memperlambat dari aktivitas-aktivitas penyebab kerusakan atau juga untuk
mencegah kerusakan. b) Penyimpanan kimia. Penyimpanan kimia menggunakan
bahan-bahan kimia untuk menghentikan atau memperlambat aktivitas penyebab
kerusakan. Penggunaan bahan kimia misalnya lilin, atelic atau serbuk atau tablet

97
phosphosene untuk mencegah respirasi atau juga investasi serangga dalam produk
yang disimpan. c) Penyimpanan biologi. Penyimpanan biologi menggunakan
agen biologi khususnya mikroorganisme untuk menghentikan atau memperlambat
aktivitas penyebab kerusakan atau memperpanjang umur simpan produk.

Faktor yang mempengaruhi penyimpanan

Produk yang akan disimpan diharapkan memiliki kualitas produk yang baik.
Penyimpanan hanya sebagai cara untuk mempertahankan kualitas bukan untuk
meningkatkan kualitas. Produk dengan kualitas awal yang jelek akan semakin
mempercepat terjadinya kerusakan. Penyebab utama dari kerusakan selama
penyimpanan meliputi fisik, kimia, maupun biologi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi meliputi : 1) Mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme
yang dihubungkan dengan penyimpanan meliputi jamur, bakteri, dan kapang. 2)
Serangga dan kutu. Umumnya serangga memiliki umur yang pendek, namun
dengan perkembangbiakannya yang cepat akan meningkatkan jumlahnya.
Serangga dan kutu menyerang bahan dan struktur penyimpanan. Serangga betina
akan menyerang biji untuk meletakkan telurnya. Serangga juga akan memakan
produk yang disimpan dan mengkontaminasi produk dengan kotoran dan bagian
tubuhnya. Serangga akan menyebabkan penurunan berat, kualitas, kandungan gizi
serta viabilitas produk. Selain itu juga serangga akan menghadirkan bau yang
tidak sedap pada produk. Kehadiran serangga juga akan meningkatkan suhu
produk hingga 42 °C. 3) Burung dan hewan pengerat. Hewan pengerat merupakan
hewan yang bersifat parasit terhadap hasil panen produk. Untuk mendapatkan
makanan hewan pengerat biasanya akan menyerang bangunan dan tempat
penyimpanan produk. Hewan pengerat akan memakan biji dan menyisakan
kulitnya. Hewan pengerat dapat menjadi pembawa penyakit dengan cara
mengkontaminasi produk oleh kotoran yang mereka hasilkan. Keberadaan hewan
pengerat khususnya tikus dapat diidentifikasi dari keberadaan kotoran, penyinaran
dengan menggunakan black light, sisa kulit dari biji yang dimakan, dan wadah
atau karung yang rusak akibat digigiti oleh tikus. Cara yang perlu dilakukan
untuk mengantisipasi adanya hewan pengerat adalah dengan melakukan sanitasi
lingkungan yang baik, menjaga jarak tempat penyimpanan dari lantai (misalnya

98
50 cm di atas lantai), membuat perangkap, atau juga menggunakan bahan kimia.
4) Aktivitas metabolism. Respirasi merupakan aktifitas metabolisme yang lazim
terjadi selama penyimpanan. Respirasi akan menghasilkan panas, uap air, dan
karbon dioksida. Adanya panas akan meningkatkan suhu produk dan akan
merusak embrio biji dan mengurangi viabilitas dari hasil panen. Selama
penyimpanan, suhu yang dianjurkan sekitar 15 °C dan kadar air produk sekitar 13-
14 %. 5) Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang sering dikaitkan dengan
penyimpanan produk meliputi : - Suhu -Kelembaban relatif - Keseimbangan
kadar air - Polusi oleh asap dan bahan kimia Kadar air, kelembaban relatif, dan
suhu penyimpanan merupakan tiga parameter penting yang harus dimonitor dan
dikontrol selama penyimpanan untuk menjamin penyimpanan berlangsung secara
tepat dan menghindari kerusakan produk.

d. Sarana penyimpanan

Fasilitas dari bangunan tempat penyimpanan yang bertujuan untuk menjaga


kualitas disebut sebagai sarana penyimpanan. Pemilihan sarana penyimpanan
tergantung dari tingkat produksi, cara penanganan, dan kondisi cuaca. Sarana
penyimpanan dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Sarana tradisional. Sarana
tradisional merupakan merupakan sarana yang digunakan pada skala kecil,
penyimpanan jangka pendek dan membutuhkan investasi yang cukup tinggi.
Sarana tradisional kadang-kadang juga digunakan untuk jangka waktu dan skala
menengah. Beberapa contoh sarana penyimpanan tradisional misalnya : -
Peralatan rumah tangga - Kotak (boks) - Gudang - Rak Peralatan rumah
tangga merupakan sarana penyimpanan yang bisa digunakan dalam rumah tangga.
Beberapa peralatan rumah tangga yang biasa digunakan misalnya kotak,
keranjang, karung goni, karung polietilena, kontaniener plastik atau logam. Pada
penyimpanan makanan disarankan tidak menggunakan bahan kimia agar tidak
beresiko terjadinya kontaminasi. Kelemahan penggunaan sarana tradisional ini
adalah tidak mampu untuk menjaga kualitas produk akibat pengaruh dari
lingkungan misalnya akibat serangan serangga. 2) Sarana modern. Sarana
penyimpanan modern biasanya diterap kan pada penyimpanan jangka menengah
dan jangka panjang pada skala menengah maupun besar. Beberapa sarana

