muhammadfebrian100104@gmail.com, annisadesvita2003@gmail.com,
0041.alvamawaddah@gmail.com.
Pebriyan (2214010008)
ABSTRAk;
1
child's association. Teenagers can control their behavior in daily life both in the
family and in the community so that they do not behave in a deviant manner that
has the potential to commit juvenile delinquency, as well as the efforts made by
parents in overcoming juvenile delinquency so that adolescent behavior is better
than before. It is hoped that parents can foster, guide and keep an eye on their
teenage children so that they don't make wrong associations that can make children
commit juvenile delinquency which is able to disturb the surrounding.
PENDAHULUAN
Kenakalan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial
yang semakin merebak dewasa ini. Pasalnya di zaman globalisasi ini, intensitas
kenakalan remaja terus meningkat. Kasus kenakalan remaja saat ini sudah
mengarah kepada perbuatan yang besinggungan dengan perbuatan kriminal dan
pelanggaran hukum. Belakangan ini banyak kejadian sekitar kita seperti halnya
kasus seks bebas atau free sex , pemerkosaan, penyalahgunaan narkoba, minuman
keras dan lain sebagainya. Arus kemerosotan moral yang semakin melanda di
kalangan remaja. Padahal sejatinya mereka adalah generasi penerus bangsa. hal ini
disayangkan mengingat para generasi muda kita saat ini lebih terkenal dengan
2
sebutan remaja nakal atau anak labil yang sedang mencari jati dirinya. Akan tetapi
dalam proses mereka cenderung ingin melakukan hal-hal yang menyimpang
daripada menyibukkan diri dengan kegiatan positip dan rajin belajar.
PEMBAHASAN
1
Ansharudin M, Upaya pendidikan keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di
desa daun sangkapura bawean Gresik, jurnal studi keislaman, vol 4 no 2, Desember 2018, hal 224-
225
3
Kenakalan remaja adalah perbuatan remaja yang menggangu ketertiban
umum, mabuk Mabukan, perkelahian antar kelompok dan sebagainya. Kenakalan
remaja merupakan pelanggaran atas norma sosial, agama serta hukum. Jadi
kenakalan remaja ini menyangkut aspek yuridis, sosiologi, sosial, ekonomi,
pendidikan, kebudayaan, agama dan sebagainya. Secara umum yang digolongkan
sebagai perilaku menyimpang antara lain:
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk. Pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang”
Menurut Santrock
2
Andi syahreni, Peran keluarga dalam Penanggulangan kenakalan remaja, jurnal
bimbingan penyuluhan islam, vol 8 no 1,1 Mei 2021, hal 60
4
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.3
Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan,
saat seorang anak, tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua
ini mengakibatkan perubahan status dari anak-anak menjadi remaja. Ada
kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial mereka berubah, keberadaan atau
eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga kebingungan,
kegelisahan, kecanggungan, kegalauan, atau salah tingkah (teenage clumsinees)
karena perubahan hormonal menyebabkan mereka mengalami pertarungan
identitas.
Perubahan secara psikologis menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi
remaja. “Saya menjadi dewasa, seperti apa saya kelak?” “Apakah saya terlalu
pendek atau tinggi?” “Apakah saya terlalu gemuk atau kurus?” “Apakah bentuk
hidung saya mancung atau pesek?” “Bagaimana dengan kaki, lengan, rambut, mata,
warna kulit saya?” Sejumlah pertanyaan berkecamuk di dalam pikiran para remaja,
umumnya lebih kepada perubahan fisik mereka karena perubahan fisik erat sekali
kaitannya dengan penampilan (performance) mereka. Jawaban yang tepat terhadap
3
Dadan sumara dkk, kenakalan remaja dan penanganannya, Jurnal penelitian dan PPM,
vol 4 no 2, Juli 2017, hal 347
4
Maharani Afifah dkk, Problematika remaja sebagai generasi penerus bangsa, Jurnal
seminar nasional pengabdian masyarakat LPPM UMJ, hal 37
5
kebingungan mereka akan sangat menentukan terhadap perkembangan identitas
mereka apakah berkembang secara positif atau negatif.5
5
Subakti, Kenakalan Orang tua penyebab kenakalan remaja, Jakarta: PT Elex media
Komputindo 2008, hal 2
6
Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang dapat menca- kup rasa suka dan rasa
ingin memiliki teman, yang mana hal ini akan berlanjut sepanjang hayat.
Kekurangan atau ketiadaan hal ini akan melahirkan pengaruh-pengaruh yang tidak
diinginkan dan menyakitkan di dalam jiwa orang tersebut, dan ini mempengaruhi
hubungan mereka de- ngan orang lain.
Setiap orang ingin kepastian bahwa ketika ia meng- hadapi kesulitan dan
kebuntuan, ia tidak akan dibiarkan sendirian dan yang lainnya akan menolongnya
serta akan menjadi pendukungnya. Jika ia tidak yakin akan hal ini, maka akan
muncul hal-hal yang buruk dalam perilakunya.
Para remaja membutuhkan dunia yang memiliki struk- tur organisasi, aman,
teratur, yang dapat diantisipasi, serta memiliki aturan-aturan yang pasti. Mereka
membutuhkan dunia yang tidak penuh dengan fenomena-fenomena yang tidak
pasti, tidak terkendali, dan membingungkan, atau kejadian-kejadian lainnya yang
berbahaya. Dan mereka membutuhkan orang tua serta pendukung yang kuat yang
dapat melindunginya kala menghadapi kesulitan.
7
Disukainya para remaja dalam kelompok seusia ber- gantung pada
kemampuan mereka dalam melakukan hal- hal yang menarik perhatian atau
dipandang bernilai oleh kelompok sosial mereka. Terkadang tolok ukur kelompok
lebih banyak mempengaruhi sikap para remaja dibanding tolok ukur keluarga dan
sekolah. Para remaja berusaha— karena adanya pengaruh pergaulan-berperilaku
sesuai dengan tolok ukur tersebut.
Banyak remaja yang berpikir bahwa orang tua terlalu mengontrol dan
menguasai mereka. Mereka berpikir bah- wa mereka bukan lagi anak kecil yang
butuh dikontrol, mereka ingin secepatnya berdiri di atas kaki sendiri, meng- ambil
keputusan atas masalah-masalah yang menyangkut diri mereka, serta merasakan
kebebasan individual dan sosial. Mereka butuh melihat hidup mereka ada di tangan
mereka dan orang lain tidak ikut membentuknya.
Remaja ingin agar orang-orang di sekitar memahami nilai dari usaha dan
pekerjaan-pekerjaannya yang ber- manfaat, berterima kasih padanya, dan
menghargainya. Jika tidak dihargai dan tidak pula mendapat dorongan, maka ia
akan merasa putus asa pada dirinya.
Para remaja butuh agar orang-orang di sekitarnya me- lihat lebih banyak
perilaku-perilaku mereka yang layak dan menilai perbuatan-perbuatan baik mereka,
serta di saat yang tepat mendorong dan menghargai mereka. Mereka tidak ingin
kekurangan-kekurangan mereka terlalu di- perhatikan.
8
Agama adalah faktor penenteram hati, pencipta ke- tenangan jiwa,
menolong seseorang dari keragu-raguan, ketakutan, dan keguncangan, serta
merupakan sandaran rohani yang sangat dibutuhkan. Para remaja pada usia sekitar
15 tahun memiliki perasaan beragama yang tinggi. Mereka ingin meringankan
kekecewaan dalam diri me-reka dengan mengikuti agama dan keyakinan-keyakinan
dalam agama.
Remaja tidak mau tunduk sama sekali pada seseorang, dan dengan segenap
kemampuan akan melakukan penen- tangan. Namun di dalam hati, ia sadar akan
kekurangan dan kelemahan dirinya dan menyaksikan bahwa kemulia- an, kekuatan,
dan keberlangsungan dirinya ada pada agama.
Pada dasarnya, hidup tanpa tujuan tidaklah berarti. Setiap orang ingin
perbuatan-perbuatannya memiliki tu- juan yang jelas. Memiliki tujuan dalam
kehidupan akan memberikan rasa tenteram dan aktivitas lebih pada ma- nusia.
Semakin besar tujuan, akan semakin besar pula motivasi, usaha, dan kesempurnaan
seseorang.
Para remaja yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup atau
mengejar tujuan yang remeh, keba- nyakan berada dalam kebimbangan dan
ketidakpastian. Merasa bahwa hidupnya tidak bernilai, selalu dalam kon- disi
gundah, putus asa, dan merasa terasing.
9
Kebutuhan akan jati diri, mengenal diri, serta menjaga keseimbangan psikis
dan perasaan dalam menghadapi faktor-faktor yang menekan dari dalam dan luar
merupa- kan kebutuhan pokok. Remaja ingin mengetahui apa dan siapa dirinya,
ingin merasakan bahwa ia adalah seseorang dengan pribadi dan kekhususannya
sendiri, serta ingin menemukan ketenangan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
j. Kebutuhan-kebutuhan Budaya
Semakin bertambah usia maka semakin lebih besar kebutuhan yang akan
dimilikinya, begitu juga dengan remaja kebutuhan pada masa kanak-kanak akan
mulai berkurang, diganti menjadi kebutuhan yang lebih matang. menurut Hurlock
terdapat beberapa kebutuhan yang dialami remaja (Hurlock, 2002), kebutuhan
remaja tersebut ialah:
6
Farzaneh Samadi, Bersahabat dengan Putri Anda, (Jakarta: Pustaka Zahra), 2004, hal
147-154.
10
berpergian atau liburan bersama teman, membaca buku/majalah/novel, menonton
film, dan melamun.
2. Kebutuhan Sosial remaja seperti remaja lebih senang atau lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama teman-teman.
7
Khusniyati Masykuroh, dkk, Modul Psikologi Perkembangan, (Sulawesi Tengah: CV
Feniks Muda Sejahtera), 2022, hal 133.
11
f. Senang bereksperimentasi.
g. Senang bereksplorasi.
h. Memiliki banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
i. Kecendrungan membentuk kelompok dan kecendrungan mengikuti
kegiatan yang berkelompok.
Saat kita mengetahui hal-hal yang telah dikemukakan, bukan berarti kita
membenarkan perbuatan negatif yang dapat mereka lakukan, tetapi agar kita dapat
memahami dan membantu mereka untuk menjadi pribadi yang positif.8
1. Pembentukan Identitas
2. Pubertas
Pada masa remaja, seluruh remaja akan melalui perubahan yang cepat dan
drastic pada fisik mereka, hal ini juga dikenal sebagai pubertas. Puncak tanda
kematangan seorang remaja dalam masa pubertasnya adalah perempuan mengalami
menstruasi, dan laki-laki mengalami mimpi basah. Kedua hal ini menandakan
bahwa alat reproduksi perempuan dan laki-laki telah matang. Ini mengartikan
bahwa individu telah dapat berproduksi. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini
8
Joy Maranatha Tarigan, Remaja dan Masalahnya, (Jawa Barat: Jejak Publisher), 2022,
hal 11-13.
12
dapat mengarahkan remaja pada hubungan seks yang tidak aman, seks sebelum
pernikahan bahkan kehamilan diluar nikah.
3. Seks Pranikah
Remaja pada umunya secara biologis sudah cukup “siap” dan ingin
mengetahui, tetapi mereka kurang diberikan informasi lengkap dan salah, tentang
seks serta segala akibat yang ditimbulkannya. (Soeroso, 2001). Pada masa sekarang
ini, sudah hamper seluruh remaja diseluruh dunia menggunakan internet karena
aksesnya yang begitu mudah dan sangat membantu memenuhi keperluan sehari-
hari. Internet sendiri merupakan sumber yang beirisikan berbagai hal baik maupun
hal yang tidak baik, salah satunya adalah pornografi. Dalam hal perilaku seks
pranikah pada remaja juga dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga.9
9
Rahmah Hastuti, dkk, Remaja Sejahtera Remaja Nasionalis, (Yogyakarta: Penerbit andi),
2020, hal 4-6.
13
Dua gangguan makan yang paling sering ditemui dan tidak asing didengar
adalah anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa adalah gangguan
makan yang dikarekteristikkan dengan melaparkan diri sendiri dan penurunan berat
badan yang ekstrim. Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang
dikarekteristikkan dengan orang yang secara teratur makan dalam jumlah tinggi,
kemudian mengeluarkan makanan tersebut dari tubuh dengan obat pencahar,
memuntahkan secara paksa, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan
(Martorell, Papalia, & Feldman, 2014).
Selain tantangan Kesehatan fisik dalam memiliki berat badab yang sasuai,
remaja juga mengalami tantangan dalam substance abuse atau penyalahgunaan zat.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat yang berulang dan berbahaya, misalnya
alcohol atau obat-obatan lain. Alkohol adalah obat yang ampuh dan mengubah
pikiran dengan efek besar pada fisik, emosional, dan kesejahteraan sosial.
Selain konsumsi alcohol, fenomena yang juga sering terjadi dan tidak asing
lagi pada remaja dalah merokok. Akses rokok di Indonesia bukanlah hal yang sulit
untuk didapatkan. Kurang ketat dan tegasnya peraturan di Indonesia menjadi salah
satu alas an mengapa rokok sangat dapat mudah di akses di Indonesia untuk
berbagai kalangan usia sehingga tidak mengherankan jika remaja memiliki akses
yang mudah untuk membeli rokok.
Orang tua berperan penting dalam kesejahteraan remaja. Peran orang tua
dalam membentuk kesejahteraan remaja itu sendiri bervariasidari gaya pola asuh
yang diterapkan, kegiatan keuarga yang melibatkan remaja, ketidaksepakatan
antara ibu dan remaja hingga bentuk keluarga, seperti keluarga dari pernikahan
pertama, bercerai, atau tiri pada remaja.
14
Bullying atau perundungan dalah perilaku agresi secara sebgaja dan terus-
menerus diarahkan pada target tertentu atau korban, biasanya seseorang yang
lemah, rentan, dan tidak berdaya.10
1. Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan melalui ibunya.
2. Setelah lahir, anak-anak perlu diasuh dan dididik dalam suasana yang Stabil,
menggembirakan serta optimisme.
4. Pendidikan di luar sekolah dan rumah tangga. Dalam rangka mencegah atau
mengurangi timbulnya kenakalan remaja akibat penggunaan waktu luang yang
salah, maka pendidikan diluar instansi tersebut diatas mutlak Perlu ditingkatkan.
1. Pengawasan
10
Ibid, hal 9-26.
15
2. Bimbingan dan Penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan secara
intensif terhadap orang tua dan para remaja agar orangtua dapat
membimbing dan mendidik anak-anaknya secara sungguh-sungguh
dan tepat agar para Remaja tetap bertingkah laku yang wajar.
1. Pendidikan agama.
Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, pada anak tersebut
masih kecil tetapi yang paling terpenting adalah percaya kepada Tuhan.
Serta dapat membiasakan atau mematuhi dan menjaga nilai-nilai dan
kaidah-kaidah yang ditemukan didalam ajaran agama tersebut.
2. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan.
Pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh anak sejak kecil merupakan
sebab pokok dari kenakalan anak, maka orang tua harus mengetahui bentuk-
11
Erhansyah, Mengatasi permasalahan remaja pada masa transisi, Tadrib, Vol 4 no 2,
Desember 2018, hal 255-256
16
bentuk dasar pengetahuan yang minimal tentang jiwa anak dan pokok
pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam
sifat anak.
3. Pengisian waktu luang dengan teratur.
Cara pengisian waktu luang kita jangan membiarkan anak mencari jalan
sendiri. Terutama anak yang sedang menginjak remaja, karena pada masa
ini anak banyak menhadapi perubahan yang bercam-macam dan banyak
menemui problem pribadi. Bila tidak pandai mengisi waktu luang, mungkin
akan tenggelam dalam memikirkan diri sendiri dan menjadi pelamun.
4. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan.
Adanya markas-markas bimbinga dan penyeluruhan disetiap sekolah ini
untuk menampung kesukaran anak-anak nakal.
5. Pengertian dan pegalaman ajaran agama.
Hal ini untuk dapat menghindarkan masyarakat dari kerendahan budi dan
penyelewengan yang dengan sendirinya anak-anak juga akan tertolong.
6. Penyaringan buku-buku cerita, komik, Film-film dan sebagainya.12
12
Hairus sodik, kenakalan remaja, perkembangan dan upaya penanggulangannya, Jurnal
pendidikan dan pemikiran islam, vol 14 no 1, September 2022, hal 135
17
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Erhansyah. 2018. Mengatasi permasalahan remaja pada masa transisi. Tadrib. Vol
4 no 2.
Samadi, Farzaneh. 2004. Bersahabat dengan Putri Anda. Jakarta: Pustaka Zahra.
Subakti. 2018. Kenakalan Orang tua penyebab kenakalan remaja. Jakarta: PT Elex
media Komputindo.
Tarigan, Joy Maranatha. 2022. Remaja dan Masalahnya. Jawa Barat: Jejak
Publisher.
19