Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN SOSIAL

MAKALAH

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Perkembangan Peserta Didik

Yang diampu Oleh Devi Probowati, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 4

Hana Ozara (190321624080)


Moh. Faisal Anwar (180341617554)
Nilla Pratiwi Handayani (190351620461)
Rimayanti (190412630002)
Riski Maelinda Hasanah (190341621622)

UNIVERSITAS NEGRI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Februari 2020
PERKEMBANGAN SOSIAL DARI USIA 0 – DEWASA AKHIR

I. Perkembangan Sosial Usia Dini


A. Menurut Sujiono (2009) ciri-ciri perkembangan sosial anak usia dini meliputi :
1. Kelahiran sampai Usia Tiga Tahun
a. Bereaksi terhadap orang lain
b. Menikmati pada saat bergaul dengan anak-anak lain
c. Mulai mengenal dan melakukan interaksi bersama individu lain
d. Mampu berbagi tanpa perlu membujuk
e. menunjukkan beberapa kemampuan yang masih terbilang sederhana
f. Dapat meniru tindakan dari orang lain
g. Mulai memahami tentang permainan yang bersifat kompleks
2. Usia 3-4 tahun
a. Menjadi lebih sadar akan diri sendiri
b. Mengembangkan perasaan rendah hati
c. Menjadi sadar akan rasial dan perbedaan seksual
d. Dapat mengambil arah, mengikuti beberapa aturan
e. Memiliki perasaan yang kuat ke arah rumah dan keluarga
f. Mulai mengenal perasaan dan sudah dapat belajar yakin terhadap
keputusannya
g. Berinteraksi melalui permainan yang membutuhkan kerja sama
h. Memiliki teman bermain khayalan.
3. Usia 5-6 tahun
a. Menyatakan gagasan yang kaku peran jenis kelamin
b. Mencari teman baik meskipun dalam jangka yang cukup pendek
c. Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
d. Dapat berbagi dan mengambil giliran
e. Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman di sekolah
f. Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
g. Ingin menjadi yang nomor satu
h. Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.
B. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial AUD (Hurlock,
1995)
1) Faktor Lingkungan Keluarga
Seorang anak yang akan diarahkan untuk mencapai kematangan sosial,
dituntut harus belajar tentang bagaimana tata cara menyesuaikan diri dengan
orang lain maupun lingkungannya. Kemampuan ini hanya akan diperoleh jika
seorang anak memiliki kesempatan atau pengalaman untuk bergaul dengan
orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya ataupun
orang dewasa lainnya. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama dan
paling utama yang akan dikenal oleh anak.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi bimbingan yang di berikan
oleh orang tua terhadapnya. Bimbingan tersebut sangat di butuhkan seseorang
anak untu dapat mengenal aspek kehidupan sosial ataupun norma-norma
kehidupan bermasyarakat. Selain itu peran orang tua bertujuan untuk
mendorong dan memberikan contoh yang bernilai positif terhadap anak-
anaknya terkait bagaimana tata cara menerapkan norma-norma tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan dan arahan dari orang tua ini
biasanya disebut dengan sosialisasi.
Banyak developmentalis yang mengatakan bahwa dalam
perkembangan seorang anak harus ada bimbingan dari orang-orang yang
terampil dalam segala aspek. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat manusia
sebagai sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial
maupun budaya. (Ayuningsih, 2010)
Beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial
di lingkungan keluarga yaitu :
a. Status di Keluarga
Sosialisasi seorang anak akan dipengaruhi oleh statusnya. Siapakah
ia di dalam keluarga tersebut? Apakah seorang kakak, adek, anak dan
lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi proses sosialisasinya, sehingga dia
dapat melalukan hal yang memang sesuai dengan status dalam
keluarganya.
b. Keutuhan Keluarga
Jika sebuah keluarga yang keutuhannya bagus, jarang terdengar
konflik di dalamnya, maka sosialisasi anak dapat berjalan dengan lancar,
karena tidak ada faktor yang mengganggu berjalan proses sosialisasi anak
tersebut.
c. Sikap dan Kebiasaan Orang tua
Sikap dan kebiasaan orang tua merupakan salah satu faktor yang
akan menurun kepada anaknya. Jika orang tua mempunyai sikap ramah
dan memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar
lingkungan hidupnya, maka kemungkinan besar proses perkembangan
sosial anaknya akan bagus dan begitupun sebaliknya.
2) Faktor Dari Luar Rumah
Faktor di luar rumah adalah wadah bagi anak untuk bersosialisasi.
Ketika seorang anak berada di luar lingkungan rumah maka dia akan bertemu
dan berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari teman sebayanya, orang
yang lebih dewasa maupun orang yang lebih muda darinya. Hal tersebut akan
sangat membantu perkembangan sosialisasinya serta akan memberikan
pengetahuan terhadapnya menyenai kedudukannya dalam lingkungan
tersebut.
3) Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak
Jika seorang anak dalam perkembangan seorang anak di kekang semisal
tidak boleh bergaul dengan orang lain diluar rumah maka hal tersebut akan
berdampak negative terhadap perkembangannya. Hal ini, akan menyebabkan
anak menjadi tidak tahu atau memiliki kekurangan pengalaman sehingga
proses sosialisasi dengan lingkungan luar akan semakin terbatas. Menurut
Muhammad (2011) salah satu bentuk metode belajar yang efektif untuk anak
yaitu dengan cara mengamati, meniru, dan melakukan. Semua hal tersebut
dapat di peroleh oleh anak dengan memnjadikan orang dewasa ataupun
teman-teman di sekitarnya sebagai objek dalam belajar.
Melalui cara ini maka seorang anak akan mencoba belajar bagaimana
tatacara bersikap, berkomunilasi, berempati dan menghargai orang lain di
sekitarnya. lingkungan yang berada di sekitar anak seharusnya peka dan
menyadari bahwa dirinya bertindak sebagai model atau objek yang pantas
untuk ditiru seorang anak, hal tersebut bertujuan untuk memberikan
pembelajaran positif dalam keberlangsungan perkembangan anak dari segala
aspek.
II. Perkembangan Social Masa Remaja 13/14 – 17 – 27 Tahun
A. Pengertian Remaja
Remaja (masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa), dalam
bahasa Inggris remaja dinamai (puberty), belanda (puberteit), dan latin
(pubertas) yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda
laki-lakian dan kewanitaan, selain itu ada yang menggunakan istilah
adulescentio (latin) yaitu masa muda (Rumini, 2004: 53).(1) [1] Hurlock (dalam
Maslihah, 2009) membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal
dan akhir. Menurut Hurlock (1973) masa remaja berkisar antara 13-18 tahun,
berbeda dengan pernyataan Thornburgh (1982) bahwa batasan usia remaja
berkisar antara 11-22 tahun. Secara lebih detail dipaparkan bahwa usia remaja
memiliki batasan usia sekitar 11-12 sampai dengan 15-16 tahun untuk remaja
awal dan remaja akhir sekitar 15-16 sampai dengan18- 21 tahun.
Memasuki usia remaja seorang anak akan mulai mencari dan memahami
pribadinya sendiri dan orang lain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, semua
itu membuat remaja bertindak untuk menari identitasnya.
1. Perkembangan social Masa Remaja awal 11/12 -15-16 tahun
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja yang
dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Belum adanya pemahaman tentang
norma-norma aturan- aturan dalam masyarakat. Karena itu sering terjadi
hubungan yang tidak serasi di lingkungan masyarakat. Adanya sikap menentang
dan canggung dalam pergaulan yang akan merugikan masyarakat maupun
remaja Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
kemampuan mental terutama emosi dan Inteligensi.
a. Keluarga
Dalam keluarga anak memperoleh pengajaran atau pendidikan yang
pertama sehingga sangat berpengaruh, termasuk perkembangan sosialnya..
Pada keluarga berlaku norma-norma kehidupan dengan demikian dalam
keluarga dibentuklah pertama kali perilaku kehidupan anak. Proses
pendidikan pada mengembangkan kepribadian seseorang dominan ditentukan
oleh keluarga. Pola pergaulan, penerapan norma, dan penempatan diri
terhadap lingkungan yang masyarakat ditetapkan dan diarahkan di
lingkungan keluarga tiu sendiri. (Gerungan, 1998: 180).
b. Kematangan
Dalam bersosialisasi atau bergaul perlu adanya kematangan fisik dan
juga psikis (jiwa). Untuk mampu menerna proses sosial, memberi juga
menerima pendapat orang lain, perlu sekali kematangan intelektual juga
emosional. Tidak lupa kemampuan berbahasa juga sangat menentukan. Maka
untuk mampu bersosialisasisatu sama lain diperlukan kematangan fisik juga
psikis (jiwa) agar setiap orang mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial
Dalam kehidupan sosial kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap seseorang.
Masyarakat biasanya memandang anak, bukan sebagai pribadi saja, akan
tetapi keluarganya juga akan dipandang . Dengan tidak langsung dalam
pergaulan sosial antar anak, masyarakat dan kelompoknya juga norma yang
berlaku dalam keluarganya (Gerungan, 1998: 181). Remaja sendiri,
tindakannya akan cenderung memperhatikan keadaan normatif yang telah
diajarkan oleh keluarganya. Maka dengan itu, dalam kehidupan sosial anak
akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Itu
mengakibatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang sebenarnya tidak baik
Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu menjadi “terisolasi” dari kelompok
tertentu. juga mereka akan membentuk kelompok elit dengan aturannya
sendiri.
d. Pendidikan
Pendidikan adalah proses sosialisasi yang lebih terarah. Hakikat utama
pendidikan sebagai kunci utama dalam melangsungkan proses pengoperasian
ilmu yang normatif akan memberikan nilai positif pada kehidupan sosial di
dalam masyarakat. Pendidikan arti luasnya perkembangan anak yang
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma terhadap peserta didik terkait etika yang benar diberikan
sejak dalam pembelajaran yang di berikan oleh sekolah atau lembaga. Dalam
pelaksanaanya peserta didik bukan hanya dikenalkan terhadap norma-norma
lingkungan sekitar, akan tetapi juga dikenalkan terhadap norma-norma
kehidupan berbangsa dalam skala nasional maupun internasional. Hal ini
bertujuan untuk membentuk perilaku positif dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat dan bernegara (Gerungan, 1998: 192).
e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Remaja yang memiliki intelektual tinggi akan mampu berbahasa
dengan baik. Maka kemampuan intelektual yang tinggi, kemampuan untu
berbahasa yang baik, dan adanya pengendalian emosional dalam taraf
seimbang akan sangat menentukan pengaruh dan hasil perkembangan sosial
di masyarakat.
B. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan sosial dengan saling
bertemu dan ditentuknnya sistem, juga bentuk-bentuk hubungan. Atau juga
pengaruh interaksi antara banyaknya segi kehidupan bersama yang mencakup
macam-macam aspek kehidupan (Gunawan, 2000: 50). Ada tiga proses
sosialisai yaitu:
1. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara social.
Yaitu sesuai tidaknya arah pergaulan tiap individu dalam kelompok
tertentu.
2. Memainkan peran yang dapat diterima

Dalam kelompok tertentu adanya peran masing-masing remaja yang harus


dilaksanakan dengan baik

3. Perkembangan sikap sosial


Dalam bermasyarakat remaja harus menyukai orang dan aktivitas sosial.
Jika dilakukan dengan baik mereka akan mudah diterima oleh lingkungan
masyarakat itu.
C. Perkembangan Sosial Pada Remaja
1. Remaja Awal 11-16 tahun
Pada masa ini perkembangan sosialnya memiliki ciri-ciri:
a. Perkembangan Indivdu dan Identitas
Dalam psikologi , konsep identitas umumnya mengau pada suatu
kesadaran untuk kesatuan dan kesinambunganatau kesesuaian pribadi atau
individu, juga keyakinan yang cukup stabil dalam rentang kehidupan,
meskipun terjadi bermacam-macam perubahan.
Dalam psikologi perkembangan, pembentukan atau perwujudan
identitas adalah tugas pokok atau utama di perkembangan kepribadian yang
dimaksudkan agar tercapai saat akhir masa remaja.
b. Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Salah satu ciri menonjol saat remaja yang dipengaruhi hubungan
antara remaja itu dengan orang tua adalah perjuangan untuk mendapatkan
otonomi baik secara psikologis maupun fisik. Serta keinginan agar bebas dari
dominasi atau kedudukan kebutuhan atas bimbingan dan bantuan dari
orangtua. Dikarenakan remaja hanya sedikit memberikan waktunya bersama
orang tua dan lebih dominan memberikan waktu untuk saling berinteraksi
dengan dunianya yang lebih variatif, maka mereka harus menghadapi
bermacam – macam nilai dan ide – ide.
c. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Seorang remaja akan lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah
seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan berinteraksi dengan teman
sebayanya. Kegiatan seperti ini diakui dapat mempengaruhi pertimbangan
dan pola berpikir serta cara mengambil keputusan seorang remaja tentang
perilakunya.
d. Perkembangan Seksualitas
Perkembangan seks yang dimaksud disini dalam artian pola perilaku
bagi anggota kedua jenis kelamin yang telah disetujui dan diterima kelompok
sosial tempat individu itu mengidentifikasikan diri. Sifat-sifat yang
menentukan pola perilaku yang disetujui untuk anggota kedua jenis kelamin
dalam suatu budaya tergantung pada apa saja yang dihargai budaya tersebut.
2. Remaja Akhir 16-21 Tahun
a. Keterlibatan pada hubungan sosial lebih meluas dan sejalan dengan kondisi
emosional yang lebih kristis daripada fase sebelumnya.

b. Jaringan sosial atau interaksinya sangat luas, mulai dari jumlah individu
untuk berinteraksi yang semakin banyak dan semakin banyaknya juga jenis-
jenis hubungan yang berbeda-beda. Ontohnya hungan perintaan, hubungan
kerja sama kelompok, dan hubungan organisasi.
c. Cara menangani krisis yang berbeda. Ontohnya menangani masalah dengan
orang tua, teman dan masyarakat yang lebih kompleks.
d. Orientasi Seksual, Dimana Fokus ketertarikan seksual, romantis, dan kasih
saying yang konsisten, bisa jadi bersifat heteroseksual, homoseksual, atau
biseksual.
e. Perilau seksual yang lebih bebas disbanding sebelumnya sehingga adanya
resiko penyakit menular seksual, hamil di luar nikah, dan kekerasan seksual.
f. Hubungan dengan Keluarga, Teman sebaya, dan Masyarakat
Yaitu adanya perubahan Interaksi dengan keluarga sepanjang masa
remaja, konflik dengan orang tua menjadi yang paling sering terjadi pada
masa awal remaja dan yang paling intens pada masa pertangahan
remaja,pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan hasil yang paling positif,
efek dari perceraian dan orang tua tunggal pada perkembangan remaja
tergantung pada cara mereka memengaruhi lingkungan atau situasi keluarga,
juga faktor genetic yang bisa saja memengaruhi cara remaja menyesuaikan
diri akan perceraian, adanya efek ibu yang bekerja tergantung kepada
beberapa faktor seperti kehadiaran atau ketidakhadiran nya orang tua orang
tua lain, seberapa ketat orang tua mengawasi aktivitas anak remajanya, dan
beban kerja sang ibu. Ibu yang bekerja dapat membantu membentuk sikap
terhadap peran gender adanya tekanan ekonomi memengaruhi hubungan
dalam keluarga baik berorang tua tunggal maupun pasangan orang tua yang
lengkap
g. Hubungan dengan saudara kandung cenderung menjadi sama dan semakin
berjarak pada masa remaja.
h. Kelompok teman sebaya yang dapat memiliki pengaruh positif juga negatif.
Tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa remaja yang ditolak oleh
teman sebayanya, hal tersebut dapat terjadi karena remaja itu cenderung
memiliki masalah penyesuaian diri terbesar terhadap remaja yang lain.
Juga pertemanan, terutama dikalangan anak perempuan, menjadi lebih intim
dan mendukung pada masa remaja
i. Kenakalan semakin parah yang diasosiasikan dengan macam-macam
interaksi dengan resiko tertentu, termasuk pengasuhan yang tidak efektif,
kegagalan sekolah, pengaruh teman sebaya, pengaruh lingkungan sekitar, dan
status sosial-ekonomi yang rendah.
j. Mulai adanya standar dan harapan terhadap perilaku dirinya sendiri yang
sesuai dengan dunia sosialnya.
k. Mulai membandingkan kaedah-kaeadah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
III. Perkembangan Sosial Masa Dewasa
A. Perkembangan Sosial Masa Remaja Awal
Istilah dewasa merupakan sebutan untuk suatu individu yang dapat
dikatakan telah matang baik secara fisik maupun psikis. Individu dewasa ialah
seseorang yang bukan lagi berstatus sebagai anak-anak dan telah menjadi pria
atau wanita seutuhnya. Setelah mengalami masa anak-anak dan masa remaja,
seorang individu akan memasuki masa dimana dirinya dituntuk untuk dapat
berinteraksi dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Dibandingkan dengan masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang paling
lama dalam rentang kehidupan (Yudrik ; 2011).
Masa kedewasaaan dapat di tandai dengan berakhirnya masa adolesensi
(remaja). Berikut adalah ciri utama dari berakhirnya adolesensi pada masa
kedewasaan seseorang :

1. Mampu mengaitkan realitas dunia luar yang obyektif dengan AKU-nya


(kehidupan jiwanya) sendiri

2. Mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam untuk diarahkan pada


tujuan yang berarti..

Batas dari adolesensi ini pun tidak jelas dan relatif. Lagi pula pada masing-
masing individu ekspresi adolesensi tersebut mengambil bentuk yang berbeda.
Namun tidak sedikit pula dapat dinyatakan di sini bahwa ciri-ciri adolesensi itu
masih banyak ditemukan melekat dalam fase kedewasaan seseorang (Hurlock :
1991).

Masa dewasa awal merupakan suatu bentuk peralihan dari masa


ketergantungan terhadap orang lain ke masa menjadi pribadi yang lebih mandiri,
baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan sudut pandang dan pilihan
tentang masa depan yang sudah lebih realistis. Menururt Kartini (1995)
Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap
hubungan hangat, dekat dan komunikatif. Sejalan dengan pernyataan tersebut
Yudrik (2011) juga mengatakan bahwa masa dewasa adalah masa awal dimana
seseorang diharuskan dapat menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan dan
harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai
kehidupannya dalam memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri
dan peran dalam dunia kerja (berkarier).

Pada masa dewasa awal ini seseorang akan mengalami “krisis isolasi”
(merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda
dengan orang lain), seseorang merasa terisolasi atau terasingkan dari kelompok
sosial. Hal ini terjadi karena adanya pembatasan terhadap kegiatan sosial.
Pembatasan sosial tersebut sangat terhalang oleh berbagai tekanan seperti
pekerjaan dan keluarga sehingga menyebabkan hubungan dengan teman sebaya
akan menjadi renggang. Disisi lain keterasingan ini diintensifkan dengan adanya
semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir. (Rahayu : 2006).

Dunia sosial pada masa dewasa menjadi lebih luas lagi dan kompleks
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa dewasa individu sudah
dikatakan memasuki kehidupan yang lebih luas. Pasalnya pola dan tingkah laku
sosial orang dewasa yang di lakukan harus berbeda dari orang yang lebih muda.
Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik maupun kognitif akan
tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan
keluarga dan pekerjaan yang akan mementukan masa depannya. Selama periode
ini seseorang akan melibatkan dirinya secara khusus dalam karir, pernikahan dan
hidup berkeluarga.
Dalam menjalani masa dewasa awal ini seseorang di tuntut untuk dapat
meralihkan pandangan egosentrisnya menjadi sikap yang empati. Pada masa ini
penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Maulidya, dkk
(2015) Perkembangan dewasa awal merupakan fase dimana sesorang sudah
memasuki fase siap menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah
tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga
negara, dan berealisasi dengan suatu kelompok sosial tertentu.

B. Perkembangan Sosial Masa Dewasa Akhir


1. Pengertian Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa akhir disebut juga masa penutupan dalam rentang hidup pada
seseorang, dimana masa ini bisa dikatakan masa yang beranjak jauh dari
kehidupan / masa sebelumnya. Dalam pandangan psikologi masa tua atau lansia
memiliki umur sekitar 60 sampai meninggal, dimana pada usia ini terjadi
penurunan kekuatan fisik, dan penurunan daya ingat seseorang. Masa dewasa
akhir ini merupakan serangkaian proses perkembangan memasuki fase tua
(senescence). Proses perubahan ini ditandai dengan berubanya fisik dan juga
psikis seseorang. Dalam masa dewasa akhir rata-rata keagamaan seseorang
cenderung meningkat karena pada masa ini dikenal merupakan masa
perenungan, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi
kematian.
2. Penyesuaian Sosial pada Dewasa Akhir
seseorang yang sudah memasuki masa dewasa akhir dan akan beranjak
lansia. Pada masa ini mereka memiliki rasa kesepian yang tinggi karena anak-
anaknya telah beranjak dewasa dan mulai membangun keluarga baru. Dari
problem seperti itulah kebanyakan lansia lebih suka berkumpul dan bahkan
mereka mencoba untuk mencari teman diluar rumah. Permasalahan seperti ini
sering kali berdampak negatif yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial
pada masa lansia ini, berikut dampaknya :
a. lupa akan waktu yang dimiliki yang semakin sedikit, karenakan keasyikan
bersendau gurau dengan teman, kerabat diluar sana.
b. Jika tidak memiliki jiwa religius yang kuat maka seorang lansia lalai dengan
ibadahnya, kewajibannya untuk memenuhi hak Allah Swt.
c. Mudah terpengaruhnya seorang lansia, hal ini kembali kepada lingkungan,
dan teman yang berada disekitrnya.
d. Cenderung egois, karena diluar sana seorang lansia bebas menentukan
pilihannya sendiri sesuai dengan apa yang ia lihat.
Sebagai penjaga/seorang anak kita harus selalu mengawasi perkembangan
yang dialami oleh seorang lansia, penjagaan dari jauh yang tidak membuat
mereka terganggu lebih memudahkan kita untuk mengawasi setiap perubahan
prilaknya. Karena dimasa ini adalah masa penutupan usia yang mana tidak lama
lagi mereka akan mengalami kematian, jika seseorang yang berda disekitarnya
baik maka akan baik pula saat ia meninggal. Selain itu kita harus berada
disampingnya untuk selalu memberi dukungan, motivasi religius yang akan
meningkatkan keagamaannya demi mempersiapkan kematiannya yang baik.
Motivasi ini memiliki peran penting dalam mendorong timbulnya hal serta
mengubah kelakuan dari yang kurang baik menuju yang lebih baik. Berikut
beberapa fungsi motivasi untuk perubahan hidup seseorang khususnya di masa
lansia :
a. Motivasi sebagai penggerak. Motivasi dalam hal ini merupakan suatu alat
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan seorang, jadi di masa
lansia ini mereka lebih banyak membutuhkan dorongan / motivasi untuk bisa
bergerak menuju jalan yang lebih baik.
b. Motivasi sebagai pengarah dalam suatu kehidupan : Artinya menggerakkan
perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan, seperti kebanyakan
yang diinginkan kebanyakan seorang lansia untuk bisa menghadapi
datangnya kematian dengan baik.
Pola kehidupan suatu keluarga akan mengalami perubahan seiring
meningkatnya usia seseorang yang ada di dalamnya. Keluarga merupakan
sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan
emosional yang di tumbuhkan dalam keluarga maka semakin besar pula rasa
senang dan bahagia yang akan di timbulkan begitupun sebaliknya. Menurut
Hurlock (1993:420) Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting antara
lain adalah :
a. Hubungan dengan pasangan hidupnya,
b. Perubahan perilaku seksual,
c. Hubungan dengan anak,
d. Ketergantungan orangtua,
e. Hubungan dengan para cucu. Hubungannya dengan orang lain cenderung
berkurang atau menurun. Mereka cenderung akan mengurangi relasi
sosialnya dengan teman kantor atau dengan orang lain di luar rumah. Bekerja
dan tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan relasi. Kondisi inilah
yang mendorong seakan-akan orang ingin menghindar dari hadirnya masa
pensiun. Hubungan relasi dengan teman atau sahabat yang masih terjalin
memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia. Lanjut usia akan lebih
menikmati waktu dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena
dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-
masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan
masalah.
Masa lanjut usia juga memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan. Havighurst menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas-
tugas yang timbul pada satu periode tertentu dalam hidupnya, dimana
keberhasilan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia
serta keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan menimbulkan
ketidak bahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas
berikutnya.
Menurut Havighurst (1978) tugas perkembangan seseorang yang sudah
memasuki masa lansia sebagai berikut :
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan secara
bertahap
b. Menyesuaikan diri dengan masa kemunduran/pensiun dan berkurangnya
pendapatan keluarga
c. Menyesuaikan diri atas kematian pasangan hidup
d. Menjadi anggota kelompok sebaya
e. Mengikuti pertemuan-pertemuan social dan kewajiban-kewajiban sebagai
warga negara
f. Menyesuaikan diri dengan peran social secara fleksibel.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningsih, Diah. 2010. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Larasati
Chapter, Psikologi Perkembangan Dewasa Akhir (Universitas Sumatra Utara)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19289/Chapter%20l.
pdf?seq uence=5&isAllowed=y. diakses pada 15 Februari 2020
Elizabeth B. Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Bumi Aksara

Fahyuni, Eni Fariyatul &Istiqomah. 2016. psikologi belajar & mengajar - Kunci
Sukses Guru dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif ( Sidoarjo :
Nizamiyah Learning Center) hlm 99-100
Herlina.2013.Bibliotheraphy:Mengatasi Masalah anak dan Remaja memalui
Buku, Bandung:Pustaka Cendikia Utama

Hurlock, Elizabet B. 1995. Perkembangan Perkembangan Anak Jilid I, edisi


keenam. Jakarta:Erlangga.
Kartini, Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:
Mandar Maju.

Lestari, “Meningkatkan Kematangan Karir Remaja Melalui Bimbingan Karir


Berbasis Life Skills,” J. Konseling GUSJIGANG, vol. 3, no. 1, 2017.

Marthilda, “Faktor-faktor pemilihan orientasi seksual (Studi Kasus pada


Lesbian),” Universitas Negeri Semarang, 2014.

Maulidya, Faricha, dkk. 2015. Periodesasi Perkembangan Dewasa. Sidoarjo :


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Muhammad, Hamid. 2011. Petunjuk Teknis penyelengaraan Taman kanak-kanak.


Jakarta: Kemendiknas
R. Batubara, “Adolescent development (perkembangan remaja),” Sari Pediatri,
vol. 12, no. 1, pp. 21–9, 2016.

Siti Rahayu Hado Tono. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.
Sujiono Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks
Yudrik, Jahja. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta:PT. Kharisma Putra Utama.

Anda mungkin juga menyukai