Anda di halaman 1dari 5

TEORI BELAJAR

Teori belajar adalah kerangka konseptual atau model abstrak yang digunakan untuk
menjelaskan bagaimana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, atau
perilaku baru melalui proses pembelajaran. Teori ini memberikan pandangan tentang
mekanisme, faktor-faktor, dan prinsip-prinsip yang mempengaruhi dan mengarahkan proses
pembelajaran. Teori-teori belajar membantu kita memahami bagaimana orang belajar,
mengapa mereka belajar, dan bagaimana pembelajaran dapat ditingkatkan atau diarahkan.
Dalam teori belajar, beberapa konsep kunci sering menjadi perhatian, termasuk:
1. Stimulus: Ini adalah apa pun yang memicu atau merangsang pembelajaran. Stimulus
dapat berupa informasi, pengalaman, atau lingkungan fisik.
2. Respon: Respon adalah tindakan atau reaksi yang muncul sebagai hasil dari
pembelajaran atau pengalaman. Respon ini bisa berupa perilaku, pemahaman, atau
perubahan sikap.
3. Reinforcement: Reinforcement merujuk pada konsekuensi dari respon yang
mempengaruhi kemungkinan respon tersebut terjadi lagi di masa depan. Ini bisa
berupa penguatan positif (hadiah) atau penguatan negatif (penghindaran hukuman).
4. Kondisioning: Ini adalah proses di mana individu belajar untuk mengaitkan stimulus
dengan respons atau konsekuensi tertentu. Ada kondisioning klasik (yang melibatkan
asosiasi antara stimulus dan respons) dan kondisioning operant (yang melibatkan
hubungan antara perilaku dan konsekuensinya).
5. Pengolahan Informasi: Teori belajar kognitif menekankan peran pemrosesan
informasi dalam pembelajaran, termasuk perhatian, memori, dan pemecahan masalah.
6. Model: Model adalah individu atau contoh yang digunakan oleh orang lain sebagai
referensi dalam pembelajaran. Pembelajaran melalui pengamatan dan pemodelan
adalah fokus teori belajar sosial.
7. Motivasi: Motivasi adalah dorongan internal atau eksternal yang mendorong individu
untuk belajar. Ini dapat melibatkan kebutuhan, tujuan, atau hadiah.
Teori-teori belajar dapat sangat bervariasi dalam pendekatannya, dari behaviorisme yang
menekankan perubahan perilaku yang diamati hingga konstruktivisme yang menekankan
konstruksi pemahaman yang pribadi. Setiap teori belajar memiliki implikasi unik untuk
metode pembelajaran, desain kurikulum, dan pendekatan pengajaran.
Penting untuk diingat bahwa teori belajar adalah alat yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan proses pembelajaran, dan berbagai teori ini sering digunakan bersama-sama atau
diadaptasi sesuai dengan konteks dan tujuan pembelajaran tertentu.
Jenis-jenis Teori Belajar Menurut Para Ahli:
1. Teori Belajar Behavioristik dan Contoh Implementasinya
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menitikberatkan pada perubahan tingkah
laku dari peserta didik yang terjadi akibat dari interaksi antara dorongan dan respons. Teori
belajar behavioristik menganggap ting
kah laku manusia berhubungan erat dengan rangkaian stimulus-respons atau interaksi antara
dorongan dan respons. Teori belajar behavioristik dipelopori oleh John B. Watson (1878-
1958) yang menganggap bahwa fokus utama studi psikologi ialah perilaku. Aliran
behavioristik percaya bahwa perilaku adalah hal yang sepatutnya dipelajari, karena dapat
dikaji secara langsung. Inilah yang kemudian menginisiasi perkembangan aliran behavioristik
menjadi teori belajar yang menganalisis proses belajar berdasarkan pada perubahan tingkah
laku peserta didik.

Edaward Lee Thorndike (1874-1949) juga termasuk salah satu tokoh penting yang turut
berjasa mengembangkan teori belajar behavioristik. Setelah melakukan penelitian, ia pun
menyimpulkan bahwa terdapat tiga hukum (prinsip) dalam proses belajar. Pertama, law of
readiness. Prinsip ini menganggap bahwa kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta
didik siap untuk melakukan dan merespons proses belajar. Kedua, law of exercise. Prinsip ini
mengutamakan latihan berulang sebagai kunci dari keberhasilan belajar. Ketiga, law of effect.
Prinsip ini menganggap bahwa peserta didik akan lebih bersemangat dalam proses belajar
jika mengetahui bahwa ia akan mendapatkan hasil yang baik. Selain yang dicetuskan
Thorndike, terdapat tiga prinsip atau hukum lain dalam teori behavioristik, yakni:
(1) Obyek psikologi merupakan tingkah laku;
(2) Semua bentuk dari behavior atau tingkah laku dikembalikan pada refleks;
(3) Pembentukan kebiasaan harus diutamakan.
Adapun contoh implementasi dari teori behavioristik berdasarkan penjelasan di atas antara
lain : Pembelajaran secara objektif, karena teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan bersifat pasti, tetap, dan tidak berubah.
 Guru memberitahukan hasil belajar, mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
dan lantas memberikan motivasi.
 Siswa berlaku sebagai objek pasif yang memerlukan penjelasan, motivasi, dan juga
materi yang diberikan oleh guru.
 Bahan ajar telah disusun secara hierarki dari yang kompleks ke sederhana.
 Mengoptimalkan pelatihan berulang untuk memaksimalkan bakat siswa dan
membentuk kebiasaan.
 Meminimalisir adanya hukuman dalam proses belajar-mengajar, dan memberikan
imbalan untuk menghindari respons peserta didik yang tidak diinginkan.
2. Teori Belajar Konstruktivisme dan Contoh Implementasi
Teori belajar konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat kepada
siswa, atau student centered learning. Teori ini mendukung proses pembelajaran mandiri.
Berbeda dengan paham behavioristik yang menempatkan pelajar sebagai obyek pasif, teori
belajar konstruktivisme justru menganggap peserta didik sebagai subjek utama dalam proses
belajar. Teori Konstruktivisme memungkinkan peserta didik bisa bebas mencari ilmu
pengetahuan di bawah bimbingan dari guru. Teori ini juga mengutamakan proses membangun
pengetahuan baru secara berkesinambungan. Dapat disimpulkan, teori belajar konstruktivis
berpijak pada prinsip mengonstruksi, yakni memiliki tujuan membangun pengetahuan.
Setidaknya ada 5 asumsi dasar teori belajar konstruktivisme, yakni:
 Pengetahuan dibangun lewat pengalaman
 Belajar adalah proses interpretasi individual mengenai kehidupan nyata
 Belajar merupakan proses aktif yang pemaknaannya dapat ditelaah melalui
pengalaman
 Pertumbuhan konseptual tercipta lewat negosiasi makna dalam pembelajaran
kolaboratif
 Belajar dapat berlangsung dalam kondisi nyata ketika ujian disatukan dengan tugas.
Selain itu, ada 4 prinsip pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme:
 Learning is a process of interaction between what is known and what is to be learnt
(pembelajaran adalah proses interaksi antara yang diketahui dan yang akan dipelajari)
 Learning is a social process (pembelajaran adalah proses sosial)
 Learning is a situated process (pembelajaran adalah proses yang telah dikondisikan)
 Learning is metacognitive process (pembelajaran adalah proses metakognitif).
Contoh implementasi teori belajar konstruktivisme berdasarkan prinsip di atas sebagai
berikut: Pelajar didorong menjadi subjek yang aktif mengelola informasi yang diperoleh.
Proses belajar berlangsung berkelanjutan dan terus membangun ilmu dari pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. Pelajar didorong melakukan elaborasi, yakni tindak lanjut
dari perpaduan pengetahuan yang sudah ia terima sebelumnya. Misalnya, melaporkan
hasil pembelajaran, atau membahasanya dalam diskusi bareng teman. Pelajar melakukan
refleksi dari berbagai pengetahuan yang telah ia dapatkan. Bersama guru, pelajar ikut
berpartisipasi mengembangkan proses pembelajaran untuk mencapai level tertentu.
3. Teori Belajar Humanistik dan Contoh Implementasi
Teori belajar humanistik berakar dari perspektif psikologi yang memandang setiap
manusia sebagai individu secara utuh. Maka itu, teori ini tidak memandang manusia
hanya dari yang terlihat jelas oleh mata, tetapi juga perilaku, perasaan, dan citra dirinya.
Teori belajar humanistik menekankan pandangan bahwa "memanusiakan manusia" adalah
tujuan utama dari proses pendidikan atau pembelajaran. Berdasarkan teori humanistik,
ukuran keberhasilan belajar adalah saat peserta didik bisa mengenal diri dan
lingkungannya secara baik. Teori ini menganjurkan agar peserta didik didorong mencapai
aktualisasi diri secara bertahap. Teori humanistik juga lebih mengutamakan sudut
pandang pelajar daripada pendidik. Konsep aktualisasi diri dirumuskan oleh Abraham
Maslow untuk menggambarkan level tingkatan kebutuhan yang memotivasi manusia
untuk mengaktualisasikan dirinya.

Tujuan pendidikan humanistik ialah mendorong siswa menjadi pribadi yang independen,
mandiri, percaya diri, realistis, kreatif dan fleksibel. Berikut sejumlah contoh
implementasi teori belajar humanistik:
 Guru menghargai pendapat dan perasaan peserta didik sehingga tumbuh
penerimaan dan saling percaya antara pendidik dengan murid.
 Guru mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif melalui kontrak belajar
yang sifatnya jujur, jelas dan juga positif.
 Guru harus bersikap lebih sensitif dan peka terhadap respons yang diberikan oleh
pelajar. Materi pendidikan dilihat dari sudut pandang pelajar bukan guru.
 Guru berperan sebagai fasilitator, yang aktif merespons sikap dan ide pelajar,
berdiskusi dengan mereka, menghargai anak didiknya, serta menyesuaikan diri
dengan cara berpikir murid.
4. Teori Belajar Kognitif dan Contoh Implementasinya
Teori belajar kognitif menekankan pada proses belajar ketimbang hasil dari pengajaran itu
sendiri. Teori ini membantah teori behavioristik yang melihat proses belajar sekadar stimulus
dan respons. Kognisi adalah kemampuan manusia secara mental (psikis) untuk mengamati,
menilai, menyangka hingga menilai sesuatu. Maka itu, perspektif kognitivisme menganggap
proses belajar tidak sesederhana yang digambarkan dalam teori behavioristik. Sebab, proses
belajar melibatkan mekanisme berpikir yang kompleks. Jean Piaget ialah tokoh utama
pendukung teori kognitivisme. Teorinya disebut sebagai ‘Cognitive Developmental’ atau
perkembangan kognitif. Piaget memandang bahwa proses telaah atau berpikir seorang
manusia bersifat gradual atau bertahap. Piaget menganggap, intelektualitas manusia
berkembang seiring perkembangan usia. Ia membagi perkembangan kognitif anak menjadi
empat, yakni tahap sensory-motor (0-2 tahun), tahap pre-operational (2-7 tahun),tahap
concrete-operational (7-11 tahun), dan tahap formal-operational (11-15 tahun). Selain Piaget,
teori belajar kognitivisme juga dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Bruner, untuk
mengajarkan sesuatu pada anak tak perlu menunggu sampai tahap perkembangan tertentu.
Selama bahan ajar tertata dengan baik, pembelajaran dapat diberikan. Bruner menganggap
cara belajar terbaik ialah dengan konsep discovery learning, yakni memahami konsep melalui
proses intuitif yang bermuara pada kesimpulan. Contoh implementasi teori belajar
kognitivisme adalah sebagai berikut :
 Guru menempatkan diri untuk mengajar sesuai dengan cara berpikir anak-anak.
Mendorong pelajar untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
 Guru memberikan peluang yang sama untuk pelajar saling berdiskusi dengan
sesamanya.
 Guru mendorong siswa untuk mencari jalan keluar dari studi kasus, menyusun kata
demi kata berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.
 Guru mampu memahami cara belajar siswa dengan baik, agar masing-masing siswa
dapat mencerna dan menangkap materi yang diterima.
5. Teori Belajar Sibernetik dan Contoh Implementasi
Teori belajar Sibernetik kemunculannya terbilang lebih baru jika dibandingkan dengan teori
belajar lainnya. Teori ini tercetus seiring berkembangnya teknologi informasi. Teori
sibernetik memandang proses belajar sebagai pengolahan informasi, sejalan dengan prinsip
teori belajar kognitivisme yang mengutamakan proses ketimbang hasil belajar. Meski proses
belajar penting, sistem informasi di mata teori ini tidak kalah penting. Sebab, sistem
informasi yang memengaruhi keberlangsungan proses belajar. Teori belajar sibernetik
berasumsi bahwa tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk dapat dipukul rata
kepada semua siswa di segala situasi. Hal ini karena cara belajar sangat dipengaruhi oleh
sistem informasi. Informasi bisa jadi diperoleh masing-masing peserta didik dari proses
belajar yang berbeda-beda. Pengolahan informasi sendiri sangat erat berkaitan dengan fungsi
memori. Teori sibernetik memandang ingatan manusia seperti komputer. Ingatan manusia
terjadi melalui proses memperoleh, mengelola, mengubah, menyimpan hingga menampilkan
kembali informasi jika diperlukan.

Menurut Berlner dan Gage, ada 3 komponen dalam teori sibernetik atau teori model
pemrosesan informasi, yaitu:
a. Sensory Receptor (SR), yakni tempat awal informasi ditangkap oleh individu. Dalam
konteks ini, informasi masih diartikan dalam bentuk aslinya dan hanya bertahan dalam waktu
singkat karena mudah terganggu atau berganti.
b. Working Memory (WM), yakni menangkap informasi ‘unik’ yang mendapatkan perhatian
lebih dari individu. Perhatian yang diberikan sangat dipengaruhi oleh persepsi.
c. Long Term Memory (LTM), yakni ingatan jangka panjang yang diasumsikan berisi
seluruh pengetahuan seseorang, dengan kapasitas tak terbatas dan tidak akan pernah hilang
ataupun terhapus. Sekalipun seseorang mengalami ‘lupa,’ hal itu lebih disebabkan karena
ingatan gagal dimunculkan kembali atau retrieval failure.
Contoh implementasi teori belajar sibernetik sebagai berikut:
 Guru memberitahukan tujuan pembelajaran dari materi bahan ajar kepada murid.
 Guru memantik ingatan anak didik sebelum memulai pelajaran, mengingat kembali
materi-materi yang telah disampaikan.
 Guru memberikan bimbingan belajar untuk anak didik.
 Guru aktif memberikan umpan balik pada hasil belajar siswa, memberikan informasi
tentang kegagalan, keberhasilan hingga tingkat kompetensi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai