“ PERKEMBANGAN SOSIAL ”
Disusun Oleh :
RAHMA : 2101010017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya bisa menyelesaikan tugas yang telaj di berikan,dan Tak lupa pula saya berterima kasih
kepada bapak Ahmad, S . Pd., M.Pd.I.selaku dosen pembimbing matakuliah psikologi , Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Makala ini
Dengan pembuatan makala ini , pembaca tidak lagi membaca buku yng sangat banyak,
krna adanya makala ini memudahkan pembaca dalam memamahami tema tersebut, Saya
menyadari bahwa dalam proses pembuatan makala ini masih jauh dari kata sempurna
Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makala ini.
Mudah-mudahan ini dapat membantu, meski sedikit pada kita mampu untuk menjelaskan
secara lebih jelas lagi dan dengan harapan semoga kita semua mampu berinovasi dan
meningkatkan pengetahuan dengan potensi yang dimiliki.Aamiin
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak,
mengetahui teori perkembangan social dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. PERKEMBANGAN SOSIAL (BAYI, KANAK-KANAK, REMAJA, DEWASA)
1. Perkembangan sosial pada masa bayi
Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi dengan cara
yang sangat sederhana. Pada tahun pertama kehidupan, interaksi sosial anak sangat
terbatas, yang utama dengan ibu dan pengasuhnya. Interaksi tersebut dilakukan dengan
pandangan, pendengaran dan bau badan. Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak
ada, sehingga apabila kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi terhadap
lingkungan.
a. Reaksi sosial terhadap orang dewasa
Pada masa bayi ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh
orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain dan sebagainya. Makin besar anak
makin membutuhkan tidak hanya kontak fisik namun juga kontak psikis. Kontak
fisik dapat diwujudkan dengan menggendong, menggandeng, mengelus rambut,
mencium, memandikan. Sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian
perhatian, kasih sayang, dorongan.
Beberapa perilaku lazim yang sering muncul pada masa bayi antara lain
1) Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru tingkah laku atau sikap
orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, misalnya menirukan orang tertawa,
tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.
2) Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak mudah sekali merasa alu
atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya. Akan tetapi
sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu setelah dapat mengenal
lebih terhadap orang tersebut.
3) Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain.
4) Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi
dirinya yang ada diluar dirinya.
5) Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant behavior bertujuan untuk
menunjukkan kekuatan.
4
6) Attention seeking (perhatian akan sesuatu). Pada masa ini timbul niat atau
kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihatnya, misalnya
bermain-main dengan jenggot anaknya.
7) Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam
bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan temannya, tergaul
dan ergabung dengan teman-temannya.
2. Perkembangan sosial pada masa prasekolah
Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai mengadakan hubungan dekat
dengan orang-orang non keluarga. Pada saat anak menjelajahi dunia prasekolah
mereka mengalami serangkaian situasi sosial yang baru dan bervariasi. Beberapa
situasi baru berhubungan dengan bermain.
Pada masa ini, anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya
terdiri dari dua atau tiga anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelempok itu
hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam perkumpulannya ia
harus bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan anak yang lain. Kadang-kadang ia
berkelahi dengan temannya sendiri.
Di lingkungn keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya hanya untuk
diriya sendiri. Dalam dirinya mulai timbul perasaan iri hati kepada orang seisi rumah
khususnya kakak atau adik yang membutuhkan perhatian ibunya.
Dalam masa ini yang sangat menonjol adalah sikap simpatinya. Rasa simpati
sudah dikenal sangat sederhana, seperti sikap menolong, melindungi teman, membela
teman yang lain dan sebagainya. Ia tidak merasa takut atau malu jika berada diantara
orang-orang yang disukainya. Tetapi ia akna merasa takut berada diantara orang-orang
yang tidak disukainya.
Implikasi dalam Pendidikan
Sebagai pendidik perlu mengetahui bahwa bermain adalah sarana belajar yang luar
biasa ampuh bagi anak kecil.
Sebagai pendidik perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada
pengalaman sehari-hari.
5
Bila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya pendidik
harus memberi contoh bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam
kelompok.
6
Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah adalah
a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaan itu dianggapnya tidak penting
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan
dirinya.
e) Suka meremehkan orang lain
Ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi adalah:
a) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
b) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
c) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasi belajar
e) Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
7
Sebaliknya anak expansive suka menjelajah, mudah ergaul dengan orang lain
sehingga pergaulannya luas.
b) Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingg
mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity mempunyai sifat acuh tak
acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam
pergaulan sosial.
c) Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial
namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang
dominant mempunyai kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-
temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin
8
Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas
perkembangan emosinya. Pada fase ini stabilitas dicapai karena perjuangn
pasangan dalam memupuk cintanya selama bertahun-tahun dengan
dipengaruhi sikap toleransi antar pasangan serta bagaimana pasangan tersebut
saling menyesuaikan diri selama bersaama
2) Sindrom sarang kosong
Sebuah peristiwa penting dalam keluarga apabila anak-anak yang beranjak
dewasa mulai meninggalkan rumah menuju ke kedewasaan. Sindrom sarang
kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan menurun karena
anak-anak mulai meninggalkan orangtuanya. Orangtua yang mengalami ini
bilamana selama masa sebelumnya kepuasan ada pada interaksi bersama anak-
anak.
3) Hubungan Persaudaraan dan persahabatan
Hubungan dengan saudara semakin meningkat pada usia ini. Pada masa ini
biasanya individu dituntut untuk membimbing masa-masa sebelumnya.
Begitupun dengan persahabatan dengan beberapa teman, pada masa ini
mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas sosial maupun olahraga merupakan
beberapa hal yang sering dilakukan bersama.
4) Pengisian Waktu Luang
Individu pada masa dewasa madya atau tengah perlu menyiapkan diri unguk
masa pensiun, baik secara keuangan maupun psikologis. Membangun dan
memenuhi aktivitas-aktivitas luang merupakan bagian yang penting untuk
persiapan masa pensiun, sehingga peralihan ke masa usia lanjut tidak begitu
menekan individu yang dapat menyebabkan cemas.
5) Hubungan antar generasi
Kedekatan antar generasi terlihat semakin dekatnya anak-anak yang beranjak
dewasa dengan orangtuanya, terutama itu dan anak perempuan.
c) Dewasa Akhir
1. Teori Sosial Lanjut Usia
Latrancois (1984) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang
menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya:
9
a) Teori disangrefement
Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961.
Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi manusia akan diikuti secara
berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi
dengan kehidupan dunia.
b) Teori Activity
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, menyatakan bahwa
semakin tua seseorang akan semakin memilihara hubungan sosial, fisik
maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada
kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan
10
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan
disekolah atau dilingkungan tetngga. Remaja mulai menginginkan teman yang
memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman,
mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orangtua.
b) Mengembangakan identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang
dirinya, siapakah saya?
c) Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d) Belajar menjadi orang dewasa
1) Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan
sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan
kelompok yang menekankan remaja dapat bersifat positif dan negatif. Sikap
konformitas yang negatif seperti pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas
positif misalnya menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang
melibatkan kegiatan sosial yang beik (Santrock,1997).
Perubahan sikap dan prilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah
bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari
tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam
berbagai kegiatan sosial semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan
yang lebih luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai
yaitu;
a) Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan
mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
b) Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu diperoleh dengan
berbagai kegiatan sosial.
c) Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok,
d) Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
11
2) Implikasi dalam Pendidikan
Pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan
yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran
sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapakn perkawinan dan keluarga,
memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
12
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi sampai akhir hayat.
Menurut Erik H. Erikson (1963), perkembangan sosial terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1. Infancy (0-1 tahun) : Trust VS Mistrust
2. Early childhood (1-3 tahun) : Autonomy VS Shame, doubt
13
3. Preschool age (3-6 tahun) : Inisiative VS Guilt
4. School age (6-12 tahun) : Industry VS Inveriority
5. Adolescence (12-20 tahun) : Identity VS Identity confusion
6. Young adulthood (20-30 tahun) : Intimacy VS Isolation
7. adulthood (30-65 tahun ) : Generativy VS Stagnation
8. Senescence (>65 tahun) : Ego integrity VS Despair
Beberapa perilaku yang muncul pada massa bayi antara lain imitasi, shyness, pependancy,
acceptance, or authority, revalry, attention seeking dan coorperation behavior. Pada masa
prasek dan yang menonjol adalah sikap simpatinya. Pada masa remaja interaksi sosial dengan
temaan sebaya bertambah luas dan kompleks. Perkembangan sosial pada masa dewasa dibagi
menjadi tiga, yaitu dewasa dini, dewasa madya dan dewasa akhir.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu :
1. Keluarga ; merupakan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosialnya.
2. Pematangan ; diperlukan agar dapat bersosialisasi dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi ; kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
dalam keluarga.
4. Pendidikan ; merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
5. Emosi dan Intelegenci ; anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan
berbaha dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15