Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN ELEKTROSKOP SEDERHANA SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI LISTRIK STATIS


Annisa Nurul Aini¹, Abdul Wahdi², Anisa Nurtri Oktapiani³, Nana⁴
Mahasiswa program Studi Pendidikan Fisika Universitas Siliwangi ⁴Dosen Program Studi
Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi
Correspodig author : nana@ac.id

Abstract:
The main purpose of this research is to produce simple electroscope as a medium of physics
learning. This research method that used is development research of ADDIE model whose
stages include Analysis, Design, Develop, Implementation, and Evaluation. The teaching aid
developed was widely tested on students in high school by using the "One Group Pre-test Post-
test Design" research design with two experimental classes. The results of this study in the
form of props validity of 81.25% with the category very feasible to use. The completeness of
student learning outcomes by 89.5% of the 60 students spread in two classes. Based on the
results of the analysis of the student learning outcomes evaluation sheet to determine the level
of increase in cognitive domain values of students obtained a gain value of 0.73 with 65% in
the high category and 35% in the medium category. Whereas for students' responses, a very
positive response was obtained with a percentage of 85%. Overall, it can be concluded that the
simple electroscope teaching aids have been used as a medium for learning physics in static
electricity.
Abstrak
Tujuan utama dari penelitian ini yaitu menghasilkan alat peraga elektroskop sederhana
sebagai media pembelajaran fisika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan dengan model ADDIE dengan tahapan meliputi Analysis (Analisis), Design
(Perencanaan), Develop (Pengembangan), Implementation (Penerapan), dan Evaluation
(Evaluasi). Alat peraga yang dikembangkan diujicobakan secara luas pada peserta didik di
SMA dengan menggunakan rancangan penelitian “One Group Pre-test Post-test Design”
dengan dua kelas eksperimen. Data hasil penelitian ini berupa validitas alat peraga sebesar
81,25% dengan kategori sangat layak untuk digunakan. Adapun ketuntasan hasil belajar
peserta didik sebesar 89,5% dari 60 peserta didik yang tersebar dalam dua kelas. Berdasarkan
hasil analisis lembar evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengetahui tingkat kenaikan
nilai ranah kognitif peserta didik didapatkan nilai gain sebesar 0,73 dengan 65% kategori tinggi
dan 35% kategori sedang. Sedangkan untuk respon peserta didik didapatkan respon yang
sangat positif dengan presentase 85%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa alat
peraga elektroskop sederhana telah layak digunakan sebagai media pembelajaran fisika materi
listrik statis.
Kata kunci : elektroskop sederhana, media pembelajaran, kelayakan

1
PENDAHULUAN pelajaran melalui penggunaan alat peraga bersifat
Abad 21 dikenal dengan abad pengetahuan audio dan visual. Alat peraga termasuk media
ditandai dengan informasi tersebar dan teknologi pembelajaran bersifat audio dan visual yang sangat
berkembang. Pemanfaatan teknologi informasi dan penting dalam membantu menyampaikan informasi
komunikasi dalam pendidikan dibuktikan dengan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Banyak
menghilangnya konsep ruang dan waktu sehingga materi pelajaran yang memerlukan media dalam
kecepatan dan keberhasilan ilmu pengetahuan dapat penyampaiannya karena sulit dan abstrak apabila
terjadi (Daryanto dan Karim, 2017). Lembaga hanya dijelaskan dengan buku. Penggunaan media
pendidikan memiliki peran penting untuk dalam pelajaran juga sangat bermanfaat, seperti
menyiapkan peserta didik pada kemampuan abad 21 dapat memberikan motivasi, membangkitkan
yang dikenal dengan 4c ; critical thinking, keinginan dan minat baru peserta didik. Secara tidak
communication, colaboration and creativity langsung peserta didik akan tertarik untuk mengikuti
(National Education Association, 2014) untuk proses pembelajaran dan memicu peserta didik
menghadapi tuntutan yang ada. untuk bisa aktif. Akibat penggunaan media
Pada kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk pembelajaran, komunikasi yang interkatif akan
berperan aktif pada proses pembelajaran. Untuk terjalin antar peserta didik dan guru sehingga
menjadikan peserta didik berperan aktif, diperlukan pembelajaran juga menjadi menyenangkan dan tidak
pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang membosankan.
terdiri dari 5M, yaitu mengamati, menanya, Suatu bentuk sarana visual yang dapat digunakan
mengumpulkan Informasi, Menalar dan untuk mendukung pembelajaran tersebut salah
Mengkomunikasikan. Sehingga dalam proses satunya adalah dengan Elektroskop. Di dalam proses
pembelajaran pada kurikulum 2013 diperlukan suatu belajar mengajar, alat ini dapat digunakan dalam
media pembelajaran yang dapat membantu guru menyampaikan materi listrik statis. Dengan harapan
dalam menjelaskan suatu konsep yang abstrak peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami
kepada peserta didik. Media dalam bahasa latin dan menganalisa gejala listrik statis serta faktor-
medium yang berarti perantara atau penghubung. faktor lainnya yang ikut berperan dalam mekanisme
Secara umum media meliputi orang, barang, kelistrikannya
peralatan, atau kegiatan yang kemungkinan peserta Listrik statis merupakan ketidakseimbangan
didik mampu memeroleh kemampuan, muatan listrik pada permukaan benda. Muatan listrik
keterampilan, dan sikap (Gerlach dalam Sanjaya. tetap ada sampai benda kehilangannya dengan cara
2013). sebuah arus listrik melepaskan muatan arus listrik.
Media pembelajaran sendiri merupakan Kesimpulannya, bahwa listrik statis berhubungan
perangkat yang dibuat oleh guru sebagai alat untuk dengan gejala kelistrikan yang tidak mengalir.
membantu peserta didik memeroleh informasi yang Listrik statis tidak dapat mengalir dari suatu tempat
merangsan fikiran, kemampuan, sehingga mampu ke tempat yang lain atau hanya bisa ada sekejap
mendorong peserta didik dalam kegiatan pada suatu tempat. Kejadian seperti hal potongan
pembelajaran. Kemajuan IPTEK yang sangat pesat kertas kecil dapat berinteraksi dengan penggaris
tidak akan berlangsung dengan baik tanpa disertai yang sebelumnya penggaris digosok-gosok bisa
perkembangan dari proses pembelajaran. dijelaskan dengan konsep dasar listrik statis
Pembelajaran yang baik akan berguna untuk “muatan listrik” ini, karena jika berbicara tentang
mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi masa listrik tentu tidak akan lepas dari muatan listrik,
kini. Demikian juga, model pembelajaran yang listrik statis “electrostatic” membahas muatan listrik
hanya berdasar pada teori saja tidak akan cukup yang ada dalam keadaan statis “diam atau tidak
untuk membekali peserta didik dalam mengetahui bergerak”.
serta mendalami materi yang disampaikan oleh guru
pengajar. METODE
Sebuah penelitian yang relevan menujukan Media pembelajaran ini dikembangkan dengan
bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan metode ADDIE (Analysis, Design, Develop,
HOTS peserta didik, dengan kategori nilai gain yang Implementation, Evaluation). Penelitian dan
tinggi sebesar 0,759 (Mardiana, 2017). Dari hasil pengembangan metode ADDIE berpedoman dari
riset tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik prosedur pengembangan bahan instruksional oleh
akan lebih mudah menerima informasi materi Robert Maribe Branch. Penelitian ini
pelajaran melalui proses penglihatan. Sebaliknya, mengembangkan alat peraga pada materi listrik
guru akan mudah menyampaikan informasi statis pokok bahasan muatan listrik dan hukum

