Anda di halaman 1dari 13

STOP !!!!!!!!

KEKERASAN DAN BERLAKU KEKERASAN

RE M AJA
A DAN OLEH
PAD
E K E RA SAN KE
ASI K
ANTISIP
Oleh: Linda Hindayati
PUSPAGA KABUPATEN BOGOR
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak kemasa dewasa (Hurlock, 1973).
 
Pada masa ini akan timbul berbagai kemungkinan, seseorang akan berkembang dari segi pisik dan psikis dan akan membawa atau
menimbulkan dampak baik bagi remaja itu sendiri, orangtua dan orang orang sekitarnya.

Hal ini disebabkan karena:


1. Pada masa remaja terjadi transisi, dimana seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang anak tetapi belum dapat dikatakan
sebagai orang dewasa. Pada masa transisi ini terjadi storm and stress yang ditandai dengan emosi yang bergolak serta mempengaruhi
daya fikir dan perilakunya.

2. Masa krisis identitas bagi kebanyakan anak remaja. Remaja sedang mencaricari pigur panutan, namun pigur itu tidak ada
didekatnya. Secara umum dan dalam kondisi masa ini merupakan periode yang sulit untuk
ditempuh, baik secara individual ataupun kelompok, sehingga remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the
trouble teens). Hal inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa masa remaja dinilai lebih rawan daripada tahap-tahap
perkembangan manusia yang lain.
Data UNICEF tahun 2016
menunjukkan bahwa kekerasan
pada sesama remaja di
Indonesia diperkirakan
mencapai 50 persen. Sedangkan
dilansir dari data Kementerian
Kesehatan RI 2017, terdapat 3,8
persen pelajar dan mahasiswa
yang menyatakan pernah
menyalahgunakan narkotika
dan obat berbahaya.
Kekerasan dapat dikaitkan
dengan tindakan yang
menyimpang dari norma dan
merugikan orang lain, rasa
benci, dendam, serta
kesalahpahaman terhadap
pihak lain merupakan api
awal yang dapat memicu
tindak kekerasan.
Berbagai Perilaku Kenakalan Remaja yang Mengkhawatirkan

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di
dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (2003 : 6-7 ) secara tegas dan jelas memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala
sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan
bentuk tingkah laku yan menyimpang. Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-
norma sosial. Dalam Bakolak Inpres no : 6/1997 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah
laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggat norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.

Menurut Psikolog Adelina Syarief, SE, Mpsi remaja yang melakukan perilaku menyimpang dalam hal ini yaitu kenakalan remaja disebabkan dari diri
sendiri atau lingkungan. Sedangkan menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi
dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.

Menurut Sunarwiyati (1985), membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan, yaitu:

1) Kenakalan biasa, seperti :

 suka berkelahi,

 suka keluyuran,

 membolos sekolah,

 pergi dari rumah,


2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti:

 mengendarai tanpa SIM,

 mengambil barang orang tua atau orang lain tanpa ijin,

3) Kenakalan khusus seperti:

 penyalahgunaan narkotika,

 hubungan seks bebas,

 pencurian.
Data demografi Indonesia, penduduk usia remaja mencapai angka 30%. Hal ini membuktikan
bahwa jumlah remaja di Indonesia cukup besar.
Kenakalan remaja yang kerap terjadi terdiri dari empat jenis yaitu:
1. Tawuran atau perkelahian antarpelajar
Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksinya kehidupan kota yang disebabkan karena masalah sepele. Tawuran pelajar
sekolah menjadi potret buram dalam dunia pendidikan Indonesia.

2, Penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, justru 50-60% remaja malah jadi pengguna narkoba. 48% dari jumlah tersebut merupakan
pecandu sementara sisanya hanya mencoba penggunaan narkoba.

3. Hubungan Seksual atau Seks pra nikah

Fakta hubungan Seks Oleh Remaja:

 4 dari 10 remaja Usia 13 -14 Tahun telah melakukannya.

 Ada 13% remaja Dunia Usia 15 Tahun telah melakukannya.

 70% remaja telah melakukannya 1 (satu) kali.

 Hampir dari sepertiga remaja yang hamil melakukan aborsi.

 Menontot film porno menjadi pemicu remaja melakukan Seks pra nikah.

 88% remaja melakukan seks pra nikah dengan pacarnya.


 4, Tindak Kriminal
Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut
seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang maling atau pencuri, pembunuh, perampok dan juga teroris.
Meskipun kategori terakhir ini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang kriminal, melakukan tindak kejahatannya
berdasarkan motif politik atau paham.

 Tindakan Kriminal Yang Dilakukan Anak/Remaja

 Pengancaman, intimidasi, pemerasan


 Pencabulan

 Tawuran

 Pencurian

 Pembunuhan

 Perampasan, penyerangan, perampokan.

 88% remaja melakukan seks pra nikah dengan pacarnya.

Akibat Dari Melakukan Tindakan Kriminal


1. Berurusan dengan hukum, dihukum sesuai dengan perbuatannya

2. Terkena sanksi sosial dari masyarakat mulai dari dikucilkan sampai diasingkan.

3. Terancam dikeluarkan dari bangku sekolah, dan sebagainya


Faktor Pendorong Tindakan Kriminalitas

1. Faktor Keluarga (rumah tangga), remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang kurang sehat keluarga, maka resiko anak untuk
mengalami gangguan kepribadian menjadi kepribadian antisoasial dan berperilaku menyimpang, lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja
yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis.

2. Faktor Sekolah, kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses pembelajaran,

3. Faktor Masyarakat (kondisi lingkungan sosial), faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan dapat menjadi faktor yang kondusif
bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang , di bedakan menjadi dua bagian, antara lain :

4. Konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan
diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Konsep diri terbentuk dan berkembang
berdasarkan pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan tingkah laku dirinya.
Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan masyarakat bukanlah suatu keadaan
yang berdiri sendiri (Sudarsono:125-131). Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa
sebab antara lain:

a. Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga
yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.
Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan
anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat
mendorong anak menjadi nakal.
Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh
kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 )
sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and
were harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada dikemukakan
Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebaba kenakalan anak adalah
perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter,
dan Giller dalam Easler dan Medway (2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from
socialization processes at home or in peer group.”
2. Keberadaan Pendidikan Formal

Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan sesamanya, juga interaksi antara siswa
dengan pendidik, interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan
yang negatif. Seperti pendapat Sri Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin
mengungguli temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan saja, memberikan
peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara kekerasan.

3. Keadaan Masyarakat

Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan
masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan
peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran,
masmedia, dan fasilitas rekreasi.
Yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua
dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah

Kiat menghindari terjadi tindak kekerasan/kenakalan di Sekolah:


1. Optimalkan Organisasi Sekolah dalam kegiatan yang positif,
2. Memperbaiki komunikasi dengan Guru, Teman dan semua yang ada di lingkungan sekolah,
3. Batasi penggunaan Gadget untuk berkomunikasi.
4. Belajarlah Agama secara langsung kepada Ahlinya bukan kepada Sosial Media.
5. Be;ajarlah Bela Diri untuk perlindungan diri pribadi dan leingkungan.
6. Tingkatkan rasa kepedulian kepada lingkungan.
Sampai Jumpa
Di
PUSPAGA

Anda mungkin juga menyukai