Anda di halaman 1dari 11

 Dosen Pengampu :Prof Idi Warsah M.

Pd

 Kelompok 7 :
 Ratu Handayani 225311142
 Reva Via Ponika 225311173
 Sarto Utomo 225311274
 Siti Fatimah Azahra 22531139
A. TUJUAN BELAJAR

 Menurut Sardiman A.M (2016)


 tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
pengetahuan,keterampilan dan penanaman sikap mental
atau nilia-nilai.
 Menurut Oemar Hamalik (2015 : 85)
 Tujuan belajar adalah perangkat hasil yang hendak dicapai
setelah siswa melakukan kegiatan belajar.
B. TEORI-TEORI BELAJAR
 1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa DayaMenurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya
dapat dilatih dalam rangka untuk memahami fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan.
 2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian/unsur-unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu.
Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa belajar itu pada pokok yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respon yang
tepat. Karena penemuan respon yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subjek belajar dengan segala panca indra. Dalam kegiatan
pengamatan keterlibatan semua panca indra itu sangat diperlukan.
 3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
 Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.[3] Ada tiga
kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar humanistik, dan teori
belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak.
 1. Teori Belajar Behavioristik
Teori Behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Dalam teori ini, masalah
matter (zat) menempti kedudukan yang utama.
2. Teori Belajar HumanistikMenurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia atau
proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori ini
mengajarkan peserta didik untuk berkreasi dan berinofasi sebebas-bebasnya untuk menemukan hal-hal baru
sebagai latihan. Peran guru disini tidak begitu banyak karena guru hanya membimbing dan mengarahkan bukan
mengatur peserta didik. Guru hanya membantu peserta didik untuk mengenal dirinya juga lingkungannya. Teori
ini lebih mementingkan apa yang dipelajari bukan bagaimana cara belajarnya. Humanistik sangat bertentangan
dengan behavioristik karena menurutnya manusia bukan gelas yang siap diisi dengan apa saja. Pembelajaran ini
biasanya menciptakan suasana yang menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dan dapat membangkitkan
semangat belajar mereka
3. Teori Belajar KonstruktivismeKontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
GAYA BELAJAR DAN BERPIKIR
 MURID
Gaya belajar mengacu pada cara individu belajar dan memproses informasi. Terdapat beberapa teori tentang gaya belajar, yang mencoba
menggambarkan preferensi individu dalam mengakses, memahami, dan mengingat informasi. Beberapa teori gaya belajar yang dikenal luas
termasuk:
 Model Visual-Auditif-Kinestetik (VAK): Teori ini mengklasifikasikan individu ke dalam tiga kategori berdasarkan preferensi sensorik
mereka.
 Visual: Individu yang lebih suka belajar melalui gambar, grafik, dan diagram.
 Auditif: Individu yang lebih suka belajar melalui pendengaran dan suara, seperti kuliah atau rekaman audio.
 Kinestetik: Individu yang lebih suka belajar dengan cara bergerak dan melibatkan tubuh, seperti eksperimen fisik.
 Gaya Belajar Reflektif dan Aktif: Teori ini membedakan antara individu yang lebih suka merenung dan berpikir sebelum bertindak
(reflektif) dan individu yang lebih suka belajar dengan mencoba hal-hal baru dan langsung terlibat (aktif).
 Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK): Teori ini serupa dengan VAK, tetapi menyederhanakan dengan hanya
mengidentifikasi tiga gaya utama: visual, auditori, dan kinestetik.
 Kolb's Experiential Learning Theory: Teori ini mengklasifikasikan individu berdasarkan cara mereka memproses pengalaman belajar.

Berpikir murid
Cara seorang murid berpikir adalah cara individu memproses, menganalisis, dan memahami informasi serta mengatasi masalah. Berpikir murid dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk pendidikan sebelumnya, lingkungan belajar, motivasi, pengalaman hidup, dan karakteristik pribadi. Berikut beberapa komponen
utama dalam cara seorang murid berpikir:
 Berfikir Kritis: Berfikir kritis adalah kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan menyusun argumen atau informasi dengan kritis. Ini melibatkan
kemampuan untuk mengidentifikasi argumen yang valid, mengenali bias, dan mengambil keputusan yang didasarkan pada bukti yang kuat.
 Pemecahan Masalah: Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan menerapkan strategi yang efektif untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Ini melibatkan analisis situasi, pemikiran kreatif, dan eksperimen solusi.
 Berfikir Kreatif: Berfikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan solusi yang inovatif. Ini melibatkan aspek imajinasi, asosiasi, dan
berpikir di luar batasan konvensional.
 Berfikir Analitis: Berfikir analitis melibatkan kemampuan untuk memecah masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, menganalisis informasi
dengan teliti, dan menyusun pola atau hubungan yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama.
 Berfikir Sistemik: Berfikir sistemik melibatkan pemahaman tentang bagaimana komponen-komponen dalam suatu sistem saling berinteraksi dan memengaruhi
satu sama lain. Ini membantu individu untuk melihat dampak tindakan mereka dalam konteks yang lebih luas.
 Berfikir Kritis terhadap Informasi: Ini melibatkan evaluasi informasi, seperti sumber daya atau berita, untuk menilai keandalan dan relevansinya. Berfikir kritis
terhadap informasi adalah keterampilan penting dalam era informasi yang dipenuhi dengan sumber informasi yang beragam.
 Berfikir Jangka Panjang dan Perencanaan: Kemampuan untuk merencanakan tindakan dan tujuan jangka panjang, serta mempertimbangkan konsekuensi dari
tindakan saat ini terhadap masa depan.
 Pengambilan Keputusan: Proses memilih tindakan atau alternatif berdasarkan pertimbangan yang masuk akal dan bukti yang tersedia.
 Empati: Memahami dan mengidentifikasi dengan perasaan dan pandangan orang lain, yang dapat membantu dalam berfikir tentang masalah sosial dan
antarhubungan.

EVALUASI BELAJAR MURID
Evaluasi belajar murid adalah proses penting dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengukur pemahaman, kemajuan, dan
prestasi siswa dalam materi pelajaran tertentu. Evaluasi ini memberikan informasi berharga kepada pendidik untuk
mengembangkan pengajaran dan memberikan umpan balik kepada siswa. Berikut adalah beberapa prinsip dan metode umum
yang digunakan dalam evaluasi belajar murid:
 Prinsip-prinsip Evaluasi Belajar Murid:Tujuan yang Jelas: Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, seperti mengukur
pemahaman, mengukur kemajuan, atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa.Keadilan dan Keterbukaan: Evaluasi
harus adil dan tidak memihak, serta transparan dalam prosedur dan kriteria penilaian.Diversifikasi: Menggunakan berbagai
metode evaluasi seperti tes, proyek, tugas, observasi, dan ulasan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang
kemajuan siswa.Formatif vs. Sumatif: Evaluasi formatif digunakan untuk memberikan umpan balik dan membantu siswa
meningkat, sementara evaluasi sumatif digunakan untuk memberikan nilai akhir.Validitas dan Reliabilitas: Evaluasi harus
valid (mengukur apa yang seharusnya diukur) dan reliabel (konsisten dalam memberikan hasil yang sama dalam situasi yang
berulang).
 Metode Evaluasi Belajar Murid:Tes Tertulis: Tes seperti ujian pilihan ganda, esai, dan tugas tertulis digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa tentang materi pelajaran.Proyek: Siswa diminta untuk mengerjakan proyek-proyek yang
melibatkan penelitian, desain, atau kreativitas untuk menggambarkan pemahaman mereka tentang topik tertentu.Penugasan
dan Tugas: Tugas seperti tugas rumah, laporan, presentasi, atau penulisan jurnal dapat memberikan pandangan lebih mendalam
tentang kemampuan siswa.Ulasan Peer:
 Siswa dapat mengulas pekerjaan rekan-rekan mereka untuk memberikan umpan balik konstruktif.
 Evaluasi Kinerja: Dalam mata pelajaran praktis seperti seni, musik, atau olahraga, penilaian kinerja
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam tugas-tugas nyata.Portofolio: Siswa
mengumpulkan sampel pekerjaan mereka sepanjang waktu untuk menunjukkan perkembangan
mereka dalam materi pelajaran.
 Ujian Lisan: Ujian lisan memungkinkan guru untuk mendengarkan penjelasan dan pemahaman siswa
tentang topik tertentu.
 Observasi Guru: Guru bisa mengamati siswa selama proses pembelajaran sehari-hari untuk
mendapatkan pemahaman tentang kemajuan mereka.Ujian Komputer: Ujian berbasis komputer dapat
digunakan untuk mengukur pemahaman dan kemampuan dalam konteks digital.
 Evaluasi belajar murid harus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun pelajaran untuk
memberikan umpan balik yang akurat dan membantu siswa mencapai potensinya. Selain itu, evaluasi
harus berfokus pada pengembangan siswa dan bukan hanya memberi peringkat. Ini memungkinkan
guru untuk merancang pengajaran yang lebih sesuai dan membantu siswa meningkatkan pemahaman
mereka.
KEPRIBADIAN MURID DAN HUBUNGANYA DENGAN PERILAKU
BALAJAR MURID
 Kepribadian murid adalah faktor penting yang memengaruhi perilaku belajar mereka.
 Kepribadian merujuk pada karakteristik individu yang konsisten dan unik, termasuk aspek seperti pola berpikir, emosi,
nilai-nilai, sikap, dan motivasi.
 Kepribadian seseorang dapat memengaruhi cara mereka mendekati pembelajaran, berinteraksi dengan rekan-rekan
sekelas, dan merespons tantangan belajar.
 Berikut adalah beberapa hubungan antara kepribadian murid dan perilaku belajar:Motivasi: Kepribadian dapat
memengaruhi tingkat motivasi seseorang.
 Seseorang dengan kepribadian yang kuat dalam hal motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri sendiri) mungkin lebih
cenderung berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan mencari pengetahuan karena minat pribadi.
 Sementara itu, mereka yang memiliki kepribadian yang cenderung ekstrinsik (motivasi dari luar) mungkin belajar
untuk memenuhi harapan orang lain atau mencapai hadiah eksternal.
 Kemampuan untuk Menangani Stres: Kepribadian juga dapat memengaruhi cara seseorang menangani stres. Siswa
dengan kepribadian yang kuat dalam hal ketahanan terhadap stres mungkin lebih mampu mengatasi tekanan belajar,
sementara mereka yang cenderung cemas atau takut mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan
akademik.
 Sikap terhadap Belajar: Kepribadian juga memainkan peran dalam sikap siswa terhadap belajar. Siswa dengan kepribadian yang
cenderung terbuka terhadap pembelajaran baru, rasa ingin tahu, dan ketertarikan terhadap berbagai mata pelajaran mungkin
lebih cenderung untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sebaliknya, mereka yang memiliki kepribadian yang kurang
terbuka terhadap pengalaman baru mungkin lebih menutup diri terhadap pembelajaran.Gaya
 Pembelajaran: Gaya pembelajaran individu, yang dapat terkait dengan kepribadian, dapat memengaruhi cara seseorang
memproses informasi dan berinteraksi dengan materi pelajaran. Misalnya, seseorang dengan kepribadian yang lebih analitis
mungkin lebih suka berpikir secara mendalam tentang konsep, sementara mereka yang lebih intuitif mungkin lebih cenderung
mengandalkan intuisi.
 Interaksi Sosial: Kepribadian juga memengaruhi interaksi sosial siswa. Kepribadian yang ekstroversi, misalnya, dapat
memungkinkan siswa untuk lebih mudah berinteraksi dengan rekan-rekan sekelas dan guru. Sementara itu, mereka yang lebih
introvert mungkin lebih memilih belajar sendiri atau dalam kelompok yang lebih kecil.
 Kesadaran Diri: Tingkat kesadaran diri siswa terhadap kepribadian mereka, kekuatan, dan kelemahan juga dapat memengaruhi
perilaku belajar. Kesadaran diri yang tinggi dapat membantu siswa memanfaatkan kekuatan mereka dan mengatasi
tantangan.Pendidik dapat memanfaatkan pemahaman tentang
 kepribadian siswa untuk mendukung perkembangan dan pembelajaran yang efektif. Ini dapat mencakup penyesuaian
pendekatan pengajaran, memberikan umpan balik yang sesuai, dan menciptakan lingkungan yang mendukung berbagai tipe
kepribadian siswa. Dengan memahami bagaimana kepribadian memengaruhi perilaku belajar, pendidik dapat membantu siswa
mencapai potensi mereka dalam pembelajaran.M
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai