Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANNDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pergaulan

Pergaulan adalah cara kehidupan bermasyarakat sehingga pergaulan

memang dibutuhkan didalam kehidupan sehari-hari. Karena tidak mungkin

menghindari pergaulan, maka kita sebagai individu harus cermat serta selektif

dalam memilih lingkungan pergaulan, sehingga tidak terjerumus ke dalam bahaya

masa depan yang suram. Melansir buku Aturan Sopan Santun dalam Pergaulan, Sri

Widayati, S.Pd., (2020:29), pergaulan adalah hubungan sosial antar yang

berlangsung di dalam jangka waktu yang relatif lama, sehingga saling memengaruhi

satu sama lain. Agar tercipta pergaulan yang baik dan damai, kita perlu saling

menghargai dan menghormati satu sama lain.

Pergaulan tidak melulu soal bermain-main, tetapi juga menjadi suatu

komunitas yang bertekad untuk mencapai tujuan bersama, seperti:

 Membentuk kelompok belajar di lingkungan universitas


 Membentuk komunitas untuk mengembangkan minat dan bakat, seperti
komunitas sejarah dan budaya
 Forum bisnis
 Karang taruna

Adapun tujuan dari sebuah pergaulan untuk mencapai suatu tujuan antara lain :
1) Menjalin hubungan dan kekeluargaan
2) Menambah relasi atau pertemanan
3) Untuk menuangkan ide-ide kreatif secara bersamaan
4) Membangun suatu komunikasi yang menjadi sumber informasi
5) Untuk mencapai suatu tujuan yang dinginkan Bersama
Terbentuknya pergaulan dalam lingkungan pertemanan maupun persaudaraan
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

 Membentuk suatu hubungan atau relasi yang mengandung nilai positif


 Memiliki kemauan dan keinginan belajar untuk dapat memahami dan
menghargai tindakan orang lain.
 Saling toleransi akan kelebihan dan kekurangan masing-masing
 Menyadari perkembangan yang ada pada diri sendiri.

Faktor-faktor yang membuat kalangan remaja melakukan gaya berpacaran

adalah:

A. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak di mana dapat membesar

dan mendewasakan, serta di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama

kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, tetapi lingkungan yang

paling kuat pengaruhnya terhadap anak. Adapun keadaan keluarga yang dapat

menjadi sebab timbulnya penyimpangan dapat berupa keluarga yang tidak normal

(broken home), keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.

Menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya

gaya berpacaran, di mana terutama perceraian atau perpisahan orang tua

mempengaruhi perkembangan si anak. Selain itu juga ada keluarga yang tidak normal

dalam masyarakat modern saat ini yaitu “broken home semu” ialah kedua orang

tuanya masih utuh, tetapi karena masing-masing anggota keluarga (ayah dan ibu)

mempunyai kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat memberikan

perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya.

B. Faktor Pendidikan Formal

Sekolah merupakan ajang pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga bagi

anak remaja. Di sekolah banyak karakter anak-anak yang saling mempengaruhi,


seperti anak yang tidak ada pengontrolan dari orang tua di rumah akan berdampak

buruk bagi anak yang lain, atau anak yang terlantar akibat guru tidak hadir ke sekolah,

juga berpengaruh terhadap anak-anak yang lain. Kehadiran di sekolah merupakan

perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasi remaja sekaligus merupakan

faktor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya.

Lingkungan sekolah juga dituntut untuk menciptakan kehidupan sekolah yang

kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Teman sebaya yang ada di sekolah juga

merupakan salah satu faktor penyebab anak menjadi seseorang yang berperilaku

menyimpang. Jika tidak ada kebijakan dari sekolah untuk memperhatikan tingkah laku

anak tersebut maka akan terjadi kenakalan-kenakalan sehingga mempengaruhi tingkah

laku anak-anak lainnya

C. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor-faktor pergaulan bebas merupakan masalah sosial tidak hanya di negara

Indonesia, melainkan juga di negara-negara lain, khususnya para remaja yang tinggal

di kota-kota besar karena pengaruh globalisasi, akan tetapi masalah ini dapat

dihapuskan dengan memberikan peluang bagi para remaja untuk mengikutsertakan

dalam aktivitas-aktivitas yang bersifat positif. Masalah yang dialami oleh remaja

dalam proses sosialisasinya adalah masih dianggap anak kecil, sehingga kurang

memiliki peran sebagai orang yang sudah dewasa. Dari permasalahan tersebut, sering

menimbulkan kekecewaan pada remaja.

D. Media Sosial

Era milenial berjalan semakin cepat seiring dengan diikutinya peningkatan

kemajuan teknologi yang memberikan nilai tambah dengan mudahnya mengakses

segala informasi. Alat teknologi seharusnya dapat digunakan untuk pendidikan dengan

baik dan benar sehingga meningkat ilmu pengetahuan dan prestasi. Media merupakan
alat yang digunakan untuk mengakses dan menerima berbagai informasi dari luar

dalam bentuk hardware, seperti Handphone, Laptop, Komputer, DVD, dan lain

sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan media sosial adalah perangkat lunak atau software,

dimana perangkat ini berbentuk aplikasi yang dapat menghubungkan kita untuk

melihat informasi apapun baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti Instagram,

Facebook, Youtube, Twitter, Telegram, Majalah, Televisi, WhatsApp dan Google.

Pengaruh dari media sosial itu sendiri sangat besar dampaknya terutama dalam

pergaulan anak zaman sekarang, banyak hal yang tidak patut dilihat dari media

tersebut karena anak akan mudah untuk terpengaruh dan menirukannya.

Ada beberapa dampak dari pergaulan remaja dalam gaya berpacaran

khususnya di kalangan remaja yaitu :

a) Menurunnya Prestasi Mahasiswa

Pengaruh kurangnya pengawasan orang tua menyebabkan para

mahasiswa lebih banyak mencari kesenangan di luar rumah, ngumpul atau

nongkrong, jalan dan sebagainya dengan teman-teman yang membuat

banyak anak mengalami penurunan prestasi belajar, karena lingkungan yang

kurang baik sehingga menurunkan motivasi belajar mahasiswa.

b) Putus Kuliah

Pergaulan bebas mulai terjadi di kalangan remaja atau pelajar, sehingga

berdampak negatif seperti banyak yang putus sekolah. Umumnya banyak

yang mengutamakan ego ketimbang akal sehat dan realita yang ada,

akibatnya adalah meningkatnya kemiskinan karena kurangnya pendidikan

dan semakin bodohnya masyarakat menjadi hal yang sering terjadi. Akibat

dari pergaulan remaja cenderung membuat sikap mental anak menjadi


kurang sehat, efeknya dari sikap mental inilah yang membuat anak remaja

merasa bangga atas pergaulan mereka, padahal pergaulan tersebut tidak

sepantasnya dilakukan.

c) Hamil di luar nikah

Gaya berpacaran yang terjadi mengakibatkan hamil di luar pranikah, ini

merupakan akibat dari gaya berpacaran yang semakin tidak terkontrol pergi

ke tempat-tempat tersembunyi untuk melampiaskan nafsu birahi mereka.

Dampak yang sering terjadi ini, menjadi hal yang biasa diterima oleh

masyarakat. Beberapa bentuk pergaulan bebas seperti menggunakan obat

obatan terlarang, judi, hamil di luar nikah, dan lain sebagainya sangat

berdampak pada psikologi dan ini seringkali terlupakan. Terutama free sex

dalam pergaulan bebas sangat mempengaruhi fisik seseorang, selalu muncul

rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan,

bingung, stress, benci pada diri sendiri, benci pada orang yang terlibat, takut

tidak jelas, sulit tidur, kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan

konsentrasi, depresi, berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri, merasa

hampa, halusinasi.

2. Pengertian remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat karena

mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu dalam

masyarakatnya. Remaja merupakan anak yang mulai beranjak dewasa tetapi belum

dewasa, jadi masih mengalami perubahan tingkah laku seperti ingin mencoba

sesuatu yang baru sesuai apa yang di lihat di lingkungan sekitar atau sifat mudah

meniru. Setiap perubahan tersebut akan berefek positif atau negatif, tergantung dari
tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut.

Pada masa remaja ini juga akan mengalami goncangan batin, sebab pada masa

ini mereka sudah tidak ingin memakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi juga

belum mempunyai pedoman hidup yang baru. Oleh karena itu remaja merasa tidak

tenang, banyak kontradiksi atau pertentangan di dalam dirinya, mengkritik karena

merasa dirinya mampu, tetapi mereka juga masih mencari pertolongan karena belum

dapat mewujudkan keinginannya.

2. Karakteristik Remaja

Perubahan setiap individu meningkat dari kecil hingga besar pada usia yang

dilalui serta diiringi dengan perkembangan karakteristik individu tersebut, sejak awal

sampai selesai proses perubahan itu disebut sebagai proses perkembangan. Proses

perkembangan anak berbeda-beda tergantung kepada motivasi dan dorongan yang

didapatkannya.

Masa remaja dimana masa anak menemukan jati diri, mulai mengenal dan

mengarahkan dirinya dengan lingkungan sosial, meneliti sikap hidup yang lama dan

mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada dasarnya

ini masih dirinci ke dalam beberapa masa, yaitu:

a) Awal Remaja (13 tahun-15 tahun)

Masa ini adalah cepatnya pertumbuhan yang sering membawa kejanggalan,

memperlihatkan kurangnya koordinasi antara pikiran dan badan. Biasanya masa awal

remaja berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini anak mulai tampak

dan ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis, dan timbul perasaan cinta yang mendalam. Oleh karena itu timbul gejala

yang negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya.

b) Pertengahan Remaja (16 tahun-17 tahun)


Pertumbuhan berlanjut dengan cepat, di mana pada akhir periode usia ini anak

muda dalam banyak hal mencapai ketinggian fisiknya. Pada waktu yang lalu anak

anak ini telah melalui satu periode di mana mereka mencari jati diri. Sekarang mereka

mulai mengembangkan rasa individualitasnya dan menjadi seseorang yang memiliki

keputusannya sendiri.

c) Anak Remaja (18 tahun-24 tahun)

Secara fisik akhir remaja adalah waktu yang lambat untuk tumbuh.

Kepribadian muncul dan karakter menjadi tetap. Rasa memerlukan orang lain, tidak

lagi dalam grup atau kelompok-kelompok tetapi dalam satu klub, kelompok

persaudaraan, dan tempat satu rumah.

3. Pengertian pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran

karena memiliki makna yang hampir sama.

Menurut Amri (2015: 33) “pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat

memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.”

Syah (2010: 215) mengemukakan bahwa “Pembelajaran merupakan upaya yang

dilakukan seseorang agar orang lain belajar.”

Menurut Khanifatul (2013: 14) “Pembelajaran adalah usaha sadaryang

dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik

(mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan yang baru) yang berisi

suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan.”

Isjoni (2013: 14) menyatakan bahwa “Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegitan


belajar.” Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

suatu usaha yang dilakukan guru untuk menjadikan siswa belajar sesuai dengan

kebutuhan dan minatnya dan terjadinya interaksi antara guru dan siswa sehingga

tercapai perubahan tingkah laku dari diri siswa.

4. Hasil belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakaan suatu hal yang diperoleh oleh siswa dalam proses

belajar mengajar, dengan adanya hasil belajar tujuan pembelajaran dapat diukur

apakah sudah tercapai atau belum.

Djamarah (2010: 213) menyatakan bahwa “Hasil dapat diartikan sebagai

hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai peserta didik,

selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika

tingkat pengetahuan siswa bertambah dari nilai sebelumnya.”

Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) mengemukakan bahwa “Hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar.”

Menurut Suprijono (2010: 5) “ Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, aspirasi dan keterampilan.”

Dapat disimpulkan dari beberapa kajian mengenai hasil belajar merupakan hasil

akhir yang dimiliki siswa yang tergolong pada tinggi rendahnya nilai siswa tersebut dan

dilihat ketika siswa telah mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian

lebih luas mencakup diantaranya:


1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar dapat mendorong siswa untuk berperilaku lebih baik sehingga dalam

kegiatan proses pembelajaran ini tujuan pembelajaran menjadi terarah. Terarahnya tujuan

tersebut dapat menciptakan hasil yang maksimal bagi siswa, mereka membutuhkan arahan

dari pendidik.

b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Keberhasilan dalam proses belajar menurut Syah (2012: 145),

dipengaruhi tiga faktor yaitu:

1) Faktor internal (faktor dalam diri siswa) yaitu kondisi diri

jasmaniah dan rutinitas siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan

sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Menurut Bahri (2011: 176) berpendapat faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dibagi dalam 2 faktor yaitu:

1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri), meliputi:

kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar dan

kebiasaan belajar.

2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri), meliputi:


faktor alami dan sosial, lingkungan sosial meliputi: keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2010) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari jasmaniah dan psikologis dan

eksternal yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyakarat.

c. Manfaat hasil belajar

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku

seorang yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar

tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila

perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari

proses belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang

ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan

dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya. Berdasarkan

hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan perkembangan

sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih

baik, sehingga bermanfaat untuk:

1) Menambah pengetahuan,

2) Lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya,

3) Lebih mengembangkan keterampilan,

4) Memiliki pendangan yang baru atas suatu hal,

5) Lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya.

d. Indikator hasil belajar

Tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara


umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni: aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik.

1) Aspek kognitif

Penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya

enam kelas/tingkat yakni:

a) Pengetahuan, dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu

atau lebih dari fakta-fakta yang sederhana.

b) Pemahaman, yakni siswa diharapkan mampu untuk

membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-

fakta atau konsep (hukum, dalil, aturan, cara) secara tepat untuk diterapkan

dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

c) Sintesis, merupakan kemampuan siswa untuk menggabungkan unsur-

unsur pokok ke dalam struktur baru. d) Evaluasi, merupakan kemampuan

siswa untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk

menilai suatu kasus.

Dalam proses belajar mengajar, aspek kognitif inilah yang menonjol

dan bisa dilihat langsung dari hasil tes. Pendidik dituntut untuk

melaksanakan semuanya tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh

pendidik dengan cara memasukkan unsur tersebut ke dalam pertanyaan

yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus memenuhi

unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga peserta didik dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang di harapkan.

2) Aspek afektif

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap,

penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia

mengemukakan taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi lima kategori


yaitu menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi.

3) Aspek psikomotorik

Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi

badan. Kibler, Barket, dan Miles mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik

meliputi gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan,

perangkat komunikasi nonverbal, dan kemampuan berbicara. Dalam proses belajar

mengajar, tidak hanya aspek kognitif yang harus diperhatikan melainkan aspek

afektif dan psikomotorik juga. Untuk melihat keberhasilan kedua aspek ini,

pendidik dapat melihatnya dari segi sikap dan keterampilan yang dilakukan oleh

peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai