Anda di halaman 1dari 29

LEVELS OF

INQUIRY BASED
LEARNING
Dosen Pengampu: Dr. H. Endang Surahman., Drs., M.Pd.

Kelompok 6
Model-Model Pembelajaran Fisika_A
OUR TEAM
SINTA SUSANA
SAHLA AGNIA
202153027
202153091

TIARA
WULAN
AULIA
202153080
Contents
Pengertian Levels Of Karakteristik Model
01 Inquiry 04 Pembelajaran Inquiry

Jenis-Jenis Levels Of
02 Inquiry 05 Levels Of Inquiry

Sintaks Sistem sosial, Prinsip


Metode Pembelajaran
03 Inquiry
06 Reaksi, Sistem Pendukung dan
Dampak Pembelajaran levels Of
Inquiry
01
Pengertian
Levels
Of Inquiry
Inkuiri berasal dari kata toinquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa
untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses-proses berpikir reflektif.

 Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) mendefinisikan Model Inkuiri sebagai


suatu pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri.
 Joyce (Gulo, 2005: 34) Pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses
mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung.

 Bruner (dalam Fajar dan Supardi, 2013) menyatakan bahwa model


pembelajaran yang menekankan perlunya siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan
terjadi melalui penemuan pribadi ialah model pembelajaran inkuiri (inquiry
learning).
Level of Inquiry oleh Wenning merupakan model pembelajaran inkuiri yang
dibagi menjadi beberapa level berdasarkan tingkat kecanggihan intelektual
siswa dan pusat kendali pembelajaran. Pembelajaran berbasis inkuiri
mengubah pola belajar siswa yang tadinya pasif menjadi aktif dan kreatif, dari
berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017).
Melalui instruksi pembelajaran berbasis inkuiri terdapat beberapa poin penting:
 Siswa belajar tentang sains baik proses maupun produk.
 Siswa belajar untuk membangun pengetahuan yang akurat dengan
berdialog.
 Siswa belajar sains dengan pemahaman yang cukup.
 Siswa belajar bahwa sains adalah proses yang dinamis, kooperatif dan
akumulatif.
 Siswa belajar membangun pengetahuan seperti seorang ilmuan.
 Siswa belajar tentang sifat sains dan pengetahuan sains.
 Siswa dapat belajar secara kooperatif untuk mengembangkan pola berpikir
yang sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan dan memahami
baik sifat sains maupun pengetahuan sains.
 Siswa dapat menerima motivasi yang mereka butuhkan untuk mempelajari
sifat sains dan mengejar karir yang berhubungan dengan sains.
02
Jenis-Jenis
Levels
Of Inquiry
Inkuiri terbimbing, siswa diharuskan untuk
menemukan konsep melalui tahapan-tahapan prosedur
yang diberikan oleh gurunya.

Inkuiri bebas, dalam metode ini siswa sudah memiliki


pengalaman dengan pendekatan inkuiri yang
menempatkan siswa bekerja sebagaimana seorang ilmuan.

Inkuiri bebas modifikasi, yaitu metode hasil modifikasi


antara strategi inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas.
03
Metode
Pembelajaran
Inquiry
The Confirmation The Stuctured Inquiry

Inquiry siswa menghasilkan

Siswa diberikan penjelasan mengenai hasil

masalah dan prosedur penyelidikan dan penelitian

(metode), dan hasil suatu permasalahan yang

dari pengetahuan didukung oleh bukti yang

terdahulu. mereka peroleh.


The Guided Inquiry The Open Inquiry
Guru hanya menyediakan Siswa memiliki kesempatan
topik permasalahan untuk dalam bertindak murni sebagai
riset, kemudian siswa seorang ilmuan. Seperti
merancang metode untuk diuji memperoleh masalah,
dan diselidiki sehingga siswa merancang dan melaksanakan
dapat menghasilkan jawaban penyelidikan, kemudian
mengenai topik yang mereka mengkomunikasikan hasilnya
selidiki secara mandiri.
04
Karakteristik
Model
Pembelajaran
Inquiry
 Menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan yang artinya menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
 Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu hal yang dipertanyakan, sehingga hal
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan menempatkan guru
sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
 Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses perkembangan
mental. Dengan demikian, peserta didik tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan pemahamannya terhadap materi
pelajaran tertentu.
05
Levels
Of
Inquiry
Discovery Learning
Fokus utama dari discovery learning adalah membangun makna atau
konsep dasar berdasarkan pengalaman. Siswa belum sampai pada tahap
menemukan persamaan atau hubungan matematis. Discovery learning
menggunakan refleksi sebagai kunci untuk memahami pengetahuan.
Interactive Demonstration
Interactive demonstration atau demonstrasi interaktif terdiri dari seorang
guru yang bertanggung jawab melakukan demonstrasi, mengajukan
pertanyaan penyelidikan dan memunculkan respon siswa terkait demonstrasi
yang dilakukan. (Nline, Jackson, & Wenning, 2010). Guru memberikan
contoh prosedur ilmiah yang tepat sehingga secara tidak langsung guru juga
mengajarkan prosedur umum dari penyeledikan ilmiah.
Inquiry Lesson
Inquiry lesson hampir mirip dengan demonstrasi interaktif tetapi dalam
kegiatan penyelidikan bergeser secara halus ke arah proses eksperimen
ilmiah. Guru secara perlahan melepaskan tanggung jawab atas kegiatan
penyelidikan dan membimbing siswa untuk secara berkelompok
melakukan penyelidikan ilmiah. Guru membantu siswa merumuskan
pendekatan eksperimental.
Inquiry lab
siswa mulai mengembangkan dan melaksanakan kegiatan
eksperimen secara mandiri. Siswa mengumpulkan data,
menganalisis data dan menentukan hubungan variabelvariabel
yang digunakan dalam kegiatan eksperimen (Wenning, 2004).
Real-world Applications
Pada real-world application, pusat kendali pembelajaran bergeser
dari guru ke siswa. Siswa semakin memahami proses sains. Siswa
akan lebih mandiri dalam berpikir dan bertindak.
Hypothetical Inquiry
Hypothetical Inquiry adalah tingkatan paling tinggi dari LOI.
Hypothetical inquiry berhubungan dengan memberikan dan menguji
penjelasan (bagaimana dan mengapa) untuk menjelaskan hukum
tertentu. (Wenning, 2005). Siswa bekerja seperti seorang ilmuan
sesungguhnya dengan menentukan langkah-langkah pemecahan
masalah secara mandiri tanpa dibantu oleh guru.
06
Sintaks Sistem sosial,
Prinsip Reaksi, Sistem
Pendukung dan Dampak
Pembelajaran levels Of
Inquiry
Sintaks menguraikan secara logis rangkaian aktivitas pengajar dan
pebelajar yang disebut fase. Dalam sintaks diuraikan secara rinci alur
pembelajaran yang dilaksanakan. Apa kegiatan pada awal pembelajaran,
bagaimana penyajian informasi dan seting pembelajaran, serta apa
kegiatan di akhir pembelajaran, semua itu dituangkan dalam sintak.
Panjang atau pendeknya sintaks suatu model pembelajaran bergantung
kepada beberapa faktor, yaitu kesiapan belajar anak, intensitas
partisipasi pebelajar yang diinginkan, jenjang atau kompleksitas
kemampuan yang ingin dibangun, dan kesulitan atau kebaruan bahan
ajar.
Sistem Sosial
Sistem sosial mendeskripsikan peran pebelajar dan pengajar, pola-pola
interaksi yang digunakan, serta target yang diharapkan. Peran pengajar akan
sangat bervariasi dari satu model ke model yang lain bergantung kepada
karakteristik model itu. Pada kelas besar dengan kemampuan siswa yang
heterogen, sistem sosial sangat penting karena kemampuan siswa dalam
membangun pemahaman beragam. Selain itu, pembelajaran yang bersifat
students centered, juga memerlukan sistem sosial yang baik. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan bantuan yang diperlukan tiap-tiap anak.
Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi merupakan acuan pengajar dalam merespon hasil kerja atau
performa pebelajar. Selain itu, prinsip reaksi juga mengatur caracara pebelajar
merespon‚ penugasan yang diberikan oleh pengajar. Dalam model pembelajaran
yang bercirikan student centered, pembelajar berperan sebagai pusat aktivitas dan
juga sumber informasi. Dalam model ini pengajar tidak disarankan untuk
menanggapi, menilai, atau memberikan keputusan terhadap pemikiran pebelajar,
karena keputusan final ditentukan oleh pebelajar. Pada hakekatnya, prinsip reaksi ini
adalah acuan yang mengatur pola-pola interaksi dalam pembelajaran.
Sistem Pendukung
Pendukung pembelajaran itu dikatakan sebagai suatu sistem, karena pendukung
itu mencakup komponen yang komplek, tetapi satu sama lain saling terkait. Secara
definitif, sistem pendukung dimaknai sebagai‚syarat tambahan dari model selain
kemampuan dasar, keterampilan rutin, atau kekuatan.Yang termasuk syarat fisik antara
lain bahan belajar (buku, film/video, slide), alat peraga, program aplikasi komputer,
lingkungan alam di sekitar siswa, dan sebagainya. Dan yang termasuk syarat non fisik
antara lain secara psikis siswa siap menerima pembelajaran, siswa berada dalam
lingkungan yang kondusif, pembelajaran berjalan secara demokratis, pengajar
memiliki keyakinan positif tentang pengalaman belajar yang akan dibangun, dan ada
komunikasi yang baik antara pengajar dan siswa.
Dampak Intruksional dan Pengiring
Dampak instruksional disebut juga dampak langsung adalah dampak yang
sengaja dirancang untuk terjadi sebagai akibat dari penerapan suatu model dalam
pembelajaran. Karena pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum, maka
ketercapaian tujuan kurikulum, yaitu penguasaan siswa tentang kompetensi (dasar)
tentu menjadi bagian penting dari dampak instruksional. Dampak pengiring
disebut juga dampak tidak langsung yaitu dampak yang diperoleh siswa dengan
mengalami lingkungan belajar yang tercipta dari model itu. Dampak ini disebut
juga dampak jangka panjang (long term effect), karena realisasi dampak itu akan
terlihat setelah siswa berinteraksi dalam lingkungan yang lebih luas.
01

SAY 02

Alahmdulillah ….. 03

04

05

TERIMA KASIH 06

Anda mungkin juga menyukai