Anda di halaman 1dari 18

MAKALA PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“ PERKEMBANGAN SOSIAL ”

Dosen Pengampuh : Ahmad, S . Pd., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

RAHMA : 2101010017

UMAR DANI : 2101020002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL DA’WAH WAL IRSYAD
(STAI DDI) PINRANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya bisa menyelesaikan tugas yang telaj di berikan,dan Tak lupa pula saya berterima kasih
kepada bapak Ahmad, S . Pd., M.Pd.I.selaku dosen pembimbing matakuliah psikologi , Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Makala ini
Dengan pembuatan makala ini , pembaca tidak lagi membaca buku yng sangat banyak,
krna adanya makala ini memudahkan pembaca dalam memamahami tema tersebut, Saya
menyadari bahwa dalam proses pembuatan makala ini masih jauh dari kata sempurna
Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makala ini.
Mudah-mudahan ini dapat membantu, meski sedikit pada kita mampu untuk menjelaskan
secara lebih jelas lagi dan dengan harapan semoga kita semua mampu berinovasi dan
meningkatkan pengetahuan dengan potensi yang dimiliki.Aamiin

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka
jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sos ial dan
sebagian lagi tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih su ka menyendiri
daripada bersama-sama dengan orang lain atau introvert, secara ala miah memang sudah
bersifat demikian. Mereka yang bersifat sosial dan pikirannya lebih banyak tertuju pada pada
hal-hal diluar dirinya atau ekstrovert, juga sudah bersikap seperti itu karena alamiah yaitu
faktor keturunan. Sedangkan orang ya ng menentang masyarakat yaitu orang yang antisosial,
dan orang yang biasanya men jadi penjahat, diyakini oleh masyarakat tradisional sebagai
warisan dari pada salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh orang tuanya.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu
adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa,
naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam
bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah
tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan
mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor
intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses
sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan
proses sosialisasi.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di
dalam makalah ini adalah :
1. Apa makna perkembangan sosial?
2. Bagaimana teori perkembangan social?

1
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak,
mengetahui teori perkembangan social dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL


Perkembangan social adalah tingkatan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai
dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Sedangkan
perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang
lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan social emosional tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan social harus melibatkan emosional.
Berikut pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli:
1. Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari
individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang
luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan
warisan sosial itu.
2. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam
bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat.
3. Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir,
dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
4. Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu
lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa.
Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.

Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya


kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang anak atau individu yang lebih besar
tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat
istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.

3
B. PERKEMBANGAN SOSIAL (BAYI, KANAK-KANAK, REMAJA, DEWASA)
1. Perkembangan sosial pada masa bayi
Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi dengan cara
yang sangat sederhana. Pada tahun pertama kehidupan, interaksi sosial anak sangat
terbatas, yang utama dengan ibu dan pengasuhnya. Interaksi tersebut dilakukan dengan
pandangan, pendengaran dan bau badan. Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak
ada, sehingga apabila kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi terhadap
lingkungan.
a. Reaksi sosial terhadap orang dewasa
Pada masa bayi ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh
orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain dan sebagainya. Makin besar anak
makin membutuhkan tidak hanya kontak fisik namun juga kontak psikis. Kontak
fisik dapat diwujudkan dengan menggendong, menggandeng, mengelus rambut,
mencium, memandikan. Sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian
perhatian, kasih sayang, dorongan.
Beberapa perilaku lazim yang sering muncul pada masa bayi antara lain
1) Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru tingkah laku atau sikap
orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, misalnya menirukan orang tertawa,
tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.
2) Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak mudah sekali merasa alu
atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya. Akan tetapi
sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu setelah dapat mengenal
lebih terhadap orang tersebut.
3) Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain.
4) Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi
dirinya yang ada diluar dirinya.
5) Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant behavior bertujuan untuk
menunjukkan kekuatan.

4
6) Attention seeking (perhatian akan sesuatu). Pada masa ini timbul niat atau
kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihatnya, misalnya
bermain-main dengan jenggot anaknya.
7) Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam
bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan temannya, tergaul
dan ergabung dengan teman-temannya.
2. Perkembangan sosial pada masa prasekolah
Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai mengadakan hubungan dekat
dengan orang-orang non keluarga. Pada saat anak menjelajahi dunia prasekolah
mereka mengalami serangkaian situasi sosial yang baru dan bervariasi. Beberapa
situasi baru berhubungan dengan bermain.
Pada masa ini, anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya
terdiri dari dua atau tiga anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelempok itu
hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam perkumpulannya ia
harus bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan anak yang lain. Kadang-kadang ia
berkelahi dengan temannya sendiri.
Di lingkungn keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya hanya untuk
diriya sendiri. Dalam dirinya mulai timbul perasaan iri hati kepada orang seisi rumah
khususnya kakak atau adik yang membutuhkan perhatian ibunya.
Dalam masa ini yang sangat menonjol adalah sikap simpatinya. Rasa simpati
sudah dikenal sangat sederhana, seperti sikap menolong, melindungi teman, membela
teman yang lain dan sebagainya. Ia tidak merasa takut atau malu jika berada diantara
orang-orang yang disukainya. Tetapi ia akna merasa takut berada diantara orang-orang
yang tidak disukainya.
Implikasi dalam Pendidikan
 Sebagai pendidik perlu mengetahui bahwa bermain adalah sarana belajar yang luar
biasa ampuh bagi anak kecil.
 Sebagai pendidik perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada
pengalaman sehari-hari.

5
 Bila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya pendidik
harus memberi contoh bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam
kelompok.

3. Perkembangan sosial pada masa sekolah


Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir
masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai melepaskan
diri dari keluarga dan makin mendekatkan diri pada orang-orang disamping keluarga.
a) Kegiatan Bermain
Dibanding dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak mau
akan mengurangi waktu bermain daripada masa sebelumnya. Bermain sangat
penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak
berinteraksi dengan teman yang akan memberikan berbagai pengalaman berharga.
b) Interaksi dengan anak-anak sebaya
Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai
pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman
sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan. Persahabatan pada awal
masa sekolah pada umumnya terjadi atas dasar aktivitas bersama. Hubungan
persahabatan itu bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(a)ada saling pengertian, (b) saling membantu, (c) saling percaya, (d) saling
menghargai dan menerima.
Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah atau teman bermain di
luar sekolah. Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki
teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama, seperti belajar bersama,
melihat pertunjukan, bermain dan sebagainya.
Masa kanak-kanak akhir ini dibagi menjadi dua fase
1) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 6/7 – 9/10
tahun, biasaya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar
2) Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antarausia 9/10 –
12/13 tahun, biasaya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.

6
Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah adalah
a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaan itu dianggapnya tidak penting
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan
dirinya.
e) Suka meremehkan orang lain
Ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi adalah:
a) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
b) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
c) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasi belajar
e) Anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

4. Perkembangan sosial pada masa remaja


Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah
luas dan kompleks dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan
dengan lawan jenis. Pemuasan interlektual juga didapatkan oleh remaja dalam
kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti
organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja,
namun demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya
diperlukan kopentensi sosial yang berupa kemampuan dan ketrampilan berhubungan
dengan orang lain.
Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Bronson, menyimpulkan
adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:
a) Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang mempunyai kecenderungan
menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup menyendiri.

7
Sebaliknya anak expansive suka menjelajah, mudah ergaul dengan orang lain
sehingga pergaulannya luas.
b) Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingg
mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity mempunyai sifat acuh tak
acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam
pergaulan sosial.
c) Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial
namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang
dominant mempunyai kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-
temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin

5. Perkembangan sosial pada masa dewasa


Masa dewasa menurut beberapa ahli Psilologi debagi menjadi tiga yaitu dewasa
awal(18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir yang disebut
dengan usia lanjut pada rentang usia diatas 60 tahun.
a) Dewasa Dini
Pada masa dewasa dini, perkembangan emosi dan sosial sangat berkaitan
dengan adanya perubahan minat. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi
perubahan minat pada masa ini adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan
status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan peran seks,
perubahan status dari yang belum menikah ke status menikah. Pemahaman akan
makna cinta yang sebenarnya mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi
dengan pasangan, anak-anak, dan lingkungan si sekitarnya yang pada akhirnya
mempengaruhi kebahagiaan individu tersebut.
b) Dewasa Madya
Santrock (2002) menekankan bahwa perkembangan emosi sosial dan moral
yagn menjadi titik perhatian pada masa ini adalah berkenaan dengan beberapa hal,
yaitu:
1) Pernikahan dan Cinta

8
Pada masa dewasa madya, fase kehidupan keluarga mempengaruhi ciri khas
perkembangan emosinya. Pada fase ini stabilitas dicapai karena perjuangn
pasangan dalam memupuk cintanya selama bertahun-tahun dengan
dipengaruhi sikap toleransi antar pasangan serta bagaimana pasangan tersebut
saling menyesuaikan diri selama bersaama
2) Sindrom sarang kosong
Sebuah peristiwa penting dalam keluarga apabila anak-anak yang beranjak
dewasa mulai meninggalkan rumah menuju ke kedewasaan. Sindrom sarang
kosong ini menyatakan bahwa kepuasan pernikahan akan menurun karena
anak-anak mulai meninggalkan orangtuanya. Orangtua yang mengalami ini
bilamana selama masa sebelumnya kepuasan ada pada interaksi bersama anak-
anak.
3) Hubungan Persaudaraan dan persahabatan
Hubungan dengan saudara semakin meningkat pada usia ini. Pada masa ini
biasanya individu dituntut untuk membimbing masa-masa sebelumnya.
Begitupun dengan persahabatan dengan beberapa teman, pada masa ini
mengalami peningkatan. Berbagai aktivitas sosial maupun olahraga merupakan
beberapa hal yang sering dilakukan bersama.
4) Pengisian Waktu Luang
Individu pada masa dewasa madya atau tengah perlu menyiapkan diri unguk
masa pensiun, baik secara keuangan maupun psikologis. Membangun dan
memenuhi aktivitas-aktivitas luang merupakan bagian yang penting untuk
persiapan masa pensiun, sehingga peralihan ke masa usia lanjut tidak begitu
menekan individu yang dapat menyebabkan cemas.
5) Hubungan antar generasi
Kedekatan antar generasi terlihat semakin dekatnya anak-anak yang beranjak
dewasa dengan orangtuanya, terutama itu dan anak perempuan.
c) Dewasa Akhir
1. Teori Sosial Lanjut Usia
Latrancois (1984) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang
menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya:

9
a) Teori disangrefement
Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961.
Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi manusia akan diikuti secara
berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi
dengan kehidupan dunia.
b) Teori Activity
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, menyatakan bahwa
semakin tua seseorang akan semakin memilihara hubungan sosial, fisik
maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada
kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan

2. Keluarga dan Hubungan Sosial


Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia
seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan,
keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan
menuntut penyesuaian. Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting
dalam keluarga menurut Hurlock (1993:420) adalah :
a) Hubungan dengan pasangan hidupnya
b) Hubungan dengan anak
c) Ketergantungan orang tua
d) Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau menurun. Kontak
sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat
positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada
dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat
berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling
membantu memecahkan masalah masing-masing.

B. Tujuan perkembangan Sosial Remaja


a) Memperluas kontak sosial

10
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan
disekolah atau dilingkungan tetngga. Remaja mulai menginginkan teman yang
memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman,
mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orangtua.
b) Mengembangakan identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang
dirinya, siapakah saya?
c) Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d) Belajar menjadi orang dewasa
1) Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan
sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan
kelompok yang menekankan remaja dapat bersifat positif dan negatif. Sikap
konformitas yang negatif seperti pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas
positif misalnya menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang
melibatkan kegiatan sosial yang beik (Santrock,1997).
Perubahan sikap dan prilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah
bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari
tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam
berbagai kegiatan sosial semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan
yang lebih luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai
yaitu;
a) Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan
mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
b) Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu diperoleh dengan
berbagai kegiatan sosial.
c) Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok,
d) Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.

11
2) Implikasi dalam Pendidikan
Pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan
yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran
sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya
secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapakn perkawinan dan keluarga,
memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan
oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan
oleh keluarga.
2) Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
3) Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
4) Pendidikan

12
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

BAB III
PENUTUP

Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi sampai akhir hayat.
Menurut Erik H. Erikson (1963), perkembangan sosial terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1. Infancy (0-1 tahun) : Trust VS Mistrust
2. Early childhood (1-3 tahun) : Autonomy VS Shame, doubt

13
3. Preschool age (3-6 tahun) : Inisiative VS Guilt
4. School age (6-12 tahun) : Industry VS Inveriority
5. Adolescence (12-20 tahun) : Identity VS Identity confusion
6. Young adulthood (20-30 tahun) : Intimacy VS Isolation
7. adulthood (30-65 tahun ) : Generativy VS Stagnation
8. Senescence (>65 tahun) : Ego integrity VS Despair
Beberapa perilaku yang muncul pada massa bayi antara lain imitasi, shyness, pependancy,
acceptance, or authority, revalry, attention seeking dan coorperation behavior. Pada masa
prasek dan yang menonjol adalah sikap simpatinya. Pada masa remaja interaksi sosial dengan
temaan sebaya bertambah luas dan kompleks. Perkembangan sosial pada masa dewasa dibagi
menjadi tiga, yaitu dewasa dini, dewasa madya dan dewasa akhir.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu :
1. Keluarga ; merupakan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosialnya.
2. Pematangan ; diperlukan agar dapat bersosialisasi dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi ; kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
dalam keluarga.
4. Pendidikan ; merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
5. Emosi dan Intelegenci ; anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan
berbaha dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara


Eka Izzaty, Rita. 1997. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press
Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Dr. Siti Rahayu Haditono. 2006. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN,
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : UGM Press
Suyadi. 2009. Ternyata anakku Bisa Kubuat Genius!. Yogyakarta : Powerbooks
Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaj. Jakarta : GHALIA Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai