Anda di halaman 1dari 18

Upaya Untuk Meningkatkan Sosial Emosional AUD

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Sosial Emosional Aud.

Disusun Oleh :

1. Zharifah Zahwa Daulay Nim (0308212044)

Dosen Pengampu :

Prof.Dr. Hj. Khadijah,M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA.2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang Berjudul ‘’Upaya
Meningkatkan Sosial Emosional AUD’. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Pengembangan Sosial Emosional Aud.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Prof Dr.Hj.Khadijah, M,Ag
yang bersangkutan yang telah memberikan banyak bimbingan kepada kami selama proses
pembelajaran di mata kuliah ini.

Kami juga menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami yang masih terbatas. Dan
karena itu, kami juga menantikan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca dan bagi kami khususnya. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih.

Medan, 15 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................................ 2

PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 2

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2

A. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

B. Tujuan .............................................................................................................................. 3

BAB II .......................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4

A. Pengertian Anak Usia Dini ............................................................................................. 4

B. Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini........................................................ 4

C. Faktor Yang Mempengaruhi Sosial Emosional AUD .................................................. 5

D. Permasalahan Sosial Emosional AUD ........................................................................... 9

E. Upaya Meningkatkan Sosial Emosional AUD ............................................................ 12

BAB III ....................................................................................................................................... 14

PENUTUP .................................................................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 14

B. Saran............................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 16

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitik beratkan pada pelekatan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),sosial emosional (sikap dan perilaku serta
beragama), bahasa dan komunikasi,sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini

Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami


perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat interaksi
anak dengan orang lain di mulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga
masyarakat luas. Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain membahas perkembangan emosi harus
bersinggungan dengan perkembangan sosial, sebab keduanya terintegrasi dalam bingkai
kejiwaan

Menurut Hurlock perkembangan sosial emosional perkembangan perilaku yang


sesuai dengan tuntutan sosial, dmna perkembangan emosional suatu proses dmna anak
melatih rangsangan-rangsangan sosial utama yang didapat dari tuntutan kelompok serta
belajar bergaul bertingkah laku. Sedangkan menurut Salovey dan Jhon Mayer dalam Ali
Nugraha pengembangan sosial emosional meliputi : empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengalokasi rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan
diri, disukai kemampuan menyelesaikan masalah antara pribadi, ketekunan,
kesetiakawanan, kesopanan dan sikap hormat.

A. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Anak Usia Dini?
2. Bagaimana pengembangan sosial emosipnal AUD?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sosial emosional AUD?
4. Apa saja permasalahan sosial emosional AUD?
5. Bagaimana Upaya meningkatkan sosial emosional AUD?

2
B. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk agar para pembaca mengetahui tentang Upaya
meningkatkan sosial emosional anak usia dini khususnya bagi penulis. Serta untuk
memberikan informasi dan pembelajaran untuk kepada para pembaca dengan
menerapkan kepada peserta didik kita nantinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Usia Dini


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-
undang Sisdiknas tahun 2003) dan menurut NAEYC Anak Usia Dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok manusia yang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia tersebut para ahli
menyebutnya sebagai masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam
perkembangan kehidupan manusia. Per-tumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu
diarahkan pada fisik, kognitif, sosio-emosional, bahasa, dan kreativitas yang seimbang
sebagai peletak dasar yang tepat guna pembentukan pribadi yang utuh.

Dan dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan maksimal

B. Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


Sosial berasal dari kata socius yang berarti bersama-sama. Sosial adalah seluruh
kegiatan yang menyangkut tentang bersama-sama baik itu masyarakat ataupun
lingkungan sekitar dengan saling membantu dan memperhatikan. Sosial merupakan
sebuah kegiatan yang memperhatikan kepentingan secara umum. Pengembangan sosial
emosional tidak dapat dipisahkan satu kata lain karena emosi bersinggungan dengan
perkembangan sosial anak.dan juga sebaliknya,membahas perkembangan sosial harus
melibatkan emosional,karena keduanya saling berkaitan

Emosi merupakan sebuah perasaan yang dimiliki oleh seseorang. Emosi


merupakan wujud batiniah dari sebuah perasaan pada seseorang individu (khadijah, 2022
: 8). Emosi juga diartikan sebagai suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam
diri dan melibatkan keseluruhan diri seorang individu. Emosi adalah suatu keadaan atau

4
perasaan yang bergejolak dalam diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui
wajah atau tindakan yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan atau keselamatan individu (Mulyasa,
2012).

Pengembangan merupakan sebuah usaha untuk mengembangkan suatu hal. Dari


ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan sosial emosional
adalah sebuah usaha untuk menumbuh kembangkan perasaan sosial dan juga kemampuan
untuk mengelola perasaan yang terdapat dalam anak usia dini. Pengembangan sosial
emosional merupakan salah satu dari ke-6 aspek yang harus dikembangkan pada anak
usia dini. Maka dari itu diperlukan upaya untuk mengembangkan aspek sosial emosional
ini pada anak sehingga perkembangan tersebut mencapai keinginan yang dikehendaki.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Sosial Emosional AUD

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD

Adapun faktor- faktor yang dapat menjadi peranan penting mempengaruhi


perkembangan sosial anak usia dini diantaranya keluarga, sekolah, teman Sebaya,media
masa,agama,lingkungan,tempat tinggal Adapun penjelasannya.

1. Keluarga

Keluarga sebagai lingkup pertama yang memberi pengaruh pada berbagai aspek
perkembangan anak ,salah satunya yang termasuk yaitu perkembangan sosial bagi
anakPengembangan kepribadian anak dominanya ditentukan oleh keluarga mulai dari
pola asuh,etika berinteraksi dengan orang-orang lainnya dalam proses Pendidikan.

2. Kematangan

Kematangan yang dimaksud disini kematangan fisik dan psikis, yang mana ini
dibutuhkan dalam interaksi sosial yang baik. Aspek perkembangan sosial yang diperoleh
anak usia dini melalui kematangan dan ditambah kesempatan belajar dari berbagai
stimulus dari lingkungannya (Mulyasa, 2012). Selain itu, kematangan intelektual,
emosional dan kemampuan berbahasa juga sebagai sesuatu kebutuhan yang perlu dimiliki

5
anak usia dini sangat menentukan dalam upaya mengoptimalkan aspek perkembangan
sosial anak.

3. Status sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak atau
proses perkembangan sosial anak usia dini. Anak yang lahir dari keluarga dengan status
sosial ekonomi rendah cenderung beresiko terhadap perkembangan anak usia dini
terutama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, sebab minder (kurang
percaya diri) dengan keadaan status ekonomi yang rendah atau sebab lainnya sehingga
menghambat interaksi denga orang-orang sekitarnya terutama teman sebaya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan


sendiri adalah sebagai proses oprasional ilmu yang normatif, yang memberikan warna
terhadap kehidupan sosial anak didalam masyarakat maupun kehidupan mereka dimasa
mendatang. Pendidikan adalah hak yang wajib diberikan pada tiap manusia/individu.
Melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh banyak hal untuk pembentukan dirinya
dan lain sebagainya. Anak adalah generasi penerus untuk pembangun bangsa, negaranya
sebagai anggota masyarakat, namun utamanya anak adalah sebagai penerus umat manusia
dimuka bumi.

Pihak utama dan pertama bagi seorang anak manusia memperoleh pendidikan adalah
orangtua dan ini merupakan tugas yang harus dan mesti dilaksanakan oleh tiap orangtua.
Sebab, perintah mengenai ini datang dari Allah SWT sebagaimana pengertian dari makna
firman-Nya dalam Al-Quran Surah At-Tahrim ayat 6, berikut ini:

َٰٓ
‫علَي َها َملَ ِئ َكة ِغ ََلظ‬
َ ُ ‫ارة‬
َ ‫اس َوٱل ِح َج‬ َ ُ‫ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا قُ َٰٓوا أَنف‬
ً ‫س ُكم َوأَه ِلي ُكم ن‬
ُ ‫َارا َوقُودُهَا ٱل َّن‬
َ‫صونَ ٱ َّّللَ َما َٰٓ أ َ َم َرهُم َو َيف َعلُونَ َما يُؤ َم ُرون‬
ُ ‫ِشدَاد َّّل َيع‬
Artinya: "Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu".

selaras dengan tafsir ayat tersebut, menyatakan bahwasannya cara untuk sampai pada titik
itu adalah dengan mendidik dan mengajari mereka. Yang maknanya tugas memberikan
pendidikan adalah upaya untuk meraih surga, sebaliknya menelantarkan atau membiarkan

6
begitu saja berarti sama dengan menjerumuskan diri kedalam neraka. Oleh sebab itu,
tugas ini tidak boleh diabaikan, terlebih Nabi SAW telah bersabda, yaitu:

‫أَك ِر ُموا أَو َّلدَ ُكم َوأَح ِسنُوا آدَا ِئ ُهم‬


"Muliakan anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik."

5. Kapasitas mental: Emosi dan Intelegensi

Kapasitas mental yaitu Kemampuan berpikir sedikit banyaknya memberi pengaruh akan
banyak hal, seperti: kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
Kemudian, Perkembangan emosi turut mempengaruhi terhadap perkembangan sosial
anak. Lalu, anak yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi memiliki kemampuan
berbahasa yang baik dan tentunya anak akan dapat melakukan komunikasi yang baik
dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, jika ketiga hal tersebut seimbang maka akan
sangat membantu dalam penentuan mengoptimalkan perkembangan sosial anak.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional AUD

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi emosi anak usia dini yaitu:

1. Faktor Kematangan (Maturation)

Kematangan emosi dipengaruhi oleh usia, perubahan fisik dan kelenjar, perilaku
dan jenis kelamin. Orang yang matang secara emosional dapat dilihat sebagai menangani
situasi pada tingkat dewasa tanpa sengaja menunjukkan pola emosional yang tidak pantas
kepada orang lain atau orang di sekitar mereka. Peristiwa yang dialami di lingkungan
sekitar dapat memicu suatu keadaan dalam diri seseorang dalam menanggapi peristiwa
tersebut.

Jika seseorang tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya dengan benar,


seperti kemarahan, kemungkinan besar akan menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan.
Bukankah ada nasehat yang mengatakan "orang yang kuat bukanlah orang yang
mengandalkan otot, tetapi orang yang dapat mengutamakan logika dalam bertindak".
Menurut pandangan Islam, “membenci” adalah perbuatan yang dilarang dan merugikan
diri sendiri dan orang lain. Al-Quran dan Hadits selalu menganjurkan umat Islam untuk
mengendalikan amarahnya.

7
Allah SWT berfirman dalam QS. Ayat 133-134 dari Ali Imran sebagai berikut:

ِ‫ض أ ُ ِعدَّت لِل ُمتَّقِينَ الَّذِينَ يُن ِفقُونَ فِي الس ََّّراءِ َوالض ََّّراء‬
ُ ‫س َم َاواتُ َواْلَر‬
َّ ‫ض َها ال‬ َ ‫ارعُوا إِلَى َمغف َِرة مِ ن َربِ ُكم َو َجنَّة‬
ُ ‫عر‬ ِ ‫س‬َ ‫َو‬
ِ َّ‫ع ِن الن‬
َّ ‫اس ۗ َو‬
َ‫ّللاُ يُحِ بُّ ال ُمح ِسنِين‬ َ ‫َوال َكاظِ مِ ينَ الغَي‬
َ َ‫ظ َوالعَافِين‬

Artinya:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan."

2. Faktor konflik dalam proses perkembangan

Setiap anak mengalami konflik yang berbeda-beda, yang biasanya dapat


diselesaikan dengan tuntas , namun ada juga anak yang mengalami gangguan atau
hambatan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Anak-anak yang tidak mengelola
konflik seringkali mengalami kegagalan.konflik merupakan sesuatu yang wajar, konflik
pada dasarnya terjadi sebagai akibat dari komunikasi dan interaksi dengan orang lain,
seperti perbedaan pendapat, nilai dan keinginan yang tidak terpuaskan atau karena
'mereka' diganggu oleh sikap terhadap mereka, misalnya dengan mengganggu kegiatan
bermain yang sedang anak-anak lakukan. Jika kondisi tersebut terjadi, anak akan
mengalami emosi negatif seperti marah, mudah tersinggung, frustasi, bahkan cemburu.

3. Faktor Lingkungan Belajar

Faktor lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi


terutama pada lingkungan terdekat dengan anak terutama ibu dan walinya, Thompson dan
Lagatutta Mashar (2011) menyatakan bahwa pengalaman dan hubungan keluarga
mempengaruhi perkembangan emosi karena disitulah anak belajar. perasaan baik atau
buruk. , dia diperlihatkan sebab dan akibat dari emosi. Jika perasaan anak tumbuh dengan
baik dalam keluarga melalui pembelajaran yang baik, maka anak juga akan tumbuh
dengan baik dalam lingkungan selanjutnya. Anak-anak dapat belajar dengan cara yang
dapat ditoleransi di lingkungan baru. Namun, jika pematangan dan pembelajaran anak-

8
anak dalam keluarga tidak seimbang, penyesuaian emosi di kemudian hari juga sulit
bahkan dapat menimbulkan gangguan.

D. Permasalahan Sosial Emosional AUD


Ada beberapa permasalahan sosial yang dihadapi anak dalam proses perkembangannya,
diantaranya adalah sebagai berikut (Dachlan, Erfansyah, & Taseman, 2019):

1. Maladjustment

Individu yang penyesuaian dirinya buruk disebut maladjustment. Anak yang demikian
disebut dengan anak yang bermasalah. Maladjustment sendiri terbagi dalam 2 (dua)
jenis, yaitu:

a. Anak puas terhadap tingkah lakunya, tetapi lingkungan sosial tidak dapat
menerima itu. Misal anak bersikap bossy (sok kuasa) sementara lingkungan tidak
dapat menerima itu.
b. Tingkah laku diterima lingkungan sosial, tetapi menimbulkan konflik yang
berkepanjangan pada anak. Misal anak berperilaku sopan, ramah dan memiliki
berbagai prilaku yang dapat diterima lingkungan padahal itu bukan tingkah laku
yang sebenarnya ingin ia tampilkan, anak melakukan hal tersebut karena adanya
unsur keterpaksaan.

2. Egosentrisme

Seseorang dikatakan egosentris apabila lebih peduli terhadap diri sendiri daripada orang
lain. Mereka lebih banyak berpikir dan berbicara mengenal diri sendiri dan aksi semata-
mata untuk keuntungan pribadi. ada tiga hal yang menjadi dari egosentrisme, yaitu
sebagai berikut:

a. Merasa superior, anak yang merasa superior biasanya egosentris kuat dan terlalu
berharap kepada orang lain. Selalu bersikap ingin menjadi pemimpin, sok
berkuasa, tidak mau bekerjasama, sibuk akan diri sendiri dan membicarakan
tentang diri, serta tingkat kepedulian yang rendah terhadap orang lain.

9
b. Merasa inferior, individu yang selalu merasa semua masalah perpusat dari dirinya
karena merasa keberadaannya tidak diakui dalam kelompok. Biasa individu
seperti ini mudah untuk disuruh-suruh dan dipengaruhi
c. Merasa sebagai korban, perasaan yang menganggap dirinya tidak diperlukan oleh
orang lain, merasa tidak adil dan ini membuat mereka marah kepada semua orang.

3. Anak yang terisolasi

Anak yang terisolasi (Isolated child) adalah anak yang terisolasi oleh lingkungannya.
Disini anak mengalami masalah terkait penerimaan sosial. Terjadinya hal ini karena sikap
dan prilaku anak yang tidak disukai teman-temannya atau dirinya sendiri yang tidak
melakukan interaksi dengan orang lain termasuk hubungan pertemanan.

Di bawah ini adalah beberapa bahaya yang dapat menyebabkan masalah perkembangan
emosional pada anak di usia dini, tetapi semua bahaya ini pada saat anak mencapai
pubertas (remaja) tidak terjadi. Harlock (1978), menyatakan beberapa bahaya yang timbul
di awal masa kanak-kanak, yaitu:

1. Keterlantaran Emosi

Keterlantaran emosi (emotional deprivation), terjadi karena sebab tidak tercukupi


pada anak dalam mendapat pengalaman emosional yang menyenangkan baik dari
keingintahuan yang tidak terpenuhi, kegembiraan, kebahagiaan, dan kasih sayang. Misal:
anak yang titipkan kepada pengasuh atau karena kehilangan (kematian) salah satu
orangtua bahkan keduanya, atau keduanya masih dan masih tinggal bersama namun
terdapat penolakan, pengabaian, atau perlakuan salah yang seharusnya mereka dapatkan
dari orangtuanya maupun keluarga ini akan menyebabkan ketegangan hubungan antara
anak dan orangtuanya.Tetapi, ini bukan berarti anak terlantar dari mendapat pengalaman
emosional sepenuhnya hanya saja tidak mencukupi.

