Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR DAN KONDISI YANG MEMPENGARUHI


SOSIAL EMOSI ANAK

Dosen Pengampuh: Mita Sari, M.Pd

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3

1. Alvrilianti Talib [153421042]


2. Wiyan Samadi [153421101]
3. Nelasari B Malida [153421070]

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah “Metode
Pengembangan Sosial Emosi AUD” tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi sosial
emosi anak” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang
Faktor dan Kondisi Sosil Emosi Anak dapat menjadi referensi bagi pihak, kami juga berharap
agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah strategi
pembelajaran ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gorontalo, 20 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II Pembahasan ..............................................................................................................3
2.1 Sosial emosi anak.............................................................................................................3
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sosial emosi anak.....................................................5
2.3 Kondisi yang mempengaruhi sosial emosi anak..............................................................7
BAB III Penutup....................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................................10
Daftar Pustaka........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak Usia Dini (AUD) merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang mengalami
tumbuh kembang. Masa AUD disebut juga dengan masa golden age (masa emas), golden age
merupakan masa terpenting bagi anak untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
anak usia 0-6 tahun. Terdapat 6 (enam) aspek perkembangan pada anak usia dini yang dapat
dikembangkan yaitu Sosial-Emosional, Kognitif, Fisik-Motorik, Nilai Pancasila, Bahasa serta
Nilai Agama dan Moral (NAM). Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk
dikembangkan yaitu aspek perkembangan sosial emosional. aspek perkembangan sosial-
emosional meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, kemampuan memahami diri sendiri,
kemampuan dalam pengendalian emosi, kemampuan pengenalan emosi, kemampuan berinteraksi
dengan orang lain, kemampuan dalam menunjukkan sikap dan perilaku. Ketika aspek
perkembangan sosial emosional pada anak berkembang dengan baik maka anak dapat
memahami dan berkomunikasi dengan orang lain.
Perasaan dan emosi merupakan bagian dari keseluruhan aspek psikis manusia. Sebagai
fungsi psikis perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap fungsi psikis yang lain seperti,
Pengamat, tanggapan ,pemikiran dan kemauan. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah pada
seseorang ataupun takut terhadap sesuatu. Emosi terbagi menjadi dua yaitu, emosi negative dan
emosi positif. Emosi tersebut akan terlihat dari pengalaman, pengamatan, dan tanggapannya.
Emosi manusia mengalami perkembangan yang dimulai sejak lahir hingga dewasa. Dengan
bertambahnya usia anak, reaksi emosinya pun akan semakin beragam. Tak sulit bagi orang tua
untuk menggali berbagai reaksi emosi anak. Tapi yang paling penting adalah menyikapi emosi
anak dengan tepat.Seorang anak dalam perkembangan memiliki banyak keunikan yang
terkadang mengejutkan. Keunikan dalam perkembangan tersebut sulit dimengerti oleh orang
dewasa. Sehingga banyak kejadian orang tua bersikap kasar kepada anaknya ketika anak
memunculkan beberapa sifat khasnya (Darmiah ,2020). Dari kejadian tersebut faktor dan kondisi
seperti apakah yang dapat mempengaruhi sosial emosi anak sehingga anak masih kurang dalam
pengendalian emosi serta kurangnya berinteraksi dilingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa itu sosial emosi anak?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sosial emosi anak?
3. Kondisi seperti apa yang mempengaruhi sosial emosi anak?

1
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya:
1. Mengetahui sosial emosi anak
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sosial emosi anak
3. Mengetahui kondisi yang mempengaruhi sosial emosi anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sosial emosi anak

Perkembangan sosial adalah suatu proses yang muncul dimana anak-anak belajar
tentang diri dan orang lain dan tentang membangun dan merawat pertemanan. Perkembangan
sosial sejatinya mulai pada saat lahir dan muncul dari interaksi yang dialami bayi dan anak kecil
di rumah dan selanjutnya bersosialisasi di luar rumah. Keluarga sebagai tempat belajar anak,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan perkembangan sosial. Karena
sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia menunjukkan, bahwa
pengalaman sosial awal (keluarga) yang dimulai pada masa kanak-kanak akan menetap pada diri
seseorang dan mempengaruhi kehidupan orang tersebut.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengalaman sosial awal anak, yang di mulai
dalam keluarga akan mempengaruhi kehidupannya di masa mendatang. Ada beberapa hal, yang
pembentukannya dipengaruhi oleh pengalaman sosial awal pada masa anak-anak, seperti yang
dijelaskan oleh Ratna Wulan, yaitu:
1. Penyesuaian sosial
Perilaku yang dipelajari anak sejak usia dini akan menetap pada diri anak tersebut sampai
anak dewasa nanti. Perilaku tersebut akan mempengaruhi penyesuaian diri pada lingkungan
sosial tertentu. Jika perilaku yang menetap pada anak sejak dini baik, maka anak akan
menyesuaikan diri secara baik pula dengan lingkugnannya. Begitu juga sebaliknya.
2. Keterampilan sosial
Selain perilaku, sikap anak juga terbentuk sejak dini dan sekali menetap pada diri anak
akan lebih sulit untuk mengubahnya. Sikap anak akan memperngaruhi perkembangan
keterampilannya dalam bersosialisasi. Dengan kata lain, tebentuknya sikap yang baik pada anak,
akan membuatnya terampil dalam bergaul di kemudian hari.
3. Partisipasi aktif
Pengalaman sosial awal juga akan mempengaruhi seberapa aktif peran seseorang (anak)
dalam berpartisipasi sebagai anggota masyarakat, baik pada masa anak-anak maupun sudah
dewasa kelak. Seseorang yang pengalaman awal sosialnya menyenangkan, akan memiliki kesan
terhadap pengalaman tersebut dan cenderung ingin mengulang kembali kejadian yang
menyenangkan itu dengan berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan sosialnya.

Perkembangan emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri seseorang,
baik bersifat positif ataupun negatif. Sedangkan dalam pengertian yang sederhana, Lawrence E.
Shapiro menjelaskan, emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Karena sifatnya yang psikis atau
kejiwaan, lanjut Lawrence, maka emosi hanya dapat dikaji melalui letupan-letupan emosioanal
atau gejala-gejala dan fenomena-fenomena. Seperti kondisi sedih, gembira, gelisah, benci, dan
lain sebagainya. Perkembangan emosi, dalam artian yang sederhana adalah luapan perasaan
ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Umar Fakhrudin menjelaskan bahwa perkembangan

3
emosi adalah proses yang berjalan secara perlahan dan anak dapat mengontrol dirinya ketika
menemukan self comforting behavior atau merasa nyaman. Atau dengan kata lain, anak belajar
emosinya secara bertahap.
Berikut ini ada beberapa pola emosi yang dijelaskan Hurlock yang secara umum terdapat
pada diri anak, yaitu:
1. Rasa Takut
Rasa takut berpusat pada bahaya yang bersifat fantastik, adikodrati, dan samar-samar.
Mereka takut pada gelap dan makhluk imajinatif yang diasosiasikan dengan gelap, pada
kematian atau luka, pada kilat guntur, serta pada karakter yang menyeramkan yang terdapat pada
dongeng, film, televisi, atau komik. Terlepas dari usia anak, ciri khas yang penting pada semua
rangsangan takut ialah hal tersebut terjadi secara mendadak dan tidak di duga, dan anak-anak
hanya mempunyai kesempatan yang sedikit untuk menyesuaikan diri dengan situasi tersebut.
Namun seiring dengan perkembangan intelektual dan meningkatnya usia anak, mereka dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selanjutnya reaksi rasa, seperti; intelegensia, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, kondisi fisik, hubungan sosial, urutan kelahiran, dan faktor
kepribadian.
2. Rasa Marah
Pada umumnya, kemarahan disebabkan oleh berbagai rintangan, misalnya rintangan
terhadap gerak yang diinginkan anak baik rintangan itu berasal dari orang lain atau berasal dari
ketidak mampuannya sendiri, rintangan tehadap aktivitas yang sudah berjalan dan sejumlah
kejengkelan yang menumpuk. Reaksi kemarahan anak-anak secara garis besar dikategorisasikan
menjadi dua jenis yaitu reaksi impulsif dan reaksi yang ditekan. Reaksi impulsif sebagian besar
bersifat menghukum keluar (extra punitive), dalam arti reaksi tersebut diarahkan kepada orang
lain, misalnya dengan memukul, menggigit, meludahi, meninju, dan sebagainya. Sebagian kecil
lainnya bersifat ke dalam (intra punitive), dalam arti anak-anak mengarahkan reaksi pada dirinya
sendiri.
3. Rasa Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Cemburu disebabkan kemarahan yang
menimbulkan sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain. Pola rasa cemburu seringkali
berasal dari takut yang berkombinasi dengan rasa marah. Orang yang cemburu sering kali merasa
tidak tentram dalam hubungannya dengan orang yang dicintai dan takut kehilangan status dalam
hubungannya itu. Ada tiga sumber utama yang menimbulkan rasa cemburu, yaitu: Pertama,
merasa diabaikan atau diduakan. Rasa cemburu pada anak-anak umumnya tumbuh di rumah.
Sebagai contoh, seorang bayi yang baru lahir yang pasti meminta banyak waktu dan perhatian
orangtuanya. Sementara itu kakaknya yang lebih tua merasa diabaikan. Ia merasa sakit hati
terhadap adiknya itu. Kedua, situasi sekolah, sumber ini biasanya menimpa anak-anak usia
sekolah. Kecemburuan yang berasal dari rumah sering di bawa ke sekolah yang mengakibatkan
anak-anak memandang setiap orang, baik guru atau teman-teman kelasnya sebagai ancaman bagi
keamanan mereka. Untuk melindungi keamanan mereka, anak-anak kemudian mengembangkan
kepemilikan pada salah satu guru atau teman sekelasnya. Kecemburuan juga bisa disulut oleh
4
guru yang suka membandingkan anak satu dengan anak lain. Ketiga, kepemilikan terhadap
barang-barang yang dimiliki orang lain membuat mereka merasa cemburu. Jenis kecemburuan
ini berasal dari rasa iri yaitu keadaan marah dan kekesalan hati yang di tujukan kepada orang
yang memiliki barang yang diinginkannya itu.
4. Duka Cita atau Kesedihan
Bagi anak-anak, duka cita bukan merupakan keadaan yang umum. Hal ini dikarenakan
tiga alasan; Pertama, para orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya berusaha mengamankan
anak tersebut dari berbagai duka cita yang menyakitkan. Karena hal itu dapat merusak
kebahagiaan masa kanak-kanak dan dapat menjadi dasar bagi masa dewasa yang tidak bahagia.
Kedua, anak-anak terutama apabila mereka masih kecil, mempunyai ingatan yang tidak bertahan
terlalu lama, sehingga mereka dapat dibantu melupakan duka cita tersebut, bila ia dialihkan
kepada sesuatu yang menyenangkan. Kemudian ketiga, tersedianya pengganti untuk sesuatu
yang telah hilang, mungkin berupa mainan yang disukai, ayah atau ibu yang dicintai, sehingga
dapat memalingkan mereka dari kesedihan kepada kebahagiaan. Namun, seiring dengan
meningkatnya usia anak, kesediaan anak semakin bertambah dan untuk mengalihkan kesedihan
dari anak-anak tidak efektif lagi.
5. Keingintahuan
Anak-anak menunjukan keingintahuan melalui berbagai perilaku, misalnya dengan
bereaksi secara positif terhadap unsur-unsur yang baru, aneh, tidak layak atau misterius dalam
lingkunganya dengan bergerak kearah benda tersebut, memperlihatkan kebutuhan atau keinginan
untuk lebih banyak mengetahui tentang dirinya sendiri atau lingkunganya untuk mencari
pengalaman baru dan memeriksa rangsangan dengan maksud untuk lebih banyak mengetahui
selukbeluk unsur-unsur tersebut.
6. Kegembiraan
Gembira adalah emosi yang menyenangkan yang dikenal juga dengan kesenangan atau
kebahagiaan. Seperti bentuk emosi-emosi sebelumnya. Kegembiraan pada masing anak berbeda-
beda, baik mencakup intensitas dan cara mengekspresikannya.
7. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang atau binatang atau benda. Hal
ini menunjukan perhatian yang hangat, dan memungkinkan terwujud dalam bentuk fisik atau
kata-kata verbal. Namun yang harus diketahui bersama, bahwa setiap anak mempunyai emosi
yang berbeda. Hal ini bisa terlihat dari bagaimana anak mengekspresikan tentang suatu keadaan,
sedih misalnya. Sebagaian anak mengekspresikan kesedihan dengan menangis.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sosial emosi anak

Menurut (Imroatis Sholihah) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Emosional dan Karakter anak :

1. Faktor Hereditas.

5
Biasanya ada yang menyebut faktor hereditas ini sebgai istilah nature. Dan faktor ini
merupakan karektaristik bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis atau orang tua kandung
kepada anaknya. Jadi dapat dikatakan faktor hereditas merupakan pemberian biologis sejak lahir.
Pembawaan yang telah ada sejak lahir itulah yang menentukan perkembangan anak untuk
dikemudian hari. Pendidikan dan lingkungan sama sekali tidak berpengaruh dan tidak berkuasa
dalam perkembangan seorang anak termasuk perkembangan seorang anak termasuk
perkembangan emosi dan sosialnya.
2. Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan sering disebut dengan istilah nurture. Faktor ini bisa diartikan sebagai
kekuatan kompleks dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh dalam susunan biologis serta
pengalaman psikologis, termasuk pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan
sesudah dia lahir. Nah faktor ini meliputi semua pengaruh lingkungan termasuk didalamnya
pengaruh-pengaruh berikut ini :
a. Keluarga.
Keluarga menjadi lingkungan yang pertama dan utama. Dengan demikian keluarga
memiliki peran yang utama dalam menentukan perkembangan sosial dan emosi anak.
Dilingjungan keluarga inilah anak pertama kali penerima pendidikan sedangkan orang tua
mereka merupakan pendidikan bagi mereka.
b. Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga, disekolah
ada berhubungan dengan guru dan teman-teman sebayanya. Hubungan antara guru dan anak
dengan teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak Guru
merupakan wakil dari orang tua mereka saat mereka berada disekolah serta pola asu dan prilaku
yang ditampilkan oleh guru dihadapan anak juga dapat mempengaruhi emosi dan sosial anak.
c. Masyarakat.
Secara sederhana saja, masyarakat disini diartikan sebagai kumpulan individu atau
kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Budaya, kebiasaan, agama,
dan keadaan demografi pada suatu masyarakat diakui ataupun tidak memiliki pengaruh dalam
perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.
3. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mempertimbangkan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional.
4. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa “menjaga” status
sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial
keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat.

5. Kepastian mental, emosi dan intelegensi

6
Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior, sukar untuk
bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok
umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat
“menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.
6. Faktor lingkungan belajar.
Faktor lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan emosi,
terutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak.
Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat
dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik
penyebab maupun konsekuensinya. Hurlock (1991), mengungkapkan proses belajar yang
menunjang perkembangan emosi terdiri dari beberapa, yaitu:
a) Belajar dengan cara meniru (learning by imitation).
Dengan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
b) Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification).
Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang
kuat.
c) Belajar melalui pengkondisian (conditioning).
Metode ini berhubungan dengan aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi.
Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak
kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
d) Pelatihan (training).
Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada anak
diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.

2.3 Kondisi yang mempengaruhi sosial emosi anak

Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada.
Reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan adanya pematangan.
1. Kondisi yang Mempengaruhi Emosi Dominan
a) Kondisi kesehatan
Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi domina, sedangkan
kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.
b) Suasana rumah
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi kebahagiaan dan
apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan
diusahakan sedikit mungkin maka anak akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk
menjadi anak yang bahagia.
7
c) Cara mendidik anak
Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode hukuman untuk memperkuat
kepatuhan secara ketat, akan mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan menimbulkan siasana rumah
yang lebih santai (relax) yang akan menunjang bagi ekspresi emosi yang menyenangkan.
d) Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan lebih banyak menimbulkan
kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak
dirumah.
e) Hubungan dengan teman sebaya
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang
menyenangkan akan menjadi dominan padanya, sedangkan jika anak ditolak atau diabaikan oleh
kelompok teman sebaya maka emosi yang tidak menyenangkan akan menjadi dominan padanya.
f) Perlindungan yang berlebih-lebihan
Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan (overprotektive) yang hidup dalam
prasangka bahaya terhadap segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut pada anak menjadi
dominan.
g) Aspirasi orang tua
Jika orang tua mempunyai aspirasi yang tinggi yang tidak realities bagi anak-anaknya, anak
akan menjadi canggung, malu, dan merasa bersalah apabila mereka menyadari kritik orang tua
bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan tersebut.
h) Bimbingan
Bimbingan dengan titik berat pada penanaman pengertian bahwa menglami frustrasi
diperlukan sekali-kali dapat mencegah kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.
Tanpa bimbingan semacam ini, emosi tersebut akan menjadi dominan, terutama apabila frustrasi
yang dialami dirasakan tidak adil bagi seorang anak.

2. Kondisi yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang Meninggi


1) Kondisi fisik
Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk, atau
perubahan yang berasal dari perkembangan, maka anak akan mengalami emosionalitas yang
meninggi.
a). kesehatan yang buruk, yang disebabkan oleh gizi yang buru, gangguanpencernaan, atau
penyakit.
b). kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim
c). setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.

2) Kondisi psikologis
Pengaruh psikologis yang penting antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi, dan
kecemasan.
8
a). perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat intelektualnya rendah rata-rata
mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada
tingkata umur yang sama.
b). kegagalan mencapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat
mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
c). kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat. Sebagai contoh,
akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap
situasi yang dirasakan mengancam.

3) Kondisi lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman
mengelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan.
a). kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter.
b). sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
c). suasana otoriter disekolah. Guru yang terlalu menuntut atau pekerjaan sekolah yang
tidak sesuai dengan kemampuan anak akan menimbulkan kemarahan sehingga anak pulang
kerumah dalam keadaan kesal.

BAB III
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah suatu proses yang muncul dimana anak-anak belajar tentang
diri dan orang lain sehingga bagaimana cara mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya
dan adapun perkembangan emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri
seseorang, baik bersifat positif ataupun negatif. Seperti kondisi sedih, gembira, gelisah, benci,
dan lain sebagainya. Dari situlah munculah faktor atau kondisi yang mempengaruhi sosial emosi
anak yaitu: keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, emosi, mentaldan
lingkungan belajar. Dari factor-faktor tersebut sangat berperan penting dalam perkembangan
sosial emosional anak usia dini. Adapun kondisi yang mempengaruhi perkembangan social
emosional anak yaitu: kondisi kesehatan, suasana rumah, cara mendidik anak, hubungan dengan
anggota keluarga,hubungan dengan teman sebaya, perlindungan yang berlebihlebihan,aspirasi
orang tua dan bimbinngan.

3.2 Saran
Para orang tua atau guru sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai
tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari
lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan
untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas
akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius

DAFTAR PUSTAKA

10
Imroatis Sholihah. (2015). Faktor-Faktor Dan Kondisi Yang Mempengaruhi Sosial Emosional
Dan Karakter Anak. Hal.4
Hijriati. (2019). Faktor Dan Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini.Vol.5. Hal.2
Wulan, Ratna. (2011). Mengasah Kecerdasan Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Novi Mulyani. (2014). Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini.
Vol. 3 No. 2 Hal. 134
Hurlock Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Darmiah. (2015). Perkembangan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak Usia dini
MI.Hal. 100.
Novi Mulyani. (2013). Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Anak Usia Dini. Vol. 18, No. 16

11

Anda mungkin juga menyukai