2
Coulumb yang belum ada di sekolah pada Berdasarakan menganalisis secara teoritis
umumnya. pembelajaran fisika di sekolah tentunya harus
mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) yang dimuat
dalam silabus pembelajaran. Kompetensi Dasar
pada materi listrik statis yaitu KD 3.2 Melakukan
percobaan berikut presentasi hasil percobaan
kelistrikan dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari. Listrik statis merupakan materi yang sulit
diamati karena bersifat abstrak. Sehingga perlu
adanya alat peraga yang bekerja secara namun dapat
diamati cara kerjanya. Elektroskop sederhana
merupakan alat peraga yang bekerja berdasarkan
fenomena muatan listrik.. Dari hasil wawancara
Gambar 1. Rancangan Model ADDIE guru fisika di SMA kurangnya kegiatan praktikum
di sekolah menyebabkan rendahnya motivasi belajar
Uji coba dilakukan terhadap peserta didik peserta didik, sehingga mempengaruhi hasil belajar.
melalui uji empiris untuk menguji alat peraga Hal tersebut dikarenakan fasilitas alat peraga atau
elektroskop sederhana menggunakan “One Group media pembelajaran yang kurang lengkap di
pre–test and post-test Design” dengan repliklasi dua laboratorium sekolah. Khususnya pada materi listrik
kelas. Teknik analisis dalam penelitian adalah hasil statis tidak adanya alat peraga untuk menjelaskan
validasi untuk mengetahui kelayakan alat peraga materi membuat guru harus lebih kreatif dalam
elektroskop sederhana, lembar tes kognitif, lembar melakukan kegiatan pembelajaran, karena dalam
observasi nilai keterampilan, lembar observasi nilai KD yang termuat peserta didik mampu mengamati
sikap untuk mengetahui hasil belajar peserta didik fenomena listrik statis.
menggunakan alat peraga elektroskop sederhana,
dan lembar angket respon peserta didik. Rancangan (Design)
Perancangan awal dalam pengembangan alat
HASIL DAN PEMBAHASAN peraga ini diadopsi dari berbagai sumber dari
Analisis (Analysis) penelitian terdahulu, namun juga dikembangkan dan
Tahap analisis ini dilakukan untuk mengetahui disesuaikan dengan kebutuhan dalam pembelajaran
masalah atau kekurangan yang ada dalam fisika SMA di sekolah. Desain dan tahap pembuatan
pembelajaran fisika SMA di sekolah. Tahapan ini alat peraga mesin Carnot seperti Gambar 2.
terdiri dari tiga aspek yang akan dianalisis yaitu
yaitu menganalisis permasalahan dalam
pembelajaran fisika sebagai mata pelajaran eksak,
menganalisis secara teoritis, dan menganalisis
secara empiris. Hasil analisis permasalahan dalam
pembelajaran fisika sebagai mata pelajaran eksak
mengenai pembelajaran fisika disekolah
berdasarkan hasil pra penelitian dan studi literasi.
Fisika merupakan pembelajaran eksak yang sulit
dipelajari oleh siswa, khususnya materi listrik statis.
Berdasarkan hasil wawancara guru model
pembelajaran yang sering diterapakan di sekolah
masih menggunakan model diskusi Tanya jawab.
Sehingga interaksi peserta didik terhadap fenomena
alam masih kurang baik. Dalam kurikulum 2013
guru ditekankan untuk menghadapkan peserta didik
kepada permasalahan yang kompleks. Selain itu
belum ada alat peraga maupun alat praktikum dalam
pembelajaran listrik statis di SMA. Sehingga Gambar 2. Rancangan Alat Peraga Elektroskop
pembelajaran fisika di SMA pada materi listrik statis
bisa dikatakan belum menerapkan 5M yang meliputi
(mengamati, menanya, mencoba, menalar,
mengkomunikasikan).

3
Dari gambar tersebut diadaptasi dari berbagai Ketiga ranah yang dinilai tersebut digunakan
sumber penelitian terdahulu. Setelah disesuaikan untuk menentukan hasil belajar peserta didik.
dengan kebutuhan di sekolah maka alat peraga Ketuntasan hasil belajar peserta didik dapat
Elektroskop seperti gambar 2. pada alat peraga diketahui jika hasil belajar peserta didik berada
Elektroskop terdapat dua buah benda yang dapat diatas KKM yang ditentukan sekolah sebesar 75.
bergerak bebas dan terbuat dari aluminium foil. Adapun presentase ketuntasan berturut-turut
Pengembangan (Develop) adalah 86% dan 93%. Terdapat 6 peserta didik yang
Tahap pengembangan ini merupakan tahapan memiliki nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan
akhir dalam pengembangan alat peraga Elektroskop pada setiap kelas sehingga dinyatakan “TIDAK
dan perangkat pembelajaran yang digunakan setelah LULUS” dari 60 sampel peserta didik yang
melakukan beberapa revisi oleh para ahli. Dalam digunakan. Kemajuan hasil belajar peserta didik
tahap ini alat peraga Elektroskop diuji cobakan dapat diketahui menggunakan uji gain ternomalisasi
untuk mengetahui apakah data yang akan diperolah berdasarkan hasil pre test dan post test. Rekapitulasi
sesuai dengan teori yang ada sebelum melakukan kemajuan peserta didik dapat dlihat pada tabel.
validasi. Uji coba alat juga bertujuan untuk Selain itu kriteria peningkatan kemampuan kognitif
mengetahui apakah alat peraga Elektroskop layak peserta didik ini dilakukan dengan uji n gain dan
digunakan atau tidak. Dalam uji coba ini nilai gain sebesar 0,73 dengan 65% kategori tinggi
menentukan variabel yang dapat diperoleh selama dan 35% kategori sedang. Sedangkan untuk respon
melakukan percobaan. Variabel kontrol yaitu alat peserta didik didapatkan respon yang sangat positif
peraga Elektroskop dan daun Elektroskop, variabel dengan presentase 85%. Peningkatan hasil belajar
manipulasi yaitu benda bermuatan yang digunakan tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya
selama percobaan, dan variabel respon yaitu kondisi adalah meningkatnya motivasi belajar peserta didik
daun Elektroskop. dengan adanya alat peraga elektroskop sederhana
Setelah melewati tahap uji coba, alat peraga dalam pembelajaran yang sebelumnya tidak pernah
mesin Carnot akan divalidasi oleh tiga validator. ada. Sehingga memicu rasa ingin tahu peserta didik.
Hasil presentase dari validasi alat peraga
elektroskop sederhana sebesar 81,25% dan Evaluasi (Evaluation)
berdasarkan kriteria skala Likert alat peraga ini Pada tahap ini alat peraga Elektroskop akan
“sangat layak”, sehingga alat peraga Elektroskop dievaluasi kelebihan maupun kekurangan baik
sangat positif untuk digunakan. secara konteks maupun kontruksi. Untuk
mengetahui kelebihan maupun kekurangan alat
Penerapan (Implementation) peraga Elektroskop ini dilakukan dengan
Setelah melakukan validasi alat peraga membagikan angket respon peserta didik. Penilaian
elektrsokop sederhana dinyatakan layak untuk diuji angket respon peserta didik terhadap penggunakan
cobakan ke SMA dengan dua kali replikasi (dua alat peraga Elektroskop ini dengan menjawab “YA”
kelas). Tujuan dari uji coba ini adalah untuk atau “TIDAK” sesuai dengan pertanyaan yang telah
mengetahui hasil belajar peserta didik selama disediakan dari berbagai aspek. Dari angket respon
mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga peserta didik didapatkan presentase nilai respon
elektrsokop sederhana, selain itu juga untuk peserta didik dengan jumlah populasi 60 terhadap
mengetahui respon peserta didik terhadap alat peraga Elektroskop sebesar 85%. Berdasarkan
pembelajaran menggunakan alat peraga elektrsokop skala Likert respon peserta didik terhadapa alat
sederhana. Hasil belajar yang akan dinilai meliputi peraga elektroskop masuk dalam kriteria sangat
hasil belajar ranah pengetahuan, sikap, dan layak untuk digunakan.
keterampilan. Diperoleh nilai rata – rata dari ketiga
kelas tersebut seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rata – rata Peserta Didik


Nilai Rata-rata
Kelas Pengetahua Sika Keterampila
n p n
Replikasi 1 81,88 80,6 81,00
7
Replikasi 2 83,01 80,8 82,03
6

4
Praktikum IPA. Jakarta: Universitas Terbuka,
SIMPULAN Depdikbud.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang Krathwohl, David R. 2002. A revision of Bloom’s
telah dilakukan, didapatkan hasil validasi Alat Taxonomy : an overview – Theory Into
peraga elektroskop sederhana oleh validator Practice
dinyatakan valid, hasil pengamatan keterlaksanaan Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik
dan kendala pembelajaran dinyatakan praktis dan Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
hasil belajar dan angket respon peserta didik Rosdakarya, 2000)
dinyatakan efektif. Sehingga jika dilihat dari aspek Prabowo. 2011. Metodologi Penelitian (Sains dan
kevalidan, kepraktisan dan keefektifan maka dapat Pendidikan Sains). Surabaya: UNESA
disimpulkan bahwa alat peraga Elektroskop University Press.
sederhana sebagai media pembelajaran fisika pada Prabowo. 2013. Proceeding Penelitian. Surabaya:
materi listrik statis layak untuk digunakan. Unipress.
Saleh, H. (2006). Pedoman Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA Laboratorium. Bandung: Remaja
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (2001). A
Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi
Taxonomy for Learning, Teaching, and
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Asessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy
Serway, R.A & John W. Jewett. 2004. Physics for
of Educational Objectives. A Bridged Edition.
Scientists and Engineers. Thomson Brooks/Cole.
New York: Addison Wesley Longman, Inc
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Simbolon, D. H. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan
Rajawali Pers.
Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar Fisika
Asyhar R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. Vol. 21
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press (3): hal. 299-31
Jakarta
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional Design:
The ADDIE Approach. New York: Springer
Darmawan, I P. A. dan Sujoko, E. 2013. Revisi
Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom.
Satya Widya. Vol. 29 (1): hal. 30-39.
Daryanto, and Syaiful Karim. 2017. Pembelajaran
Abad 21. Gava Media.
Eggen, Paul & Kauchak Don. 2006. Strategi dan
Model Pembelajaran. Jakarta : PT Indeks
Facione, Peter A. 1990. American
Philosophical Association Critical
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis. ed. Gugi
Sagara. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid
2. Kelima. ed.
Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain
Scores. CA: Indiana University, (Online),
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Anal
yzin gChange Gain.pdf), diakses 20
Februari 2016.
Hilarius Wibi Hardani. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Forster, M. 2014.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.
Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Jakarta.
Marzano. Robert J. (1988). Dimensions of
Thinking A Framework for Curiculum and
Intruction. Alexandria: ASCD.
Mujadi,. Sukarno, dan Wiranto. 1994. Materi
Pokok Desain dan Pembuatan Alat

Anda mungkin juga menyukai