2. Kasih Sayang Berlebihan (Posesif)

Orang tua yang terlalu berlebihan dalam memberikan atau menunjukkan kasih
sayang terhadap anak-anak mereka menyebabkan anak akan kurang pandai dalam
mengekspresikan kasih: sayangnya kepada orang lain. Bahkan, kasih sayang yang
berlebihan akan membentuk anak menjadi pribadi yang selalu memusatkan kasih sayang

10
kepada dirinya sendiri dan menuntut serta berharap kasih berlebihan dari oranglain
kepada dirinya. Dampaknya, sikap empati pada diri anak tidak dapat terbangun dengan
baik dalam sikapnya terhadap orang lain. Hal ini, menimbulkan kesan bahwa anak tidak
dapat menaruh minat kepada orang lain dan hanya sedikit menaruh kasih sayang kepada
mereka.

Terlalu banyak kasih sayang dari orangtua memberikan dampak serius lain yaitu
mendorong anak untuk memusatkan kasih sayang mereka secara mencolok kepada satu
atau dua orang saja. Hal ini berbahaya karena anak akan merasa cemas dan tidak tentram
apabila mereka tidak bertemu atau tidak melihat sama sekali orang-orang tersebut atau
bahkan karena sesuatu tindakan yang membahayakan hubungan mereka.

3. Dominasi emosi yang tidak menyenangkan

Dominasi emosi yang tidak menyenangkan, salah satu yang juga membahayakan bagi
penyesuaian pribadi dan sosial yang baik pana anak. Emosi yang tidak menyenangkan
cenderung mewarnai pandangan anak.

4. Emosionalitas yang meninggi

Emosional yang meninggi berarti suatu frekuensi dan intensitas pengalaman emosional
diluar ukuran yang normal. Untuk menilai emosionalitas yang meninggi terlebih dahulu
harus dapat mempertimbangkan pola emosionalitas yang normal bagi anak. Sesuatu
emosi mungkin dialami secara berlebihan dan lebih kuat pada saat tertentu daripada saat
lainnya. Misal: ada suatu keadaan dimana anak mengalami perasaan lebih bahagia dan
kuat dibandingkan biasanya.

5. Kegagalan belajar pengendalian emosi

Kegagalan belajar mentolerir emosi yang tidak menyenangkan akan berbahaya terhadap
penyesuaian pribadi dan sosial. Karenacepat atau lambat anak pasti akan mengalami
situasi yang memunculkan emosional.

6. Terjadinya penghalang katarsis emosi

pabila anak mengalami katarsis emosional, anak mungkin akan dihadapkan pada dua
alternatif, baik itu menekan perasaan ataupun mengungkapkan perasaannya. Terlepas
bagaimanapun caranya, alternatif mana pun yang mereka pilih, mereka harus menghadapi

11
konsekuensi yang berbahaya untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.
Jika mereka menekan emosi mereka secara berlebihan, maka akan menimbulkan bahaya
bagi Kesehatan fisik dan mental mereka. Lagi pula, anak-anak sering kali tidak dapat
menahan emosinya untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

E. Upaya Meningkatkan Sosial Emosional AUD


Perkembangan sosial emosional, sejatinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dengan kata lain, membahas perkembangan emosi harus bersinggungan dengan
perkembangan sosial anak. Demikian juga sebaliknya, membahas perkembangan sosial
harus melibatkan emosional. Sebab, keduanya terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang
utuh. Perkembangan sosial dan emosi yang positif memudahkan anak untuk bergaul
dengan sesamanya dan belajar dengan lebih baik, juga dalam aktifitas lainnya di
lingkungan sosial. Oleh karena itu, sangat penting memahami dan membantu anak-anak
untuk memahami perasaan sendiri dan perasaan anak-anak lain untuk mengembangkan
rasa hormat dan kepedulian kepada orang lain.Terkait dengan pendidikan perkembangan
emosional dan sosial pada anak, Rasulullah SAW juga telah memberikan contoh praktik
pendidikan emosional dan sosial anak secara Islami sebagaimana tuntunan wahyu Allah
SWT, dalam hal ini Rasulullah mengajari bagaimana bersikap tenang, memperlakukan
orang lain dengan kasih sayang, melatih keberanian, melatih kasabaran ketika sakit dan
bersabar menghadapi musibah, mengajari menyikapi kesulitan hidup, membina
persaudaraan, dan lain sebagainya. Upaya merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Torsina, 1987 : 4)

Upaya pengembangan sosial emosional anak usia dini merupakan usaha yang
dilakukan untuk mengembangkan sosial emosional pada anak sehingga anak memiliki
jiwa sosial dan juga pengelolaan perasaan secara baik. Upaya yang bisa kita lakukan
untuk mengembangkan sosial emosional anak usia dini bisa melalui kegiatan bermain.
Salah satunya yaitu bermain drama. Kegiatan bermain drama bisa dilakukan anak sejak
usia 3 tahun. Kegiatan ini melibatkan imajinasi dan peniruan terhadap sebuah tokoh.
Ketika anak menggunakan imajinasi hal ini menunjukkan bahwa ia sedang
menggambarkan keinginan perasaan dan pandangan anak mengenai dunia di
sekelilingnya. Selain itu dalam imajinasinya juga anak dapat mengemukakan gagasan
ataupun ide baru hasil ciptaannya sendiri. Selain itu dengan menggunakan model
pembelajaran Project anak juga bisa mengembangkan sosial emosionalnya. Pembelajaran

12
Project merupakan sebuah pembelajaran yang mana anak diminta untuk membuat sebuah
Project ataupun sebuah karya. Pembelajaran Project ini dapat dilakukan dengan cara
bersama-sama ataupun berkelompok sehingga anak dilatih untuk mempunyai sikap
bekerja sama serta bersosial dengan orang lain. Namun sesuai dengan karakteristik anak
usia dini yang lebih menyukai kegiatan bermain maka kegiatan pengembangan sosial
emosional dapat dilakukan secara efektif dengan kegiatan bermain. Selain bermain peran
permainan lain yang dapat mengembangkan sosial emosional sebagai bentuk upaya
adalah permainan menyusun balok. Dengan menyusun balok anak dapat melatih
kesabaran serta ketelitian dalam kegiatan menyusun tersebut. Ketika balok sudah dapat
disusunnya maka anak mengekspresikan perasaan senang sehingga dapat menjadikan
kebiasaan untuk mengeluarkan perasaan positif dalam dirinya.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam artian yang sederhana, perkembangan emosional adalah luapan perasaan
ketika anak berinteraksi dengan oranglain. Sementara perkembangan sosial adalah tingkat
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain,
hingga masyarakat secara luas. Dengan demikian, perkembangan sosio emosional adalah
kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa perkembangan sosial


emosional, sejatinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial anak. Demikian
juga sebaliknya, membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional. Sebab,
keduanya terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh.

Perkembangan sosial dan emosi yang positif memudahkan anak untuk bergaul
dengan sesamanya dan belajar dengan lebih baik, juga dalam aktifitas lainnya di
lingkungan sosial.Oleh karena itu, sangat penting memahami dan membantu anak-anak
untuk memahami perasaan sendiri dan perasaan anak-anak lain untuk mengembangkan
rasa hormat dan kepedulian kepada orang lain.

Terkait dengan pendidikan perkembangan emosional dan sosial pada anak,


Rasulullah SAW juga telah memberikan contoh praktik pendidikan emosional dan sosial
anak secara Islami sebagaimana tuntunan wahyu Allah SWT, dalam hal ini Rasulullah
mengajari bagaimana bersikap tenang, memperlakukan orang lain dengan kasih sayang,
melatih keberanian, melatih kasabaran ketika sakit dan bersabar menghadapi musibah,
mengajari menyikapi kesulitan hidup, membina persaudaraan, dan lain sebagainya
Berpijak dari itu, peran keluarga teramat sangat penting untuk merangsang kecerdasan
emosi dan sosial anak. Karena pengalaman sosial pertama (keluarga) ini mempunyai
implikasi yang kuat terhadap anak dalam bersosialsasi dengan anak-anak lain.

14
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mdahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah AWT, dan yang buruk
datangnya dari kami sebagai hambanya. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh
dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami harapkan saran
dan juga kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suyadi. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Pedagogia, 2010)

Khadijah,Zahriani Nurul.2023 Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.Medan: Merdeka


Kreasi Group

Khadijah dan Nurul Zahriani. (2021). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Teori dan
Strateginya.Medan: CV Merdeka Kreasi Group.

Novi Mulyani, Jurnal upaya perkembangan sosial emosional anak usia dini. Vol 3 No 2,
januari 2014

Mulyasa. (2012). praktek penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja rosdakarya

Mashar, Riana. (2011). Emosi anak Usia Dini dan Strategi Pengembangan.Jakarata.
Kencana

16

Anda mungkin juga menyukai