Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIAONAL AUD

“PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA TIGA SAMPAI


EMPAT TAHUN”

Dosen Pengampu : Nur Kholidah Nasution, M.Pd.

Disusun Oleh :

Axl Ridho Lanang Saputra (220110031)

Gustiana Ningsih (220110140)

Efriani (220110156)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
rahmat-Nya saya sebagai penulis telah menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini membahas tentang “Pengembangan Sosial dan Emosional AUD ”
Tidak lupa juga saya sampaikan sholawat serta salam semoga rahmat dan berkah selalu
dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para
sahabatnya, para tabi’in dan tabi’at serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah, yang
telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan benar.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Sehubungan dengan kekurangan di dalam penulisan makalah ini, penulis
sebagai penyusun makalah membuka diri untuk menerima saran-saran dan masukan
yang membangun dan diharapkan agar dalam pelaksanaan penyusunan makalah
selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mataram, 2 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3
A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional ............................................................... 3
B. Perkembangan Sosial dan Emosional ........................................................................... 3
C. Permasalahan Emosional Pada Anak Usia 3-4 Tahun ................................................ 6
BAB III ....................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Dalam perspektif psikologi,
perkembangan merupakan perubahan progresif yang menunjukan cara bertingkah laku
dan berinteraksi dengan lingkungannya.1

Perkembangan sosial emosional erat kaitannya dengan interaksi, baik dengan


sesama atau benda-benda lainnya. Jika interaksinya tidak baik, maka pertumbuhan
dan perkembangan anak menjadi tidak optimal. Namun kebanyakan orang tua kurang
memerhatikan hal tadi tersebut anak padahal perkembangan sosial emosional setiap anak
berbeda. Dalam hal ini kiprah pendidik sangat diharapkan buat tahu perkembangan sosial
emosional dalam anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya dengan
baik. Perkembangan emosi wajib bersinggungan menggunakan perkembangan sosial
anak. Demikian juga sebaliknya, membahas perkembangan sosial wajib melibatkan
emosional, karena keduanya terintegrasi pada bingkai kejiwaan yang utuh tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.

Menurut Elizabeth B. Hurlock, kemampuan anak untuk bereaksi secara emosional


sudah ada semenjak bayi baru dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional ini adalah
berupa keterangsangan umum. Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka
kurang menyebar, kurang sembarangan, lebih dapat dibedakan, dan lebih lunak karena
mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan.2

Perkembangan sosial emosional anak pada usia 3 sampai 4 tahun adalah proses belajar
anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mempelajari kondisi serta

1
Novan Ardy Wiyani. Bina Karakter Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal. 55.

2
Riris Eka Setiani. Metode Melatih Kecerdasan Emosional pada Anak di SDIT Al-Irsyad AlIslamiyah
Purwokerto. (STAIN Purwokerto: Skripsi, 2012) hal. 23.

1
perasaan ketika anak bermain atau berkomunikasi dengan masyarakat yang ada
disekitarnya dengan melalui cara mendengar, memahami dan menyalin sesuatu yang
dilihatnya.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial dan emosional anak usia 3-4
tahun?
2. Bagaimana perkembangan sosial emosional anak usia 3-4 tahun?
3. Apa saja permasalahan emosional yang terjadi pada anak usia 3-4 tahun?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang perkembangan sosial emosional anak usia
3-4 tahun
2. Untuk mengetahui perkembangan sosial emosional anak usia 3-4 tahun
3. Untuk mengetahui permasalahan emosional yang terjadi pada anak usia 3-4 tahun

3
Nuraini, Hayati, F., & Amelia, L. (2020). Analisis Perkembangan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK
Cinta Ananda Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, 1(1).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional


Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu aspek perkembangan yang
paling penting. Hal ini penting untuk semua anak karena merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan akademis mereka di masa depan. Salah satu aspek
perkembangan anak yang perlu dikembangkan sang pendidik merupakan aspek
perkembangan sosial. Anak wajib diajarkan semenjak dini untuk mempunyai
perilaku yang baik dan suportif terhadap sahabat sebayanya.

Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Menurut Para Ahli:

1. menurut Salovey dan John Mayer yang dikutip dalam buku Ali Nugraha
pengembangan sosial emosional meliputi: empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengalokasi rasa marah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri, disukai kemampuan menyelesaikan masalah antara
pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, kesopanan dan sikap hormat.

2. Menurut Hurlock, perkembangan sosial emosional adalah perkembangan


perilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, dimana perkembangan
emosional adalah suatu proses dimana anak melatih rangsangan-rangsangan
sosial terutama yang didapat dari tuntutan kelompok serta belajar bergaul dan
bertingkah laku.

B. Perkembangan Sosial dan Emosional


Ketika mulai tergabung dalam kelompok bermain dan taman kanak-kanak, anak
usia pra-sekolah akan belajar mengembangkan interaksi sosialnya dengan lebih luas.
Tidak hanya dengan anggota keluarga yang lain tetapi juga terhadap guru, teman
sebaya beserta anggota keluarga teman tersebut. Untuk sukses dalam beradaptasi
dengan lingkup pergaulan yang makin meluas tersebut tentu saja keterampilan anak
harus dilatih. Sesuai dengan tugas perkembangan anak, maka kegiatan bermain
merupakan sarana yang paling tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial anak.

3
Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan atau relasi anak dengan orang-
orang di sekitarnya. Lama sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang
baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan memusatkan perhatian pada asal
suara sebagaimana layaknya orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
secara kodrati adalah makhluk sosial yang menunjukkan ketertarikan pada relasi
sosial.4

Perkembangan emosi, dalam artian yang sederhana adalah luapan perasaan ketika
anak berinteraksi dengan orang lain. Umar Fakhrudin menjelaskan bahwa
perkembangan emosi adalah proses yang berjalan secara perlahan dan anak dapat
mengontrol dirinya ketika menemukan self comforting behavior atau merasa nyaman.
Atau dengan kata lain, anak belajar emosinya secara bertahap.

Dalam perkembangan sosial emosional umur 3 tahun, anak lebih perspektif dalam
menunjukkan perhatiannya. Pada usia dimana Sebagian besar anak memulai
preschool ini, akan terlihat perkembangan sosial emosional seperti :

• Menggunakan Bahasa sosial seperti “tolong” “terima kasih”.


• Menciptakan karakter imajinasi atau bermain pura-pura.
• Merasa kesal bila rutinitasnya terganggu.
• Mulai bisa menunjukkan empati pada orang lain.

Dengan pengalaman bersosialisasinya yang semakin banyak, di usia 4 tahun akan


terlihat perkembangan sosial emosional anak seperti :

• Tertarik untuk menjadi bagian dari kelompok.


• Bisa berbagi dan bekerja sama dengan orang lain.
• Suka melakukan hal baru dan mencari pengalaman baru.
• Mencoba bernegosiasi untuk mendapatkan keinginannya.

Adapun ciri-ciri penampilan emosi pada anak menurut Hurlock ditandai oleh
intensitas yang tinggi, sering kali ditampilkan, bersifat sementara, cenderung

4
Mira Yanti Lubis. MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI
BERMAIN. GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019.

4
mencerminkan; individualitas, bervariasi seiring meningkatnya usia, dan dapat
diketahui melalui gejala perilaku. Berikut ini ada beberapa pola emosi yang dijelaskan
Hurlock yang secara umum terdapat pada diri anak, yaitu:5

1. Rasa Takut
Rasa takut berpusat pada bahaya yang bersifat fantastik, adikodrati, dan samar-
samar. Mereka takut pada gelap dan makhluk imajinatif yang diasosiasikan
dengan gelap, pada kematian atau luka, pada kilat guntur, serta pada karakter yang
menyeramkan yang terdapat pada dongeng, film, televisi, atau komik. Terlepas
dari usia anak, ciri khas yang penting pada semua rangsangan takut ialah hal
tersebut terjadi secara mendadak dan tidak di duga, dan anak-anak hanya
mempunyai kesempatan yang sedikit untuk menyesuaikan diri dengan situasi
tersebut. Namun seiring dengan perkembangan intelektual dan meningkatnya usia
anak, mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selanjutnya reaksi
rasa, seperti; intelegensia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kondisi fisik,
hubungan sosial, urutan kelahiran, dan faktor kepribadian.
2. Rasa Marah
Pada umumnya, kemarahan disebabkan oleh berbagai rintangan, misalnya
rintangan terhadap gerak yang diinginkan anak baik rintangan itu berasal dari
orang lain atau berasal dari ketidakmampuannya sendiri, rintangan tehadap
aktivitas yang sudah berjalan dan sejumlah kejengkelan yang menumpuk. Reaksi
kemarahan anak-anak secara garis besar dikategorisasikan menjadi dua jenis yaitu
reaksi impulsif dan reaksi yang ditekan. Reaksi impulsif sebagian besar bersifat
menghukum keluar (extra punitive), dalam arti reaksi tersebut diarahkan kepada
orang lain, misalnya dengan memukul, menggigit, meludahi, meninju, dan
sebagainya. Sebagian kecil lainnya bersifat ke dalam (intra punitive), dalam arti
anak-anak mengarahkan reaksi pada dirinya sendiri.
3. Rasa Cemburu

5
Riris Eka Setiani, Merode Melatih Kecerdasan Emosional pada Anak di SDIT Al-Irsyad AlIslamiyah
Purwokerto. (STAIN Purwokerto: Skripsi, 2012) hal. 31-35.

5
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Cemburu disebabkan
kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain.
Pola rasa cemburu seringkali berasal dari takut yang berkombinasi dengan rasa
marah. Orang yang cemburu sering kali merasa tidak tentram dalam hubungannya
dengan orang yang dicintai dan takut kehilangan status dalam hubungannya itu.

C. Permasalahan Emosional Pada Anak Usia 3-4 Tahun

1. Permasalahan Sosial dan Emosional

Rolf, Edelbrock dan Strauss menemukan bahwa anak-anak dengan masalah


perkembangan sosial emosi cenderung memiliki hambatan yang besar dalam pertemanan,
penyesuaian sosial, tingkah laku dan dan akademis apabila dibandingkan dengan
kelompok anak yang normal.

Menurut Nugraha (2005:11) berikut adalah beberapa permasalahan yang biasa dihadapi
oleh anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Maladjustment
Individu yang penyesuaian dirinya buruk disebut maladjustment. Anak yang demikian
sering disebut sebagai anak yang bermasalah. Ada dua jenis maladjustment, yaitu sebagai
berikut:
1) Anak puas terhadap tingkah lakunya, tetapi lingkungan sosial tidak dapat menerima.
Misalnya saja anak bersikap sok kuasa. Si anak sendiri tidak merasa ada yang salah
pada dirinya, sementara lingkungan tidak bisa menerima itu.
2) Tingkah laku diterima lingkungan sosial, tetapi menimbulkan konflik yang
berkepanjangan pada anak misalnya anak berpenampilan sopan, ramah, dan memiliki
segala perilaku yang dapat diterima oleh lingkungan, padahal itu bukan tingkah laku
yang sebenarnya ingin ia tampilkan. Anak melakukan hal itu karena terpaksa (atau
bisa juga karena takut).
Maladjustment umumnya disebabkan adanya penolakan diri. Anak tidak menyukai
dirinya sendiri dan juga orang lain (ketidakpuasan terhadap diri menularkan

6
ketidakpuasan terhadap lingkungan). Biasanya penolakan diri terjadi karena anak merasa
tidak seperti apa yang ia inginkan.
Adapun beberapa ciri yang biasa muncul pada anak bermasalah diantaranya sebagai
berikut:
• Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan,
• Sering tampak depresi dan jarang tersenyum atau bercanda,
• Suka mencuri benda-benda kecil walaupun sering dihukum,
• Sering tenggelam dalam lamunan, Sering bertengkar dengan anak yang lebih
kecil (tempat ia bisa menunjukkan kekuasaan),
• Merasa diperlakukan tidak adil (misalnya dihukum lebih banyak dibanding anak
lain),
• Suka berbohong, Sulit mengambil keputusan,
Hal yang paling mendasar dalam mencegah timbulnya masalah maladjustment
adalah usaha meningkatkan pengenalan terhadap diri dan lebih realistik terhadap
kemampuan sendiri. Dalam hal ini dukungan lingkungan sangat berpengaruh karena
usaha perbaikan akan sia-sia, bila lingkungan tetap menuntut sesuatu yang tidak realistis.

b. Egosentrisme

Seseorang dikatakan egosentris bila lebih peduli terhadap dirinya sendiri daripada
orang lain. Mereka lebih banyak berpikir dan bicara mengenai diri sendiri dan aksi
mereka semata-mata untuk kepentingan pribadi.

Ada tiga hal yang mendasari egosentrisme, yaitu sebagai berikut :


1) Merasa Superior. Karena merasa superior, anak egosentris berharap orang menunggunya,
memuji sepak terjangnya, dan diberi peran pimpinan. Mereka menjadi sok berkuasa, tidak
peduli terhadap orang lain, tidak mau bekerja sama, dan sibuk bicara mengenai diri
sendiri.
2) Egosentrisme karena merasa inferior. Individu akan memfokuskan semua permasalahan
terhadap diri sendiri karena merasa tidak berharga di dalam kelompok. Anak yang
demikian biasanya mudah dipengaruhi dan selalu mau disuruh orang lain. Karena selalu

7
merasa bahwa andil mereka dalam kelompok sangat kecil maka sering kali mereka justru
diabaikan. Namun, bukan berarti mereka tidak disukai.
3) Egosentrisme karena merasa menjadi korban. Perasaan tidak diperlakukan secara adil
membuat mereka marah kepada semua orang. Akibatnya keinginan mereka untuk ikut
andil dalam kelompok sangat kecil dan kelompok cenderung mengabaikan mereka.
Apabila mereka menunjukkan kemarahannya secara agresif maka kelompok akan
menolaknya.

c. Agresif
Agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau baru
berupa ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan. Tingkah laku ini sering kali
muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, misalnya karena dilarang melakukan sesuatu.
Agresi juga sering timbul karena tingkah laku agresif yang sebelumnya mengalami
penguatan. Hal ini terjadi karena ada beberapa keluarga dimana anak agresif justru
dihargai. Selain itu tingkah laku orang tua sering dicontoh oleh anak. Biasanya tingkah
laku yang muncul pada anak dapat marah secara verbal maupun menyerang, temper
tantrum, dan merusak.

Dalam perkembangannya, kita akan menemukan berbagai macam permasalahan


emosi yang muncul di sekeliling kita. Banyak faktor yang menentukan munculnya
permasalahan emosi pada anak yang paling utama adalah peranan keluarga. Pada
dasarnya fondasi emosi yang sehat dibangun atas dasar penerimaan dan penghargaan
terhadap dirinya. Perwujudan dari perasaan ini, yang paling awal adalah anak dapat
merasakan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Jika anak kehilangan perasaan ini
maka sulit ia akan memiliki emosi yang sehat.
2. Faktor Penyebab Terbentuknya Perilaku Sosial
Menurut Nugraha (2005:11.14) perilaku antisosial dan emosional erat hubungannya
dengan pengalaman dan penyesuaian sosial ketika anak usia dini. Beberapa faktor
penyebab timbulnya sikap antisosial, antara lain sebagai berikut:
a. Sikap Orang Tua yang Overprotected.
b. Sikap Orang Tua yang Pencela, Membandingkan, dan Mencemooh Anak.
c. Sempitnya Kesempatan Bergaul dengan Anak Lain.

8
d. Pola Asuh Otoriter.
e. Lingkungan yang buruk.
3. Faktor Penyebab Terbentuknya Perilaku Emosional
a. Latar belakang keluarga yang kasar, di mana kebiasaan kehidupan dalam
keluarga ini selalu menggunakan cara-cara kasar dalam menyelesaikan
masalahnya, seperti menendang, mencaci, memukul, berkelahi, dan lain
sebagainya.
b. Orang dewasa yang belum dewasa dan memiliki kematangan yang cukup
untuk melakukan pengasuhan anak.
c. Kehilangan terlalu dini untuk merasakan kedekatan dengan orang yang
disayangi. Misalnya perceraian orang tua atau yatim piatu sejak kecil dan
tidak memiliki orang tua pengganti yang mengasihinya.
d. Orang tua yang tidak mampu mencintai anaknya, disebabkan mereka pun
tidak pernah merasakan kasih sayang.
e. Perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak ditangani dengan baik, tatkala
ia mendapatkan adik baru dan merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian
dari orang tuanya.
f. Situasi baru di mana anak belum siap dalam menghadapi dan tidak
menemukan pasangan yang cocok untuk menemaninya.
g. Mendapat gertakan, gangguan, dan ketidakramahan dari anak yang lain.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan sosial merupakan kemampuan seorang berperilaku pada
lingkungan sekitarnya (masyarakat) yang sesuai menggunakan tuntutan sosial
(norma, nilai atau asa sosial).
Perkembangan emosional merupakan suatu keadaan yang kompleks, bisa berupa
perasaan ataupun getaran jiwa yg ditandai sang perubahan biologis yang ada
menyertai terjadinya suatu perilaku.
2. Perkembangan sosial dan emosional anak usia 3-4 tahun adalah tahap penting
dalam perkembangan anak yang melibatkan pertumbuhan keterampilan sosial dan
emosional mereka. Dukungan orang dewasa dalam lingkungan anak seperti orang
tua dan pengasuh memainkan peran kunci dalam membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan yang sehat dan positif.
3. Permasalahan sosial yang sering terjadi pada anak usia dini adalah
Maladjustment, Egosentrisme, Agresif, dan sebagainya. Dan faktor yang
menentukan munculnya permasalahan emosi pada anak yang paling utama adalah
peranan keluarga.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mira Yanti Lubis. MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI


MELALUI BERMAIN. GENERASI EMAS, Vol. 2, No. 1/ 2019.

Novan Ardy Wiyani. Bina Karakter Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)
hal. 55.

Nugraha, Ali, dkk. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universita
Terbuka.

Nuraini, Hayati, F., & Amelia, L. (2020). Analisis Perkembangan Sosial Anak Usia 4-5
Tahun di TK Cinta Ananda Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan,
1(1).

Riris Eka Setiani. Metode Melatih Kecerdasan Emosional pada Anak di SDIT Al-Irsyad
AlIslamiyah Purwokerto. (STAIN Purwokerto: Skripsi, 2012) hal. 23.

11

Anda mungkin juga menyukai