Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENGANTAR PSIKOLOGI

“Perkembangan Psikologi Pada Masa Usia Sekolah”

Dosen pengampu :

Nindy Audia Nadira, SKM, MKM

Disusun Oleh

Kelompok 4

1. Aisha Ilfi Rahmi (226110881)


2. Fadly Fiatris (226110886)
3. Faliska Deatriani Kusuma (226110887)
4. Rizzi Rora Maretha (226110910)
5. Yosi Mariesti Agnesia (226110919)

PRODI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2023
A. Pengertian

Masa kanak-kanak lanjut (usia 6-12 tahun) adalah periode ketika anakanak
dianggap mulai dapat bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, dalam
hubungannya dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia 6-
12 tahun juga sering disebut usia sekolah. Artinya, sekolah menjadi pengalaman
inti anak-anak usia ini, yang menjadi titik pusat perkembangan fisik, kognitif, dan
psikososial (Lusi Nuryanti, 2008).

Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan


untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu (Wong, 2009). Pada tahapan ini, seorang individu sedang
menggali potensi dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan
ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala
labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus
pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.

B. Perkembangan Psikologi Pada Masa Usia Sekolah

Masa anak sekolah diawali engan tercapainya kematangan bersekolah


(S.C.Utami Munandar, 1999: 1). Seorang anak dapat dikatakan matang untuk
bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan (fisik, intelektual, noral, dan
social Moh. Kasiram, tt: 75).Tentang cepat atau lambatnya anak mencapai
kematangan ini, banyak tergantung pada keadaan anak (kesehatan fisik, sifat-
sifatnya) dan opendidikan sebelumnya. Anak yang sakit-sakitan anak yang
dimanjakan, biasanya banyak kesulitan dalam memasuki dunia sekolah.Banyak
ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, dimana apa yang
telah dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan akan berlangsung terus untuk
masa-masa selanjutnya. (Singgih dan Yulia Singgih, 2002: 13) Perkembangan
yang terjadi pada periode ini adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan Mental Intelektual.


Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiakan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan
yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Disamping itu, pada masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana.

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola
pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar
keilmuan, seperti membaca, menulis dan berhitung. Disamping itu, kepada
anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan,
lingkungan alam. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak
untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal,
baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya.
Misalnya yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah,
pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau orang lain.

2) Perkembangan Bahasa.
Bahasa adalah sarana berkomunikas dengan orang lain. Dalam pengertian
ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi , dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau, gerak dengan
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan.
Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam
sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Dalam hal ini, Sis Heyster berpendapat bahwa ada tiga fungsi bahasa, yaitu:
a) Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.
b) Bahasa sebagai peresapan.
c) Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat. (Agus Sujanto,
1998: 27)
3) Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk perilaku belajar. Emosi yang positif seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan
mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.

Sebaliknya, apabila yang menyertai prose suatu emosi negative seperti


merasa tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajarsehingga kemungkinan besar dia akan mengalami
kegagalan belajarnya. Mengingat hal tersebut,maka guru seyogyanya
mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
atau kondunsif bagi terciptanya proses belajar- mengajar yang efektif. (Elfi
Yuliani Rochmah, 2005: 170)

4) Perkembangan Sosial.
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok,tradisi dan moral (agama).
Perkembangan sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk
ikatan baru dengan membentuk ikatan baru (peer group) atau teman sekelas,
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Pada masa usia ini
anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada
orang-orang lain disamping keluarga. Meluasnya lingkungan social bagi anak
menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar
pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman. (Siti Rahayu, 2006:
183) Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
5) Perkembangan Moral.
Pada masa perkembangan ini Anak mulai mengenal konsep moral
(mengenal benar-salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan
keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral, tetapi
lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral
sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi
yang diterima anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya kemudian hari.

6) Perkembangan Penghayatan Keagamaan.


Periode ini merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005: 175)

7) Perkembangan Motorik
Perkembangan motoric pada usia ini menjadi lebih halus dan terkoordinasi
dibandingkan berlari pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan bersifat informal bentuk
permainan. Di samping anak-anak juga melibatkan aktivitas permainan
olahraga bersifat senam, berenang, dan lain-lain.
Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
a) Belajar permainan memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan
permainan.
b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sebagai makhluk
biologis
c) Belajar bergaul dengan teman sebaya
d) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
e) Mengembangkan kata hati
f) Belajar memperoloeh kebebasan yang bersifa pribadi
C. Permasalahan Psikologi Pada Masa Usia Sekolah
Gangguan psikologis merupakan keadaan yang akan membuat seorang
anak bertinglah laku tidak wajar atau tidak normal dan tidak bertinglah laku
normal seperti anak yang seharusnya. Kondisi ini biasanya dapat disebabkan oleh
banyak hal.Misalnya saja karena adanya kelaian genetic, pengaruh kondisi
lingkungan, atau pengaruh dari rasa trauma pada masa lalu yang tidak bisa
dilupakan atau disembuhkan dalam kurun waktu yang sebentar, karena hal
tersebut akan menjadi bayang – bayang masa lalu dan tidak jarang membuat anak
merasa down atau ketakutan akan hal tersebut.
Perkembangan psikologis pada anak usia sekolaha memang sangat banyak
disorot, karena pada masa sekarang ini anak akan mendapatkan banyak masalah
yang sebelumnya ia tidak ketahui karena memang dunia sekolah adalah hal yang
baru baginya.Selain itu, anak juga akan berinteraksi ke lebih banyak orang dari
yang sebelumnya, dengan adanya hal seperti ini tentunya membuat anak
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya yang
baru. Pada anak yang memang memiliki gangguan psikologis tentunya akan
sangat membuat orang tuanya merasa kuatir karena akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak tersebut untuk bersosialisai seperti anak pada umumnya,
berbicara, dan juga melakukan hal yang lainnya. Berikut gangguan psikologis
yang dialami oleh anak usia sekolah yang pada umumnya terjadi, yaitu:

1. Hiperaktif
Hiperaktif merupakan sebuah gangguan psikologi pada anak usia sekolah
yang paling sering dan umum terjadi. Seorang anak biasanya akan memiliki
perilaku dimana anak tersebut bergerak sangat aktif atau bahkan super aktif
didalam rumah atau dilingkungan dimana anak bertemu dengan teman seusianya.
Baca juga mengenai fakta kepribadian anak usia 4 tahun.

2. Sulit Berkonsentrasi
Tentu saja banyak anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
Seorang anak yang memiliki konsentrasi yang buruk dapat membuat proses
belajar dan bersosialisasinya terganggu. Biasanya mereka lebih konsentrasi
terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Baca juga mengenai masalah psikologi
untuk anak tunagrahita.

3. Pemurung dan Penyendiri


Selain ada anak yang hiperaktif, ada juga anak yang memiliki sifat
pemurung dan cenderung penyendiri. Mereka sangat sukit unutk bergaul dengan
teman seusianya dan cenderung memilih untuk sendiri dari pada bergabung
dengan teman – temannya. Baca juga mengenai 10 pengaruh psikologi kognitif
dalam perkembangan anak usia dini.

4. Masalah Bicara
Pada banyak kasus yang terjadi pada anak usia sekolah, memiliki cara
bicara yang tidak jelas dan sukar untuk orang mengerti. Biasanya haanya orang
terdekatnyalah yang mengerti apa yang sedang ia ucapkan.

5. Affek dan Steaming


Affek merupakan peristiwa psikis yang dapat diartikan sebagai rasa
ketegangan hebat dan kuat yang timbul dengan tiba – tiba dalam waktu yang
singkat yang umumnya terjadi pada anak usia sekolah.

6. Retardasi Mental
Retardasi mental atau biasanya disbeut juga dengan keterbelakangan
mental merupakan kondisi gangguan psikologis yang terjadi pada anak usia
sekolah yang mengakibatkan adanya perkembangan intelejensia yang disetai
dengan ketidaksesuaian mental pada anak seumurannya pada umumnya.

7. Pica Syndrome
Kondisi pica syndrome bisa saja menyerang beberapa anak usia sekolah.
Adapun ciri dari anak yang mengalami masalah ini adalah kecendrungan
memakan yang bukan makanan misalnya batu, tanah atau kertas.

8. Gangguan Kecemasan yang Tinggi


Perasaan cemas memnag merupakan hal yang wajar untuk dirasakan oleh
anak usia sekolah. Tetapi pada kasus ini mereka memiliki tingkat kecemasan yang
tinggi yang dapat merusak mentalnya.

9. Autisme
Autisme merupakan salah satu gangguan psikologis yang sudah banyak
dikenal oleh masyarakat. Di Indonesia sendiri ada begitu banyak anak yang
menderita autisme. Anak yang autisme biasanya sibuk dengan apa yang mereka
sukai dan susah untuk bersosialisasi dengan teman seumurnya.

10. Gangguan Makan


Memang terdengar sudah biasa ya sobat anak usia sekolah susah makan,
tetapi hal ini tidak boleh anda sepelekan karena pada dasarnya makanan yang
dikonsumsi oleh anak anda akan menjadi nutrisi bagi tubuhnya dan perkembangan
kecerdasannya.

11. Gangguan Bipolar


Gangguan jenis ini juga sudah banyak dialami oleh anak usia sekolah di
Indonesia pada umumnya. Gangguan ini adalah jenis gangguan yang menyerang
mental anak sehingga bisa merubah mood nya secara drastic.

12. Gangguan Stomatoform


Ganggunan ini memang agak jarang diderita oleh anak usia sekolah, tetapi
tidak menutup kemungkinan ya sobat. Gangguan ini merupakan rasa sakit luar
biasanya yang dirasakan oleh anak padahal mereka tidak menderita sakit apapun
secara medis.

13. Syndrome Respon Stress


Syndrome ini sering terjadi pada anak usia sekolah yang memiliki tingkat
emosional yang tinggi, sehingga akan suli menerima perkataan orang lain dan
susah untuk bersosialisasi terhadap anak seumurannya.
D. Idealnya Masa Usia Sekolah
Pada tingkat bermain, seperti taman kanak-kanak (TK), umumnya anak
bisa sekolah mulai usia 4 tahun. Sementara untuk sekolah dasar (SD) yang wajib,
usia anak untuk mulai sekolah anak paling tidak sudah masuk 6-7 tahun.
Waktu dan usia untuk memasukkan anak ke sekolah bisa didasari pada
kesiapan psikososial serta keinginan anak bersekolah. Umumnya, anak sudah
menunjukkan ketertarikannya untuk bersekolah saat ia berusia 3-4 tahun. Pada
usia ini, anak sudah bisa mengungkapkan sendiri keinginan untuk bersekolah
karena melihat keluarga atau teman-temannya bersekolah. Bila ini terjadi,
orangtua harus peka dan memberi dukungan pada anak untuk sekolah.

E. Cara Mencapai Ideal Masa Usia Sekolah

1. Orangtua berperan aktif dalam paguyuban orangtua siswa dan guru


Dukungan orangtua terhadap program-program sekolah dapat membuat
proses belajar anak menjadi lebih baik. Hubungan yang akrab antara orangtua dan
guru di sekolah dapat mempermudah dan memperlancar informasi dan program–
program serta kebijakan di sekolah. Jika anak memiliki kebutuhan belajar atau
perilaku yang khusus, pertemuan dapat dijadwalkan dengan guru dan staf sekolah
lainnya untuk mempertimbangkan pengaturan atau revisi rencana pendidikan
individual (IEP).

2. kunjungi sekolah dan situsnya


Mengetahui tata letak fisik gedung sekolah dan lahannya dapat membantu
Anda terhubung dengan anak ketika berbicara tentang hari sekolah. Ada baiknya
mengetahui lokasi kantor utama, perawat sekolah, kantin, sarana olahraga,
auditorium, dan kelas khusus.
Di situs web sekolah, Anda dapat menemukan informasi tentang program-
program sekolah seperti kalender sekolah, jadwal untuk kegiatan ekstrakurikuler,
olahraga, dan lain sebagainya. Banyak guru mengelola situs web maupun grup di
WhatsApp untuk memberikan informasi seputar pembelajaran maupun kegiatan di
sekolah, akses ke buku pelajaran dan sumber daya lainnya, dan merinci tugas
pekerjaan rumah.

3. Mendukung program-program sekolah


Orangtua bisa membimbing anak untuk belajar bagaimana
menyeimbangkan kegiatan akademik dengan kegiatan ekstrakurikuler, dan
kehidupan sosial. Cara penting untuk membantu adalah memastikan anak
memiliki tempat yang tenang, cukup penerangan, dan bebas gangguan untuk
belajar.

4. Antar anak ke sekolah dalam keadaan siap belajar


Sarapan bergizi dapat menyemangati remaja dan membuat mereka siap
untuk hari itu. Secara umum, anak yang makan sarapan memiliki lebih banyak
energi dan berbuat lebih baik dan siap belajar di sekolah.
Anak juga membutuhkan jumlah tidur yang tepat sekitar 8½ hingga 9½
jam setiap malam untuk siap belajar sepanjang hari. Idealnya, anak harus mencoba
tidur pada waktu yang sama setiap malam dan bangun pada waktu yang sama
setiap pagi.

5. Ketahui kebijakan disiplin sekolah


Semua sekolah memiliki aturan dan konsekuensi untuk perilaku siswa.
Sekolah biasanya mengutip kebijakan disiplin (kadang-kadang disebut kode
perilaku siswa) dalam buku pegangan siswa. Aturan biasanya mencakup harapan,
dan konsekuensi untuk tidak memenuhi harapan, untuk hal-hal seperti perilaku
siswa, aturan berpakaian, penggunaan perangkat elektronik, dan bahasa yang
dapat diterima. Dengan begitu anak dapat mencapai ideal pada masa sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, W.S (2015), Psikologi Remaja, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.


Desmita (2015),Psikologi Perkembangan,PT.Remaja Rosdakarya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai