Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL INDIVIDU”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

Swistri Manik Ambarukni Ayunawang 2211011034

Desak Putu Delia Felisha 2211011035

Luh Putu Kartika Mahadewi Natha 2211011036

I Gusti Ayu Agung Sukma Febriantini 2211011048

KELAS A

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau

Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat beliau, kami bisa

menyelesaikan tugas makalah Perkembangan Emosi dan Sosial Individu ini

dengan lancar tanpa halangan sedikitpun.

Makalah Perkembangan Emosi dan Sosial Individu dapat kami susun

berkat dukungan dari beberapa pihak. Selanjutnya, tidak lupa saya ucapkan

terimakasih kepada Ibu Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, S.Psi., M.Pd. dan Ibu

Luh Putu Sri Lestari, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen mata kuliah Perkembangan

Peserta Didik yang telah memberikan arahan yang jelas sehingga mempermudah

kami menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Sehingga bisa

memberikan manfaat yang lebih baik bagi pembaca.

Singaraja, 26 September 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian Perkembangan Emosi dan Sosial ...................................... 3

2.2 Tahap Perkembangan Emosi dan Sosial Sejak Masa Kanak hingga

Usia Lanjut .......................................................................................... 3

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi dan Sosial

............................................................................................................. 8

2.4 Hambatan pada Perkembangan Emosi dan Sosial .............................. 8

2.5 Upaya Optimalisasi Perkembangan Emosi dan Sosial ....................... 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu pasti mengalami yang namanya perkembangan seiring

dengan berjalannya waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan

kemampuan fisik individu dari fase prenatal (dalam kandungan) hingga

dewasa. Perkembangan merupakan suatu perubahan menuju tingkat

kematangan/kedewasaan dan dapat diukur secara kualitatif. Sedangkan,

perkembangan individu adalah perubahan secara sistematis dan nyata yang

dialami oleh seseorang menuju tahap kedewasaan dan diukur secara

kualitatif.

Namun, perkembangan setiap orang berbeda-beda karena dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud adalah faktor hereditas/genetik,

lingkungan, nilai dan moral, kematangan, dan sebagainya. Terdapat pula

enam aspek perkembangan yang dialami oleh individu, yaitu nilai agama dan

moral, fisik motorik, sosial emosional, kognitif, Bahasa, dan seni.

Perkembangan memiliki tugas yang penting pada setiap fase perkembangan,

yang pertama yaitu pada bayi memiliki tugas perkembangan seperti belajar

untuk duduk dan berdiri. Kedua, fase kanak-kanak memiliki tugas

perkembangan seperti belajar berteman baik dengan teman sebaya. Ketiga,

fase anak-anak seperti belajar keterampilan fisik yang berguna saat bermain.

Keempat, fase remaja seperti mencapai pola hubungan yang matang dengan

lawan jenis. Kelima, fase dewasa seperti mulai bekerja mencari nafkah,

mencari pasangan hidup dan masih banyak lagi.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi dan sosial?

2. Bagaiman tahap/proses perkembangan emosi dan sosial dari masa kanak

hingga usia lanjut?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan

sosial?

4. Apa saja hambatan dalam perkembangan emosi dan sosial?

5. Bagaiman upaya optimalisasi perkembangan emosi dan sosial?

1.3 Tujuan

Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dewi Arum

Whidiyanti Metra Putri, S.Psi., M.Pd. sebagai dosen mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik dan mengajak pembaca dan penulis untuk

berpikir kritis serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

perkembangan emosi dan sosial individu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Emosi dan Sosial

Terdapat enam aspek perkembangan dalam diri individu, salah

satunya adalah perkembangan emosional sosial. Emosi merupakan suatu

suasana atau keadaan seseorang yang dapat merasakan perasaan senang, sedih,

marah dan perasaan lainnya. Perkembangan emosi adalah suatu perubahan

keadaan atau suasana perasaan seseorang yang tidak terkontrol. Menurut

Merianti dan Nuine (2018), Emosi diartikan sebagai suatu proses yang

mendorong dalam melakukan sesuatu. Menurut Hasim Er Al (2012), Emosi

dimaknai sebagai suasana pergejolakan dalam proses penyesuaian diri yang

berasal dari dalam diri individu.

Sosial merupakan suatu aspek yang berhubungan dengan masyarakat.

Perkembangan sosial adalah sebuah proses pembentukan kepribadian individu

dalam masyarakat untuk bisa melakukan suatu perilaku yang sesuai dengan

norma-norma di lingkungan sosial masyarakat sekitar. Menurut Elizabeth B.

Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap

atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi

masyarakat. Jadi, perkembangan emosi dan sosial adalah aspek penting yang

harus dan melekat pada diri individu dan perlu diperhatikan.

2.2 Tahapan Perkembangan Emosi dan Sosial Sejak Masa Kanak sampai

dengan Usia Lanjut

3
Pada perkembangan setiap individu terdapat tahapan/proses

perkembangan emosi dan sosial, yang dimana setiap fase perkembangan

individu mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Berikut tahapan dan

proses perkembangan emosi dan sosial dari masa kanak-kanak (2-12 tahun)

hingga usia lanjut (>60):

1. Tahap Perkembangan Kanak-Kanak I: Keinginan (2-3 Tahun)

Pada tahap ini rasa keingintahuan anak sangat besar terhdap

lingkungan dan bagaimana respon lingkungan terhadap perilakunya. Di

usia ini Anak mulai berekplorasi untuk memuaskan rasa keingintahuannya,

seperti berlarian, mengambil mainan, mencabut tumbuhan, berteriak dan

sebagainya. Sehingga orang tua memiliki peran penting dalam

perkembangan anak pada tahap ini untuk mendorong kemampuan dan rasa

keingintahuan anak terhadap lingkungannya. Mungkin sebagian orang tua

pada tahap ini merupakan tahapan yang paling mengesalkan dan penuh

kesabaran besar, karena pada usia ini anak sangat super aktif. Sehingga

orang tua menjadi kesal dan melarang kegiatan anak yang menurut orang

tua berbahaya. Ketika orang tua kesal dan khawatir anak akan sering

mendengar kata “Jangan, nanti jatuh!”. Hal itu merupakan ekspresi

kekhawatiran orang tua terhadap perilaku anaknya, namun orang tua tidak

perlu khawatir anak melakukan kegiatan tersebut karena tahap ini akan

membuat anak belajar dan beradaptasi pada lingkungannya.

2. Tahap Perkembangan Kanak-Kanak II: Maksud (3-6 tahun)

Pada tahap kedua, perkembangan emosi dan sosial anak memiliki

maksud atau tujuannya. Apakah lingkungan akan merespon inisiatif anak

4
atau menolaknya. Anak akan inisiatif melakukan sesuatu ataupun tidak

melakukan sesuatu. Ketika dia ingin tahu apakah lingkungan meresponnya,

anak akan berinisiatif untuk belajar sesuatu. Contoh, anak berinisiatif

meminta buku gambar untuk menggambar sesuatu pada ibunya. Pada

contoh tersebut, anak akan melihat apakah ibunya merespon permintaannya

atau tidak. Jika ibunya merespon anak akan belajar hal dalam keterampilan

menggambar yang menjadi faktor tumbuhnya minat dan bakat pada anak.

Namun sebaliknya, jika ibunya tidak memberikan buku gambar yang

diminta anak, anak tidak akan dapat mengasah kemampuan belajar

menggambar. Sehingga dapat menghambat perkembangan bakat anak

nantinya.

3. Tahap Perkembangan Kanak-Kanak III: Kompetensi (6-12 tahun)

Tahap ini merupakan tahap anak memasuki sekolah dasar, dimana

dia akan berkompetisi dengan teman sebayanya. Hal ini akan membuat

perkembangan emosi anak meningkat dalam bersaing/berkompetisi dengan

temannya, namun tetap sesuai dengan keterampilan sosial yang ada seperti

belajar untuk tetap menjaga hubungan pertemanan, belajar mematuhi aturan

yang berlaku, dan belajar menguasai mata pelajaran di sekolah. Contohnya,

anak akan belajar dengan giat untuk meraih juara kelas dan mau

mengajarkan temannya yang sulit memahami tanpa membeda-bedakannya.

4. Tahap Perkembangan Remaja awal sampai akhir: Pubertas (12-19 tahun)

Tahap ini merupakan tahap individu pada usia remaja yang

mengalami masa pubertas dan mulai memahami keadaan realitas. Menurut

teori piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu

5
berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan usia dimana anak tidak lagi

merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada

dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam memecahkan

masalah. Masa pubertas adalah masa perkembangan organ-organ

reproduksi pada manusia menjadi aktif. Tahap ini, remaja akan mengalami

masa pubertas yang mempengaruhi emosi remaja menjadi lebih sensitif

atau labil karena emosi berhubungan dengan hormon dalam tubuh.

Contohnya, remaja mudah merasa tersinggung atau sedih saat baru putus

cinta. Emosi lebih mengendalikan remaja daripada pikiran realitas. Saat

berada di lingkungan masyarakat remaja cenderung jenuh dan emosinya

lebih meluap karena perasaan (mood) pada individu remaja sering berubah-

ubah.

5. Tahap Perkembangan Dewasa awal hingga akhir ( 20-50 tahun)

Tahap dewasa biasanya diawali dari apapun kegiatan yang dilalui

sudah tidak bisa main-main lagi dan merupakan masa transisi dari masa

remaja. Contohnya seperti sudah mulai memilih pasangan dan dilanjutkan

ke jenjang yang lebih serius. Aspek emosi dan sosial masa dewasa awal

masih mirip dengan masa remaja akhir dimana emosi masih mempengaruhi

kehidupan, namun bedanya di tahap dewasa ini sudah mulai ada

perkembangan untuk lebih bisa mengontrol diri. Pada tahap ini juga sudah

mulai merencanakan masa depan dengan baik, pastinya dipenuhi dengan

masalah serta ketegangan emosional. Masa dewasa ini biasanya diharapkan

untuk bisa memainkan peran baru seperti suami/istri. Suami harus memiliki

sikap dan peran sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah, bertanggung

6
jawab, melindungi keluarga dan sebagainya. Sedangkan, istri harus

memiliki sikap dan peran sebagai ibu rumah tangga, menjaga dan merawat

anak-anak, mengajari anak, dan masih banyak lagi. Tahap dewasa biasanya

sudah tidak bergantung lagi dengan orang tua dalam aspek ekonomis,

sosiologis maupun psikologis. Selain itu, pada tahap ini juga sudah tidak

mementingkan diri sendiri saja tetapi harus mementingkan orang lain. Masa

ini, harus memiliki sikap bertanggung jawab sebagai warga negara,

menemukan persahabatan dalam lingkungan sekitar dan mengembangkan

perekonomian untuk keluarga dan diri sendiri kedepannya. Contoh dari

perkembangan dewasa, yaitu seseorang yang awalnya masih terikat dengan

orang tua sekarang harus bisa lebih mandiri dalam hal apapun, bisa

mengontrol emosi, bisa memilih pasangan hidup dan bisa mencari nafkah

untuk keluarga baru.

6. Tahap Perkembangan Lanjut Usia ( 60-meninggal)

Pada tahap lansia (Lanjut Usia) merupakan tahap yang paling

banyak mengalami penurunan baik itu dari segi kesehatan maupun

penghasilan. Hal ini disebabkan oleh usia yang sudah tidak mendukung

untuk melakukan pekerjaan yang berat dan biasanya sangat banyak

mengalami perubahan. Salah satunya adalah perubahan atau perkembangan

emosi lanjut usia lebih cenderung terbiasa untuk melewati masalah-masalah

yang dialami dari fase remaja. Tahap ini juga membuat sifat dan perilaku

lansia kembali menjadi anak kecil. Contohnya dari perkembangan emosi,

seorang nenek mudah tersinggung jika tidak diperhatikan atau didengarkan

apa yang ia katakan. Hal ini dikarenakan perasaan lansia lebih sensitif dan

7
bertingkah laku manja agar selalu diperhatikan. Masa lansia biasa disebut

dengan masa kehilangan karena pada masa ini lansia banyak kehilangan

penghasilan, keluarga sekitar (ayah, ibu, saudara, paman, bibi dan lainnya),

aktivitas sosial, dan lain-lain. Masa lansia adalah masa akhir perkembangan

individu karena diakhiri dengan kematian. Oleh sebab itu, banyak lansia

yang merasa cemas untuk memasuki tahap ini, masa ini hanya bisa

menikmati sisa hidup dengan bahagia dan tenang.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi dan Sosial

Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial

anak adalah sebagai berikut.

a. Keadaann anak

b. Faktor belajar

c. Konflik dalam proses perkembangan

d. Lingkungan

e. Hereditas/ genetik

f. Jenis Kelamin

g. Perbedaan Usia

h. Kematangan

i. Pola asuh

j. Kebiasaan

k. Status ekonomi

2.4 Hambatan pada Perkembangan Emosi dan Sosial

8
Perilaku anak yang menyimpang dari nilai norma disebabkan oleh

adanya hambatan/gangguan pada perkembangan emosi dan sosial anak.

Berikut hambatan/gangguan dalam perkembangan emosi dan sosial. anak,

yaitu:

1. Tidak mampu belajar

2. Kesehatan

3. Tidak dapa menjaga hubungan baik dengan orang lain

4. Bersikap dan bertingkah laku tidak sesuai dengan lingkungan

5. Depresi/stress

6. Merasa sakit, cemas dan ketakutan terhadap lingkungan

7. Tidak ada bimbingan

8. Kurangnya perhatian

2.5 Upaya Optimalisasi Perkembangan Emosi dan Sosial

Mengoptimalkan perkembangan emosional dan sosial terdiri dari

membantu anak-anak menjadi mandiri secara emosional dan social.

Kemandirian emosional ditunjukan oleh kemampuan anak untuk

mengendalikan emosi anak, memungkinkan untuk menyeimbangkan emosi

yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Menjadi mandiri secara sosial,

ditunjukan dengan kemampuan untuk terlibat dalam interaksi dengan orang

lain. Mengoptimalkan perkembangan anak menyoroti pentingnya lingkungan

yang merangsang semua kemungkinan, dan pengoptimalan ini menentukan

perkembangan kehidupan selanjutnya.

a. Optimalisasi perkembangan emosi

9
Menurut para ahli Havighurst, perkembangan emosi yang optimal

ditunjukan dengan kemandirian emosional, yaitu kemampuan untuk

mengontrol emosi seseorang. Sedangkan, menurut penelitian Harlock,

banyak orang mengalami kelaparan emosional. Kondisi ini kemudian

berkembang menjadi individu yang tidak stabil yang memiliki gangguan

penyesuaian dan pada tahap perkembangan selanjutnya menjadi individu

yang tidak bahagia. Perkembangan emosional harus dirangsang ke arah

perkembagan emosi yang positif agar anak-anak bisa mengekspresikan

emosi sesuai dengan harapan agar diterima di lingkungan komunitas.

Dimana tempat anak-anak itu berada merupakan kesuksesan pribadi di

masa depan, sebagian besar juga dipengaruhi oleh kemampuan dalam

mengelola emosinya. Melalui emosi, kita dapat mengekspresikan sifat

berempati dan memahami dan mencoba memahami orang lain sehingga

orang lain akan berbuat sama seperti yang kita lakukan.

b. Optimalisasi Perkembangan Sosial

Lingkungan sosial merupakan tempat berinteraksi dengan

lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi anak-anak harus belajar

beradaptasi dengan orang lain di sekitanya dan anak-anak dapat

mengontrol emosi sesuai dengan situasi lingkungan sekitar. Hal ini dapat

dilatih melalui bimbingan, pembinaan, pendidikan, dan kebijakan atau

stimulant yang diberikan oleh orang lain di sekitarnya. Hal itu perlu

dilakukan agar nilai-nilai karakter anak dapat berkembang dengan optimal

dan juga dapat dilakukan dengan cara bermain aktif. Menurut Hurlock,

bermain dengan aktif merupakan kegiatan bermain yang menimbulkan

10
kesenangan bagi anak dan dilakukan oleh anak itu sendiri dengan caranya

sendiri sehingga anak tersebut merasa nyaman dan senang dengan

kegiatan bermainnya. Aktivitas bermain yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan perkembangan sosial dan emosional anak, yaitu bermain

peran. Menurut Huda, menyatakan bahwa dalam dimensi sosial bermain

peran memudahkan siswa untuk bekerja sama dan menganalisis masalah

sosial. Guru dapat mengajarkan siswa cara bermain peran yang baik dan

benar serta optimal kepada siswanya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat enam aspek dalam perkembangan manusia, salah satunya

adalah perkembangan emosional sosial. Perkembangan emosi adalah

perubahan suasana atau keadaan seseorang yang tidak terkontrol. Sedangkan

perkembangan sosial adalah perubahan sesorang dalam bersikap dan

bertingkah di lingkungan masyarakat. Setiap individu mengalami

perkembangn yang berbeda-beda di setiap fasenya. Terdapat tahapan/proses

perkembangan emosi dan sosial dimulai dari fase kanak-kanak, remaja,

dewasa dan usia lanjut. Perkembangan yang berbeda-beda disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya, genetik/hereditas, lingkungan, kematangan,

keadaan, usia, kebiasaan, pola asuh dan sebagainya.

Namun, setiap perkembangan pastinya mengalami hambatan-hambatan

yang terjadi seperti kemampuan belajar rendah, kesehatan, tidak ada

bimbingan, depresi, kurangnya perhatian dan lain-lain. Dalam mengatasi

permasalahan pada perkembangan emosi dan sosial diperlukan upaya

optimalisasi. Upaya tersebut meliputi pada perkembangan emosi diperlukan

kemampun kemandirian, berempati dan memahami perasaan orang sekitar.

Sedangkan, pada perkembangan sosial upaya tersebut meliputi anak bermain

dengan aktif yang dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Khaironi, M. (2018). Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age

Hamzanwadi University, 3(1), 1-12.

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan

Perkembangannya. Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 2579-9703

Putri, A. F. (2019). Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas

Perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of Counseling, 3(2),

35-40. Diakses dari https://doi.org/10.23916/08430011

Marsari, H., Neviyarni, N., & Irdamurni, I. (2021). Perkembangan Emosi Anak

Usia Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1816-1822.

Retrieved from https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/1182

Ma’rufah, D. (2005). Optimalisasi Perkembangan Emosi Dan Sosial Anak Panti

Asuhan. (Sarjana Psikologi, Universitas Airlangga, 2005). Diakses dari

http://repository.unair.ac.id/id/eprint/26692

Widodo, Agus Pratomo Andi. (2018). Anak dengan Hambatan Perilaku emosi

dan Sosial. Sidoarjo: Nizamia Leaning Center.

13

Anda mungkin juga menyukai