99
penyimpanan moderen misalnya gudang, silo, sistem penyimpanan udara
terkontrol/Controlled Atmosphere/CA (Refrigeration, Cold storage), Sistem
pendingin evaporasi (evaporative coolant system), Sistem penyimpanan hermetis.
a) Gudang. Gudang biasanya digunakan untuk penyimpanan skala menengah tapi
juga dapat digunakan untuk penyimpanan skala besar untuk produk yang
menggunakan karung atau dihampar misalnya biji-bijian atau tepung. Lantai
gudang juga perlu dibuat menggunakan bahan kedap air untuk mencegah resapan
air. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah atap perlu dijaga agar tidak
bocor dan drainase yang tepat di dalam gudang. Untuk menjamin terjadinya
pertukaran udara dan mencegah kelmbaban di dalam gudang, perlu juga
ditambahkan fasilitas aerator b) Silo. Silo merupakan suatu tempat penyimpanan
berbentuk silinder dan digunakan untuk produk curai misalnya tepung atau biji-
bijian. Masalah utama pada penyimpanan menggunakan silo ini adalah migrasi
dan kondensasi uap air. Untuk itu diperlukan fasilitas tambahan berupa alat
pengangkut dan peralatan pengeringan yang desain, operasi dan perawatan yang
memerlukan teknik dan kemampuan tingkat tinggi. Bahan untuk pembuatan silo
adalah dari logam, aluminium, karet atau beton. Untuk

daerah tropis, masalah utama pada silo adalah migrasi dan kondensasi uap air. c)
Sistem penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA). Sistem
penyimpanan udara terkontrol/Controlled Atmosphere (CA) merupakan suatu
klasifikasi yang meliputi semua sarana penyimpanan yang mempunyai fasilitas
untuk mengontrol dan memonitor faktor lingkungan misalnya suhu, kelembaban
relatif dan air. Silo, gudang, lemari es, dan cold storage dapat digolongkan dalam
sistem penyimpanan udara terkontrol.

A.15 Mengelola Pengendalian Mutu Selama Proses Dengan Pendekatan


“titik kritis dan cacat nol” Serta Diagnosis Penyimpangan dan
Perbaikan Proses

Jaminan mutu bukan hanya menyangkut masalah metode tetapi juga


merupakan sikap tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dengan cara bertindak
tepat sedini mungkin oleh setiap orang baik yang berada di dalam maupun di luar
bidang produksi. Penerapan jaminan mutu pangan harus didukung oleh penerapan

100
GMP dan SSOP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi tradisional yang
mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan setelah produk
selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA (istilah umum, persyaratan
bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control terhadap proses produksi dan
proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi bahan baku dan produk, komposisi
produk) dan KONDISI (parameter proses pengolahan) untuk menghasilkan
produk mutu yang baik. Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Points) memfokuskan perhatian terhadap masalah pengawasan dan pengendalian
keamanan pangan melalui identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap titik-titik
kritis pada keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses pengolahan
yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen.

Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap TKK (CCP)

Batas-batas limit harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi apabila


mungkin untuk setiap TKK. Dalam beberapa kasus lebih dari satu batas kritis
akan diuraikan pada suatu tahap khusus. Kriteria yang sering digunakan
mencakup pengukuran-pengukuran terhadap suhu, waktu, tingkat kelembaban,
pH, Aw,keberadaan chlorine, dan parameter-parameter sensori seperti
kenampakan visual dan tekstur. Batas kritis harus ditentukan untuk setiap PTK.
Dalam beberapa kasus batas kritis kriteria pengukurannya antara lain suhu,
waktu, tingkat kelernbaban, pH, Aw dan ketersediaan chlorine dan parameter
yang berhubungan dengan panca indra (penampakan dan tekstur).

A.16 Mempertunjukkan Pengujian Bahan Hasil Pertanian dan Perikanan


Secara Organoleptis

Ada bermacam-macam metode pengujian organoleptik yang dapat


digolongkan dalam beberapa kelompok. Metode pengujian yang populer adalah
kelompok pengujian pembedaan (difference test) dan kelompok pengujian
pemilihan (preference test), yang ternyata banyak digunakan dalam penelitian,
analisis proses, dan penilaian hasil akhir. Pengujian pembedaan digunakan untuk
menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau

101
persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Uji duo trio adalah uji
yang digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua
contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian.
Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu
produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan. Pengujian pembedaan
digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau
organoleptik antara dua contoh. Meskipun demikian dalam pengujian dapat saja
sejumlah contoh disajikan bersama tetapi merupakan untuk melaksanakan
pembedaan selalu dua contoh yang dapat dipertentangkan. (Soekarto, 1985).

Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya


perbedaan dua buah sampel atau mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat
perbedaannya hanya sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil
yang diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Kelemahan uji duo trio
adalah sulit mendeskripsikan sampel yang sama dengan pembanding karena
panelis akan sulit untuk mengingat secara detail bahan yang sedang dianalisis,
biasanya uji ini dapat dilakukan dengan mudah oleh seseorang yang memiliki
daya ingat yang tinggi.

Macam – macam Pengujian Organoleptik

Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa kelompok:

Kelompok Pengujian Pembedaan (Defferent Test)

Kelompok Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)


Kelompok Pengujian Skalar Kelompok Pengujian Diskripsi

Kelompok uji pembedaan dan uji pemilihan : banyak digunakan dalam penelitian
analisa proses dan penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji diskripsi :
banyak digunakan dalam pengawasan mutu (Quality Control). Hal penting dalam
uji pemilihan dan uji skalar : diperlukan sampel pembanding. Yang perlu
diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan faktor pembanding adalah satu atau
lebih sifat sensorik dari bahan pembanding itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan
faktor pembanding harus diusahakan sama dengan contoh yang diujikan. Biasanya

102
yang digunakan sebagai sampel pembanding adalah komoditi baku, komoditi
yang sudah dipasarkan, atau bahan yang telah diketahui sifatnya. 1) Pengujian
Pembedaan (Defferent Test) Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan
apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel.
Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang
dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa
macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu
industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua
produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan
harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini
tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan
kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini meliputi : a) Uji
pasangan (Paired comparison atau Dual comparation) b) Uji segitiga (Triangle
test) c) Uji Duo-Trio d) Uji pembanding ganda (Dual Standard) e) Uji
pembanding jamak (Multiple Standard) f) Uji Rangsangan Tunggal (Single
Stimulus) g) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs) h) Uji Tunggal.

2) Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)

Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas
suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis
mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan
kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau
qualitas yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dari uji pembedaan. Tujuan
uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik
tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak menjamin
komoditi tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan.

A.17 Mempertunjukkan Pengujian Bahan Hasil Pertanian dan Perikanan


Secara Fisis- Mekanis dan Mikroanalisis

Pengujian Bahan Hasil Pertanian Secara Fisis seperti meliputi:


Penampakan warna dan identitas, pengujian ini pada dasarnya bisa dilakukan

103
dengan uji indrawi/organoleptik tapi bisa juga uji secara kulitatif terutama untuk
warna pada makanan dan minuman dengan metode kromatografi kertas
menggunakan benang wol. Masing-masing pengertian ruang lingkup jenis
pengujian tersebut dapat dipelajari sebagai berikut: 1) Penampakan. Penampakan
ialah parameter mutu suatu bahan atau produk dimana apabila ditujukan untuk
pengujian komoditas hasil pertanian merupakan hal penting yang tidak bisa
diabaikan, penampakan biasanya pengujiannya dilakukan dengan uji
organoleptik/uji indrawi yang meliputi, kilap, suram, jernih, bening, dan lain-lain.
2) Warna dan Identitas : a) Penciri Jenis dan Pengenalan Mutu (Identitas)
Banyak jenis produk pangan, terutama produk primer dari hasil pertanian,
mempunyai ciri-ciri khas dari warnanya. b) Keseragaman Warna Beberapa
produk alami mempunyai citra warna yang khas seperti tomat dan lombok
berwarna merah, buah pisang raja berwarna oranye, daging sapi berwarna merah
pink. Namun dalam produk kadang-kadang dihasilkan produk yang warnanya
kurang khas atau kurang merata, sehingga terjadi keragaman warna. c) Sifat
Warna Warna merupakan sifat produk yang dapat dipandang sebagai sifat fisik
(obyektif) dan sifat organoleptik (subyektif). d) Penilaian dan Pengukuran Warna.
Warna membuat produk pangan menarik. Bagi makanan warna merupakan daya
tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai sifat-sifat lainnya. 3)
Index bias suatu bahan adalah perbandingan ialah perbandingan antara sinus sudut
jatuh dan sinus sudut bias, apabila seberkas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu jatuh dari udara ke dalam suatu bahan yang dipertahankan pada suhu
tetap. Pengukuran indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
minyak. 4) Densitas (Kerapatan) . Densitas atau kerapatan ialah merupakan
parameter dan faktor mutu bahan hasil pertanian yang sangat penting dan bisa
dijadikan standar untuk dinilai baik/buruknya suatu bahan tersebut. 5) Viskositas
(Kekentalan). Kekentalan merupakan salah satu sifat reologi yang amat penting
pada banyak produk pangan. Sifat kental penting peranannya baik dalam uji mutu
dan standarisasi mutu maupun juga dalam pengendalian proses selama
pengolahan. Untuk produk-produk pangan tertentu kekentalan juga penting
sebagai petunjuk kandungan zat-zat tertentu. Misalnya kekentalan dapat

104
digunakan untuk menyatakan kandungan gula pada nira, atau untuk menyatakan
kemurnian cairan minyak.

