Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS ANAK USIA DINI

“Pencapaian Perkembangan Sosial Anak Usia Dini”

DI SUSUN OLEH

Kelompok 8:
1. Dewi Sapitri (209210030)
2. Putri A (209210025)
3. Zalika (209210024)

DOSEN PENGAMPU :

Anisak, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS


TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDI JAMBI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat


petunjuk Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tugas kuliah pada bidang studi Pembelajaran IPS Anak Usia Dini yang
diampu oleh Ibuk Anisa. M.Pd.I beriring salam tak lupa penulis.

Sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua


umat di alam ini dengan cahaya kebenaran. Penulis menyadari dalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekeurangan.

Baik dari segi isi maupun dalam segi bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca, Amiin.

Jambi, 12 November 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….2
C. Tujuan Penulis……………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………...3

A. Pengertian Anak Usia Dini.……………………………………..…………3

B. Perkembangan Sosial anak usia dini………………….…....…..…….……4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….11


A. Kesimpulan…………………………………………………………….….11
B. Saran ……………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…..12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur


hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. Ciri-ciri perktumbuhan dan perkembangan anak antara lain,
menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap
yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan tersebut
meliputi perkembangan fisik, intelektual, bahasa, sosial-emosional. Seorang
anak pada usia dini dari hari ke hari akan mengalami perkembangan,
perkembangan tersebut berlangsung secara cepat dan sangat berpengaruh
terhadap perkembangannya selanjutnya. Namun tentunya tiap anak tidak sama
persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat berkembang ada pula yang
membutuhkan waktu agak lama. Tidak semua anak usia dini mengalami
perkembangan secara normal, banyak kendala/ permasalahan di dalam
perkembangannya yang disebabkan oleh beberapa faktor. Belajar pada
hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada diri
individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu
yang bersangkutan baik mencakup ranah-ranah efektif, kognitif dan psikomotor
Dalam pembahasan makalah ini, untuk mencapai pemahaman tentang dasar
teoritis perkembangan sosial dan emosi pada masing-masing (individu) anak
usia dini, maka diharapkan mampu mendeskripsikan secara singkat pengertian
sosial dan emosi, serta menggambarkan mekanisme terjadinya berbagai emosi
dalam diri manusia, serta memahami penahapan perkembangan sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian anak usia dini secara umum?

1
2. Bagaimana tahap perkembangan bahasa anak usia dini?

3. Apa saja permasalahan yang terdapat dalam perkembangan anak usia dini?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini?

C. Tujuan penulisan

Mengacu pada rumusan masalah,penulisan ini bertujuan :

1. Bagaimanakah pengertian anak usia dini secara umum?

2. Bagaimana tahap perkembangan bahasa anak usia dini?

3. Apa saja permasalahan yang terdapat dalam perkembangan anak usia dini?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang berada pada usia 0-6 tahun.. Usia
dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga
disebut Golden Age. Anak Usia Dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Anak Usia Dini
belajar dengan caranya sendiri. Karakteristik Umum Anak Usia Dini Usia dini
merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan
perkembangan masa selanjutnya. Erickson mengemukakan bahwa “masa
kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang
berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak”.

Sebagai seorang orang yang dewasa, orang tua menantikan tonggak


penting seperti belajar bagaimana untuk berguling dan merangkak. Masing-
masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik. Proses pematangan
terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya
terjadi sebelum mencapai tonggak lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan bayi
belajar merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk
menyadari bahwa tingkat di mana tonggak ini dicapai dapat bervariasi.
Beberapa anak belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang
sama-usia, sementara yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama.

Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang.


Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan
yang semakin kompleks. Tingkat di mana keterampilan motorik muncul
kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua. Pengasuh sering
khawatir tentang apakah anak-anak mereka mengembangkan keterampilan-
keterampilan pada tingkat normal. Sebagaimana disebutkan di atas, maka
terdapat 3 jenis keterampilan motorik:

3
Otot besar berkembang sebelum otot kecil tangan. Otot tubuh dalam inti,
kaki dan tangan berkembang sebelum mereka di jari. Anak-anak belajar
bagaimana melakukan bruto (atau besar) keterampilan motorik seperti berjalan
sebelum mereka belajar untuk melakukan denda (atau kecil) keterampilan
motorik seperti menggambar. Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar.
Otot terletak di inti tubuh menjadi lebih kuat dan mengembangkan lebih cepat
dari yang di kaki dan tangan. Pembangunan berjalan dari atas ke bawah, dari
kepala ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi belajar untuk menahan
kepala mereka sebelum mereka belajar cara merangkak.

B. Perkembangan Sosial anak usia dini

Perkembangan Sosial Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia


dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicori). Syamsuddin (1995:105)
mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi
makhluk sosial", sedangkan menurut Loree (1970:86) "sosialisasi merupakan
suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya
terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti
orang lain di dalam lingkungan sosialnya". Muhibin (1999:35) mengatakan
bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social
self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa,
dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa
perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku
sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial".Perkembangan Sosial Perilaku
sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan
teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan
dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam
kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan membentuk
perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.

4
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah
laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah suatu proses
dalam kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan
dalam lingkungan kehidupan anak. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang
anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya.
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses
sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling
berhubungan satu sama lainnya

Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini,


individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial
dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah
lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk
mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok.
Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa
kesepian apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan
bahagia jika selalu berada dengan orang lain. Adapun kelompok individu
nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga
proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan
kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan
sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu
individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja
melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan
oleh kelompok sosial.

Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula


istilah individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan
seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun
keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran,

5
kecenderungan introvert, biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain
Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-
keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang
terjadi di luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka
menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi
yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-
menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai
tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu kepribadian
yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Dengan
demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta
kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan. Di negara
sedang berkembang, penyebab cacat mental yang utama adalah kerusakan pada
otak saat kelahiran. Kehamilan yang tidak di control, bimbingan persalinan
yang tidak tepat, bantuan persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang
memadai banyak mengakibatkan kerusakan pada otak anak. Anak menderita
infeksi yang merusak otak seperti meningitis, encephalitistu berkulosis, dan
lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami kerusakan otak akibat
penyakit-penyakit tersebut menderita deficit neorologikdan cacat mental
Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu partumbuhan dan
fungsi susunan syaraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok
ekonomi lemah. Kekurangan yodium dapat mempengaruhi perkembangan
mental anak, termasuk salah satu penyebab cacat mental. Untuk mengenal anak
cacat mental secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indicator. Usia dini
merupakan masa yang paling baik untuk meletakan dasar yang kokoh bagi
perkembangan mental - emosional dan potensi otak anak yang akan
mempengaruhi kejiwaan anak. Teori dan penelitian Daniel Goleman tentang
kecerdasan emosi (Emotional Intelligence/ EQ), mengingatkan bahwa
keberhasilan hidup manusia tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan
intelektual (IQ) seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi justru ditentukan
oleh emotional intelligence. Kecerdasan emosi ini sangat terkait dengan

6
belahan otak kanan. Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar (80%)
ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ).Sehingga anak yang kurang dalam
pemenuhan kebutuhan perkembangan emosi senantiasa akan mengalami
gangguan emosi dan perilaku seperti, agresif secara verbal dan/atau fisik yang
bisa membahayakan dirinya atau orang lain, menarik diri atau tidak percaya diri,
pencemas dan juga bisa hiperaktif, yang mengakibatkan kurang perhatian
dalam kegiatan disekolah secara optimal dan selalu menunjukan skala rendah
dalam pencapaian program pembelajaran yang telah ditargetkan

Perkembangan emosi yang dibutuhkan anak usia dini meliputi segala


bentuk hubungan yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya
diri sebagai dasar dari perkembangan selanjutnya, yang ini mutlak perlu
diperhatikan oleh orang tua ataupun guru sejak dini Apabila masalah
perkembangan emosi pada anak kurang diperhatikan atau tidak dipenuhi dan
tidak segera ditangani maka akan berakibat vital terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik tingkat kecerdasan (IQ), kecerdasan emosional (EQ),
serta kecerdasan spiritual (SQ). Bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide,
pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan atau secra tertulis. Tidak
menutup kemungkinan akan ditemukan anak usia dini yang mengalami
kesulitan dalam berbahasa, tidak mampu memahami bahasa lisan, tidak
mampu mengutarakan isi hati dengan kaimat, berbicara tidak jelas, gagap,
dsbnya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat yang
penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan
mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain.
Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan
penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan
pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa
yang dipikirkan oleh anak.

7
Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas
perkembangan bicara anak yang umumnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan di dalam kosa kata (bahasa) anak tersebut pada saat
bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara menggunakan kata-kata
terus dianggap muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan berbicara
tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak pengaruh
yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak
masuk sekolah. Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan
paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara,
bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan
rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat
penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.

Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius


keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak
hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang
lebih luas dan bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang
berkembang sangat pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari golongan
yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka
(anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang
kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan
anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak
mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan
waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan
bicara pada anak didik tersebut.

Setelah kita mengetahui apa dan bagaimana mekanisme terjadinya


emosi pada individu, selanjutnya kita akan membahas tentang tungsi atau
peranan emosi pada perkembangan anak. Fungsi dan peranan yang dimaksud
adalah sebagai berikut. Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat
menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain. Sebagai contoh,
anak yang merasakan sakit atau marah biasanya mengekspresikan emosinya

8
dengan menangis. Menangis ini merupakan bentuk komunikasi anak dengan
lingkungannya pada saat ia belum mampu mengutarakan perasaannya dalam
bentuk bahasa verbal. Demikian pula halnya ekspresi tertawa terbahak-bahak
ataupun memeluk ibunya dengan erat. Ini merupakan contoh bentuk
komunikasi anak yang bermuatan emosional. Emosi berperan dalam
mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan
sosialnya, antara lain berikut ini.

Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber


penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini
akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri. Penilaian ini akan
menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan seorang anak, sekaligus
membentuk konsep diri anak berdasarkan perlakuan tersebut. Sebagai contoh,
seorang anak sering mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis,
lingkungan sosialnya akan menilai ia sebagai anak yang "cengeng". Anak akan
diperlakukan sesuai dengan penilaiannya tersebut, misalnya entah sering
mengolok-olok anak, mengucilkannya atau bisa juga menjadi over
protective. Penilaian dan perlakuan terhadap anak yang disebut "cengeng" ini
akan mempengaruhi kepribadian dan penilaian diri anak. Emosi menyenangkan
atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak melalui
reaksi-reaksi yang ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial,
anak dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat diterima
lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang muncul
dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya. Reaksi yang
kurang menyenangkan ini, membuat anak memperbaiki ekspresi emosinya agar
dapat diterima di lingkungan masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan
ekspresi emosi yang disukai lingkungannya. Anak yang empati dan suka
berbagi mainan dengan temannya, akan disukai oleh lingkungannya. Anak akan
tetap mempertahankan perilakunya karena ia menyukai reaksi lingkungan
terhadapnya. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah
laku emosi anak yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis

9
lingkungan. Artinya, apabila ada seorang anak yang pemarah dalam suatu
kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu,
misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan, timbul pertengkaran atau
malah bubar. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat
menjadi satu kebiasaan. Artinya, apabila seorang anak yang ramah dan suka
menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan pun
menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut berulang-ulang
hingga akhirnya menjadi kebiasaan.

Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau


mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang mengalami
stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat menghambat anak
tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya, seorang anak akan menolak
bermain finger painting (melukis dengan jari tangan) karena takut akan
mengotori bajunya dan dimarahi orang tuanya. Aktivitas finger painting ini
sangat baik untuk melatih motorik halus dan indra perabaannya. Namun,
hambatan emosional (takut dimarahi orang tuanya) anak menjadi kehilangan
keberanian untuk mencobanya dan hilanglah kesempatan pengembangan
dirinya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu


mendapatkan perhatian serius. Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang
dikaruniakan Tuhan. Potensi tersebut perlu dirangsang dan difasilitasi agar
dapat berkembang dengan optimal. Banyak ahli menyatakan bahwa masa anak
usia dini merupakan masa peka dan amat penting bagi perkembangan
anak. Stimulasi terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua maupun orang lain
disekitar lingkungan anak akan membekas kuat dan tahan lama. Kesalahan
sedikit dalam memberikan stimulasi akan berdampak negatif jangka panjang
yang sulit diperbaiki.

B. Saran

Dengan telah tersusunya makalah ini, pembaca disarankan apabila ingin


melakukan pengkajian terhadap pembentukan karakter anak untuk menjadikan
makalah ini sebagai referensi. Selain itu bagi pembaca yang akan melakukan
penelitian serupa disarankan agar menjadikan makalah ini sebagai bahan acuan
penelitian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hadis, F.A. 1996. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan


Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.

Agus Ruslan. 2007. Pendidikan usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan
Pendidikan Masa Depan. Darul ma’arif: Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun


2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas: Jakarta.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar


Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta:
Jakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2002. Acuan Menu
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran
Generik). Depdiknas: Jakarta.

Helms, D. B & Turner, J.S. 1983. Exploring Child Behavior. New York : Holt
Rinehartand Winston.

Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Child Development, Sixth Edition. New York : Mc.
Graw Hill, Inc.

12

Anda mungkin juga menyukai