Anda di halaman 1dari 6

PENELITIAN SOSIOLOGI

MODEL NEGATIF PERGAULAN BEBAS KALANGAN REMAJA


DI MASYARAKAT
Laporan ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sosiologi
GURU PENDAMPING :
M. YUSUF AFFANDI S.pd

Disusun oleh :
Ahmad Fadhil Maulana (01)
Arya Mauludia Mujiono (05)
Dhela Vista Putri Anantasia (09)
Fredi Febrian J (15)
Salma Safa Safira (31)

SMAN 1 SUMBERPUCUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Penelitian Sosial ini dengan
baik. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar kita Nabi
Muhammad Saw.
Makalah ini berisikan tentang Pengertian Pergaulan Bebas, Faktor-faktor
terjadinya pergaulan bebas, Tingkat Pergaulan Bebas Di Kalangan Generasi
Muda, Dampak negatif Pergaulan Bebas Terhadap Kesehatan, Dampak Negatif
Pergaulan Bebas Terhadap Masyarakat, Konsekuensi Psikis dari Pergaulan
Bebas.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas Makalah Penelitian Sosial ini. Tentunya
kami mengharapkan kritik dan saran Bapak/Ibu Guru demi menyempurnakan
tugas ini . Dan kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis. Makalah ini bertuuan untuk memenuhi tugas Penelitian Sosial
dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada pembaca
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan
makalah dimasa mendatang

MALANG ,05 FEBRUARI 2022

(PENULIS)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Pada
umumnya masa remaja dianggap saat mulai anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum. Adanya
perilaku sifat dan nilai-nilai sepanjang masa menunjukkan perbedaan awal
masa remaja yaitu kira-kira dari usia 13-16 tahun atau 17 tahun usia saat
dimana memasuki sekolah menengah. Masa remaja awal yang diambil dari
umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan dari umur 15-18 tahun dan masa
remaja akhir umur 18-21 tahun (Monks dan Haditono, 2002).
Piaget (dalam Hurlock, 1990) menyatakan secara psikologi masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di
mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan berada dalam tingkat yang sama, atau paling
tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak asoek
afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Sedangkan, menurut (Monks dan
Haditono, 2002) menyatakan bahwa masa remaja dimulai dari usia 12-21
tahun, selanjutnya untuk remaja Indonesia menggunakan batasan usia 11-24
tahun dan belum menikah.
Pentingnya teman sebaya bagi remaja antara lain tampak dalam
konformitas remaja terhadap kelompok sebayanya. Konformitas terhadap
teman sebaya dapat berdampak positif dan negatif
Saat melepas masa remaja dan tumbuh menjadi sosok yang dewasa,
manusia merasakan kekhawatiran dan banyak hal yang bisa kita lakukan agar
bisa sukses di masa depan. Sebenarnya yang menentukan kesuksesan kita di
masa depan adalah apa yang kita lakukan saat ini. Berheni membandingkan diri
dengan orang lain merupakan sisi positif yang dapat dilakukan oleh remaja,
adapun contoh yang lainnya seperti Membatasi lingkup pertemanan, Mencoba
dan memulai hal baru, Menemukan passion yang ada dalam diri, Menabung
dan berinvestasi, Mengembangkan potensi dan keterampilan. Adapun sisi
negatif yang harus dihindari oleh remaja contohnya Egois, Berbicara tanpa
berfikir, Bercanda berlebihan, Acuh tak acuh, Terlalu ikut campur urusan orang
lain, Negatif thinking, Iri dan dengki dsb.
Remaja membutuhkan afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan
kontak fisik yang penuh asa hormat. Remaja juga membutuhkan perhatian dan
rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah, butuh orang yang mau
mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan memberikan keempatan
untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah, takut, cemas, dan
keraguan (Cowie and Wallace, 2000 : 5).
Pada saat anak melewati rasa remaja, pemenuhan kebutuhan fisik, psikis
dan sosial juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadiannya karena
pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Masa remaja danggap sebagai masa labil yaitu dimana individu
berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar
dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock, 2004:233).
Dalam pencarian data diri tersebut, remaja rentan dengan lingkungan
sosial yang dapat mempengaruhinya terutama dalam pergaulan teman sebaya.
Buhrmester (1996, dalam Papalia, 2008, h. 617-618) menyatakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, dan
panduan moral,tempat bereksperimen, dan setting untuk mendapatkan otonomi
dan independensi dan orang tua.
Dalam pihak, Robinson (dalam Papalia, h. 617) mengemukaan bahwa
keterlibatan remaja dengan teman sebaya, selain menjadi sumber dukungan
emosional yang penting sepanjang transisi masa remaja, namun sekaligus dapat
menjadi sumber tekanan bagi remaja. Dimana remaja harus memilih teman
sebaya yang dapat membimbing ke hal yang positif, namun tidak sedikit remaja
yang terpengaruh dengan hal negatif.
Interaksi sosial pada masa remaja sangat penting, mengingat pada masa ini
banyak hal yang harus dilakukan remaja pada masa perkembangan secara
sosial, intelektual, maupun perkembangan lainnya. Remaja dituntut agar
mampu memenuhi perkembangan-perkembangan tersebut, bagi remaja
berinteraksi dengan orang lain diluar lingkungan keluarga adalah hal yang
harus dilakukan. Khususnya padateman sebayanya kebutuhan berinteraksi
tersebut dapat dilakukan remaja untuk memenuhi rasa kepuasan, senang,
gembira, sehingga remaja tidak hanya mengenal keluarga saja.
Memperkenalkan remaja dengan dunia luar sangatlah penting untuk
perkembangan kognitif anak. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan
remaja akan dituntut berinteraksi dengan teman, guru, maupun karyawan
sekolah. Hal ini dapat memicu tumbuh kembang anak. Remaja yang memiliki
kemampuan berinteraksi sosial yang baik, biasanya akan mudah mencari teman
dan mampu berkomunikasi dengan baik tanpa menimbulkan perasaan tidak
percaya diri.
Banyak manfaat yang dapat remaja dapatkan dengan berinteraksi sosial,
seperti dapat menjaga hubungan baik antar individu, sebagai pendengar yang
baik, hubungan yang berkualitas, support system, dan kesehatan fisik. Hal ini
dapat terjadi apabila remaja mampu berinteraksi dengan baik antara individu
yag lain dengan yang lainnya, tidak takut untuk mencoba berinteraksi, dan
mampu keluar dari zona nyaman.
Interaksi sosial menjadi penting dengan melihat manfaat dan akibat
apabila remaja tidak dapat berinteraksi dengan baik dan bergaul dengan
sewajarnya. Banyak akibat dari kurangnya interaksi sosial yang seharusnya
diajarkan oleh orang tua kepada remaja sejak kecil, sehingga remaja menjadi
terbiasa dan tidak mengalami ketakutan apabila bertemu dengan orang baru,
serta mampu berinteraksi dengan baik. Remaja di era berkemajuan seperti
sekarang menjadi incaran para pelaku kejahatan. Sifat labil yang ada di remaja
menjadi tujuan utama pelaku kejahatan, karena remaja mudah dikelabuhi.
Hal tersebut dapat dihindari dengan memilih pergaulan yang tepat bagi
remaja. Orang tua juga mengawasi pergaulan anak, sehingga anak tidak
terjerumus kedalam pergaulan bebas. Dengan mengajarkan interaksi sosial
penting bagi remaja.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana indikasi pergaulan bebas di kalangan remaja?
2. Bagaimana dampak pergaulan bebas di kalangan remaja?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Proses penelitian ini diharapkan memenuhi beberapa tujuan dan
diharapkan dapat bermanfaat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Mengetahui indikasi pergaulan bebas di kalangan generasi muda.
2. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pergaulan bebas di kalangan
remaja?
3. Dampak pergaulan bebas di kalangan remaja .
4. Dimana terjadi indikasi pergaulan bebas tersebut .

2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan teroris
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang dampak negatif
pergaulan bebas terhadap generasi muda, sebagai bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan fenomena pergaulan
bebas di kalangan remaja.
b. Kegunaan praktis
Untuk menjadi bahan masukan bagi para orang tua, pendidik, generasi
muda secara khusus, maupun masyarakat pada umumnya, untuk
memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan generasi muda
dalam membentengi diri terhadap pengaruh negatif dari pergaulan
bebas.
A. REMAJA
Pengertian Remaja adalah seseorang yang berada dalam masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO, masa remaja terjadi dalam rentang usia
10-19 tahun. Sementara, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, arti remaja merupakan penduduk yang berusia 10-18 tahun. Lain lagi dengan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah
10-24 tahun dan belum menikah. Dalam masa remaja, berbagai perubahan terjadi pada
diri anak sebagai bentuk dari pubertas. Anak diusia remaja juga cenderung memiliki
rasa penasaran yang tinggi. Tanpa kontrol yang tepat darinya maupun orang tua, hal
ini bisa membuat mereka terjerumus pada kenakalan remaja. Oleh karena itu

Anda mungkin juga menyukai