A.18 Mempertujukkan Pengujian Bahan Hasil Pertanian dan Perikanan


Secara Kimiawi (proksimat)

Analisis/pengujian kimiawi adalah penentuan kandungan senyawa kimia


dalam bahan pangan yang didasarkan pada reaksi kimia. Senyawa kimia yang
akan ditentukan konsentrasinya direaksi atau direduksi dengan menggunakan
senyawa kimia spesifik, selanjutnya dilakukan penentuan konsentrasinya. Jenis-
jenis Pengujian Secara Kimia: 1) Pengujian Kandungan Karbohidrat.
Karbohidrat merupakan salah satu komponen nutrisi yang banyak dimanfaatkan
sebagai sumber pangan. Dengan demikian, keberadaannya dalam bahan pangan
sangat penting. Macam-macam Uji Karbohidrat Penentuan karbohidrat yang
paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau
disebut juga Carbohydrate by Difference. 2)Pengujian Kandungan Protein. Istilah
Protein berasal dari kata “protos” (Yunani), berarti yang paling utama”, adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain ikatan peptida.
Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang
kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua
sel makhluk hidup dan virus.Kebanyakan protein merupakan enzimatau subunit
enzim. 3)Pengujian Kandungan Lemak. Lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan
mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya
ether, benzene, khloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
4) Pengujian Kadar Air. Air mrupakan komponen penting dalam bahan pangan,
karena air dapat mempengaruhi “accptability”, kenampakan, kesegaran, tekstur,
serta cita rasa pangan. Di beberapa bahan pangan air ada dalam jumlah relatif
besar, misalnya didalam beberapa buah-buahan dan sayuran mencapai sekitar
90% susu segar sekitar 87%, dan daging sapi sekitar 66%.

Metode Pengujian Kadar Air

105
Ada beberapa metode untuk analisis kadar air, antara lain yaitu: metode
pengeringan dan metode destilasi. 1.Metode Pengeringan/oven
(Thermogravimetri) 2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)

Pengujian protein

Secara rutin, analisa protein dalam bahan makanan yang terutama adalah untuk
tujuan menera jumlah kandungan protein dalam bahan makanan. Peneraan jumlah
protein dalam bahan makanan umumnya dilakukan berdasarkan peneraan empiris
(tidak langsung), yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan.
Penentuan dengan cara langsung atau absolut, misalnya dengan pemisahan,
pemurnian atau penimbangan protein, akan memberikan hasil yang lebih tepat
tetapi juga sangat sukar, membutuhkan waktu lama, keterampilan tinggi dan
mahal.

A.19 Mempertunjukkan Pengujian Bahan Hasil Pertanian Dan Perikanan


Secara Mikrobiologis

Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus dibatasi, seperti


mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga mikroorganisme pada
makanan atau produk susu jumlahnya harus mengikuti standar-standar yang sudah
ditetapkan. Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel
dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan
media agar PCA (Plate Count Agar) dengan metode TPC (Total Plate Count).
Plate Count Agar atau yang juga sering disebut Standard Methods Agar
merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan
untuk menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada setiap sample
makanan, produk susu, air limbah dan sample-sample lainnya yang biasanya
menggunakan metode Total Plate Count. Plate Count Agar (PCA) terdiri dari
casein, yeast extract, dextrose dan juga agar. Komposisi PCA untuk setiap liter
yaitu : - Casein…..5 gram - Yeast extract….2.5 gram – Dextrose…..1 gram -
Agar…..15 gram.

Media Pertumbuhan Mikroba

106
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering
digunakan secara umum dalam mikrobiologi.

A.20 Mengelola Keamanan Pangan Dalam Proses Pengolahan Hasil


Pertanian dan Perikanan

Sanitasi berasal dari bahasa latin yaitu Sanitas yang berarti “kesehatan”.
Apabila diterapkan pada industry makanan, maka sanitasi sebagai “Penciptaaan
dan pemeliharaan higienis pada kondisi sehat”. Umpan balik dan tindak lanjut
sanitasi mempunyai tiga prinsip, yaitu : 1) bersih secara fisik, 2) bersih secara
kimiawi, 3) bersih secara mikrobiologi.

Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indicator


sanitasi. Ada tiga jenis bakteri indicator sanitasi, yaitu Escherichiacoli, kelompok
Streptococcus ( Enterococcus) fekal dan Clostridium perfringens. Bakteri yang
paling banyak digunakan sebagai indicator sanitasi adalah E.coli. Beberapa
mikroorganisme yang dapa menyebabkan keracunan makanan antara lain
Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus cereus
dan Vibrio parahaemolyticus.

Sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian


Tahun 2009 ruang produksi/ruang pengolahan makanan juga berperan penting
dalam menentukan berhasil tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan.
Dalam ruang pengolahan makanan harus ada pemisahan fisik antara ruang bersih
dan ruangan kotor, lokasi tidak dekat dengan pemukiman padat, tidak di tengah
sawah, tidak di daerah banjir / tergenang.

A.21 Mengelola Produk Hasil Nabati

Pengolahan buah-buahan menjadi sari buah dimaksudkan untuk


memudahkan manusia mengkonsumsi buah sebagai minuman segar,
meningkatkan nilai ekonomis buah bila terjadi panen yang melimpah, sebagai

107
sumber vitamin. Sari buah sebagai salah satu produk hasil pengolahan buah-
buahan dengan cara mengambil sari atau filtratnya, sari buah tersebut boleh
ditambahkan gula dan air sebagai bahan pengisi atau tanpa penambahan gula.
Kadar gula sari buah yang diinginkan berkisar antara 10 – 15 % , hal ini
tergantung tingkat kesukaan konsumen, dengan pH (derajat keasaman) mencapai
3 – 4. 32.

a) Karakteristik Bahan Dasar. Untuk pembuatan sari buah, bahan dasar yang
digunakan adalah buah-buahan yang sudah masak, tapi jangan terlalu masak.
Buah yang digunakan tidak perlu buah yang mempunyai bentuk yang beraturan,
karena bauh natinya akan dihancurkan. Kriteria buah yang terpenting adalah buah
tidak boleh dalam keadaan busuk dan rusak.

b) Bahan Pendukung.

Air. Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan dan sampai saat
ini belum ditemukan bahan penggantinya. Dalam proses pengolahan, air berfungsi
sebagai pelarut dan dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa suatu
makanan. Dalam pembuatan sari buah akan memerlukan air selama proses
pengolahan, baik untuk pencucian maupun untuk melarutkan dan sebagai bahan
pengisi sari buah (khususnya untuk sari buah yang diencerkan dan ditambahkan
gula).

Gula. Gula yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah gula putih. Namun
untuk sari buah asli atau yang ditambahkan gula dan tidak diencerkan maka tidak
memerlukan gula selama proses pengolahannya. Gula berfungsi sebagai bahan
untuk memberikan rasa manis pada sari buah. Konsentrasi gula yang terkandung
dalam sari buah berkisar antara 12 – 14 %. Penggunaan gula yang tinggi
(konsentrasi antara 50 – 65 %) dapat berfungsi sebagai bahan pengawet pada
bahan. Namun karena kadar gula sari buah hanya 12 – 14 %, maka gula disini
tidak berfungsi sebagai pengawet atau hanya sebagai pemberi rasa manis.

Pewarna. Sebenarnya penggunaan bahan pewarna ini tidak penting, karena sari
buah asli sudah memiliki warna yang cukup menarik. Warna yang dapat
digunakan untuk sari buah yaitu warna yang sesuai dengan warna asli buahnya.

108
Sedangkan zat warna yang boleh digunakan sebaiknya zat warna makanan dengan
konsentrasi yang sesuai dengan yang tertera pada label zat pewarna.

A.23 Mengelola Produk Hasil Perkebunan

Pengolahan teh.

Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang
berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode
yang serupa dengan sedikit variasi: 1. Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum
dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis. Pemetikan dilakukan dengan
tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, dilakukan dengan cara menggenggam
sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan.
2. Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan
memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau
ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun
kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan. 3.
Pememaran: Untuk mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan
memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan
roda berat. 4. Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan di
ruangan tertutup agar menjadi lebih gelap. Pada tahap ini klorofil pada daun
dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan berubah, proses ini
disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses
oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh
mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya
penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi).
5.Penghilangan-warna-hijau: dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh
pada tingkat warna yang diharapkan. Tahapan ini dilakukan dengan pemanasan
sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. 6. Penguningan:
Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam
kontainer mini, warna teh berubah menguning. 7. Pembentukan:Tahap berikutnya
adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya
dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang
kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. 8.

109
Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan.
Ini dapat dilakukan dengan cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur,
menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. 9. Pemeliharaan: Meski
tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi
tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya.

A.24 Mengelola Produk Makanan dan Minuman Herbal

Jenis Herbal Menurut Asal Tanamannya

1) Herbal dari Rimpang (akar)

Rimpang , umbi batang, umbi lapis, dan umbi akar umumnya memiliki sifat yang
hampir sama, yakni keras dan agak rapuh. Ini disebabkan adanya zat pati, protein
yang tinggi, dan kandungan air yang tinggi pula. Beberapa jenis umbi lapis
memiliki sifat agak lunak misalnya bawang putih (Allium sativum) . Penanganan
dan pengelolaan untuk produk tanaman obat berupa rimpang dan umbi- umbian
ini harus sesuai dengan memperhatikan sifat- sifat umum yang dimiliki.

a) Jahe (Zingiber officinale Roxb). Jahe termasuk dalam familia Zingiberaceae,


Rimpang jahe bercabang – cabang, berwarna putih kekuningan dan
berserat.Bentuk rimpang jahe pada umumnya gemuk agak pipih dan kulitnya
mudah dikelupas.Rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang jahe
dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, manisan, minuman, obat- obatan
tradisional serta sebagai bahan tambahan pada kue, puding dan lain- lain. Jahe
dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya
sebagai berikut: - Jahe putih atau jahe kuning besar, jahe jenis ini biasa disebut
jahe gajah karena memiliki ukuran paling besar - Jahe putih atau jahe kuning
kecil, jahe ini biasa disebut dengan jahe sunti atau jahe emprit. Merupakan jenis
jahe yang memiliki rasa lebih pedas daripada jahe gajah - Jahe merah, memiliki
rimpang dengan ukuran paling kecil dan berwarna merah.

Kandungan Senyawa Aktif dalam Jahe

Berbagai manfaat yang terkandung dalam jahe disebabkan adanya kandungan


berbagai senyawa aktif, seperti minyak asiri, Zingeberena (Zingerona), Zingiberol

110
kamfena, lemonin, bisabolena, kurkumen , gingerol, filandrena, dan resin pahit.
Kandungan senyawa kimia lain dalam jahe, yakni senyawa flavonoid, fenolik
utama, asam organik, alkaloid, dan terpenoid. Sifat khas yang dimiliki jahe
timbul karena adanya kandungan minyak asiri dan oleoresin. Minyak atsiri
berperan untuk menimbulkan aroma pedas pada jahe. Sedangkan oleoresin pada
jahe berperan dalam menimbulkan rasa pedas. Kandungan minyak atsiri jahe
bervariasi, berkisar 1-3 %, sedangkan kandungan oleoresin berkisar antara 4-
7,5%. Senyawa lain yang turut menyebabkan rasa pedasvpada jahe adalah
golongan fenilalkil keton atau yang biasa disebut gingerol dan (6)-gingerol.
Keduanya merupakan komponen paling aktif dalam jahe.

Khasiat dan Manfaat Jahe

Jahe diketahui memiliki aktivitas antialkohol, antiallergi, antimikroba, antitusif,


antikanker, antidepresan, antirematik, anti-inflamasi, antioksidan, antinarkotik,
dan antipenggumpalan darah. Jahe juga dipercaya memiliki aktivitas pereda rasa
nyeri, penurun panas, dan penangkal imunitas.

b) Kunyit

Kunyit dikenal dengan nama kunir. Kunyit atau Curcuma domestica atau
Curcuma longa masih satu familia dengan jahe yaitu Zingiberaceae dapat
dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pewarna, dan obat tradisional. Disamping itu
kunyit juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetika tradisional.

Kandungan senyawa aktif dalam kunyit

Kandungan senyawa bermanfaat dalam rimpang kunyit, diantaranya minyak atsiri,


pati, zat pahit, resin, selulosa, dan beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri
kunyit berkisar 3–5 % yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan
sesquiterpene. Komponen utama yang paling penting dari rimpang kunyit ini
adalah kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bisdes-metoksikurkumin. Selain
kurkumin, minyak esensial yang terkandung dalam rimpang kunyit meliputiar-
tumeron (31,1 %), turmeron (10 %), kurlon (10,6 %) dan ar- kurkumin (6,3 %)

Khasiat dan manfaat kunyit

111
Berbagai khasiat kesehatan ditawarkan oleh rimpang kuning ini, meliputi obat
penurun panas (mendinginkan), diabetes melitus, tifus, haid tidak lancar,
keputihan, perut mulas haid, amandel, radang selaput hidung, koreng, gatal, sesak
napas, cacar air, obat sakit maag, obat diare, dan mengobati infeksi pada
luka.Semua khasiat ini disebabkan adanya kemampuan kunyit sebagai
antioksidan, antimikroba, antifungal, serta anti-inflamasi.

Kurkumin, Antioksidan Alami

Kunyit merupakan sumber antioksidan alami yang dapat membantu mencegah dan
menangani oksidasi sel- sel tubuh. Seperti yang kita ketahui, oksidasi sel- sel
tubuh dapat menyebabkan terjadinya penyakit, khususnya penyakit degeneratif,
seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes.

Temulawak

Temu lawak atau disebut sebagai Rimpang Ajaib Pendongkarak Napsu Makan
dan Penakluk Hepatitis. Induk rimpang temulawak berbentuk silindris, bulat,
berbuku- buku, berdiameter sekitar 5 cm atau lebih, panjangnya sekitar 10 cm.
Induk rimpang membentuk cabang ke segala arah. Aromanya harum dan rasa
pedas agak pahit. Dimanfaatkan sebagai lalab dan minuman, serta patinya sebagai
bahan makanan Temulawak memiliki nama ilmiah Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Kandungan Senyawa Aktif dalam Temulawak

Kandungan kimia pada temulawak meliputi: kurkumin, desmetoksikurkumin ,


glukosida, foluymetik, karbinol, fellandrean, tumerol, serta minyak asiri yang
terdiri dari kamfer, turmerol xantorrihizol, myrcene dan seskuiterpen. Rimpang
temulawak mengandung 48-59,64% zat tepung , 1,6 – 2,2 % kurkumin, dan 1,48 –
1,63 % minyak asiri.

Khasiat dan manfaat Temulawak

Temulawak dipercaya berkhasiat mengobati sakit ginjal, sakit pinggang, asma,


sakit kepala, masuk angin, maag, cacar air, sariawan, jerawat, sakit perut,
sembelit,sakit cangkrang , dan kanker. Selain itu, temulawak dipercaya dapat

112
meningkatkan napsu makan , menjaga fungsi hati, memiliki aktivitas antimikroba,
anti- inflamasi, dan antioksidan. Senyawa fenol yang terdapat dalam temulawak
bisa berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya untuk menghilangkan
senyawa radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam menghambat
oksidasi sel- sel tubuh penyebab kanker.

A.25 Merencanakan Kegiatan Usaha Pengolahan Hasil Pertanian

Berikut ini adalah tahapan dalam pengembangan atau penciptaan produk


baru :

1. Pencarian Ide Produk. Ide bisa dicari namun terkadang datang dengan
sendirinya tanpa diharapkan. Banyak perusahaan yang memiliki bagian atau divisi
riset maupun menggunakan jasa pihak luar untuk mencarikan ide segar dan brilian
bagi perusahaan.

2. Menyaring Ide Produk. Apabila ide yang didapat banyak jumlahnya maka
sebaiknya dilakukan pemilihan ide yang sekiranya patut untuk maju ke langkah
selanjutnya.

3. Analisis Bisnis.Perusahaan melakukan berbagai perkiraan estimasi pada produk


tersebut mulai dari berapa kira-kira biaya investasi yang dibutuhkan, seberapa
besar potensi pasarnya, seberapa besar tingkat penjualannya, dan seberapa banyak
laba atau keuntungan yang mungkin diraih perusahaan.

4. Pengembangan Produk. Dari ide yang layak untuk maju ke tahap selanjutnya
dibuatkan prototip atau model produk untuk dilakukan uji kelayakan bisnis.
Produk diuji coba secara internal baik dilakukan sendiri maupun dilakukan oleh
pihak luar perusahaan yang kompeten di bidangnya.

5. Uji Coba Pemasaran. Produk yang telah lulus uji model prototipe, selanjutnya
dilakukan pengujian pemasaran dengan memilih beberapa sampel pasar yang
kurang lebih mewakili kondisi segmen pasar yang akan dituju oleh produk
perusahaan. Lihat bagaimana reaksi pasar terhadap produk baru tersebut.

113
6. Komersialisasi Produk Baru. Tahap yang terakhir dari rangkaian
pengembangan produk baru adalah menawarkannya kepada seluruh pasar yang
dituju. Produk baru tersebut sebaiknya terus dilakukan monitoring dan dilakukan
berbagai evaluasi dari yang ada di lapangan dan perbaikan baik pada produk,
target konsumen, harga, promosi, dan lain sebagainya sehingga mampu
memaksimalisasi keuntungan yang diperoleh.

A.26 Mengkoordinasikan Kegiatan Usaha Pengolahan Hasil Pertanian

Pengorganisasi merupakan suatu proses penyusunan struktur organisasi


dan tersedianya sumberdaya (tenaga, keuangan, prasarana dan sarana) dalam
organisasi. Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pengorganisasian menurut
Azwar (1996), yaitu pembagian kerja dan departemensasi. Pembagian tugas yang
dimaksud adalah penyesuaian tugas pekerjaan agar setiap petugas dalam
organisasi bertanggung jawab melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.
Hasil dari pekerjaan pengorganisasian adalah terbentuknya wadah (entity) atau
satuan organisasi yang didalamnya ada perangkat organisasi agar tugas-tugas yang
dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana.

Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang suatu proses usaha. Secara Umum, sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan
tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul, dll.) Prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
produksi. (contohnya: lahan, jalan, parit, pabrik, tempat kerja, dll.)

Proses Produksi

Pada dasarnya proses produksi terbagi menjadi dua, yaitu proses produksi terus
menerus (continous) dan proses produksi terputus (intermittent). Proses produksi
terus menerus yaitu proses produksi yang mengerjakan barang yang selalu sama
dan tak pernah berganti. Sedangkan proses produksi terputus biasanya digunakan

114
untuk perusahaan yang mengerjakan bermacam-macam barang dengan jumlah
variasi yang sedikit. Proses produksi dalam menghasilkan sebuah barang terdiri
atas beberapa tahapan, sebagai berikut : 1) Tahapan produksi yang
menghasilkan bahan mentah. 2) Tahap produksi yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. 3) Tahap produksi yang mengolah bahan baku dan
menghasilkan barang setengah jadi. 4) Tahap produksi yang memproses barang
setengah jadi menjadi barang jadi. 5) Tahap produksi yang menyalurkan barang
jadi kepada pemakai.

Tahapan-tahapan dalam penetapan skala proses produksi sebagai berikut : 1)


Routing, yaitu menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi dari
bahan mentah sampai menjadi produk akhir. 2) Scheduling, yaitu menetapkan
dan menentukan jadwal kegiatan operasi proses produksi yang disinergikan
sebagai suatu kesatuan. 3) Dispatching, yaitu menetapkan dan menentukan
proses pemberian perintah untuk mulai melaksanakan operasi produksi. 4)
Follow up/ production forecasting, yaitu menetapkan dan menentukan berbagai
kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mendorong terkoordinasinya seluruh
perencanaan proses produksi.

