Kelompok 5:
Khairuunisa Nazwa Kamilla (2205126006)
Alifia Nur Elga Saputri (2205126010)
Putri Febiane Andrayana (2205126020)
Istighna Ayuningtyas (2205126025)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
KATA PENGANTAR
1. Wilda Isna Kartika, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu dan tugas yang
diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami.
Maka dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Dan kami berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
LATAR BELAKANG 4
RUMUSAN MASALAH 4
TUJUAN MASALAH 5
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja Orientasi Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini?
2. Bagaimana perkembangan karakteristik emosional anak usia 0 – 6 tahun?
3. Apa saja kegiatan untuk meningkatkan perkembangan stimulasi emosional usia
4
0-6 tahun?
4. Bagaimana peran guru dalam perkembangan emosional anak?
C. TUJUAN MASALAH
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5
dan 5,5 – 6,4 tahun. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa
6
dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak semakin mampu
untuk mengontrol emosinya.
Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan
dengan waktu yang diinginkannya pula. Emosi mudah berubah dan
memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak sangat terbuka
dengan pengalaman-pengalaman hatinya. Reaksi emosi bersifat individual dan
pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini
diakibatkan oleh factor pemicu emosi.
Hurlock (1978)
Perilaku akrab: hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman
sebaya.
7
Negatifisme: perilaku melawan otoritas orang dewasa.
Karakteristik Anak Usia Dini, masa usia dini merupakan masa kecil ketika
anak memiliki kekhasan dalam bertingkah laku. Bentuk tubuhnya yang mungil
dan tingkah lakunya yang lucu, membuat orang dewasa merasa senang, gemas dan
terkesan. Namun, terkadang juga membuat orang dewasa merasa kesal, jika
tingkah laku anak berlebihan dan tidak bisa dikendalikan. Segala bentuk aktivitas
dan tingkah laku yang ditunjukkan seorang anak pada dasarnya merupakan fitrah.
Sebab, masa usia dini adalah masa perkembangan dan pertumbuhan yang akan
membentuk kepribadiannya ketika dewasa. Seorang anak belum mengerti apakah
yang ia lakukan itu berbahaya atau tidak, bermanfaat atau merugikan, serta benar
maupun salah. Hal yang terpenting bagi mereka adalah ia merasa senang dan
8
nyaman dalam melakukannya. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas orang tua dan
pendidikan untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam beraktivitas supaya
yang dilakukannya tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya sehingga nantinya
dapat membentuk kepribadian yang baik.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini menurut beberapa
pendapat.
1. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak memiliki bawaan,
minat kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.
2. Egosentris, yaitu anak lebih cendrung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak sesuatu itu penting
sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.
3. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan aktivitas. Selama
terjaga dalam tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan
tidak pernah berhenti dari aktivitas. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada
suatu kegiatan yang baru dan menantang.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Yaitu, anak
cendrung memperhatikan , membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal
yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru.
5. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu
yang kuat dan senang menjelajah, mencoba dan mempeajari hal-hal yang baru.
9
6. Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak
ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikirannya.
7. Senang dan kaya dalam fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang
imajinatif. Anak tidak hanya senang dengan cerita-cerita khayal yang disampaikan
oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain.
8. Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila menghadapi
sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila keinginannya
tidak terpenuhi.
10. Daya perhatian yang pendek, yaitu anak lazimnya memiliki daya perhatian
yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsik menarik dan
menyenangkan.
11. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, yaitu anak
senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku pada dirinya sendiri.
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai menunjukkan
untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Hal ini beriringan
dengan bertambahnya usia dan perkembangan yang dimiliki oleh anak.
Karakteristik unik yang dimiliki anak persis sama dengan Islam yang
memiliki keunikan. Anak adalah makhluk unik yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak memiliki keunikan dapat berubah sesuai dengan lingkungan dimana
mereka hidup sama halnya dengan islam yang dipandang relevan dengan
persoalan ruang dan waktu itu sendiri. Antara anak dengan Islam adalah 2 unsur
yang sama, yang sama-sama merupakan sebuah ciptaan Tuhan.
10
C. KEGIATAN UNTUK STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN
EMOSIONAL USIA 0 – 6 TAHUN
1. Keteladanan
e. Teladan gaya hidup, yaitu tidak boros, sederhana, suka menabung, dan
lain-lain.
11
g. Teladan dalam menyikapi lingkungan, seperti membuang sampah pada
tempatnya, membersihkan kamar atau kelas sendiri, dan sebagainya.
Selain dari contoh-contoh di atas masih banyak teladan lain yang bisa
dilakukan, sesuai dengan perkembangan budaya dan kebutuhannya. Pendekatan
ini sangat penting karena anak memiliki daya imitasi yang tinggi.
3. Bermain Kooperatif
12
anak yang tidak bermain. Kemudian menurut hasil penelitian Kartika (2015)
dalam Wardany, dkk (2016), bermain kooperatif dapat meningkatkan perilaku
kerjasama dan membantu anak untuk tidak berperilaku agresif. Selain itu, bermain
jenis ini dapat meningkatkan rasa penghargaan pada teman sebaya, pada diri
sendiri, dan ketrampulan sosial lainnya.
Kegiatan bermain peran ini dapat dilakukan sejak anak berusia 3 tahun.
Kegiatan bermain ini melibatkan unsur imajinasi dan daya imitasi pada perilaku
orang dewasa. Contohnya, bermain sekolah-sekolahan, pasar-pasaran, dan dokter-
dokteran. Dalam permainan ini anak menggunaka imajinasi untuk menghasilkan
gagasannya sendiri, seperti sebatang ranting yang dianggap sebagai sebuah
pedang. Imajinasi anak juga menggambarkan keinginan, perasaan, dan pandangan
anak terhadap lingkungan sekitarnya (Mulyani, 2014: 143).
5. Outbound
13
D. PERAN GURU DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL DAN
EMOSIONAL AUD
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik dan psikis. Lingkungan fisik
menekankan pada ruang kelas sebagai tempat anak berlatih kecakapan sosial
emosinya sedangkan lingkungan psikis lebih ditekankan pada suasana lingkungan
yang penuh cinta kasih sehingga anak merasa aman dan nyaman di kelas.
Segala tindakan dan tutur kata pendidik akan diikuti oleh anak. Oleh
karena itu, pendidik seyogyanya dapat menjaga perilaku sesuai dengan norma
sosial dan nilai agama, seperti menghargai pendapat anak, bersedia menyimak
keluh kesah anak, membangun sikap positif anak, berempati terhadap masalah
yang dihadapi anak, dsb.
14
4. Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak
5. Peran Guru dalam Meingkatkan Sosialisasi dan Emosi Anak Usia Dini
15
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
https://kampusitahnews.iain-palangkaraya.ac.id/sosok/mahasiswa/2020/01/13/
perkembangan-sosial-emosional-anak-usia-dini/
87-182-1-SM (1).pdf
https://www.paud.id/peran-guru-pengembangan-sosial-emosi-anak/
17