Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rosda

Nim : 202126064

Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGI

A. Perkembangan sosial
1. Pengertian perkembangan sosial pada anak sekolah dasar

Samsu Yusuf (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa


Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi;
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak
diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa
sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia
anakmaka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka
semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi
denganmanusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang
dimiliki olehmanusia.

2. Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar

Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan


kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa
bayi, masa kanak-Kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat
diartikan juga sebagai suatu proses perubahan dalam siri individu atau organisme,
baik dari (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingka kedewasaan atau
kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan.

(Syamsu, 2012). Perkembangan sosial individu ditandai dengan


pencapaian kematangan dalam berinteraksi sosialnya, bagaimana ia mampu
bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap
norma-Norma kelompok (Retno Pangestuti, 2013). Robinson A (1981)
mengartikan sosialisasi sebagai proses yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial di manaia berada, baik keluarga, teman sebaya, guru dan
masyarakat di sekitarnya.

Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku pada anak


dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam
lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses
belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi
dalamsebuah kelompok (Yusuf dalam Yahro, 2005).
Piaget menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena
anak belum dapat memahami perbedaan prespektif pikiran orang lain (Suyanto,
2005). Pada tahapan ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum
mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Anak belum mengerti bahwa
lingkungan memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya (Suyanto, 2005).
Anak masih melakukan segala sesuatu demi dirinya sendiri bukan untuk orang
lain.Setiap kelompok mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku
yang dapat diterima dalam kelompok tersebut. Agar dapat diterima dalam
pelompok, maka peserta didik usia SD/MI sebagai anggota harus menyesuaikan
perilakunya dengan standae kelompok tersebut.

3. Macam-Macam perilaku sosial pada anak sekolah dasar

Kartini Kartono (1986: 113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa
kanak- Kanak adalah sebagai berikut. 1) Bersifat egosentrif naif, 2) Mempunyai
relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan
primitif,3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan
sebagai suatu totalitas, dan 4) Sikap hidup yang fisiognomis.

a. Bersifat egosentrif naif, memandang dunia luar dari pandangannya sendiri,


sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
b. Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya
sederhana dan primitif. Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari
sifat egosentris yang naif tersebut. Ciri ini ditandai oleh kehidupan
individual dansosialnya masih belum terpisahkan. Anak hanya memiliki
minat terhadap benda-Benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya
fantasinya.
c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan sebagai suatu
totalitas, isi lahiriah dan batiniah merupakan suatu kesatuan yang bulat,
sehingga penghayatan anak diekspresikan secara spontan.
d. Sikap hidup yang fisiognomis, artinya secara langsung anak memberikan
atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan benda
hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa seperti
dirinya
4. Faktor –Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada anak sekolah
dasar
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosial anak. Anak mulai bermain bersama
orang lain yaitu keluarganya. Tanpa disadarianak mulai belajar
berinteraksi dengan orang diluar dirinya sendiri yaitu dengan orang –
orang disekitarnya. Interaksi sosial kemudian diperluas, tidak hanya
dengan keluarga dalam rumah namun mulai berinteraksi dengan tetangga
dan tahapan selanjutnya ke sekolah.
2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
oranglain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
3. Status sosial ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi
atau status kehidupan keluarga dalam lingkungan masyarakat. Sehubungan
hal itu, dalam kehidupan anak Senantiasa “menjaga” status sosial anak dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial
keluarganya” itu mengakibatkan Menempatkan dirinya dalam pergaulan
yang tidak tepat.
4. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.
5. Kepastian mental: emosi dan intelegensi Kemampuan berfikir
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius
atau superior, sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena
pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih
tinggi.

B. Perkembangan psikologi
1. Tahap-tahap psikologi perkembangan anak sekolah dasar
Masa anak sekolah diawali engan tercapainya kematangan bersekolah
(S.C.Utami Munandar, 1999: 1). Seorang anak dapat dikatakan matang untuk
bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan (fisik, intelektual, noral, dan
social Moh. Kasiram, tt: 75).
Tentang cepat atau lambatnya anak mencapai kematangan ini, banyak
tergantung pada keadaan anak (kesehatan fisik, sifat-sifatnya) dan pendidikan
sebelumnya. Anak yang sakit-sakitan anak yang dimanjakan, biasanya banyak
kesulitan dalam memasuki dunia sekolah.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent,
dimana apa yang telah dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan akan
berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. (Singgih dan Yulia Singgih,
2002: 13) Perkembangan yang terjadi pada periode ini adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Mental Intelektual.


Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiakan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Disamping itu, pada masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir
atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan,
seperti membaca, menulis dan berhitung. Disamping itu, kepada anak diberikan
juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam.
Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan
pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya
maupun peristiwa yang terjadi dilingkungannya. Misalnya yang berkaitan dengan
materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya
atau orang lain.

b. Perkembangan Bahasa.
Bahasa adalah sarana berkomunikas dengan orang lain. Dalam pengertian
ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau, gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua
manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Dalam hal ini, Sis Heyster berpendapat bahwa ada tiga fungsi bahasa,
yaitu:
a. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.
b. Bahasa sebagai peresapan.
c. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat. (Agus Sujanto,
1998: 27)

c. Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk perilaku belajar. Emosi yang positif seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses suatu emosi negative seperti
merasa tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajarse hingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan
belajarnya. Mengingat hal tersebut, maka guru harus mempunyai kepedulian
untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondunsif bagi
terciptanya proses belajar- mengajar yang efektif. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005:
170)

d. Perkembangan Sosial.
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan
sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk ikatan baru dengan
membentuk ikatan baru (per group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada masa usia ini anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin
mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping keluarga. Meluasnya
lingkungan social bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh
yang ada diluar pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman. (Siti
Rahayu, 2006: 183) Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya.

e. Perkembangan Moral.
Pada masa perkembangan ini Anak mulai mengenal konsep moral
(mengenal benar-salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga.
Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral, tetapi lambat laun
anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima
anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah
lakunya kemudian hari.
f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan.
Periode ini merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005: 175)

g. Perkembangan Fisik dan Motorik.


Pada masa ini pertumbuhan fisik tidak seperti pada masa bayi dan kanak-
kanak awal, atau seperti pada masa remaja. Peningkatan tinggi badan setahun
sekitar 5-6 cm, bentuk badan mempengaruhi tinggi dan berat badan. Secara umum
perkembangan fisik sejalan dengan perkembangan mental. Terutama pada tahun-
tahun pertama gizi dan kesehatan mempunyai dampak yang besar terhadap
perkembanga kecerdasan. Perbedaan antara jenis kelamin dalam pertumbuhan
fisik menjadi lebih nyata pada masa ini. (Elfi Yulaini Rochmah, 2005: 175).
Jans (1973) membicarakan mengenai arti seksualitas dan tingkah laku
sesuai jenis kelamin dalam masa kanak-kanak. Dia menganggap adanya tiga
factor penting dalam timbulnya tingkah laku tersebut, yaitu factor biologi, factor
social dan factor kognitif.

Anda mungkin juga menyukai