Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN KELUARGA MENGATASI MASALAH REMAJA

muhammadfebrian100104@gmail.com, annisadesvita2003@gmail.com,
0041.alvamawaddah@gmail.com.

Pebriyan (2214010008)

Annisa Desvita (2214010036)

Alva Mawaddah (2214010041)

ABSTRAk;

Orangtua dalam Penanggulangan Kenakalan Remaja dengan cara preventif


(pencegahan) yaitu menanamkan karakter sejak kecil pada anak, perhatian yang
lebih dari orangtua, mengajak anak untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Cara
represif yaitu memberikan nasehat dan peringatan dan dengan cara kuratif
(penyembuhan) yaitu mendidik dan menindak. Faktor penghambat yaitu, faktor
kurangnya pengawasan, faktor pendidikan yang kurang dan faktor pergaulan anak.
anak remaja dapat mengontrol perilakunya dalam keseharian baik di lingkungan
keluarga maupun di masyarakat agar tidak berperilaku yang menyimpang yang
berpotensi melakukan kenakalan remaja, serta adanya upaya yang dilakukan
orangtua dalam penanggulangan kenakalan remaja sehingga perilaku remaja lebih
baik dari sebelumnya. Diharapkan orangtua dapat membina, membimbing dan tetap
mengawasi anak remajanya agar tidak salah pergaulan yang mampu membuat anak
melakukan kenakalan remaja yang mampu meresahkan masyarakat sekitar.

Kata Kunci: keluarga, kenakalan remaja

Parents in Handling Juvenile Delinquency by means of prevention (prevention),


namely instilling character from childhood in children, paying more attention to
parents, inviting children to participate in community activities. The repressive way
is to give advice and warnings and the curative way is to educate and take action.
The inhibiting factors are the lack of supervision, the lack of education, and the

1
child's association. Teenagers can control their behavior in daily life both in the
family and in the community so that they do not behave in a deviant manner that
has the potential to commit juvenile delinquency, as well as the efforts made by
parents in overcoming juvenile delinquency so that adolescent behavior is better
than before. It is hoped that parents can foster, guide and keep an eye on their
teenage children so that they don't make wrong associations that can make children
commit juvenile delinquency which is able to disturb the surrounding.

Keywords: family, juvenile delinquency

PENDAHULUAN

Remaja merupakan cikal bakal yang akan memegang tongkat estafet


perjuangan dan bertanggung jawab atas bangsa ini, tetapi pada era modern ini
banyak yang memengaruhi sikap dan perilaku remaja, apalagi jiwa remaja selalu
ingin mencoba hal-hal yang baru. Ketika dalam perjalanan hidup remaja tidak ada
controling maka bisa jadi remaja salah jalan. Masa remaja adalah fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang
berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan.1 Pada masa ini remaja ingin
mencari jati dirinya dan berupaya untuk lepas dari ketergantungan dengan orang
tuanya, menuju pribadi yang mandiri.

Kenakalan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial
yang semakin merebak dewasa ini. Pasalnya di zaman globalisasi ini, intensitas
kenakalan remaja terus meningkat. Kasus kenakalan remaja saat ini sudah
mengarah kepada perbuatan yang besinggungan dengan perbuatan kriminal dan
pelanggaran hukum. Belakangan ini banyak kejadian sekitar kita seperti halnya
kasus seks bebas atau free sex , pemerkosaan, penyalahgunaan narkoba, minuman
keras dan lain sebagainya. Arus kemerosotan moral yang semakin melanda di
kalangan remaja. Padahal sejatinya mereka adalah generasi penerus bangsa. hal ini
disayangkan mengingat para generasi muda kita saat ini lebih terkenal dengan

2
sebutan remaja nakal atau anak labil yang sedang mencari jati dirinya. Akan tetapi
dalam proses mereka cenderung ingin melakukan hal-hal yang menyimpang
daripada menyibukkan diri dengan kegiatan positip dan rajin belajar.

Kenakalan remaja memang bukan merupakan masalah baru bagi


masyarakat Indonesia. Sejak dulu, kenakalan remaja memang sudah ada, namun
dalam bentuk yang sama sekali berbeda dengan kenakalan remaja zaman sekarang
atau zaman now. Kenakalan remaja saat ini tidak berbentuk bolos sekolah, mencuri
kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi mengarah pada tindakan kriminal,
seperti perkelahian massal antar pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian,
seks bebas, pemerkosaan, pembunuhan, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.
Dalam media seringkali diberitakan tentang perkelahian pelajar, penyebab
penyalahgunaan narkoba, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambretan yang
dilakukan oleh anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus
kehamilan di kalangan remaja putri, dan lain-lain.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masalah Remaja


W. Santrock, mendefinisikan remaja (adolescene) sebagai “masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mengenai rentan usia remaja
Santrock mengemukakan, remaja awal dimulai kira-kira 10 sampai 13 tahun dan
berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun. Sementara itu, beberapa faktor yang
mempengaruhi remaja menurut Philip Graham, dalam kutipan Sarlito Wirawan
Sarwono membagi faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan pada remaja
menjadi dua yaitu:
1. Faktor Lingkungan
2. Faktor Pribadi1

1
Ansharudin M, Upaya pendidikan keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di
desa daun sangkapura bawean Gresik, jurnal studi keislaman, vol 4 no 2, Desember 2018, hal 224-
225

3
Kenakalan remaja adalah perbuatan remaja yang menggangu ketertiban
umum, mabuk Mabukan, perkelahian antar kelompok dan sebagainya. Kenakalan
remaja merupakan pelanggaran atas norma sosial, agama serta hukum. Jadi
kenakalan remaja ini menyangkut aspek yuridis, sosiologi, sosial, ekonomi,
pendidikan, kebudayaan, agama dan sebagainya. Secara umum yang digolongkan
sebagai perilaku menyimpang antara lain:

1. Tindakan yang tidak menkonfrom, contoh tindakan menkonfrom misalnya


Memakai sandal butut ke tempat-tempat formal, merokok di area larangan
merokok, membuang sampah bukan pada tempat semestinya, dan sebagainya.
2. Tindakan yang anti sosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan
masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan asosial itu antara lain:
menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan untuk bunuh diri,
minum- minuman keras, menggunakan narkotika dan berbahaya, terlihat di
dunia Prostitusi atau pelacuran, penyimpangan seksual dan sebagainya.
3. Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata telah melanggar
aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang
lain. Tindakan kriminal yang sering kita temui itu misalnya perampokan,
pembunuhan, koropsi, pemerkosaan, dan berbagai bentuk tindak kejahatan
lainya, baik yang tercatat di kepolisian maupun yang tidak karena tidak
dilaporkan oleh masyarakat, tetapi nyata-nyata telah mengancam
ketentraman masyarakat . 2

Menurut kartono, ilmuan sosiologi

Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk. Pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang”

Menurut Santrock

2
Andi syahreni, Peran keluarga dalam Penanggulangan kenakalan remaja, jurnal
bimbingan penyuluhan islam, vol 8 no 1,1 Mei 2021, hal 60

4
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.3

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang


melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia
remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Salah satu kenakalan remaja yang
menjadi topik tersendiri adalah seks bebas. B (Karkono 2010:6) dalam (Sumbogo,
2018). Seks bebas adalah salah satu masalah yang melanda remaja di Indonesia.
Hal ini terjadi karena pergaulan bebas, pengaruh media, keadaan lingkungan
masyarakat, tidak berpegang teguh pada agama dan kurangnya perhatian orang tua.4

Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan,
saat seorang anak, tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua
ini mengakibatkan perubahan status dari anak-anak menjadi remaja. Ada
kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial mereka berubah, keberadaan atau
eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga kebingungan,
kegelisahan, kecanggungan, kegalauan, atau salah tingkah (teenage clumsinees)
karena perubahan hormonal menyebabkan mereka mengalami pertarungan
identitas.
Perubahan secara psikologis menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi
remaja. “Saya menjadi dewasa, seperti apa saya kelak?” “Apakah saya terlalu
pendek atau tinggi?” “Apakah saya terlalu gemuk atau kurus?” “Apakah bentuk
hidung saya mancung atau pesek?” “Bagaimana dengan kaki, lengan, rambut, mata,
warna kulit saya?” Sejumlah pertanyaan berkecamuk di dalam pikiran para remaja,
umumnya lebih kepada perubahan fisik mereka karena perubahan fisik erat sekali
kaitannya dengan penampilan (performance) mereka. Jawaban yang tepat terhadap

3
Dadan sumara dkk, kenakalan remaja dan penanganannya, Jurnal penelitian dan PPM,
vol 4 no 2, Juli 2017, hal 347
4
Maharani Afifah dkk, Problematika remaja sebagai generasi penerus bangsa, Jurnal
seminar nasional pengabdian masyarakat LPPM UMJ, hal 37

5
kebingungan mereka akan sangat menentukan terhadap perkembangan identitas
mereka apakah berkembang secara positif atau negatif.5

B. Mengenal Kebutuhan Remaja

Setiap perilaku manusia ditujukan untuk memenuhi salah satu kebutuhan


tubuh dan jiwanya. Jika seseorang dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan penting
para remaja, maka ia dapat menolong mereka sehingga kebutuhan-kebutuhan
mereka itu dapat terpenuhi dengan baik dan dengan cara yang sah (dibenarkan
syariat). Kebutuhan manusia terbagi menjadi dua:

1. Kebutuhan-kebutuhan fisik atau hidup, yang juga dinamakan kebutuhan awal.


Bila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada potensi untuk
hidup. Contohnya: kebutuhan akan makanan, air, udara, tidur, istirahat, menolak,
dan sebagainya.

2. Kebutuhan-kebutuhan jiwa. Tidak terpenuhinya kebu- tuhan-kebutuhan ini dapat


menyebabkan munculnya kebimbangan, ketidaknyamanan, dan penyakit-penya- kit
kejiwaan. Terkadang juga dapat melabilkan pera- saan seseorang, sehingga ia akan
merasa jijik dengan kehidupan. Tingginya tingkat keputusasaan, depresi,
kekhawatiran, gangguan masyarakat, perselisihan, buruksangka, pesimisme,
perbuatan dosa, sampai pembu- nuhan dan bunuh diri, umumnya disebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jiwa ini dengan benar.

Kebutuhan-kebutuhan jiwa di masa praremaja dan remaja, secara


keseluruhan derajat pentingnya akan ber- beda, bergantung pada lingkungan,
kondisi, dan adat is- tiadat sosial.

a. Kebutuhan akan Cinta dan Kasih Sayang

Hubungan dekat dan cinta dengan orang-orang yang berpengaruh dalam


kehidupan, mendatangkan kepuasan bagi manusia. Keluarga sejak lama telah
menjadi salah satu tempat yang menawarkan kehangatan dan cinta.

5
Subakti, Kenakalan Orang tua penyebab kenakalan remaja, Jakarta: PT Elex media
Komputindo 2008, hal 2

6
Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang dapat menca- kup rasa suka dan rasa
ingin memiliki teman, yang mana hal ini akan berlanjut sepanjang hayat.
Kekurangan atau ketiadaan hal ini akan melahirkan pengaruh-pengaruh yang tidak
diinginkan dan menyakitkan di dalam jiwa orang tersebut, dan ini mempengaruhi
hubungan mereka de- ngan orang lain.

Kurangnya mendapat cinta umumnya menyebabkan seseorang merasa hina


dan kecil. Kondisi ini dapat mem- buatnya menjadi seorang yang hasud (dengki)
dan penden- dam, atau dapat menyebabkan munculnya perasaan kese- pian dan
terasing. Jika dari keluarga, seorang anak atau remaja tidak mendapat cukup cinta
dan kasih sayang, maka ia akan mencarinya di luar keluarga, yang mana dari sini-
lah biasanya penyelewengan-penyelewengan muncul.

b. Kebutuhan Akan Keamanan dan Kenyamanan

Manusia ingin kepastian bahwa seseorang tidak akan melanggar


kebebasannya. Ia ingin agar harta dan nyawa,harga diri, kepribadian dan
lingkungan sosialnya dalam keadaan aman. Rasa takut dan bimbang (karena tidak
adanya kepastian) menjadi suatu ancaman bagi seseorang.

Setiap orang ingin kepastian bahwa ketika ia meng- hadapi kesulitan dan
kebuntuan, ia tidak akan dibiarkan sendirian dan yang lainnya akan menolongnya
serta akan menjadi pendukungnya. Jika ia tidak yakin akan hal ini, maka akan
muncul hal-hal yang buruk dalam perilakunya.

Para remaja membutuhkan dunia yang memiliki struk- tur organisasi, aman,
teratur, yang dapat diantisipasi, serta memiliki aturan-aturan yang pasti. Mereka
membutuhkan dunia yang tidak penuh dengan fenomena-fenomena yang tidak
pasti, tidak terkendali, dan membingungkan, atau kejadian-kejadian lainnya yang
berbahaya. Dan mereka membutuhkan orang tua serta pendukung yang kuat yang
dapat melindunginya kala menghadapi kesulitan.

c. Kebutuhan untuk Bergantung dan Diterima dalam Kelompok Seusia

7
Disukainya para remaja dalam kelompok seusia ber- gantung pada
kemampuan mereka dalam melakukan hal- hal yang menarik perhatian atau
dipandang bernilai oleh kelompok sosial mereka. Terkadang tolok ukur kelompok
lebih banyak mempengaruhi sikap para remaja dibanding tolok ukur keluarga dan
sekolah. Para remaja berusaha— karena adanya pengaruh pergaulan-berperilaku
sesuai dengan tolok ukur tersebut.

Untuk menarik perhatian dan pengakuan kelompok, mereka mempelajari


sejumlah keterampilan sosial dan sikap-sikap berkelompok, dan saat diterima oleh
kelom- pok, mereka akan merasa bergantung. Jika para remaja tidak bisa diterima,
mereka akan merasa terkucilkan, tidak memiliki teman, terbuang, dan tidak
memiliki akar dijawab terhadap mereka, orang-orang yang mereka hor- mati.

d. Kebutuhan akan Kemandirian

Banyak remaja yang berpikir bahwa orang tua terlalu mengontrol dan
menguasai mereka. Mereka berpikir bah- wa mereka bukan lagi anak kecil yang
butuh dikontrol, mereka ingin secepatnya berdiri di atas kaki sendiri, meng- ambil
keputusan atas masalah-masalah yang menyangkut diri mereka, serta merasakan
kebebasan individual dan sosial. Mereka butuh melihat hidup mereka ada di tangan
mereka dan orang lain tidak ikut membentuknya.

e. Kebutuhan akan Penghargaan

Remaja ingin agar orang-orang di sekitar memahami nilai dari usaha dan
pekerjaan-pekerjaannya yang ber- manfaat, berterima kasih padanya, dan
menghargainya. Jika tidak dihargai dan tidak pula mendapat dorongan, maka ia
akan merasa putus asa pada dirinya.

Para remaja butuh agar orang-orang di sekitarnya me- lihat lebih banyak
perilaku-perilaku mereka yang layak dan menilai perbuatan-perbuatan baik mereka,
serta di saat yang tepat mendorong dan menghargai mereka. Mereka tidak ingin
kekurangan-kekurangan mereka terlalu di- perhatikan.

f. Kebutuhan akan Agama dan Falsafah Kehidupan

8
Agama adalah faktor penenteram hati, pencipta ke- tenangan jiwa,
menolong seseorang dari keragu-raguan, ketakutan, dan keguncangan, serta
merupakan sandaran rohani yang sangat dibutuhkan. Para remaja pada usia sekitar
15 tahun memiliki perasaan beragama yang tinggi. Mereka ingin meringankan
kekecewaan dalam diri me-reka dengan mengikuti agama dan keyakinan-keyakinan
dalam agama.

Remaja tidak mau tunduk sama sekali pada seseorang, dan dengan segenap
kemampuan akan melakukan penen- tangan. Namun di dalam hati, ia sadar akan
kekurangan dan kelemahan dirinya dan menyaksikan bahwa kemulia- an, kekuatan,
dan keberlangsungan dirinya ada pada agama.

la mencari falsafah hidup dan kehidupannya pada agama, dan di sinilah ia


menemukan arti hidupnya. Re- maja ingin mempelajari agama dan pemahaman-
pema- haman agama secara langsung dengan kemampuan akal yang ia miliki dan
menyingkap hakikat-hakikat. Oleh ka- rena itu, banyak keraguan pada agama yang
muncul pada dirinya di tahap ini. Bila menemukan jawaban-jawaban yang
sempurna, maka ia akan menapaki jalan kemajuan dan kesempurnaan.

g. Kebutuhan akan Memiliki Tujuan yang Jelas dalam Kehidupan

Pada dasarnya, hidup tanpa tujuan tidaklah berarti. Setiap orang ingin
perbuatan-perbuatannya memiliki tu- juan yang jelas. Memiliki tujuan dalam
kehidupan akan memberikan rasa tenteram dan aktivitas lebih pada ma- nusia.
Semakin besar tujuan, akan semakin besar pula motivasi, usaha, dan kesempurnaan
seseorang.

Para remaja yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup atau
mengejar tujuan yang remeh, keba- nyakan berada dalam kebimbangan dan
ketidakpastian. Merasa bahwa hidupnya tidak bernilai, selalu dalam kon- disi
gundah, putus asa, dan merasa terasing.

h. Kebutuhan akan Jati Diri dan Mengenal Diri

9
Kebutuhan akan jati diri, mengenal diri, serta menjaga keseimbangan psikis
dan perasaan dalam menghadapi faktor-faktor yang menekan dari dalam dan luar
merupa- kan kebutuhan pokok. Remaja ingin mengetahui apa dan siapa dirinya,
ingin merasakan bahwa ia adalah seseorang dengan pribadi dan kekhususannya
sendiri, serta ingin menemukan ketenangan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.

i. Kebutuhan akan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Kesempurnaan

Para remaja ingin potensi-potensi dirinya berkembang dan pada akhirnya


merasakan pertumbuhan balig dan kesehatan psikis secara sempurna. Mungkin saja
dalam tahap ini keberhasilan yang tidak seberapa dari dirinya tidak tampak. Akan
tetapi, ia merasakan kebutuhan itu dan ingin memanfaatkan secara maksimal
potensi dan kemam- puan dirinya menuju kesempurnaan dan melakukan se- tiap
pekerjaan dengan baik.

j. Kebutuhan-kebutuhan Budaya

Dasar pemahaman-pemahaman yang dibutuhkan pada saat ini dan pada


masa yang akan datang tentang dunia, akan tertanam di usia ini. Para remaja butuh
topik-topik baru. Mereka butuh mengetahui adat istiadat yang patut diperhatikan,
tata cara yang baru, dan masalah-masalah tentang seni. Mereka pun perlu mengenal
hakikat keilmu- an, mengetahui peran ilmu dalam kehidupan pribadi dan sosial,
serta memahami adat istiadat dan seni apa yang dapat diterima.6

Semakin bertambah usia maka semakin lebih besar kebutuhan yang akan
dimilikinya, begitu juga dengan remaja kebutuhan pada masa kanak-kanak akan
mulai berkurang, diganti menjadi kebutuhan yang lebih matang. menurut Hurlock
terdapat beberapa kebutuhan yang dialami remaja (Hurlock, 2002), kebutuhan
remaja tersebut ialah:

1. Kebutuhan Rekreasi remaja seperti permainan dan olahraga, untuk


mengembangkan pengetahuan dan fisik mereka, bersantai bersama teman, senang

6
Farzaneh Samadi, Bersahabat dengan Putri Anda, (Jakarta: Pustaka Zahra), 2004, hal
147-154.

10
berpergian atau liburan bersama teman, membaca buku/majalah/novel, menonton
film, dan melamun.

2. Kebutuhan Sosial remaja seperti remaja lebih senang atau lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama teman-teman.

3. Kebutuhan Pribadi remaja seperti merawat penampilan, mengembangkan


prestasi, agama, Pendidikan dan seks atau perilaku seks.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki


kebutuhan-kebutuhan yang lebih matang untuk mereka mengembangkan diri agar
dapat bisa dilihat dan diterima oleh orang lain.7

C. Macam-Macam Masalah Remaja

Erickson menyatakan bahwa masa remaja adalah masa terjadinya krisis


identitas atau pencarian identitas diri (Aqib & amrullah, 2017). Oleh sesbab itu apa
yang menjadi masalah bagi mereka bukanlah sesuatu yang dapat diremehkan
karena hal itu dapat memberikan pengaruh pada pencarian identitas yang mereka
lakukan pada masa remaja. Karakterisitik remaja yang sedang berada dalam proses
untuk mencari jati diri juga dapat menimbulkan masalah bagi dirinya (Aqib &
Amrullah, 2017). Gunarsa (dalam Aqib & Amrullah, 2017) merangkum berbagai
karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan pada
dirinya, yaitu:

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam setiap gerakan.


b. Ketidakstabilan emosi.
c. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
d. Pertentangan di dalam diri sering menjadi pangkal penyebab terjadi
pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
e. Kegelisahan dikarenakan memiliki banyak hal yang diinginkan, tetapi diri
mereka tidak sanggup memenuhi semuanya.

7
Khusniyati Masykuroh, dkk, Modul Psikologi Perkembangan, (Sulawesi Tengah: CV
Feniks Muda Sejahtera), 2022, hal 133.

11
f. Senang bereksperimentasi.
g. Senang bereksplorasi.
h. Memiliki banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
i. Kecendrungan membentuk kelompok dan kecendrungan mengikuti
kegiatan yang berkelompok.

Saat kita mengetahui hal-hal yang telah dikemukakan, bukan berarti kita
membenarkan perbuatan negatif yang dapat mereka lakukan, tetapi agar kita dapat
memahami dan membantu mereka untuk menjadi pribadi yang positif.8

1. Pembentukan Identitas

Sesuai dengan teori perkembangan psikososial Erik Erikson, remaja berada


pada tahap identity versus identity confusion. Di mana pada tahap ini remaja sedang
berusaha untuk menetapkan suatu identitas dengan cara mengeksplorasi berbagai
hal baru hingga menemukan identitas yang tepat. Teori lain yang membahas
mengenai identitas adalah teori oleh James E. Marcia yang dikenal sebagai identity
status theory. Dimana dalam teorinya ini terdapat status identitas yang berbeda.
Jenis status identitas bergantung pada adanya atau tidak adanya krisis dan
komitmen. berdasarkan kedua teori dari Erikson dan Marcia, dapat disimpulkan
bahwa kunci untuk mencapai suatu identitas adalah eksplorasi dan melalui krisis.

2. Pubertas

Pada masa remaja, seluruh remaja akan melalui perubahan yang cepat dan
drastic pada fisik mereka, hal ini juga dikenal sebagai pubertas. Puncak tanda
kematangan seorang remaja dalam masa pubertasnya adalah perempuan mengalami
menstruasi, dan laki-laki mengalami mimpi basah. Kedua hal ini menandakan
bahwa alat reproduksi perempuan dan laki-laki telah matang. Ini mengartikan
bahwa individu telah dapat berproduksi. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini

8
Joy Maranatha Tarigan, Remaja dan Masalahnya, (Jawa Barat: Jejak Publisher), 2022,
hal 11-13.

12
dapat mengarahkan remaja pada hubungan seks yang tidak aman, seks sebelum
pernikahan bahkan kehamilan diluar nikah.

3. Seks Pranikah

Remaja pada umunya secara biologis sudah cukup “siap” dan ingin
mengetahui, tetapi mereka kurang diberikan informasi lengkap dan salah, tentang
seks serta segala akibat yang ditimbulkannya. (Soeroso, 2001). Pada masa sekarang
ini, sudah hamper seluruh remaja diseluruh dunia menggunakan internet karena
aksesnya yang begitu mudah dan sangat membantu memenuhi keperluan sehari-
hari. Internet sendiri merupakan sumber yang beirisikan berbagai hal baik maupun
hal yang tidak baik, salah satunya adalah pornografi. Dalam hal perilaku seks
pranikah pada remaja juga dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga.9

4. Kehamilan remaja di Luar Pernikahan

Kurangnya Pendidikan seksualitas pada remaja di Indonesia bisa menjadi


salah satu faktor pendudkung mengapa kehamilan remaja di Indonesia sangat sering
terjadi. Budaya di Indonesia yang tidak jarang permisif terhadap pernikahan dini,
bahkan adanya pernikahan yang dirancang atau kerap dikenal sebagai perjodohan
juga masih sering terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, pentingnya bagi para remaja
serta orang tua umtuk diberikan Pendidikan mengenai seksualitas dan bagaimana
hubungan seks dan pernikahan dini dapat memengaruhi kesehatan.

5. Citra Tubuh dan Gangguan Makan

Perkembangan fisik pada remaja juga berpengaruh pada bagaimana remaja


memandang diri mereka, disebut juga sebagai body image. Citra tubuh atau body
image merupakan penggabungan penampilan luar seseorang dengan persepsi yang
berasal dari faktor personal dan budaya; citra tubuh adalah “kontruksi multidimensi
yang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial” (Borzekowski, &
Bayer, 2005, dikutip dalam Hogan & Strasburger, 2008).

9
Rahmah Hastuti, dkk, Remaja Sejahtera Remaja Nasionalis, (Yogyakarta: Penerbit andi),
2020, hal 4-6.

13
Dua gangguan makan yang paling sering ditemui dan tidak asing didengar
adalah anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa adalah gangguan
makan yang dikarekteristikkan dengan melaparkan diri sendiri dan penurunan berat
badan yang ekstrim. Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang
dikarekteristikkan dengan orang yang secara teratur makan dalam jumlah tinggi,
kemudian mengeluarkan makanan tersebut dari tubuh dengan obat pencahar,
memuntahkan secara paksa, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan
(Martorell, Papalia, & Feldman, 2014).

6. Penyalahgunaan Zat dan Alkohol

Selain tantangan Kesehatan fisik dalam memiliki berat badab yang sasuai,
remaja juga mengalami tantangan dalam substance abuse atau penyalahgunaan zat.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat yang berulang dan berbahaya, misalnya
alcohol atau obat-obatan lain. Alkohol adalah obat yang ampuh dan mengubah
pikiran dengan efek besar pada fisik, emosional, dan kesejahteraan sosial.

7. Merokok dan vaping

Selain konsumsi alcohol, fenomena yang juga sering terjadi dan tidak asing
lagi pada remaja dalah merokok. Akses rokok di Indonesia bukanlah hal yang sulit
untuk didapatkan. Kurang ketat dan tegasnya peraturan di Indonesia menjadi salah
satu alas an mengapa rokok sangat dapat mudah di akses di Indonesia untuk
berbagai kalangan usia sehingga tidak mengherankan jika remaja memiliki akses
yang mudah untuk membeli rokok.

8. Hubungan dengan Orang Tua

Orang tua berperan penting dalam kesejahteraan remaja. Peran orang tua
dalam membentuk kesejahteraan remaja itu sendiri bervariasidari gaya pola asuh
yang diterapkan, kegiatan keuarga yang melibatkan remaja, ketidaksepakatan
antara ibu dan remaja hingga bentuk keluarga, seperti keluarga dari pernikahan
pertama, bercerai, atau tiri pada remaja.

9. Kesehatan Mental: Bullying

14
Bullying atau perundungan dalah perilaku agresi secara sebgaja dan terus-
menerus diarahkan pada target tertentu atau korban, biasanya seseorang yang
lemah, rentan, dan tidak berdaya.10

D. Metode Mengatasi Masalah Remaja Dalam Keluarga

A. Upaya penanggulangan kenakalan masa transisi remaja menurut pendidikan


islam

a.) Ikhtiar pencegahan yang bersifat umum meliputi:

1. Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan melalui ibunya.

2. Setelah lahir, anak-anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana yang Stabil,
menggembirakan serta optimisme.

3. Pendidikan dalam lingkungan sekolah, sekolah sebagai lingkungan kenakalan


dua sebagai tempat pembentukan anak didik memegang peranan penting dalam
mental, agama pengetahuan, dan keterampilan anak-anak didik. Kesalahan dan
kekurangan-kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik bisa
menyebabkan adanya peluang untuk timbulnya kenakalan remaja.

4. Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka mencegah atau
mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat penggunaan waktu luang yang
salah, maka pendidikan diluar instansi tersebut diatas mutlak Perlu ditingkatkan.

5. Perbaikan lingkungan dan kondisi sosial.

b.) Usaha-usaha Pencegahan yang bersifat khusus

Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya dikalangan remaja perlu


Diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus dan Langsung
sebagai berikut: (Arifin: 81)

1. Pengawasan

10
Ibid, hal 9-26.

15
2. Bimbingan dan Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan secara
intensif terhadap orang tua dan para remaja agar orangtua dapat
membimbing dan mendidik anak-anaknya secara sungguh-sungguh
dan tepat agar para Remaja tetap bertingkah laku yang wajar.

Pendekatan-pendekatan khusus terhadap remaja yang sudah menunjukkan


gejala-gejala kenakalan perlu dilakukan sedini mungkin. Sedangkan tindakan
represif terhadap remaja nakal perlu dilakukan pada saat-saat tertentu oleh instansi
Kepolisian R.I bersama Badan Peradilan yang ada. Tindakan ini harus dijiwai
dengan rasa kasih sayang yang bersifat mendidik terhadap mereka, oleh karena
perilaku nakal yang mereka perbuat adalah akibat produk dari berbagai faktor intern
dan exter remaja yang tidak disadari dapat merugikan pribadinya sendiri dan
masyarakatnya. (Arifin: 82). 11

B. Upaya penanggulangan masalah remaja

Upaya penangulangan kenakalan remaja telah banyak dilakukan oleh


perorangan Atau kelompok secara bersam-sama untuk mendapat hasil yang
dingginkan dengan itu pula dapat menjadikan remaja bisa atau dapat menerima
keadaan Dilingkungannya secara wajar. Zakiah mempunya alternatif dalam
menghadapi kenakalan remaja yang mana Dalam bukunya yang berjudul tetang
kesehatan mental sebagai berikut:

1. Pendidikan agama.
Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, pada anak tersebut
masih kecil tetapi yang paling terpenting adalah percaya kepada Tuhan.
Serta dapat membiasakan atau mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan
kaidah-kaidah yang ditemukan didalam ajaran agama tersebut.
2. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan.
Pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh anak sejak kecil merupakan
sebab pokok dari kenakalan anak, maka orang tua harus mengetahui bentuk-

11
Erhansyah, Mengatasi permasalahan remaja pada masa transisi, Tadrib, Vol 4 no 2,
Desember 2018, hal 255-256

16
bentuk dasar pengetahuan yang minimal tentang jiwa anak dan pokok
pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam
sifat anak.
3. Pengisian waktu luang dengan teratur.
Cara pengisian waktu luang kita jangan membiarkan anak mencari jalan
sendiri. Terutama anak yang sedang menginjak remaja, karena pada masa
ini anak banyak menhadapi perubahan yang bercam-macam dan banyak
menemui problem pribadi. Bila tidak pandai mengisi waktu luang, mungkin
akan tenggelam dalam memikirkan diri sendiri dan menjadi pelamun.
4. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan.
Adanya markas-markas bimbinga dan penyeluruhan disetiap sekolah ini
untuk menampung kesukaran anak-anak nakal.
5. Pengertian dan pegalaman ajaran agama.
Hal ini untuk dapat menghindarkan masyarakat dari kerendahan budi dan
penyelewengan yang dengan sendirinya anak-anak juga akan tertolong.
6. Penyaringan buku-buku cerita, komik, Film-film dan sebagainya.12

12
Hairus sodik, kenakalan remaja, perkembangan dan upaya penanggulangannya, Jurnal
pendidikan dan pemikiran islam, vol 14 no 1, September 2022, hal 135

17
KESIMPULAN

1. Kenakalan remaja adalah perbuatan remaja yang menggangu ketertiban


umum, mabuk Mabukan, perkelahian antar kelompok dan sebagainya.
Kenakalan remaja merupakan pelanggaran atas norma sosial, agama serta
hukum. Jadi kenakalan remaja ini menyangkut aspek yuridis, sosiologi,
sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, agama dan sebagainya.
2. Setiap perilaku manusia ditujukan untuk memenuhi salah satu kebutuhan
tubuh dan jiwanya. Jika seseorang dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan
penting para remaja, maka ia dapat menolong mereka sehingga kebutuhan-
kebutuhan mereka itu dapat terpenuhi dengan baik dan dengan cara yang
sah (dibenarkan syariat).
3. Erickson menyatakan bahwa masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri (Aqib & amrullah, 2017). Oleh sesbab
itu apa yang menjadi masalah bagi mereka bukanlah sesuatu yang dapat
diremehkan karena hal itu dapat memberikan pengaruh pada pencarian
identitas yang mereka lakukan pada masa remaja. Karakterisitik remaja
yang sedang berada dalam proses untuk mencari jati diri juga dapat
menimbulkan masalah bagi dirinya (Aqib & Amrullah, 2017).
4. Ada berbagai metode mengatasi masalah remaja dalam keluarga dinatranya
yaitu: upaya penanggulangan kekanakan masa transisi remaja, upaya,
ikhtiar, upaya penanggulangan masalah remaja, dan lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Maharani. Dkk. Problematika remaja sebagai generasi penerus bangsa.


Jurnal seminar nasional pengabdian masyarakat LPPM UMJ

Ansharudin M. 2018. Upaya pendidikan keluarga dalam menanggulangi kenakalan


remaja di desa daun sangkapura bawean Gresik. jurnal studi keislaman. vol
4 no 2.

Erhansyah. 2018. Mengatasi permasalahan remaja pada masa transisi. Tadrib. Vol
4 no 2.

Hastuti, Rahmah. Dkk. 2020. Remaja Sejahtera Remaja Nasionalis. Yogyakarta:


Penerbit andi.

Masykuroh, Khusniyati. Dkk. 2022. Modul Psikologi Perkembangan. Sulawesi


Tengah: CV Feniks Muda Sejahtera.

Samadi, Farzaneh. 2004. Bersahabat dengan Putri Anda. Jakarta: Pustaka Zahra.

Syahreni, Andi. 2021. Peran keluarga dalam Penanggulangan kenakalan remaja.


jurnal bimbingan penyuluhan islam. vol 8 no 1.

Subakti. 2018. Kenakalan Orang tua penyebab kenakalan remaja. Jakarta: PT Elex
media Komputindo.

Sumara, Dadan. Dkk. 2017. kenakalan remaja dan penanganannya. Jurnal


penelitian dan PPM. vol 4 no 2.

Sodik, Hairus. 2022. kenakalan remaja, perkembangan dan upaya


penanggulangannya. Jurnal pendidikan dan pemikiran islam. vol 14 no 1.

Tarigan, Joy Maranatha. 2022. Remaja dan Masalahnya. Jawa Barat: Jejak
Publisher.

19

Anda mungkin juga menyukai