PADA REMAJA
By: Sela Fasya
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa
peralihan ini menempatkan remaja pada kondisi dimana dia sudah tidak bisa dianggap anak-
anak lagi namun dia juga belum cukup dewasa. Hal tersebut sering menimbulkan konflik
yang terjadi didalam dirinya. Baik konflik internal dengan dirinya sendiri ataupun konflik
dengan lingkungan. Berbagai macam perubahan yang terjadi pada remaja baik dari segi fisik
maupun psikologis menimbulkan perubahan suasa hati remaja secara drastis. Jika remaja
tidak mampu menyelesaikan tahap perubahan yang terjadi di dalam dirinya, maka remaja
cenderung mengalami kegagalan dalam mematangkan diri di masa mendatang. Pada akhirnya
banyaknya konflik diri maupun dengan lingkungan yang tidak terselesaikan dapat memicu
terjadinya perilaku berisiko seperti penggunaan Napza, merokok, minum alkohol, hubungan
seks bebas, bahkan bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga pada
individu berusia 15–24 tahun. Menurut WHO tahun 2015 kematian tertinggi akibat bunuh
diri terjadi pada kelompok usia 15-29 tahun.
Menurut Global School-Based Health Survey tahun 2015, proporsi pelajar SMP yang
memiliki keinginan untuk bunuh diri mencapai 5,2%. Tanda bahaya bunuh diri pada remaja
meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat memberontak,
menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasa mengabaikan penampilan diri,
kualitas tugas sekolah menurun, membolos, keletihan berlebihan, respon yang buruk terhadap
pujian, ancaman bunuh diri terang-terangan secara verbal dan membuang benda-benda yang
didapat sebagai hadiah (Kusumawati, 2010). Menurut WHO Global Health Estimates 2017,
kematian global tertinggi akibat bunuh diri adalah pada usia 20 tahun di negara-negara low-
and-middle income.
A. KESEHATAN JIWA
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup
sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Sedangkan Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia (UU RI No. 18, 2014).
B. REMAJA
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak. Pada masa ini suasana hati
bisa berubah dengan cepat. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti berbagai macam
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Perubahan
mood ini dapat berubah dengan sangat drastis. Selain itu, pada masa ini remaja cenderung
lebih rentan terhadap pendapat orang lain sehingga mereka sangat memperhatikan citra yang
ditampilkan (self image). Remaja putri menjadi lebih sering bersolek dan bercermin karena
percaya orang akan melirik dan tertarik pada penampilannya, sedangkan remaja putri akan
merasa dirinya dikagumi lawan jenis jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia 16 tahun keatas
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya seiring dengan dihadapkan pada
realita dunia nyata. Secara beriringan remaja pun menyadari bahwa orang lain memiliki dunia
tersendiri yang tidak selalu sama dengan apa yang difikirkan oleh dirinya selama ini. Masa
remaja ini merupakan masa kritis dalam siklus perkembangan seseorang karena merupakan
fase untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa dewasa. Pada masa ini pula remaja
sering menemukan konflik baik dengan dirinya sendiri maupun konflik dengan
lingkungannya. Apabila konflik ini tidak terselesaikan makan dapat memberikan dampak
negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang khususnya dalam
kematangan karakter yang tidak jarang dapat memicu terjadinya gangguan mental (IDAI,
2013)
Perkembangan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berperan diantaranya faktor individu, faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra remaja,
serta faktor lingkungan bagaimana kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing
(IDAI, 2013). Pengaruh lingkungan tersebut mencakup beberapa hal diantaranya adalah
sebagai berikut (Kusumawati, 2011):
1. Pola Asuh di dalam Keluarga
Pola asuh yang otoriter dapat menyebabkan remaja berkembang menjadi penakut, tidak
memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga, sehingga proses sosialisasi terganggu.
Pola asuh permisif akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri.
Pola asuh demokratis akan menimbulkan keseimbangan antara perkembangan individu
dan sosial sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.
2. Kondisi Keluarga
Hubungan orangtua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang
optimal terhadap perkembangan kepribadian anak
3. Pendidikan Moral dalam Keluarga
Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak atau budi
pekerti kepada anak dirumah. Budi pekerti mengandung nilai-nilai keagamaan,
keasusilaan, dan kepribadian. Apabila keluarga tida peduli terhadap pendidikan moral
maka akan berakibat buruk pada perkembangan jiwa remaja.
4. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan remaja.
Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal
kedisiplinan, kebiasaan sekolah, pengendalian diri, dan bimbingan guru.
5. Lingkungan Teman Sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah dengan teman sebaya dibandingkan dengan
berada di luar rumah sehingga pengaruh teman sebaya lebih besar daripada keluarga.
Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja melakukan
sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukan nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa
melainkan oleh teman seusianya.
6. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja adalah
sosial budaya dan media massa. Pergeseran budaya lokal dan budaya nasional akan
ditembus oleh budaya universal sehinga terjadi pergeseran nilai kehidupan. Pergeseran
nilai ini akan menyebabkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan
perilaku pada remaja.
b) Faktor Zat
Disamping pengaruh dari pengalaman, harapan pemakai, serta dosis yang
digunakan, hanya zat yang mempunyai kandungan tertentu yang dapat memicu
penyalahgunaan obat terlarang.
c) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dianggap dapat menjadi pemicu seseorang
menggunakan obat terlarang diantaranya:
1. Hubungan dalam Keluarga
Keluarga yang memiliki masalah penyalahgunaan obat terlarang sering ditandai
oleh ibu yang dominan, sifat overprotektif ayah yang memisahkan diri dan tidak
mau terlibat dalam keluarga. Selain itu juga didapat perubahan-perubahan
antara membujuk dengan konflik antara perlindungan yang berlebihan dengan
mengabaikan individualitas anak dan adanya paksaan orang tua terhadap sukses
dan prestis yang mendorong anak melarikan diri ke alam impian melalui obat.
Kualitas hubungan anggota keluarga yang tidak harmonis juga menjadi pemicu
seseorang menggunakan obat terlarang dan meningkatkan prevalensi depresi
serta aktivitas seksial di kalangan remaja. Penyalahgunaan obat terlarang juga
dipengaruhi oleh kebiasaan anggota keluarga lain seperti orangtua dan kakak
dalam menggunakan bahan tersebut.
2. Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh teman terhadap terjadinya penggunaan obat terlarang sangat besar
khususnya pada masa remaja. Hukuman yang diberikan oleh sekelompok
remaja bagi yang mencoba menghentikan penggunaan obat terlarang ini
dianggap lebih berat dibandingkan bahaya dari penggunaan obat terlarang.
Hukuman yang diberikan dapat dalam bentuk pemukulan, atau bahkan
pengucilan.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang bisa memicu seseorang
menggunakan obat terlarang. Beberapa kelompok bahkan menjadikan
penggunaan obat terlarang sebagai salah satu sumber penerimaan terhadap
keberadaan seseorang dilingkungan tersebut. Kecenderungan mengalami
kesulitan untuk menghindari masalah-masalah hidup bisa menjadi salah satu
faktor penggunaan obat terlarang.
Referensi
Davdson G C. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Gravindo Persada.
Fadhli, A. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak “Optimalkan Pertumbuhan Mental dan
Fisik”. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Anggrek (Anggota IKAPI).
IDAI. 2013. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/masalah-kesehatan-mental-
emosional-remaja diakses pada 17 September 2019.
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Perempuan. Jakarta : Salemba Medika.
Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Sofiyah. (2009). Mengenal Napza dan Bahayanya. Jakarta : Be Champion Wisma Hijau.
Undang-Undang RI No. 18. (2014). Tentang Keseahatan Jiwa.