Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MASALAH PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK KASAR DAN HALUS ANAK


USIA SEKOLAH DASAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN (STUDI KASUS DI
SD NEGERI TELADAS KAB. MUSI RAWAS UTARA )

Dosen Pengampu :

Dr. Dina Hajja Ristianti, M. Pd., Kons

Disusun Oleh :

Sasi Hanila (21531140)

LOKAL: PAI 4F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Fokus yang dibahas ..............................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2
1. Identitas Kasus di Lapangan
2. Gambaran Kasus
3. Faktor penyebab terjadinya kasus
BAB III Analisis Kasus……………………………………………………………
1. Analisis kasus dg teori-teori
2. Rekomendasi penyelesaian kasus
BAB IV
PENUTUP ................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 22
B. Saran ...................................................................................................................... 22
DAFTARPUSTAKA………………………………………………………..……......23

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sejak dini manusia sudah membutuhkan pendidikan dalam proses perkembangannya
menjadi bermain.1 Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun
dan selesai (lulus) pada usia 12 tahun. Jika merujuk pada pembagian tahapan
perkembangan anak, maka anak usia sekolah berada pada dua masa perkembangan, yang
pertama yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan yang kedua yaitu masa kanak-
kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah mememiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Oleh karena itu, guru sebaiknya mengembangkan proses pembelajaran yang
mengaitkan antara permainan. dengan pelajaran, kemudian guru juga dapat
mengusahakan anak berpindah atau bergerak, anak juga diajarkan cara bekerja atau
belajar dalam kelompok, serta guru memberikan kesempatan untuk terlibat langsung
dalam pembelajaran.
Pemahaman tentang anak merupakan suatu awal keberhasilan dalam pendidikan.
Dunia anak merupakan dunia bermain, di saat mereka bermain anak-anak akan menyerap
segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Maslichatoen bahwa “bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi
anak Usia Sekolah Dasar, melalui kegiatan bermain anak akan dapat mencapai tuntutan
dan kebutuhan perkembangan dimensi dari motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi,
sosial, nilai, dan sikap hidup”.
Aspek perkembangan motorik merupakan salah satu aspek perkembangan yang
dapat mengintegrasikan perkembangan aspek yang lain. Perkembangan fisik motorik
diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan
menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sementara secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap
dirinya sendiri dan cara pandang anak terhadap orang lain, perkembangan fisik berjalan

3
seiring dengan perkembangan motorik. Gangguan perkembangan fisik motorik pada usia
anak sekolah dasar menjadi kendala tersendiri dalam aktifitasnya, diantaranya, anak akan
kesulitan bermain, menulis, menghapus papan tulis dan lain sebagainya.
Sd Negeri Teladas merupakan sekolah yang dapat dikategorikan sekolah yang
cukup bagus, dimana sekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai untuk digunakan dalam melancarkan proses pembelajaran. Kemudian guru-
gurunya sangat terampil dalam mengembangkan materi pembelajaran. Adapun yang
menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah ini adalah terdapat
siswa-siswinya yang mempunyai masalah perkembangan motorik baik Keterbatasan
motorik kasar dan halus . Permasalahan tersebut menjadi fokus peneliti untuk
memecahkan permasalahan terkait dengan perkembangan fisik motorik Kasar dan halus
pada anak usia sekolah dasar di SD tersebut.
B. Fokus Masalah yang di bahas
1. Bagaimana perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar ?,
2. Bagaimana perkembangan motorik pada anak usia sekolah dasar .
3. Bagaimana perkembangan fisik motorik pada anak usia sekolah dasar?.
4. Beberapa peserta didik mengalami masalah dalam perkembangan fisik motorik
baik motorik kasar dan halus ?
5. Bagaimana Identitas Kasus di Lapangan,Gambaran Kasus dan Faktor penyebab
terjadinya kasus?
6. Bagaimana Analisis kasus dg teori-teori dan Rekomendasi penyelesaian kasus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada anak usia sekolah dasar .
2. Untuk mengetahui perkembangan motorik pada anak usia sekolah dasar .
3. Untuk mengetahui perkembangan fisik motorik pada anak usia sekolah dasar
4. Untuk mengetahui Beberapa peserta didik mengalami masalah dalam
perkembangan fisik motorik baik motorik kasar dan halus.
5.Untuk mengetahui Identitas Kasus di Lapangan,Gambaran Kasus dan Faktor
penyebab terjadinya kasus?
6. Untuk mengetahui Analisis kasus dengan teori-teori dan Rekomendasi
penyelesaian kasus?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar

Manusia terdiri dari fisik dan psikis, fisik merupakan tempat berkembangnya
berbagai perkembangan dalam diri manusia. Di dalam fisik selalu terjadi perkembangan
kognitif, sosial, moral, agama, dan bahasa. Fisik manusia berkembang dalam beberapa
tahapan, yaitu dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Agoes Dariyo mengatakan bahwa suatu perubahan yang paling menonjol dan
nampak di dalam diri individu adalah terjadinya perubahan fisik. Fisik atau tubuh
manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat
dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, kemudian tahap
anak anak hingga masa prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap
remaja/adolescence (usia 12 tahun ke atas).
Perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompos, dalam Syamsul Yusuf LN,
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek yaitu
sistemsyaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur fisik/tubuh.
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik
yang optimal sangat penting, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara
langsung pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak.
Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan
mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Ini akan terlihat dari
pola penyesuaian diri anak secara umum ketika berada di lingkungan sekitar mereka.1
1. Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar

Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan
terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak.
Anak-anak terlihat sudah mampu mengontrol dan mengoordinasikan gerakan anggota
tubuhnya seperti menggerakkan tangan dan kaki dengan baik. Otot-otot tangan dan
kakinya sudah mulai kuat, sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang,
melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan secara lebih akurat dan
cepat. Di samping itu, anak juga semakin mampu menjaga keseimbangan badannya.
1
Masganti, Perkembangan Peserta Didik, Depok: Premadamedia Group Kencana, 2017 hlm 52-53

5
Penguasaan badan, seperti membongkok melakukan bermacam-macam latihan senam
serta aktivitas olah raga berkembang pesat. Mereka juga mulai memperlihatkan gerakan-
gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya
kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka anak-anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk permainan
yang kadang-kadang bersifat informal, permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti
permainan umpet-umpetan, dimana anak menggunakan keterampilan motornya,
disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang
bersifat formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki.2
2. Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar

Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa usia sekolah dasar sangat
dipengaruhi oleh aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedua
hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam
konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Dari interaksi itu kemudian terbentuk
suatu kebiasaan baik yang akan terus dilakukan sebagai upaya dalam pembiasaan diri.
Anak pada usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasional konkret. Pada
rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu anak mulai memandang dunia
secara objektif, bergeser dari satu situasi ke situasi lain kemudian anak juga mulai berfikir
secara operasional yang dibuktikan dengan anak tersebut mampu mengklasifikaiskan
benda-benda disekitarnya. Dimana juga dalam fase ini anak sudah pintar memahami
konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan dan berat. Kecendrungan
belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri yaitu konkret, integratif dan hierarkis.
Konkret dalam proses pembelajaran mengandung makna yang dapat dilihat, didengar,
dibaui, diraba dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar yang dapat dioptimalkan demi mencapai proses dan hasil belajar
yang berkualitas, bermakna dan bernilai. Hakikatnya anak usia sekolah dasar
belummampu memilah-milih konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini menunjukkan
cara berfikir deduktif yakni dari hal umum menuju hal yang khusus.3
B. Identitas Kasus di Lapangan

2
Andryani Esti Wibowo, Pengaruh Pembelajaran Sains Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Pada Anak
Kelompok B Di Tk Desa Kateguhan 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017, Skripsi Pendidikan
Guru Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.hlm 18-19
3
Syamsul Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Hlm
20-21

6
Berdasarkan observasi minggu kemarin didapatkan 2 beberapa contoh masalah
perkembangan fisik dan motorik yang mungkin dialami oleh beberapa peserta didik.
1. Nama Peserta Didik: Rizky

Umur: 10 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Sekolah: SD Negeri Teladas
Nama Ayah : Andi
Nama Ibu :Elva
Masalah: Keterbatasan motorik kasar
2. Nama Peserta Didik: Amanda

Umur: 8 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Sekolah: SD Negeri Teladas
Nama Ayah : Dandi
Nama Ibu :Asi
Masalah: Keterbatasan motorik halus
C. Gambaran Kasus
1. Risky (10 tahun , kelas 4 di SD Negeri Teladas)

Rizky, seorang siswa kelas 4 di SD Negeri Teladas , menghadapi keterbatasan


dalam perkembangan keterampilan motorik kasarnya. Ketika dia berlari atau melompat,
dia mengalami kesulitan dalam menjaga keseimbangan. Gerakan-gerakannya cenderung
kurang koordinatif dan terkadang tidak lancar. Hal ini membuatnya sering kali tersandung
atau kehilangan keseimbangan saat berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang melibatkan
gerakan tubuh secara kasar.
Rizky juga mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan tubuhnya saat
melempar bola atau bermain permainan yang membutuhkan keterampilan motorik kasar.
Dia mungkin memiliki kesulitan dalam mengarahkan bola dengan akurat atau
memperoleh kekuatan yang tepat dalam gerakan lemparan. Kemampuan koordinasi dan
kontrol gerakan tubuhnya yang terbatas mempengaruhi kemampuannya untuk
berpartisipasi secara aktif dalam permainan-permainan olahraga seperti sepak bola, bola
basket, atau permainan kelompok lainnya.4

7
Masalah perkembangan motorik kasar yang dialami oleh Rizky mempengaruhi
partisipasinya dalam aktivitas olahraga dan permainan fisik di sekolah. Dia mungkin
merasa cemas atau kurang percaya diri ketika terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang
melibatkan keterampilan motorik kasar, karena kesulitan dan hambatan yang dia hadapi.
Hal ini dapat menghambat kemampuannya untuk berinteraksi dengan teman sekelas,
belajar melalui pengalaman bermain, dan merasakan kepuasan dan keberhasilan dalam
berpartisipasi dalam aktivitas fisik.
Dalam konteks pendidikan, penting untuk memberikan perhatian dan dukungan
tambahan kepada Rizky dalam mengembangkan keterampilan motorik kasarnya. Ini dapat
melibatkan latihan-latihan khusus untuk meningkatkan keseimbangan tubuhnya,
koordinasi gerakan, dan kontrol motorik kasar. Terlibat dalam kegiatan fisik yang
memfokuskan pada pengembangan keterampilan motorik kasar, seperti kegiatan olahraga,
permainan tim, atau latihan-latihan fisik yang disesuaikan, dapat membantu Rizky
mengatasi kesulitannya.
Kolaborasi antara guru olahraga, guru kelas, dan ahli terapi terlatih juga penting
untuk merencanakan dan memberikan intervensi yang tepat. Dengan dukungan yang
tepat, Rizky dapat meningkatkan kemampuan motorik kasarnya, memperoleh
kepercayaan diri dalam aktivitas fisik, dan merasa lebih terlibat dalam lingkungan
sekolahnya.
2. Amanda (8 Tahun kelas 2 di SD Negeri Teladas)

Amanda, seorang siswa kelas 2 di SD Negeri Teladas , mengalami kesulitan dalam


mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Ketika dia menulis huruf, tangan dan jari-
jarinya tidak mampu mengontrol gerakan dengan presisi yang diperlukan. Sebagai hasilnya,
tulisan tangan Amanda tidak rapi dan kadang-kadang sulit dibaca. Dia kesulitan dalam
mengikuti garis-garis atau bentuk huruf yang ditentukan.
Ketika Amanda mencoba menggambar atau mewarnai, garis-garis yang dia buat
cenderung tidak teratur dan detailnya tidak terperinci. Dia kesulitan dalam mengendalikan
gerakan pensil atau kuas dengan akurasi, sehingga gambar-gambarnya tidak terlihat seperti
yang diinginkannya. Hal ini membuatnya merasa frustrasi karena dia tidak dapat
mengungkapkan kreativitasnya dengan baik melalui seni visual.
Selain itu, Amanda mengalami kesulitan menggunakan gunting dengan presisi saat
melakukan aktivitas seni dan kerajinan. Dia kesulitan dalam memotong garis lurus atau
mengikuti pola yang telah ditentukan. Hal ini mempengaruhi kemampuan Amanda untuk

8
menyelesaikan tugas-tugas seni seperti membuat origami atau membuat proyek kreatif yang
melibatkan pemotongan dan perekatan.
Masalah perkembangan motorik halus yang dialami oleh Amanda mempengaruhi
partisipasinya dalam pembelajaran tulis-menulis. Ketika dia mencoba menulis, dia
memerlukan waktu lebih lama dan usaha ekstra untuk membentuk huruf dengan jelas dan
teratur. Hal ini dapat mengganggu kemampuannya untuk mengekspresikan ide-ide dan
mengomunikasikan pemikirannya secara tertulis dengan lancar. Keterbatasan motorik
halusnya juga dapat mempengaruhi kualitas tulisan tugas-tugasnya.
Selain itu, kesulitan Amanda dalam mengendalikan gerakan halusnya juga membatasi
partisipasinya dalam aktivitas seni. Dia mungkin merasa kurang percaya diri dan frustrasi
karena gambar-gambarnya tidak mencerminkan kemampuan kreatifnya dengan baik. Ini
dapat mempengaruhi kepuasannya dalam berkreasi dan mengurangi kepercayaan dirinya
dalam mengembangkan keterampilan seni.
Dalam hal pendidikan, masalah perkembangan motorik halus yang dialami oleh
Amanda menunjukkan perlunya perhatian dan dukungan tambahan untuk membantu
mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Pendekatan yang disesuaikan seperti
latihan tulis-menulis, kegiatan manipulatif, dan aktivitas seni yang mengkhususkan pada
keterampilan motorik halus dapat membantu Amanda meningkatkan kontrol gerakan jari-
jarinya. Kolaborasi dengan guru dan ahli terapi terlatih juga penting untuk menyediakan
intervensi yang tepat dan mendukung perkembangan motorik halus Amanda dengan cara
yang terintegrasi dalam konteks pembelajaran sehari-hari.
D. Faktor penyebab terjadinya kasus

Pengembangan yang lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mungkin menjadi


penyebab terjadinya keterbatasan motorik kasar pada Rizky
a. Kelainan Neurologis

Salah satu faktor penyebab yang mungkin adalah adanya kelainan neurologis
pada Rizky, seperti kelumpuhan cerebral. Kelainan ini dapat mempengaruhi
perkembangan dan fungsi sistem saraf yang mengendalikan gerakan motorik kasar.
Kelumpuhan cerebral seringkali memengaruhi otot-otot besar dan koordinasi gerakan
tubuh, sehingga membatasi kemampuan Rizky dalam menjaga keseimbangan, berlari,
melompat, atau melakukan gerakan tubuh kasar dengan lancar.
Kelainan neurologis, seperti kelumpuhan cerebral, dapat menjadi salah satu
faktor penyebab keterbatasan motorik kasar pada Rizky. Kelumpuhan cerebral

9
merupakan gangguan yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi sistem saraf
yang mengendalikan gerakan tubuh. Gangguan ini umumnya terjadi pada tahap
perkembangan otak sebelum, saat, atau setelah kelahiran, dan dapat memengaruhi
otot-otot besar serta koordinasi gerakan tubuh secara keseluruhan.
Dalam kasus Rizky, jika dia mengalami kelumpuhan cerebral, kemampuan
motorik kasarnya mungkin terpengaruh. Gangguan ini dapat membatasi kemampuan
Rizky untuk menjaga keseimbangan tubuhnya dengan baik. Hal ini mungkin
membuatnya sulit dalam berlari dengan stabil, melompat dengan koordinasi yang
baik, atau melakukan gerakan tubuh kasar lainnya dengan lancar. Kemungkinan
gangguan pada sistem saraf juga dapat memengaruhi kekuatan dan kontrol otot-otot
besar Rizky, sehingga membatasi kemampuannya untuk berpartisipasi secara penuh
dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh kasar.
Kelainan neurologis seperti kelumpuhan cerebral dapat memiliki efek jangka
panjang pada perkembangan motorik kasar seseorang. Penting bagi Rizky untuk
mendapatkan evaluasi dan intervensi yang tepat dari profesional kesehatan terlatih,
seperti dokter spesialis anak, ahli terapi fisik, atau ahli terapi okupasi. Mereka dapat
melakukan penilaian yang komprehensif untuk memahami kondisi Rizky dengan
lebih baik dan merencanakan program intervensi yang sesuai. Terapi fisik dan terapi
okupasi dapat membantu Rizky mengembangkan kekuatan, keseimbangan, dan
koordinasi gerakan tubuh kasar. Dalam beberapa kasus, bantuan teknologi dan
perangkat penunjang juga dapat digunakan untuk membantu Rizky dalam aktivitas
sehari-hari dan partisipasinya dalam aktivitas fisik.5
Dalam memahami dan menghadapi kelainan neurologis seperti kelumpuhan
cerebral, penting bagi keluarga Rizky untuk mendapatkan dukungan psikososial yang
memadai. Keluarga dapat bekerja sama dengan tim kesehatan, pendidik, dan spesialis
lainnya untuk merencanakan pendekatan pendidikan inklusif dan menyediakan
lingkungan yang mendukung bagi Rizky. Kolaborasi antara sekolah dan keluarga juga
penting untuk memastikan adanya akomodasi dan modifikasi yang diperlukan dalam
lingkungan pembelajaran dan aktivitas fisik yang memenuhi kebutuhan Rizky.
b. Kurangnya Latihan atau Stimulasi

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap keterbatasan motorik kasar pada
Rizky adalah kurangnya latihan dan stimulasi yang diperlukan untuk mengembangkan

5
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007). Hlm 11-12

10
keterampilan motorik kasarnya. Rizky mungkin tidak memiliki kesempatan yang
cukup untuk terlibat dalam aktivitas fisik, olahraga, atau permainan yang melibatkan
gerakan tubuh secara kasar. Kurangnya partisipasi dalam aktivitas fisik tersebut dapat
menghambat perkembangan kemampuan motorik kasarnya. Selain itu, kurangnya
rangsangan dan latihan yang tepat untuk perkembangan motorik kasar juga dapat
mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik kasar Rizky.
Kurangnya kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas fisik: Rizky mungkin
tidak memiliki banyak kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang
melibatkan gerakan tubuh secara kasar. Misalnya, ia mungkin tidak memiliki waktu
luang yang cukup untuk bermain di luar ruangan, berpartisipasi dalam olahraga, atau
bermain dengan teman-temannya di taman bermain. Aktivitas-aktivitas ini penting
untuk merangsang dan mengembangkan keterampilan motorik kasar, seperti berlari,
melompat, bermain bola, dan menggunakan peralatan bermain luar ruangan.
1. Kurangnya rangsangan yang tepat

Untuk mengembangkan keterampilan motorik kasar, Rizky membutuhkan


rangsangan yang tepat dari lingkungannya. Rangsangan ini dapat berupa permainan,
mainan, atau peralatan yang mendorongnya untuk melakukan gerakan-gerakan kasar.
Misalnya, memanjat tangga atau perosotan, bermain di atas trampolin, atau bersepeda
adalah beberapa contoh aktivitas yang merangsang perkembangan motorik kasar. Jika
Rizky tidak memiliki akses terhadap peralatan ini atau tidak ada rangsangan yang
memadai di sekitarnya, perkembangan motorik kasarnya bisa terhambat.
2. Kurangnya latihan yang tepat

Latihan yang terarah dan tepat sangat penting untuk mengembangkan


keterampilan motorik kasar. Jika Rizky tidak diberikan kesempatan atau instruksi
yang memadai untuk melatih gerakan-gerakan kasar, kemampuannya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut mungkin tidak berkembang dengan baik.
Misalnya, berlatih melompat, berlari, atau melakukan gerakan-gerakan keseimbangan
secara teratur akan membantu Rizky memperbaiki kemampuan motorik kasarnya.
Dampak kurangnya stimulasi pada perkembangan motorik kasar: Kurangnya
latihan dan stimulasi yang tepat dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan
keterampilan motorik kasar Rizky. Kemampuan motorik kasar melibatkan
penggunaan otot besar dan gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi dan
keseimbangan. Jika Rizky tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk

11
mengembangkan keterampilan ini, ia mungkin mengalami keterlambatan dalam
kemampuan berjalan, berlari, melompat, atau bermain secara aktif.
Untuk membantu mengatasi kurangnya latihan atau stimulasi ini, penting
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan motorik kasar Rizky.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan waktu yang cukup untuk bermain di luar
ruangan, memperkenalkan peralatan bermain yang merangsang gerakan kasar, dan
memberikan latihan yang terarah dan tepat untuk mengembangkan keterampilan
motorik kasarnya. Melibatkan Rizky dalam aktivitas fisik yang menyenangkan dan
bermanfaat secara teratur juga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik
kasarnya.
c. Faktor Lingkungan

Lingkungan di sekitar Rizky juga dapat memainkan peran penting dalam


keterbatasan motorik kasarnya. Kurangnya aksesibilitas fasilitas olahraga di
sekitarnya, seperti kurangnya lapangan bermain atau tempat bermain yang aman,
dapat membatasi kesempatan Rizky untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang
membutuhkan gerakan tubuh kasar. Terbatasnya kesempatan untuk bermain di luar
ruangan juga dapat mengurangi rangsangan dan stimulasi yang diperlukan untuk
perkembangan motorik kasarnya. Selain itu, kurangnya pengawasan dan bimbingan
dari orang dewasa dalam melakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh
kasar juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik kasarnya.6
1. Kurangnya aksesibilitas fasilitas olahraga

Kurangnya aksesibilitas fasilitas olahraga di sekitar Rizky, seperti lapangan


bermain atau tempat bermain yang aman, dapat membatasi kesempatan Rizky untuk
berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang membutuhkan gerakan tubuh kasar. Jika Rizky
tidak memiliki tempat yang aman dan sesuai untuk bermain dan bergerak secara aktif, ia
mungkin tidak dapat melatih dan mengembangkan keterampilan motorik kasarnya dengan
optimal. Fasilitas olahraga yang baik dan terjangkau di sekitar lingkungan Rizky sangat
penting untuk memberikan kesempatan yang memadai bagi perkembangan motorik
kasarnya.
2. Terbatasnya kesempatan bermain di luar ruangan

6
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 hlm 63-64

12
Lingkungan yang tidak mendukung bermain di luar ruangan dapat mengurangi
rangsangan dan stimulasi yang diperlukan untuk perkembangan motorik kasar. Jika Rizky
tidak memiliki akses terhadap area terbuka, taman, atau ruang terbuka lainnya, ia
mungkin kekurangan kesempatan untuk berlari, melompat, atau bermain permainan fisik
lainnya. Bermain di luar ruangan penting untuk melibatkan otot besar tubuh dan melatih
keterampilan motorik kasar. Kurangnya kesempatan ini dapat menghambat
perkembangan keterampilan motorik kasar Rizky.
3. Kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa

Penting bagi Rizky untuk memiliki pengawasan dan bimbingan yang memadai
dari orang dewasa saat melakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh kasar.
Jika Rizky tidak mendapatkan bimbingan yang tepat, ia mungkin tidak tahu bagaimana
melakukan gerakan-gerakan kasar dengan benar atau mungkin tidak merasa nyaman
untuk melakukannya. Kurangnya pengawasan dan bimbingan dapat menghambat
perkembangan keterampilan motorik kasarnya dan mempengaruhi kepercayaan dirinya
dalam melakukan gerakan-gerakan tersebut.
Untuk mengatasi faktor lingkungan yang mempengaruhi keterbatasan motorik
kasar Rizky, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Meningkatkan aksesibilitas fasilitas olahraga

Masyarakat dan lingkungan sekitar Rizky perlu berupaya meningkatkan


aksesibilitas fasilitas olahraga, seperti membangun lebih banyak lapangan bermain atau
tempat bermain yang aman dan menyediakan fasilitas olahraga yang memadai untuk
anak-anak. Dengan cara ini, Rizky dan anak-anak lainnya dapat memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh
kasar.
2. Mendorong bermain di luar ruangan

Orang tua, guru, atau masyarakat sekitar Rizky dapat mendorong dan
menyediakan kesempatan bagi Rizky untuk bermain di luar ruangan. Ini dapat dilakukan
dengan mengorganisir kegiatan kelompok di taman atau area terbuka lainnya, mengajak
Rizky untuk bermain di luar ruangan secara teratur, atau mengikutsertakannya dalam
program olahraga yang melibatkan gerakan tubuh kasar.
3. Memberikan pengawasan dan bimbingan yang tepat

13
Penting bagi orang dewasa di sekitar Rizky untuk memberikan pengawasan dan
bimbingan yang tepat saat ia melakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh
kasar. Orang tua, guru, atau pelatih dapat memberikan instruksi yang jelas, membantu
Rizky dalam melakukan gerakan yang benar, dan memberikan dorongan positif untuk
meningkatkan kepercayaan dirinya dalam melakukan keterampilan motorik kasar.
Dengan perhatian dan tindakan yang tepat dari lingkungan sekitarnya, Rizky dapat
mengatasi faktor lingkungan yang mempengaruhi keterbatasan motorik kasarnya dan
mendapatkan rangsangan dan latihan yang diperlukan untuk perkembangan keterampilan
motorik kasarnya secara optimal.
Dalam menghadapi keterbatasan motorik kasar Rizky, penting untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ini dan merencanakan intervensi yang sesuai.
Kolaborasi antara guru, ahli terapi terlatih, dan keluarga Rizky akan memainkan peran
penting dalam menyediakan lingkungan yang mendukung dan latihan yang tepat untuk
mengembangkan keterampilan motorik kasarnya. Intervensi seperti terapi fisik, program
olahraga terstruktur, dan latihan-latihan khusus dapat membantu Rizky meningkatkan
keterampilan motorik kasarnya. Selain itu, pendekatan inklusif dan kesadaran lingkungan
yang mendukung juga dapat membantu Rizky merasa lebih termotivasi dan terlibat dalam
aktivitas fisik di sekolah dan di lingkungan sekitarnya.
2. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab terjadinya keterlambatan perkembangan motorik halus pada Amanda:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat memainkan peran dalam keterlambatan perkembangan
motorik halus Amanda. Genetika dapat mempengaruhi perkembangan sistem saraf, otot,
dan koordinasi gerakan secara keseluruhan. Faktor turun-temurun atau adanya kelainan
genetik tertentu dapat memengaruhi kemampuan Amanda dalam mengendalikan gerakan
halus seperti menulis atau menggunakan alat tulis dengan tepat.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai faktor genetik yang mempengaruhi
keterampilan motorik halus:
1. Pengaruh pada sistem saraf

Faktor genetik dapat mempengaruhi perkembangan sistem saraf, yang mencakup


otak, sumsum tulang belakang, dan saraf-saraf yang mengendalikan gerakan. Jika
terdapat kelainan genetik yang mempengaruhi fungsi sistem saraf, ini dapat menyebabkan
keterlambatan dalam kemampuan Amanda dalam mengendalikan gerakan halus.

14
Misalnya, kelainan genetik seperti gangguan perkembangan motorik atau kelainan
neuromuskular dapat mempengaruhi kemampuan otak dan saraf untuk mengirimkan
sinyal dan mengoordinasikan gerakan-gerakan halus.
2. Gangguan perkembangan genetic

Beberapa kelainan genetik tertentu dapat menyebabkan keterlambatan


perkembangan motorik halus. Contohnya termasuk gangguan genetik seperti sindrom
Down, sindrom Rett, atau gangguan spektrum autis. Kelainan genetik ini dapat
mempengaruhi fungsi kognitif dan motorik serta menyebabkan keterbatasan dalam
kemampuan Amanda untuk melakukan gerakan halus, seperti menulis, menggambar, atau
menggunakan alat tulis dengan tepat.
3. Warisan genetic

Faktor turun-temurun juga dapat memengaruhi perkembangan motorik halus


Amanda. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat keterlambatan perkembangan
motorik atau kelainan genetik terkait motorik, kemungkinan Amanda mewarisi faktor
genetik yang sama.
Meskipun faktor ini mungkin tidak langsung menyebabkan keterlambatan motorik
halus, mereka dapat meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan atau mengurangi
kemampuan motorik halus Amanda.
1. Pengaruh pada otot dan koordinasi gerakan

Faktor genetik juga dapat mempengaruhi perkembangan otot dan koordinasi


gerakan secara keseluruhan. Jika terdapat kelainan genetik yang mempengaruhi
pertumbuhan atau kekuatan otot, ini dapat memengaruhi kemampuan Amanda dalam
mengendalikan gerakan halus. Selain itu, koordinasi gerakan yang kompleks juga dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti koordinasi mata-tangan yang diperlukan saat
menulis atau menggambar.
Penting untuk diingat bahwa faktor genetik hanyalah salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik halus. Faktor lingkungan, seperti stimulasi dan
latihan yang tepat, juga berperan penting dalam memfasilitasi perkembangan motorik
halus Amanda. Dengan pendekatan yang tepat, melibatkan terapis atau ahli dalam
perkembangan anak, serta memberikan lingkungan yang mendukung, Amanda dapat
mengatasi faktor genetik dan mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan
baik.

15
b. Lingkungan dan Stimulasi
Lingkungan dan rangsangan yang diterima oleh Amanda selama masa
prasekolahnya dapat memengaruhi perkembangan motorik halusnya. Kurangnya
kesempatan untuk bermain dengan bahan-bahan manipulatif, melakukan aktivitas
meronce, atau berlatih menggunakan alat tulis dapat menghambat perkembangan
keterampilan motorik halusnya. Stimulasi yang tepat, seperti aktivitas yang melibatkan
pemegangan dan manipulasi benda kecil, bisa membantu memperkuat otot-otot tangan
dan meningkatkan koordinasi gerakan halus.
faktor lingkungan dan stimulasi yang mempengaruhi perkembangan motorik halus
Amanda:
1. Kurangnya kesempatan bermain dengan bahan manipulative

Lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan untuk bermain dengan bahan-


bahan manipulatif, seperti puzzle, blok bangunan, atau mainan konstruksi, dapat
membatasi perkembangan motorik halus Amanda. Bermain dengan bahan manipulatif
memungkinkan anak untuk menggunakan otot-otot tangan dan jari mereka secara aktif,
melatih koordinasi gerakan halus, dan meningkatkan keterampilan pemegangan dan
manipulasi benda-benda kecil. Jika Amanda tidak memiliki akses atau kesempatan yang
cukup untuk bermain dengan bahan-bahan ini, perkembangan motorik halusnya bisa
terhambat.
2. Kurangnya aktivitas meronce

Meronce adalah aktivitas yang melibatkan menggulung, memilin, atau


membentuk bahan seperti tanah liat, modeling clay, atau plastisin. Aktivitas meronce ini
sangat baik untuk melatih kekuatan dan keterampilan motorik halus, serta meningkatkan
koordinasi tangan-mata. Namun, jika Amanda tidak memiliki kesempatan untuk terlibat
dalam aktivitas meronce di lingkungannya, kemampuan motorik halusnya mungkin tidak
berkembang dengan baik.
3. Kurangnya latihan menggunakan alat tulis

Penggunaan alat tulis, seperti pensil, pensil warna, atau pulpen, membutuhkan
keterampilan motorik halus yang baik. Jika Amanda tidak diberikan kesempatan yang
cukup untuk berlatih menggunakan alat tulis, misalnya melalui aktivitas mewarnai,
menggambar, atau menulis, kemampuannya dalam mengendalikan gerakan halus tangan
dan jari bisa terhambat. Latihan yang teratur dan tepat menggunakan alat tulis membantu

16
memperkuat otot-otot tangan dan meningkatkan koordinasi gerakan halus yang
diperlukan dalam menulis dan menggambar.
4. Stimulasi yang tepat

Penting bagi Amanda untuk menerima rangsangan dan stimulasi yang tepat yang
dapat memperkuat perkembangan motorik halusnya. Stimulasi ini dapat berupa aktivitas
yang melibatkan pemegangan dan manipulasi benda-benda kecil, seperti memasukkan
bola ke dalam lubang, memasang pasak ke dalam papan, atau merakit mainan kecil.
Aktivitas semacam ini merangsang otot-otot tangan dan jari, serta meningkatkan
koordinasi gerakan halus. Jika Amanda tidak mendapatkan stimulasi yang memadai,
perkembangan motorik halusnya bisa terhambat.
Untuk mengatasi faktor lingkungan dan stimulasi yang mempengaruhi
perkembangan motorik halus Amanda, langkah-langkah berikut dapat diambil:
1. Memastikan aksesibilitas bahan manipulative

Penting untuk menyediakan bahan-bahan manipulatif yang sesuai dan aman bagi
Amanda. Ini dapat mencakup mainan konstruksi, puzzle, atau permainan yang melibatkan
pemegangan dan manipulasi benda kecil. Mengakses dan bermain dengan bahan-bahan
ini akan membantu mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
2. Memperkenalkan aktivitas meronce

Memberikan kesempatan kepada Amanda untuk terlibat dalam aktivitas meronce


seperti menggunakan tanah liat, modeling clay, atau plastisin dapat membantu
meningkatkan kemampuan motorik halusnya. Aktivitas ini dapat dilakukan di rumah atau
di sekolah dengan pengawasan yang tepat.
3. Memberikan latihan menggunakan alat tulis

Melibatkan Amanda dalam aktivitas mewarnai, menggambar, atau menulis dapat


membantu mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Memberikan latihan yang
teratur dengan alat tulis yang sesuai dan memberikan bimbingan yang tepat akan
membantu memperkuat otot-otot tangan dan meningkatkan koordinasi gerakan halusnya.
4. Menyediakan stimulasi yang tepat

Memberikan rangsangan dan stimulasi yang tepat melalui aktivitas yang


melibatkan pemegangan dan manipulasi benda-benda kecil dapat membantu memperkuat
perkembangan motorik halus Amanda. Memilih permainan atau aktivitas yang

17
merangsang otot-otot tangan dan jari serta meningkatkan koordinasi gerakan halus akan
mendukung perkembangannya.
Dengan memberikan lingkungan yang kaya akan stimulasi dan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang memperkuat keterampilan motorik halusnya, Amanda
akan memiliki peluang yang lebih baik untuk mengembangkan kemampuan motorik
halusnya dengan baik.
c. Gangguan perkembangan motorik

Amanda mungkin mengalami gangguan perkembangan motorik halus seperti


dispraksia. Dispraksia adalah gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang
untuk merencanakan dan melaksanakan gerakan motorik halus secara koordinatif.
Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan Amanda dalam mengontrol gerakan
tangan dan jari-jari dengan tepat, sehingga memengaruhi kemampuannya dalam
menulis, menggambar, atau menggunakan alat tulis.
Amanda menghadapi kemungkinan mengalami gangguan perkembangan
motorik halus, seperti dispraksia.
Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci mengenai gangguan perkembangan
motorik halus dan dampaknya pada Amanda:
1. Dispraksia:

Dispraksia, juga dikenal sebagai gangguan perkembangan koordinasi motorik,


adalah kondisi neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merencanakan
dan melaksanakan gerakan motorik halus secara koordinatif. Pada Amanda, hal ini dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam mengontrol gerakan tangan dan jari dengan tepat,
seperti menulis, menggambar, atau menggunakan alat tulis. Dispraksia juga dapat
memengaruhi koordinasi tangan-mata dan keseimbangan.
2. Kesulitan dalam menulis

Salah satu dampak utama dispraksia pada Amanda adalah kesulitan dalam
menulis. Ia mungkin mengalami kesulitan mengendalikan pensil atau pulpen dengan
presisi, memegangnya dengan kuat, atau mengikuti garis atau pola tulisan dengan tepat.
Keterampilan grafomotoriknya, yaitu kemampuan mengendalikan gerakan halus tangan
untuk menulis, dapat terhambat.
3. Kesulitan dalam menggambar

18
Dispraksia juga dapat memengaruhi kemampuan Amanda dalam menggambar. Ia
mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan pensil atau kuas dengan tepat,
menggambarkan garis yang jelas, atau melakukan gerakan-gerakan halus yang diperlukan
untuk menggambar objek-objek dengan detail. Koordinasi tangan-mata yang terganggu
juga dapat membuatnya kesulitan dalam mengikuti petunjuk visual atau menggambar
objek yang kompleks.
4. Kesulitan menggunakan alat tulis

Amanda mungkin menghadapi kesulitan dalam menggunakan alat tulis dengan


tepat. Ia mungkin mengalami kesulitan memegang pensil atau pulpen dengan gaya yang
benar, mengatur tekanan saat menulis, atau mengontrol gerakan halus tangan untuk
menghasilkan tulisan yang terbaca. Kesulitan ini dapat mempengaruhi kemampuannya
dalam menulis secara efisien dan dapat memengaruhi hasil akademiknya.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan dispraksia dapat mengalami
tingkat dan gejala yang berbeda. Diagnosis dan intervensi oleh profesional terlatih seperti
terapis fisik, terapis okupasi, atau ahli terkait lainnya sangat penting untuk membantu
Amanda mengatasi gangguan perkembangan motorik halusnya.
Melalui intervensi yang tepat, termasuk terapi fisik atau terapi okupasi yang
berfokus pada pengembangan keterampilan motorik halus, Amanda dapat memperbaiki
kemampuan motoriknya dan mengatasi keterbatasan yang dialaminya. Dukungan dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya juga akan sangat membantu dalam
menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung untuk perkembangan motorik
halus Amanda.7

BAB III
ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus Dengan Teori-Teori
a. Dalam kasus Rizky, terdapat keterbatasan dalam perkembangan
keterampilan motorik kasarnya.

Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis kasus ini adalah:
1. Teori perkembangan motorik
7
Suyadi dkk, Perkembangan Fisik-Motorik Siswa Usia Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannya, Jurnal
Ilmiah PGMI, Vol 4, No. 2, Desember 2018, hlm.170-182.

19
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan motorik melibatkan urutan tahapan
perkembangan yang khas dan terjadi seiring pertumbuhan anak. Rizky mungkin
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar, yang melibatkan gerakan
tubuh secara kasar seperti berlari, melompat, dan menjaga keseimbangan. Kesulitan
Rizky dalam menjaga keseimbangan dan gerakan-gerakannya yang kurang koordinatif
dapat mengindikasikan bahwa ia berada di tahap perkembangan motorik kasar yang
tertinggal dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Teori perkembangan motorik menyatakan bahwa perkembangan motorik
mengikuti urutan tahapan yang khas dan terjadi seiring pertumbuhan anak. Dalam kasus
Rizky, terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasarnya, yang melibatkan
gerakan tubuh secara kasar seperti berlari, melompat, dan menjaga keseimbangan.
Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci tentang teori ini dan implikasinya pada Rizky:
 Tahapan perkembangan motorik kasar

Tahapan perkembangan motorik kasar melibatkan kemampuan anak dalam


mengendalikan gerakan tubuh secara keseluruhan, seperti berjalan, berlari, melompat, dan
menjaga keseimbangan. Setiap tahapan memiliki ciri khasnya sendiri dan terjadi secara
berurutan seiring dengan pertumbuhan anak. Dalam kasus Rizky, kemungkinan ia berada
di tahap perkembangan motorik kasar yang tertinggal dibandingkan dengan anak-anak
seusianya. Kesulitan Rizky dalam menjaga keseimbangan dan gerakan-gerakannya yang
kurang koordinatif mengindikasikan adanya keterlambatan dalam perkembangan motorik
kasarnya.
 Keterbatasan dalam menjaga keseimbangan

Salah satu indikasi keterlambatan perkembangan motorik kasar pada Rizky


adalah kesulitannya dalam menjaga keseimbangan. Ketika berlari atau melompat, ia
mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Hal ini
dapat menyebabkannya sering tersandung, jatuh, atau kehilangan keseimbangan saat
berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara kasar.
Keterbatasan ini dapat menjadi tanda bahwa Rizky belum mencapai tingkat kemampuan
keseimbangan yang diharapkan pada tahap perkembangan motorik kasar.
 Kurangnya koordinasi gerakan

Rizky juga menghadapi kesulitan dalam koordinasi gerakan kasar. Gerakan-


gerakannya cenderung tidak lancar dan kurang koordinatif. Ini dapat mengindikasikan

20
bahwa koordinasi antara otot-otot yang terlibat dalam gerakan motorik kasarnya belum
sepenuhnya berkembang dengan baik. Koordinasi yang kurang baik dapat memengaruhi
kemampuannya dalam melakukan gerakan-gerakan yang kompleks, seperti berlari dengan
baik, melompati rintangan, atau melakukan gerakan tubuh kasar dengan lancar.
 Pentingnya pendekatan terstruktur

Dalam teori perkembangan motorik, pendekatan terstruktur sangat penting untuk


membantu anak mengatasi keterlambatan perkembangan motoriknya. Dalam kasus Rizky,
perlu dilakukan pendekatan yang melibatkan latihan dan stimulasi yang terstruktur untuk
mengembangkan keterampilan motorik kasarnya. Latihan yang terarah, seperti latihan
keseimbangan, latihan koordinasi gerakan, dan latihan keterampilan motorik kasar
spesifik lainnya, dapat membantu memperkuat otot-otot dan meningkatkan kemampuan
Rizky dalam melakukan gerakan tubuh secara kasar dengan lebih baik.
Melalui pendekatan yang sesuai berdasarkan teori perkembangan motorik, Rizky
dapat memperbaiki keterbatasan dalam perkembangan motorik kasarnya. Terapis fisik,
terapis olahraga, atau ahli terkait lainnya dapat membantu Rizky dalam mengevaluasi
kemampuan motorik kasarnya, merancang program latihan yang tepat, dan memberikan
bimbingan yang diperlukan untuk mengatasi keterlambatan perkembangan motorik
kasarnya. Dengan latihan yang terstruktur dan stimulasi yang tepat, Rizky akan memiliki
peluang yang lebih baik untuk mengembangkan keterampilan motorik kasarnya dan
meningkatkan koordinasi gerakan tubuh secara keseluruhan.
2. Teori keseimbangan dan koordinasi motorik

Teori ini menekankan pentingnya pengembangan keseimbangan dan koordinasi


gerakan tubuh dalam perkembangan motorik. Kesulitan Rizky dalam menjaga
keseimbangan saat berlari atau melompat dapat menunjukkan adanya masalah dalam
pengembangan keseimbangan tubuhnya. Gangguan keseimbangan ini dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan gerakan motorik kasar dengan lancar
dan koordinatif. Mungkin diperlukan latihan khusus untuk memperkuat otot-otot inti dan
meningkatkan keseimbangan Rizky.
Teori keseimbangan dan koordinasi motorik menekankan pentingnya
pengembangan keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan dalam perkembangan
motorik. Dalam kasus Rizky, terdapat kesulitan dalam menjaga keseimbangan saat berlari
atau melompat, yang menunjukkan adanya masalah dalam pengembangan keseimbangan

21
tubuhnya. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci tentang teori ini dan implikasinya
pada Rizky:
 Pentingnya pengembangan keseimbangan

Keseimbangan tubuh merupakan aspek penting dalam perkembangan motorik


kasar. Keseimbangan yang baik memungkinkan seseorang untuk menjaga posisi tubuh
dengan stabil saat bergerak atau melakukan gerakan tubuh kasar. Dalam kasus Rizky,
kesulitannya dalam menjaga keseimbangan saat berlari atau melompat menunjukkan
adanya keterbatasan dalam pengembangan keseimbangan tubuhnya. Gangguan
keseimbangan ini dapat menghambat kemampuannya untuk melakukan gerakan motorik
kasar dengan lancar dan koordinatif.
a. Latihan untuk memperkuat otot-otot inti

Otot-otot inti, termasuk otot-otot di sekitar perut, punggung, dan panggul,


memiliki peran penting dalam pengembangan keseimbangan. Memperkuat otot-otot inti
dapat membantu Rizky dalam menjaga keseimbangan tubuhnya saat berlari atau
melompat. Latihan khusus yang ditujukan untuk memperkuat otot-otot inti, seperti plank,
sit-up, atau latihan dengan bola kecil, dapat membantu meningkatkan kestabilan
tubuhnya. Terapis fisik atau terapis olahraga dapat merancang program latihan yang
sesuai dengan kebutuhan Rizky untuk memperkuat otot-otot inti dan meningkatkan
keseimbangannya.
b. Pengembangan koordinasi gerakan

Koordinasi gerakan merupakan kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh


secara terkoordinasi dan efisien. Rizky mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan
gerakan motorik kasar dengan lancar dan koordinatif. Gangguan keseimbangan yang
dialaminya dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi gerakan kasarnya. Oleh karena
itu, latihan khusus yang ditujukan untuk meningkatkan koordinasi gerakan dapat
bermanfaat. Latihan yang melibatkan gerakan tubuh yang kompleks, seperti melompati
rintangan atau melintasi rintangan, dapat membantu meningkatkan kemampuan Rizky
dalam mengendalikan gerakan tubuh secara terkoordinasi.
c. Pendekatan terstruktur dan bertahap

Dalam mengembangkan keseimbangan dan koordinasi gerakan, pendekatan


terstruktur dan bertahap sangat penting. Rizky perlu mendapatkan latihan yang terarah
dan progresif untuk membangun kemampuan keseimbangan dan koordinasi gerakannya.
22
Latihan-latihan dimulai dari tingkat yang sesuai dengan kemampuannya dan secara
bertahap ditingkatkan kesulitannya seiring perkembangannya. Dalam hal ini, kerjasama
antara Rizky, keluarganya, dan terapis fisik atau terapis olahraga sangat penting untuk
merancang dan melaksanakan program latihan yang sesuai.
Dengan memperhatikan teori keseimbangan dan koordinasi motorik, Rizky dapat
menerima intervensi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan motorik kasarnya.
Latihan yang fokus pada memperkuat otot-otot inti dan meningkatkan keseimbangan,
serta latihan yang melibatkan gerakan kasar yang kompleks untuk meningkatkan
koordinasi gerakan, akan membantu Rizky memperbaiki kemampuan motorik kasarnya.
Dukungan dari terapis dan keluarga dalam melaksanakan program latihan yang terstruktur
dan progresif akan memberikan kesempatan bagi Rizky untuk mencapai perkembangan
motorik kasar yang optimal.
3. Teori integrasi sensorik

Teori ini menjelaskan bagaimana sistem sensorik dan motorik bekerja bersama
untuk menghasilkan respons dan gerakan yang tepat. Rizky mungkin menghadapi
kesulitan dalam mengintegrasikan informasi sensorik yang diterimanya, seperti persepsi
sensorik tubuh dan persepsi sensorik ruang. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dan tepat. Terapi sensorik atau pendekatan
yang memadukan stimulasi sensorik dan motorik mungkin diperlukan untuk membantu
Rizky mengatasi keterbatasannya.
Teori integrasi sensorik menjelaskan pentingnya kerja sama antara sistem sensorik
dan motorik dalam menghasilkan respons dan gerakan yang tepat. Dalam kasus Rizky,
kemungkinan ia menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan informasi sensorik yang
diterimanya, seperti persepsi sensorik tubuh dan persepsi sensorik ruang. Hal ini dapat
berdampak pada kesulitan dalam menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dan tepat.
Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang teori ini dan implikasinya pada
Rizky:
a. Persepsi sensorik tubuh

Persepsi sensorik tubuh melibatkan kemampuan seseorang untuk menerima,


menginterpretasikan, dan merespons input sensorik yang diterima dari tubuhnya sendiri.
Rizky mungkin mengalami kesulitan dalam merasakan, mengidentifikasi, dan memahami
sensasi-sensasi tubuhnya yang terkait dengan gerakan kasar. Misalnya, ia mungkin
kesulitan dalam merasakan dan mengkoordinasikan posisi tubuhnya saat berlari atau

23
melompat. Gangguan dalam persepsi sensorik tubuhnya dapat menghambat
kemampuannya untuk menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dan tepat.
b. Persepsi sensorik ruang

Persepsi sensorik ruang melibatkan kemampuan seseorang untuk menerima,


menginterpretasikan, dan merespons input sensorik yang berkaitan dengan lingkungan
fisik dan pergerakan di sekitarnya. Rizky mungkin mengalami kesulitan dalam
memahami dan mengkoordinasikan pergerakan tubuhnya dalam ruang. Misalnya, ia
mungkin memiliki kesulitan dalam mengukur jarak atau mengontrol arah gerakan saat
berlari atau melompat. Gangguan dalam persepsi sensorik ruangnya dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk menghasilkan gerakan yang tepat dan terkoordinasi dalam konteks
aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara kasar.
c. Terapi sensorik

Terapi sensorik merupakan pendekatan yang dapat membantu Rizky mengatasi


keterbatasan dalam integrasi sensorik dan motoriknya. Terapi ini melibatkan penggunaan
stimulasi sensorik yang terstruktur dan terkendali untuk meningkatkan kemampuan tubuh
dalam mengintegrasikan dan mengatur input sensorik. Terapis sensorik yang terlatih
dapat melakukan evaluasi terhadap Rizky untuk mengidentifikasi kesulitan sensorik
spesifik yang dialaminya dan merancang program terapi yang sesuai. Program terapi
sensorik dapat melibatkan aktivitas yang menargetkan sistem sensorik tertentu, seperti
penggunaan alat-alat berat atau sentuhan terapeutik, untuk membantu Rizky memperbaiki
integrasi sensorik dan meningkatkan keterampilan motorik kasarnya.
d. Pendekatan yang memadukan stimulasi sensorik dan motorik

Pendekatan yang memadukan stimulasi sensorik dan motorik dalam aktivitas fisik
dapat bermanfaat bagi Rizky. Aktivitas yang melibatkan penggunaan stimulasi sensorik
yang bervariasi, seperti berjalan di berbagai permukaan tekstur, melompati rintangan,
atau melempar bola ke target, dapat membantu meningkatkan integrasi sensorik dan
koordinasi gerakan kasarnya. Melalui pendekatan ini, Rizky dapat mendapatkan
rangsangan sensorik yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan motorik
kasarnya secara optimal.
Dengan menerapkan teori integrasi sensorik, Rizky dapat mendapatkan intervensi
yang tepat untuk membantu mengatasi keterbatasan dalam integrasi sensorik dan
motoriknya. Terapi sensorik atau pendekatan yang memadukan stimulasi sensorik dan

24
motorik dapat membantu memperbaiki kemampuan Rizky dalam menghasilkan gerakan
yang terkoordinasi dan tepat. Penting untuk bekerja sama dengan terapis sensorik yang
berpengalaman dan melibatkan keluarga serta lingkungan sekitar Rizky untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi perkembangan keterampilan
motorik kasarnya.
4. Teori interaksi sosial dan partisipasi

Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan partisipasi dalam aktivitas
fisik untuk perkembangan motorik. Rizky mungkin mengalami keterbatasan partisipasi
dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara kasar, karena kesulitan
motorik kasarnya. Hal ini dapat memengaruhi rasa percaya diri dan motivasinya untuk
terlibat dalam aktivitas fisik. Lingkungan yang mendukung, dukungan teman sebaya, dan
bimbingan yang tepat dari guru atau ahli terkait dapat membantu Rizky merasa lebih
termotivasi dan terlibat dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara kasar. 8
a. Pentingnya interaksi sosial

Interaksi sosial dengan teman sebaya, guru, dan anggota keluarga dapat memiliki
dampak positif pada perkembangan motorik kasar Rizky. Melalui interaksi sosial, Rizky
dapat belajar melalui contoh dan dorongan positif dari orang lain. Dukungan dan
semangat yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya dapat membantu meningkatkan
motivasinya untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan mengatasi keterbatasannya dalam
gerakan tubuh secara kasar. Melibatkan Rizky dalam kegiatan kelompok atau olahraga
bersama teman sebaya juga dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi
untuk berpartisipasi dalam gerakan tubuh kasar.
b. Dukungan dari guru dan ahli terkait

Peran guru dan ahli terkait sangat penting dalam membantu Rizky mengatasi
keterbatasan motorik kasarnya dan mendorong partisipasinya dalam aktivitas fisik. Guru
dapat memberikan bimbingan dan instruksi yang tepat untuk membantu Rizky
mengembangkan keterampilan motorik kasarnya. Ahli terkait, seperti terapis fisik atau
terapis okupasi, dapat memberikan intervensi yang sesuai dan latihan yang ditargetkan
untuk membantu Rizky memperbaiki kemampuan motorik kasarnya. Dengan dukungan
yang tepat dari guru dan ahli terkait, Rizky akan merasa didukung dan termotivasi untuk
terus berusaha meningkatkan keterampilan motorik kasarnya.
8
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD Konsep, Karakteristik & Implementasi Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Hlm 37-38

25
c. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan sekitar Rizky juga berperan penting dalam mendorong partisipasinya


dalam aktivitas fisik. Lingkungan yang mendukung termasuk tersedianya fasilitas
olahraga yang sesuai dan aman, seperti lapangan bermain atau taman yang
memungkinkan Rizky bergerak dan berlatih gerakan tubuh secara kasar. Selain itu,
lingkungan yang positif dan inklusif yang mendorong partisipasi semua anak, termasuk
mereka dengan keterbatasan motorik, dapat membantu Rizky merasa diterima dan
termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas fisik. Kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung akan sangat
menguntungkan perkembangan motorik kasar Rizky.
Dengan memperhatikan teori interaksi sosial dan partisipasi, pendekatan yang
holistik dapat diterapkan untuk membantu Rizky mengatasi keterbatasan motorik
kasarnya. Dengan adanya dukungan sosial yang positif, bimbingan yang tepat dari guru
dan ahli terkait, serta lingkungan yang mendukung, Rizky akan merasa termotivasi,
percaya diri, dan terlibat dalam aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara
kasar.
Melalui pendekatan yang berorientasi pada teori-teori ini, Rizky dapat menerima
intervensi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan motorik kasarnya. Terapis fisik,
terapis okupasi, atau ahli terkait lainnya dapat membantu dalam mengevaluasi dan
merancang program intervensi yang sesuai dengan kebutuhan individu Rizky. Selain itu,
melibatkan Rizky dalam aktivitas fisik yang menyenangkan dan mendukung, serta
memberikan kesempatan latihan dan stimulasi yang tepat, akan membantu memperbaiki
perkembangan keterampilan motorik kasarnya.9
b. Dalam kasus Amanda, terdapat kesulitan dalam mengembangkan
keterampilan motorik halusnya, terutama dalam menulis huruf dengan
presisi yang diperlukan.

Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis kasus ini adalah:
1. Teori perkembangan motorik halus

Teori ini menjelaskan perkembangan keterampilan motorik halus, yang


melibatkan gerakan yang halus dan terkoordinasi dari tangan dan jari-jari. Amanda
mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halusnya. Kesulitannya
9
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD Konsep, Karakteristik & Implementasi Pendidikan Anak Usia
Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).hlm 49-51

26
dalam mengontrol gerakan tangan dan jari-jari dengan presisi yang diperlukan dapat
menunjukkan bahwa ia berada di tahap perkembangan motorik halus yang tertinggal
dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Hal ini dapat memengaruhi kemampuannya
dalam menulis huruf dengan rapi dan jelas.
2. Teori integrasi sensorik

Teori ini menekankan pentingnya integrasi informasi sensorik dalam


pengembangan keterampilan motorik halus. Amanda mungkin menghadapi kesulitan
dalam mengintegrasikan informasi sensorik yang diterimanya, seperti persepsi sensorik
tangan dan pengendalian gerakan halus jari-jari. Gangguan dalam integrasi sensoriknya
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan gerakan halus dengan presisi,
seperti mengikuti garis-garis atau membentuk huruf dengan tepat. Terapi sensorik atau
pendekatan yang memadukan stimulasi sensorik dan motorik dapat membantu Amanda
mengatasi keterbatasannya dan meningkatkan keterampilan motorik halusnya.
3. Teori perkembangan kognitif

Teori ini mengaitkan perkembangan motorik dengan perkembangan kognitif anak.


Kesulitan Amanda dalam mengikuti garis-garis atau bentuk huruf yang ditentukan
mungkin terkait dengan keterbatasan dalam kemampuan kognitifnya, seperti pemahaman
tentang bentuk dan urutan gerakan. Dalam hal ini, pendekatan yang menggabungkan
aspek kognitif dalam latihan motorik halus dapat membantu Amanda meningkatkan
kemampuannya dalam mengontrol gerakan tangan dan jari-jarinya saat menulis.
4. Teori intervensi pendidikan inklusif

Teori ini menekankan pentingnya pendekatan pendidikan inklusif dalam


membantu anak dengan keterbatasan perkembangan. Dalam konteks ini, pendekatan
inklusif memastikan bahwa Amanda mendapatkan dukungan dan bimbingan yang tepat
dari guru dan lingkungan sekolahnya. Guru dapat menggunakan strategi pembelajaran
yang berfokus pada pengembangan keterampilan motorik halus, seperti latihan menulis
dan kegiatan manipulatif yang melibatkan gerakan halus tangan dan jari-jari. Lingkungan
sekolah yang inklusif juga dapat memberikan kesempatan bagi Amanda untuk
berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar dari mereka.
Dengan mempertimbangkan teori-teori ini, Amanda dapat menerima intervensi
yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan motorik halusnya. Pendekatan terstruktur
dan terarah, seperti terapi sensorik, latihan motorik halus yang melibatkan stimulasi

27
sensorik, dan penggunaan strategi pembelajaran yang inklusif, akan membantu Amanda
mengatasi keterbatasan motorik halusnya. Dukungan dan bimbingan dari guru, ahli
terkait, dan lingkungan sekolah yang inklusif akan menjadi faktor penting dalam
perkembangan keterampilan motorik halus Amanda.
2. Rekomendasi penyelesaian kasus
a. Dalam kasus ini, penting untuk mengambil pendekatan holistik dalam
membantu Rizky mengatasi keterbatasan perkembangan keterampilan motorik
kasarnya. Berikut adalah beberapa rekomendasi penyelesaian yang dapat membantu
Rizky:
1. Evaluasi oleh professional

Pertama-tama, Rizky sebaiknya dievaluasi oleh seorang profesional seperti terapis


fisik atau terapis okupasi yang berpengalaman dalam anak-anak dengan keterbatasan
motorik. Evaluasi ini akan membantu mengidentifikasi masalah spesifik yang dialami
oleh Rizky dan membantu merancang program intervensi yang sesuai.
2. Terapi fisik atau terapi okupasi

Terapi fisik atau terapi okupasi dapat memberikan intervensi yang terstruktur dan
terarah untuk membantu meningkatkan keterampilan motorik kasar Rizky. Terapis akan
bekerja dengan Rizky dalam sesi terapi rutin yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot
inti, meningkatkan keseimbangan, dan meningkatkan koordinasi tubuhnya. Mereka juga
dapat memberikan latihan-latihan khusus yang sesuai dengan kebutuhan Rizky.
3. Olahraga dan aktivitas fisik yang disesuaikan

Rizky harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam olahraga dan


aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuannya. Pilihlah kegiatan yang mengandung
gerakan tubuh secara kasar, seperti bersepeda, berenang, atau bermain dengan bola.
Pastikan aktivitas tersebut disesuaikan dengan tingkat kemampuan Rizky, sehingga dia
dapat mengembangkan keterampilan motorik kasarnya secara bertahap.
4. Penguatan otot dan latihan keseimbangan

Latihan penguatan otot dan latihan keseimbangan dapat membantu Rizky


memperkuat otot-ototnya dan meningkatkan keseimbangan tubuhnya. Latihan-latihan ini
bisa dilakukan dalam sesi terapi atau di rumah dengan bimbingan terapisnya. Beberapa
contoh latihan yang mungkin termasuk berdiri di satu kaki, berjalan di atas garis lurus,
atau menggunakan alat-alat bantu seperti bola keseimbangan.

28
5. Integrasi sensorik

Jika diperlukan, Rizky dapat menjalani terapi integrasi sensorik. Terapi ini
bertujuan untuk mengintegrasikan informasi sensorik tubuhnya agar dia dapat lebih
efektif dalam mengkoordinasikan gerakan tubuhnya. Terapis akan menggunakan teknik-
teknik khusus untuk merangsang sistem sensorik Rizky dan membantu memperbaiki
respons motoriknya.
6. Dukungan dari sekolah dan keluarga

Sekolah dan keluarga Rizky harus memberikan dukungan yang konsisten dan
inklusif. Kolaborasi dengan guru kelas dan tenaga pendidik lainnya dapat membantu
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan motorik Rizky.
Keluarga juga dapat melibatkan Rizky dalam aktivitas fisik di rumah, seperti bermain di
taman atau melakukan permainan motorik yang menyenangkan.
7. Kesabaran dan penghargaan

Penting bagi semua orang yang terlibat dalam pendampingan Rizky untuk
bersabar. Keterampilan motorik kasar membutuhkan waktu dan latihan yang
berkelanjutan untuk berkembang. Memberikan penghargaan dan pujian atas usaha dan
kemajuan Rizky dapat meningkatkan motivasinya dan membantu memperkuat
keterampilan motorik kasarnya.
Ingatlah bahwa setiap anak adalah unik, dan rekomendasi di atas hanyalah
pedoman umum. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi
untuk menentukan pendekatan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan Rizky.10
b. Dalam kasus ini, ada beberapa rekomendasi penyelesaian yang dapat membantu
Amanda mengatasi kesulitan dalam mengembangkan keterampilan motorik
halusnya:
1. Evaluasi oleh professional

Amanda sebaiknya dievaluasi oleh seorang profesional seperti terapis okupasi


yang berpengalaman dalam anak-anak dengan keterbatasan motorik halus. Evaluasi ini
akan membantu mengidentifikasi masalah spesifik yang dialami oleh Amanda dan
membantu merancang program intervensi yang sesuai.
2. Terapi okupasi

10
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak, Tangerang: Universitas Terbuka, 2016. Hlm 70-72

29
Terapi okupasi dapat memberikan intervensi yang terstruktur dan terarah untuk
membantu meningkatkan keterampilan motorik halus Amanda. Terapis akan bekerja
dengan Amanda dalam sesi terapi rutin yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot kecil
tangan dan jari-jarinya, meningkatkan koordinasi mata-tangan, dan mengembangkan
kontrol gerakan yang presisi. Mereka juga dapat memberikan latihan-latihan khusus yang
fokus pada menulis huruf dan mengikuti garis-garis atau bentuk yang ditentukan.
3. Latihan tangan dan jari

Amanda dapat melakukan latihan-latihan tangan dan jari di rumah untuk


memperkuat otot-otot kecil tersebut. Contohnya, latihan memegang dan memindahkan
kancing, meremas bola kecil, atau bermain dengan permainan konstruksi. Latihan-latihan
ini dapat membantu meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keterampilan kontrol
gerakan tangan dan jari-jari Amanda.
4. Peralatan bantu

Menggunakan peralatan bantu seperti pensil khusus atau alat tulis dengan
pegangan yang lebih besar dapat membantu Amanda dalam menulis huruf dengan lebih
baik. Alat-alat ini dapat memberikan pegangan yang lebih nyaman dan memungkinkan
Amanda untuk lebih mengontrol gerakan tulisan.
5. Aktivitas sensorik

Terapis okupasi juga dapat menggunakan aktivitas sensorik untuk membantu


meningkatkan persepsi dan respons motorik Amanda. Misalnya, menggunakan pasir
kinetik atau bahan lain yang menyenangkan untuk melatih kemampuan sentuhan dan
gerakan jari-jari. Aktivitas ini dapat membantu meningkatkan koordinasi mata-tangan
serta kepekaan sensorik Amanda terhadap gerakan dan tekanan.
6. Latihan tulisan huruf dan bentuk

Amanda perlu dilibatkan dalam latihan rutin untuk menulis huruf dan mengikuti
garis-garis atau bentuk yang ditentukan. Terapis atau guru dapat memberikan lembar
latihan dengan panduan yang jelas untuk membantu Amanda berlatih mengontrol gerakan
tulisannya. Penting untuk memberikan pujian dan dorongan yang positif saat dia
membuat kemajuan.
7. Penggunaan teknologi

30
Dalam era digital, ada banyak aplikasi dan perangkat lunak yang dapat membantu
melatih keterampilan motorik halus. Pilihlah aplikasi atau perangkat lunak yang
dirancang khusus untuk meningkatkan keterampilan menulis atau keterampilan motorik
halus secara interaktif. Pastikan penggunaan teknologi ini tetap termonitor dan sesuai
dengan panduan yang diberikan oleh profesional.
8. Dukungan dari sekolah dan keluarga

Sekolah dan keluarga Amanda harus memberikan dukungan yang konsisten dan
inklusif. Kolaborasi dengan guru kelas dan tenaga pendidik lainnya dapat membantu
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan motorik halus Amanda.
Keluarga juga dapat melibatkan Amanda dalam aktivitas yang melibatkan gerakan tangan
dan jari, seperti bermain permainan puzzle atau mewarnai.
Ingatlah bahwa setiap anak adalah unik, dan rekomendasi di atas hanyalah
pedoman umum. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi
untuk menentukan pendekatan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan Amanda.11

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus di SD Negeri Teladas, Kabupaten Musi Rawas Utara,


dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan fisik motorik kasar dan halus anak usia
sekolah dasar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran.
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil:
1. Pentingnya perkembangan fisik motorik kasar

Kemampuan anak dalam melakukan gerakan kasar seperti berlari, melompat,


dan melempar memiliki pengaruh langsung terhadap partisipasi mereka dalam
aktivitas fisik di sekolah. Anak-anak dengan perkembangan motorik kasar yang baik
cenderung lebih aktif dan terlibat dalam kegiatan fisik seperti olahraga, permainan,
11
Maslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Malang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2006) hlm 12-14

31
dan kegiatan ekstrakurikuler. Ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kebugaran
mereka secara keseluruhan.
2. Pentingnya perkembangan fisik motorik halus

Perkembangan motorik halus, yang melibatkan koordinasi mata dan tangan,


kekuatan otot jari, dan keterampilan manipulasi objek, juga sangat penting dalam
proses pembelajaran di sekolah dasar. Keterampilan seperti menulis, menggambar,
memotong, dan menggunting membutuhkan kemampuan motorik halus yang baik.
Anak-anak dengan perkembangan motorik halus yang kuat akan lebih mudah dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik dan kreatif.
3. Dampak keterlambatan perkembangan motorik

Jika anak-anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar


atau halus, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah. Keterbatasan dalam gerakan fisik dapat mempengaruhi partisipasi mereka
dalam kegiatan fisik, keterampilan sosial, dan interaksi dengan teman sebaya. Ini
dapat mengurangi kepercayaan diri dan motivasi mereka dalam belajar.
4. Peran sekolah dalam pembelajaran motorik

Sekolah memiliki peran penting dalam memfasilitasi perkembangan fisik


motorik anak usia sekolah dasar. Guru dapat melibatkan anak-anak dalam kegiatan
fisik yang melibatkan gerakan kasar dan halus, seperti olahraga, permainan kelompok,
seni rupa, dan keterampilan praktis. Dukungan dan fasilitas yang tepat juga harus
disediakan, termasuk ruang bermain, lapangan olahraga, dan peralatan yang aman dan
sesuai untuk anak-anak.
5. Kolaborasi dengan orang tua

Kerjasama antara sekolah dan orang tua sangat penting dalam memonitor dan
mendorong perkembangan motorik anak. Orang tua dapat memberikan dukungan di
rumah dengan melibatkan anak dalam aktivitas fisik dan permainan yang mendorong
gerakan kasar dan halus. Komunikasi terbuka antara guru dan orang tua juga
memungkinkan pemantauan yang efektif terhadap kemajuan anak dalam hal
perkembangan fisik motoriknya.
Dalam kesimpulannya, perkembangan fisik motorik kasar dan halus
memainkan peran krusial dalam proses pembelajaran anak usia sekolah dasar.
Fasilitasi yang tepat dari sekolah, kerjasama dengan orang tua, dan perhatian yang

32
diberikan terhadap keterlambatan perkembangan motorik akan membantu anak-anak
mencapai potensi penuh mereka dan mendukung keberhasilan mereka dalam
pembelajaran.
B. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari makalah mengenai masalah
perkembangan fisik motorik kasar dan halus anak usia sekolah dasar dalam proses
pembelajaran di SD Negeri Teladas, Kabupaten Musi Rawas Utara:
1. Peningkatan kesadaran dan pemahaman

Penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan anak usia sekolah
dasar, termasuk guru, orang tua, dan tenaga pendidik lainnya, untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya perkembangan fisik motorik kasar dan
halus. Workshop, seminar, atau pelatihan dapat diadakan untuk memberikan informasi
dan pengetahuan tentang perkembangan motorik anak-anak, serta strategi dan pendekatan
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum yang holistic

Kurikulum sekolah perlu dikembangkan dengan pendekatan holistik yang


memperhatikan perkembangan fisik motorik kasar dan halus anak-anak. Kurikulum harus
mencakup kegiatan fisik yang beragam, termasuk olahraga, seni rupa, dan keterampilan
praktis, untuk mempromosikan perkembangan motorik kasar dan halus secara seimbang.
3. Penyediaan fasilitas dan sumber daya yang memadai

Sekolah perlu memastikan bahwa mereka memiliki fasilitas dan sumber daya yang
memadai untuk mendukung perkembangan fisik motorik anak-anak. Hal ini meliputi
ruang bermain yang aman dan stimulatif, peralatan yang sesuai dengan usia anak-anak,
serta buku dan materi pembelajaran yang mendukung perkembangan motorik halus.
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan SD Negeri Teladas dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan fisik motorik
kasar dan halus anak usia sekolah dasar secara optimal.

33
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2007).
Andryani Esti Wibowo, Pengaruh Pembelajaran Sains Terhadap Perkembangan Fisik
Motorik Pada Anak Kelompok B Di Tk Desa Kateguhan 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun
Ajaran 2016/2017, Skripsi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2017.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Masganti, Perkembangan Peserta Didik, Depok: Premadamedia Group Kencana, 2017.
Maslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Malang: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 2006)
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD Konsep, Karakteristik & Implementasi
Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).

34
Rini Hildayani, Psikologi Perkembangan Anak, Tangerang: Universitas Terbuka, 2016.
Suyadi dkk, Perkembangan Fisik-Motorik Siswa Usia Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya, Jurnal Ilmiah PGMI, Vol 4, No. 2, Desember 2018, hlm.170-182.
Syamsul Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004). Tri Murti, Perkembangan Fisik Motorik Dan Perseptual Serta
Implikasinya Pada Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jurnal Wahana Sekolah Dasar, ISSN:
0854-8293, 2018. Hlm 21-28.

35

Anda mungkin juga menyukai