A.27 Mengevaluasi Kegiatan Usaha Pengolahan Hasil Pertanian

Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja
orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan
dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau
beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas. Analisis beban kerja
bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban
kerja yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula
dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah
jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban
kerja dalam waktu tertentu.

115
Metode Analisis Beban Kerja

Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan ini


dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu :

1. Pendekatan Organisasi. Organisasi dipahami sebagai wadah dan sistem kerja


sama dari jabatan-jabatan. Melalui pendekatan organisasi sebagai informasi, akan
diperoleh informasi tentang : nama jabatan, struktur organisasi, tugas pokok,
fungsi dan tanggung jawab, kondisi kerja, tolok ukur tiap pekerjaan, proses
pekerjaan, hubungan kerja, serta persyaratan-persyaratan seperti : fisik, mental,
pendidikan, ketrampilan, kemampuan, dan pengalaman.

2. Pendekatan analisis jabatan. Jabatan yang dimaksud tidak terbatas pada jabatan
struktural dan fungsional, akan tetapi lebih diarahkan pada jabatan-jabatan non
struktural yang bersifat umum dan bersifat teknis (ingat kriteria jabatan baik aspek
material maupun formal). Melalui pendekatan ini dapat diperoleh berbagai jenis
informasi jabatan yang meliputi identitas jabatan, hasil kerja, dan beban kerja
serta rincian tugas. Selanjutnya informasi hasil kerja dan rincian tugas
dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian beban kerja.

3. Pendekatan Administratif. Melalui pendekatan ini akan diperoleh berbagai


informasi yang mencakup berbagai kebijakan dalam organisasi maupun yang erat
kaitannya dengan sistem administrasi kepegawaian.

Analisa Kebutuhan Pegawai

Pertanyaan berapakah jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk merampungkan


suatu tugas, merupakan pertanyaan yang amat kritis. Untuk menjawab pertanyaan
penting itu orang harus memahami 3 (tiga) buah konsep sebagai latar belakang
yaitu meliputi target volume pekerjaan, tingkat pelaksanaan standar dan waktu
yang ditetapkan untuk merampungkan tugas dengan tepat.

116
BAB III. SOAL-SOAL LATIHAN

A. Soal - jawab Latihan


1. Mengapa dan jelaskan pada saat pembuatan adonan bakso dan sosis
diperlukan penambahan es ?

Jawaban : Es batu ditambahkan ke dalam formulasi bakso dan sosis


dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kenaikan suhu daging giling selama
proses Emulsifikasi. Seperti kita ketahui bahwa kenaikan suhu daging
melebihi 16 c akan mengurangi aktivitas protein daging dalam peranannya
sebagai emulsifier. Selain tujuan tersebut, es batu juga dapat melarutkan
protein dalam daging. Es batu akan menjadi air yang berperan dalam mengatur
konsistensi adonan yang akan berpengaruh terhadap tekstur bakso dan sosis
yang akan dihasilkan.

2. Jelaskan secara komprehensip kriteria baku pada pengolahan telur asin !

Jawaban : Telur itik rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam.
Warna kulitnya agak biru muda. Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan
telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang
lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori yang lebih besar, sehingga
lebih baik untuk diolah menjadi telur asin.

3. Jelaskan tehnik atau metode pengadukan sponge and dough dan no time
dough !

Jawaban : Tehnik atau metode Sponge and dough dimana 60% terigu,60%
air,dan seluruh ragi yang ada dalam resep diaduk sampai kalis dan
difermentasi selama 4-24 jam. Setelah itu baru dicampur dengan sisa bahan,
diaduk sampai kalis, difermentasi 3 kali, lalu dipanggang. Tehnik atau metode
No time dough,adonan setelah kalis langsung dibentuk dan difermentasi akhir
lalu langsung dibakar.

117
4. Jelaskan maksud pengujian bakteri Colifrom pada produk pangan !

Jawaban : Bakteri colifrom adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup


dalam pencernaan manusia. Bakteri colifrom adalah bakteri indicator
keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri
colifrom fekal adalah bakteri indicator adanya pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri
pathogen.

5. Mengapa perlu dilakukan Diversifikasi produk pada produk traditional ?

Jawaban : Kelemahan produk traditional saat ini antara lain terbatasnya jenis
dan jumlahnya. Pada satu sisi pengusaha masih belum yakin terhadap tingkat
penerimaan konsumen, disisi lain konsumen kurang bisa menerima produk
tersebut karena dirasakan merepotkan dalam mengkonsumsinya dan
menyajikannya. Untuk itu perlu dilakukan diversifikasi produk agar dihasilkan
produk olahan traditional dengan aneka rasa atau dengan penyajian yang lebih
menarik bagi semua golongan. Untuk memastikan mutu produk, maka perlu
dilakukan pengujian terhadap khasiat yang dimiliki bagi kesehatan tubuh
manusia.

118

Anda mungkin juga menyukai