Nim : 202126064
A. Perkembangan sosial
1. Pengertian perkembangan sosial pada anak sekolah dasar
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa
sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia
anakmaka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka
semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi
denganmanusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang
dimiliki olehmanusia.
Kartini Kartono (1986: 113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa
kanak- Kanak adalah sebagai berikut. 1) Bersifat egosentrif naif, 2) Mempunyai
relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan
primitif,3) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan
sebagai suatu totalitas, dan 4) Sikap hidup yang fisiognomis.
B. Perkembangan psikologi
1. Tahap-tahap psikologi perkembangan anak sekolah dasar
Masa anak sekolah diawali engan tercapainya kematangan bersekolah
(S.C.Utami Munandar, 1999: 1). Seorang anak dapat dikatakan matang untuk
bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan (fisik, intelektual, noral, dan
social Moh. Kasiram, tt: 75).
Tentang cepat atau lambatnya anak mencapai kematangan ini, banyak
tergantung pada keadaan anak (kesehatan fisik, sifat-sifatnya) dan pendidikan
sebelumnya. Anak yang sakit-sakitan anak yang dimanjakan, biasanya banyak
kesulitan dalam memasuki dunia sekolah.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent,
dimana apa yang telah dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan akan
berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. (Singgih dan Yulia Singgih,
2002: 13) Perkembangan yang terjadi pada periode ini adalah sebagai berikut:
b. Perkembangan Bahasa.
Bahasa adalah sarana berkomunikas dengan orang lain. Dalam pengertian
ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau, gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua
manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Dalam hal ini, Sis Heyster berpendapat bahwa ada tiga fungsi bahasa,
yaitu:
a. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa.
b. Bahasa sebagai peresapan.
c. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat. (Agus Sujanto,
1998: 27)
c. Perkembangan Emosi.
Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk perilaku belajar. Emosi yang positif seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses suatu emosi negative seperti
merasa tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajarse hingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan
belajarnya. Mengingat hal tersebut, maka guru harus mempunyai kepedulian
untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondunsif bagi
terciptanya proses belajar- mengajar yang efektif. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005:
170)
d. Perkembangan Sosial.
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan
sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga juga dimulai membentuk ikatan baru dengan
membentuk ikatan baru (per group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak
hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada masa usia ini anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin
mendekatkan diri pada orang-orang lain disamping keluarga. Meluasnya
lingkungan social bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh
yang ada diluar pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman. (Siti
Rahayu, 2006: 183) Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
e. Perkembangan Moral.
Pada masa perkembangan ini Anak mulai mengenal konsep moral
(mengenal benar-salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga.
Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral, tetapi lambat laun
anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima
anak mengenai benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah
lakunya kemudian hari.
f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan.
Periode ini merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai
kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting. (Elfi Yuliani Rochmah, 2005: 175)