Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan
besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja (generasi muda).
Masa remaja juga merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Pada masa transisi
inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Hurlock (1990) menyebutkan masa remaja
dianggap sebagai periode “storm and stress”, yaitu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Sebagian besar remaja mengalami
ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri
pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Menurut Kartono dalam (RULMUZU, 2021) kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang Gejala patologi sosial merupakan suatu
perbuatan yang dilakukan masyarakat yang bertentangan dengan nilai dan norma. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Masa ini sering kali berhadapan dengan
situasi yang membingungkan atau labil. Dengan situasi seperti ini akan banyak menimbulkan
konflik yang menyebabkan perilaku- perilaku yang aneh, canggung, serta jika tidak terkontrol
bisa menjadi kenakalan. Pada masa ini pun kemungkinan akan menimbulkan masa krisis dengan
munculnya perilaku menyimpang. Dalam fenomena kenakalan remaja ini agar tidak menjadi
lebih parah dan dapat dikurangi lagi, harus ada upaya mengatasi kenakalan atau
penanggulangannya. Masalah kenakalan remaja, bukan masalah yang baru untuk dibahas dan
diperbincangkan, masalah ini telah ada sejak berabad-abad yang lampau. Perbedaan kenakalan
remaja pada setiap masa berbeda dalam versinya karena pengaruh lingkungan kebudayaan dan
sikap mental masyarakat pada masa itu. Tingkah laku yang baik pada masa sekarang mungkin
dianggap nakal pada masyarakat terdahulu dan pada masyarakat nakal, mungkin suatu
kenakalan dianggap tidak nakal. Apabila remaja tidak mampu memfilter hal baru tersebut akan
berakibat pada kesalahan dalam berbuat Banyak remaja yang melakukan penyimpangan seperti
merokok, narkoba, sex di luar nikah, dan lain- lain. Banyak penyebab remaja melakukan perilaku
menyimpang tersebut baik dorongan dalam dirinya maupun pengaruh lingkungan sekitar. Jika
perilaku tersebut tidak segera diatasi dapat menimbulkan tindakan kriminal , sesuai dengan
pendapat Santrock bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Kenakalan
remaja akan menjadi sumber masalah di masyarakat karena membahayakan tegaknya sistem
sosial Maka dari itu remaja harus menghindari perilaku yang menyebabkan tindakan
kriminalitas dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah di tentukan.

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan
orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketenteraman lingkungan sekitar
seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktu hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obat dilarang, berkelahi berjudi, dan lain-lainnya itu akan
merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada di sekitarnya cukup banyak faktor
yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
selanjutnya menjadi faktor intern dan faktor eksternal berikut ini penjelasannya secara ringkas.

Faktor yang penyebab terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam dua faktor yaitu sebagai berikut.

1. Faktor Magang
a) Faktor kepribadian personalia adalah suatu organisasi yang dinamis pada sistem psikosomatik
dalam individu yang ikut penentu caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya (diasanya disebut karakter psikotiknya). Masa remaja dikatakan Sebagai suatu
masa yang berbahaya. Pada periode ini seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju
masa dewasa Masa dirasakan sebagai suatu keris identitas karena belum adanya pegangan,
sementara mental kepribadian untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku
menyimpang

b) Faktor Kondisi Fisik


Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis. Jenis kelamin Ada
suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat tubuh dengan tindakan menyimpang
(walaupun teori ini belum teruji secara baik dalam kenyataan hidup). Menurut teori ini.
seseorang yang sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa terhadap
kondisi hidup. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan persembahan bimbingan akan
penyebabnya penderita cenderung melakukan pelanggaran sebagai pengobatan mengecewakan
kondisi tubuhnya

c) Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat Seseorang anak yang pernah melakukan
menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah selesai berjalan proses sanksi hukum
(keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke masyarakat status atau sebutan "eks
narapidana yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan Sehingga anak tersebut kembali
melakukan tindakan penyimpangan hukum karena merasa tertolak dan terasingkan

2. Faktor Ekstern
A. Kondisi Lingkungan Keluarga
Khususnya di kota-kota besar di Indonesia generasi muda yang orang tua dibubuhkan dengan
kegiatan bisnis sering mengalami desa batin karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari
orang tua Sangat kurang Kondisi orang tua yang lebih 5 tinggi karier daripada mungkin kepada
sayang akan penyebab munculnya perilaku menyimpang terhadap sayang Kasus kenakalan
remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena kekurangan kebutuhan bahan melainkan
karena kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya.

B. Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang efektif
Apabila sistem pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku anak
muda sekarang kurang berjalan dengan baik akan memunculkan tindakan penyimpangan
terhadap nilai dan norma yang berlaku Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang
menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal
yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang
tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku mi akan semakin meningkatkan
kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

C. Kondisi Geografis atau Kondisi Fisik Alam


Kondisi alam yang gersang, kering, dan tandus, dapat juga penyebab terjadinya tindakan yang
menyimpang dari aturan norma yang berlaku, lebih-lebih apabila individunya bermental negatif.
Misalnya, melakukan tindakan pencurian dan mengganggu sebelum umum, atau konflik yang
bermotif memperebutkan kepentingan ekonomi

D. Faktor Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi Politik


Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah memunculkan
kecemburuan sosial dan bentuk kecemburuan sosialisme bisa mewujudkan tindakan perusak.
pencurian, dan perampokan Disintegrasi politik (sementara lain terjadinya konflik antar partai
politik atau terjadinya perang antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi jiwa
remaja yang kemudian bisa menimbulkan aksi-aksi menyimpang.

E. Faktor Perubahan Sosial Budaya yang Begitu Cepat (Revolusi) Perkembangan teknologi di
berbagai bidang khususnya dalam teknologi komunikasi dan hiburan yang mempercepat arus
budaya asing yang masuk akan banyak mempengaruhi pola perilaku laku anak menjadi kurang
baik. lebih-lebih anak tersebut belum siap mental dan akhlaknya, atau wawasan agamanya
masih rendah sehingga mudah melakukan hal-hal yang menyimpang dari tatanan nilai-nilai dan
norma yang berlaku.

Gejala mengalami kenakalan remaja

1.Anak-anak tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri

2.Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau sekolah

3. Sebuah anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh
dia sendiri tidak mampu mencari permasalahannya

4. Anak-anak yang suka berbohong.

5. Anak-anak yang tidak bisa memedulikan perhatian

6.Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anak-anak normal
7.Anak-anak yang suka menyakiti mengganggu teman-temannya disekolah atau di rumah.

Menjadi didasarkan pengertian kenakalan remaja di atas kami pasti observasi tentang beberapa
perilaku remaja yang termasuk kenalan remaja di lingkungan sekitar, berikut beberapa contoh
bentuk - bentuk kenakalan remaja yang ada di lingkungan sekitar kami

a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur,
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar.
c) mengganggu teman
d) memusuhi orang tua dan saudara di liputi perbuatan berkata kasar dan tidak rasa hormat
pada orang tua dan saudara
e) minum
f) menonton video atau media cetak yang tidak layak
g) Corat-coret tembok sekolah
h) Membolos
i) Mengendarai kendaraan di bawah umur tanpa helm
j) Selalu melanggar tata tertib

Jadi dapat penyelesaian tindakan kenakalan remaja sangat merugikan bagi remaja dan
masyarakat itu sendiri. Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat
dengan perubahan dan munculnya kerentanan masalah (kenakalan remaja) Untuk itu perlu
adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap
remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat
masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerja sama dari
remaja itu , orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di
bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia

Dampak Negatif dari Kenakalan remaja

1.Meningkatnya Kriminalitas
Kenakalan remaja ini biasanya terjadi pada usia 15-19 tahun, yakni ketika memasuki masa
remaja. Sehingga, ketika mengalami kenakalan remaja akan meningkatkan kriminalitas di
masyarakat. Seperti perjudian, pencurian, ugal-ugalan di jalan, merusak ketertiban umum hingga
tawuran dan pemberontakan. Hal tersebut menjadi salah satu dampak negatif dari kenakalan
remaja yang sangat merugikan orang lain

2. Stigma Sosial
Selanjutnya adalah stigma sosial di masyarakat juga menjadi dampak negatif kenakalan remaja.
Karena, stigma sosial di masyarakat menyebabkan orang tersebut dihina, dikucilkan dan dijauhi
oleh masyarakat.

3. Penyalahgunaan narkoba
Dampak negatif kenakalan remaja selanjutnya adalah penyalahgunaan narkoba. Kenakalan
remaja akan menjerumuskan pada perilaku-perilaku yang menyimpang dan paling parah adalah
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan berbagai penyakit serius
dan juga dampak negatif di lingkungan sosial hingga ekonomi yang terus menurun. Oleh sebab
itu, pengawasan dan pengetahuan terhadap dampak negatif harus dikenali agar tidak terjerumus

4. Mengganggu ketentraman masyarakat


Selain itu, dampak negatif selanjutnya bisa menyebabkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat terganggu. Karena, kenakalan remaja tak hanya berdampak pada diri sendiri, namun
juga orang lain.Seperti ugal-ugalan di jalan, merusak fasilitas umum, tawuran, pemberontakan
dan lain sebagainya akan sangat mengganggu masyarakat.

5. Masa depan suram


Dampak negatif yang terakhir adalah bisa menyebabkan masa depan suram. Masa depan remaja
yang melakukan kenakalan remaja tidak akan semulus yang diharapkan, Berbagai penyimpangan
yang terjadi bisa menyebabkan stigma sosial, sekolah terhambat hingga sekolah yang tidak mau
menerima murid tersebut.

Jika tidak melanjutkan sekolahnya, maka masa depan anak tersebut akan menjadi suram dan
orang tuanya pasti akan sangat kecewa dengan kondisi tersebut. Generasi penerus bangsa
berada di tangan anak muda saat ini.

Jika generasi mudanya hanya melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang, bagaimana negara
bisa maju? Oleh sebab itu, lakukanlah perilaku yang baik dan sesuai dengan aturan agar tidak
terjerumus pada kenakalan remaja.

Berikut Solusi dalam rangka penanggulangan kenakalan remaja


1. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan permulaan kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara
berikut, Mengenal dan mengetahui umum dan khas remaja Baru kesulitan-kesulitan yang secara
umum dialami oleh para remaja prestasi- kesulitan mana saja yang biasanya menjadi Sebab
permulaan pelampiasan dalam bentuk kenakalan Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan
melalui

 Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang


dihadapinya
 Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan
keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi
pekerti dan etiket
 Penyediaan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan
pribadi yang wajar.
 Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat
 Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang
hubungan sosial yang baik.
 Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan
pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif
 Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat
di mana banyak terjadi kenakalan remaja.

Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi
seorang remaja Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga
awal perbaikan dari Sikap yang pagar sederhana, Seperti selalu berkata jujur meskipun dalam
gurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik
kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga.

Memang tidak mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa
dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar Dengan usaha latihan yang terarah. para
remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serisi antara
aspek rasio dan aspek emosi akan mencapai Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja
kepada perbuat sebuah yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam
menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.

Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap fitur
perilaku laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing
dan psikolog Seolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan
terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap
penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.

Sekolah adalah lembaga pendidikan resmi yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan
remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di
antara lain melakukan program "memantau latihan remaja melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan
positif bagi remaja
Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan langsung, yakni
bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu sendiri. Melalui percakapan
mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu mengatasinya. Pendekatan melalui kelompok,
di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut.

2.Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan pasti
hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan
remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut "jera" dan tidak melakukan hal
yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau
hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu Sebagai contoh,
remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam keluarga. Di samping itu perlu
adanya semacam itu hukuman yang dibuat oleh orang tua terhadap Pelanggaran tata tertib dan
tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten Setiap pelanggaran
yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan

Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang kemenangan dalam pelaksanaan hukuman


terhadap pelanggaran tata tertib sekolah Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak Akan
tetapi hukuman yang berat seperti Skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
berwenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing tugas menyampaikan data mengenai
pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibat Pada umumnya
tindakan represif di berikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis
kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru,
pembimbing dan melarang sekolah untuk sementara waktu (skor) atau seterusnya tergantung
dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah

3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya
dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan
memberikan pendidikan lagi Pendidikan diulangi melalui latihan secara khusus yang sering
ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun pribadi yang ahli dalam bidang ini

Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan
prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang- orang
dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal.

Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin pertama Remaja
mengalirkan energinya dalam berbagai kegiatan positif seperti berolahraga melukis, mengikuti
event race, dan hobi.

Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arah dengan
siapa dan di komunitas mana remaja harus berorang Perancis. Remaja membentuk ketahanan
diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak
sesuai dengan harapan. Jika berbagai solusi dan latihan di atas dilakukan, diharapkan
kemungkinan terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin berkurang dan teratasi Dari
pembahasan mengenai penanggulangan Masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa
segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian
remaja yang mantap, serisi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang
berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, tegun dalam kepercayaan(iman) sebagai anggota
masyarakat. bangsa dan tanah air.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh kenakalan remaja terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 1 Penajam?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah ini
1. Mendeskripsikan definisi kenakalan remaja
2. Memaparkan gejala dan bentuk dari kenakalan remaja.
3. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja.
4. Memaparkan dampak yang ditimbulkan dari kenakalan remaja.
5. Menjelaskan solusi yaitu beberapa tindakan mengatasi kenakalan remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

 Secara teoretis penelitian ini berguna sebagai pengembangan dalam memahami perana
Orang tua dalam mengatasi masalah kenakalan remaja. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam
bidang kajian ilmu Sosiologi mengenai konsep keluarga dan perilaku menyimpang.
 Secara Praktis Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi :
a. Peneliti : sebagai wadah menambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan
mengenai ilmu Sosiologi Keluarga dan Perilaku Menyimpang khususnya mengenai
peranan
orang tua dalam mengatasi masalah kenakalan remaja
b. Pendidik : sebagai media informasi mengenai ilmu pengetahuan Sosiologi Keluarga
dan Perilaku Menyimpang khususnya mengenai peranan orang tua dalam mengatasi
masalah kenakalan remaja sehingga dapat menjadi referensi dalam penelitian
selanjutnya
c. Program Studi Pendidikan Sosiologi : sebagai media informasi dan penambah
khasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian ilmu Sosiologi mengenai
konsep keluarga dan perilaku menyimpang khususnya peranan orang tua dalam
mengatasi kenakalan remaja
d. Masyarakat : diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan tentang peranan orang tua dalam mengatasi masalah kenakalan remaja,
terutama dalam membentuk kepribadian dan moral anak dengan cara memberikan
pendampingan secara baik dalam bergaul dan melakukan komunikasi yang intensif
dengan anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Kenakalan remaja adalah perbuatan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan
ketertiban umum, yakni nilai dan norma yang diakui masyarakat. Perbuatan tersebut bisa ditujukan
kepada orang lain, binatang, atau barang yang bisa menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pihak
lain ialah tindak perbuatan sebahagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama dan
norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu
ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal adalah suka berbuat
tidak baik. Suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan
nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang
melanggar norma kehidupan masyarakat.

Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja
dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja.

Jensen (1985) berpendapat bahwa asal mula kenakalan remaja dapat digolongkan ke dalam teori
sosiogenik yakni teori-teori yang mencoba mencari sumber penyebab kenakalan remaja pada faktor
lingkungan dan keluarga. Teori sosiogenik ini antara lain adalah teori Broken Home dan teori
penyalahgunaan anak.

Kenakalan remaja adalah sebuah masalah yang terus ada, tetapi kenakalan remaja yang
berhubungan dengan minuman keras sangat lah memprihatinkan di Kota Semarang. Kenakalan
remaja terkait minuman keras memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap diri sendiri dan
lingkungan. Remaja sangat rentan akan tindakan negatif, apabila remaja mengenal minuman keras
akan menjadi pribadi yang rusak karena minuman keras dapat menjadi penuntun atas tindakan
negatif yang terfikir oleh remaja. Tetapi kenakalan remaja bisa dihindarkan dan dihentikan karena
remaja berada pada usia yang masih cukup muda dan kondisi psikis yang mudah untuk diarahkan.

Dari hasil riset yang telah dilakukan, peran orang tua merupakan hal terpenting dalam mengedukasi
masalah remaja. Selain orang tua, lingkungan juga turut mendukung dalam menjadikan pribadi
remaja yang cukup baik. Lingkungan tersebut bisa berasal dari lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan sekolah. Dalam kasus ini, lingkungan sekolah merupakan faktor penyebab utama remaja
mengonsumsi minuman keras, hal ini dikarenakan remaja mengenal minuman keras karena faktor
pergaulan dengan teman sekolahnya, apabila sebuah kelompok pergaulan terdapat satu remaja
pemiras maka remaja tersebut akan mengajak temannya untuk ikut mengonsumsi minuman keras,
sedangkan masa remaja merupakan masa yang cukup labil sehingga rentan untuk menerima ajakan
tersebut. Tetapi apabila dari faktor orang tua dan lingkungan mengajarkan pengetahuan yang cukup
tentang minuman keras, remaja tersebut akan mengetahui bahaya minuman keras dan tidak akan
terjerumus untuk mengonsumsi minuman keras.

Remaja merupakan masa dimana mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tertarik dengan
sesuatu yang menarik perhatian. Dengan kondisi psikologis tersebut, kampanye dibuat dengan
menggunakan pendekatan melalui kepribadian mereka. Mulai dari judul kampanye hingga bahasa
yang digunakan dalam media-media desain. Hal tersebut bertuan untuk memberi kemudahan
remaja dalam menerima pesan yang ingin disampaikan. Dengan adanya kampanye ini diharapkan
remaja dapat berhenti mengonsumsi minuman keras dan dapat sadar akan kesalahan yang
diperbuatnya dapat merusak generasi remaja lain, karena faktor utama remaja mengonsumsi
minuman keras berawal dari ajakan teman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti masa remaja adalah masa usia antara 1218
tahun dalam proses pertumbuhan seorang individu sesudah meninggalkan masa anak-anak
menjelang masa dewasa, tetapi belum mencapai kematangan jiwa. Arti lainnya dari masa remaja
adalah masa puber.

Menurut Pieget (dalam Hurlock) mengatakan secara psikologis remaja adalah usia dimana individu


berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah ikatan orang-
orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak
(Hurlock, 2001 : 206).

Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013) Menurut
King (2012) remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa.

Menurut Zakiah Darajat (1982) Pengertian remaja adalah masa yang menjembatani antara usia
anak-anak dan dewasa.

Menurut Santorock remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan emosional.

Menurut Biksu Dkk (1989) pengertian remaja adalah fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan
badai”.

Menurut Elizabeth B Hurlock (1999) remaja adalah masa peralihan dari anak – anak menuju dewasa
yang mencakup kedewasaan mental, emosional, sosial dan fisik.

Menurut Soetjiningsih (2004) pengertian remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak –
kanak dan masa dewasa, yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual, yaitu usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun.

Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan masyarakat yang
berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Adapun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25
tahun 2014, remaja didefinisikan sebagai penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah.

Adapun menurut Monks dan Haditono, remaja merupakan seseorang yang berada di rentang usia
12-21 tahun. Masa remaja juga menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir
akan berubah dan berproses menuju dewasa.
Selaras dengan Monks dan Haditono, King juga merumuskan pengertian remaja. Baginya, remaja
merupakan perkembangan manusia yang ditandai dengan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa. Masa remaja biasanya dimulai pada sekitar usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18-21
tahun.

Dari beberapa pengerian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan fase atau masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya terjadi pada rentang usia 10 sampai 18
tahun. Pada masa remaja, biasanya terjadi perkembangan baik fisik, psikologi, dan intelektual. Ia
menjadi bagian masa perkembangan manusia.

Masa remaja menjadi periode yang sifatnya sementara. Ia akan berlalu jika telah mencapai ambang
maksimum batas usia remaja. Fase remaja ini dapat dikenali dari beberapa ciri yang telah
dirumuskan oleh Hurlock sebagai berikut.

1.Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Ketika anak-anak mulai memasuki masa remaja maka akan disertai dengan perkembangan yang
cepat. Sehingga, menyebabkan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, minat baru,
dan niat.

2.Masa Remaja sebagai Masa Peralihan

Pada masa ini, remaja masuk ke dalam fase bukan lagi seorang anak dan bukan juga seorang
dewasa. Mereka dalam tahap peralihan status dan terjadi keraguan atau ketidakjelasan dalam diri
remaja.

3.Masa Remaja sebagai Masa Perubahan

Perubahan fisik berkembang selaras atau beriringan dengan perubahan sikap dan perilaku. Ada
beberapa jenis perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama, tingginya intensitas emosi bergantung
pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Karena, biasanya, perubahan emosi terjadi lebih cepat
selama awal masa remaja.

4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

Setiap fase perkembangan memiliki pokok masalahnya masing-masinh. Namun, ketika remaja
dihadapkan pada permasalahan maka cenderung kesulitan untuk mengatasinya sendiri. Oleh sebab
itu, banyak remaja yang menyimpulkan bahwa penyelesaian atau jalan keluar masalah tidak selalu
sesuai dengan harapan dan cara yang telah direncanakan.
5. Masa Remaja sebagai Usia Mencari Identitas

Remaja dalam tahap ini mulai mencari jati diri atau esensi dia hidup. mereka mulai resah, gelisah,
dan merasa tidak puas dalam banyak hal. Pencarian jati diri dilakukan dengan cara apapun misalnya
membaca, menonton, bergabung ke komunitas, bertukar pikiran dengan orang lain, dan cara-cara
lainnya.

Kedua, perubahan tubuh, peran, dan minat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Ketiga,
perubahan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh perubahan minat dan pola perilaku remaja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai dari apa
yang dikerjakan atau yang diusahakan. Seseorang dianggap berprestasi, jika dia telah meraih sesuatu
hasil dari apa yang diusahakannya, baik karena hasil belajar, bekerja, atau berlatih keterampilan
dalam bidang tertentu. Prestasi merupakan hasil nyata dari puncak pengembangan potensi diri.
Prestasi hanya dapat diraih dengan mengerahkan segala kekuatan, kemampuan dan usaha yang ada
dalam diri kita.

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang
telah dikerjakan. Dari pengertian prestasi tersebut, maka pengertian prestasi diri adalah hasil atas
usaha yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan
intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek
kehidupan. Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai pekerjaan, memiliki inisiatif dan
kreatif, pantang menyerah, serta menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh Karakter-karakter
tersebut menunjukan bahwa untuk meraih prestasi tertentu, dibutuhkan kerja keras.

Ada beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh setiap orang, diantaranya:

1.Prestasi Belajar

Hasil yang diperoleh atas usaha belajar. Misalnya prestasi siswa di sekolah, menjadi juara umum
setiap tahunnya.

2. Prestasi Kerja

Merupakan hasil yang didapatkan dari usaha kerja yang telah dilakukan. Misalnya naiknya jabatan
atas kerja keras selama ini.

3. Prestasi Seni

Merupakan hasil yang diperoleh dari usaha seni. Misalnya prestasi seorang penyanyi ataupun
seniman lainnya yang berupa penghargaan.

4. Prestasi Olahraga
Merupakan hasil yang diperoleh atas usaha dan kerja keras di bidang olahraga. Misalnya seorang
olahragawan mendapat medali emas atas juara pertama yang dicapai saat mengikuti Pekan Olah
Raga Nasional (PON).

5. Prestasi Lingkungan Hidup

Prestasi lingkungan hidup merupakan prestasi yang diperoleh atas usaha penyelamatan lingkungan
hidup. Misalnya individu maupun kelompok mendapatkan penghargaan atas usaha penyelamatan
lingkungan hidup berupa menanam pohon kembali atau reboisasi di hutan.

Sikap yang mendukung seseorang dalam berprestasi di antaranya :

a. Berorientasi pada masa depan dan cita-cita.

b. Berorientasi pada keberhasilan.

c. Berani mengambil atau menghadapi risiko.

d. Rasa tanggung jawab yang besar.

e. Menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik.

f. Memiliki sikap kreatif, dan inovatif, serta mampu memanajemen waktu dengan baik.

Prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan potensi diri.

Berikut ini adalah arti pentingnya prestasi :

1. Prestasi merupakan wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh seseorang atas usaha yang
diperoleh.

2. Prestasi merupakan pengalaman yang dialami seseorang dan bisa menjadi pelajaran berharga
untuk masa depan.

3. Prestasi merupakan kebanggaan bagi diri-sendiri, keluarga, kelompok, masyarakat, bangsa dan
negara.

4. Prestasi digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan


seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individual atau kelompok
berupa pengetahuan maupun keterampilan.

Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang dalam mendapatkan suatu perubahan yang kemudian baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan merupakan sesuatu yang
dilakukan secara sadar (disengaja) serta bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya.

Menurut Thursan Hakim, definisi belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian
manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas serta kuantitas tingkah laku seperti
diantaranya pada peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya fikir, serta berbagai kemampuan lainnya.

Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar ialah suatu perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang kemudian disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-
ulang di dalam situasi tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Selain itu, menurut KBBI juga belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.

Jenis-Jenis Belajar

Dalam proses belajar mengajar dikenal juga adanya bermacam-macam kegiatan yang kemudian
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan
metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Keanekaragaman jenis belajar ini sendiri muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan
kehidupan manusia yang juga sangat beragam. Jenis-jenis belajar antara lain :

1.Belajar Abstrak

Belajar abstrak ialah proses belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya ialah
memperoleh pemahaman serta pemecahan masalah-masalah yang tak nyata. Dalam mempelajari
hal-hal yang abstrak ini kemudian diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas
prinsip, konsep, serta generalisasi. Adapun contoh belajar yang termasuk ke dalam jenis ini, antara
lain belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi serta sebagian materi bidang studi agama
seperti tauhid.

2.Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan ialah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yaitu yang
berhubungan dengan urat-urat saraf serta otot-otot (neuromuscular). Tujuannya ialah memperoleh
dan menguasai keterampilan jasmani tertentu.

Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif serta teratur amat diperlukan. Termasuk belajar jenis
ini kemudian misalnya belajar olahraga, belajar musik, belajar menari, belajar melukis, memperbaiki
benda-benda elektronik, serta sebagian materi pelajaran agama seperti ibadah shalat serta haji.
3.Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya ialah belajar memahami masalah-masalah serta teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuan dari belajar sosial ialah menguasai pemahaman serta
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti diantaranya masalah keluarga,
masalah persahabatan, kelompok, serta berbagai masalah-masalah lain yang bersifat
kemasyarakatan.
Selain itu, belajar sosial juga bertujuan mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama
serta memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara
berimbang serta proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk ke bahan pelajaran sosial antara lain
pelajaran agama serta pendidikan moral.

4. Belajar Rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis serta rasional
(sesuai dengan akal sehat). Tujuan dari jenis belajar ini ialah memperoleh aneka ragam kecakapan
dengan menggunakan prinsip-prinsip serta konsep-konsep. Selain itu, jenis belajar ini juga sangat
erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.

Dengan belajar rasional, siswa kemudian diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving,
yaitu kemampuan dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan serta strategi
akal sehat, logis, yang sistematis.

5. Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan merupakan suatu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang telah ada sebelumnya. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah,
suri teladan, serta pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman serta ganjaran.

Tujuan dari jenis belajar ini adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap serta kebiasaan-kebiasaan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang serta waktu
(kontekstual). Dalam hal ini, arti tepat dan selaras bisa dikaitkan dengan norma serta tata nilai moral
yang berlaku, baik yang bersifat religius, tradisional hingga kultural.

Tujuan Belajar

Seperti yang telah disinggung pada pengertian belajar di atas, tujuan utama dari kegiatan belajar
adalah untuk memperoleh serta meningkatkan tingkah laku manusia dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap positif, serta berbagai kemampuan lainnya. Menurut Sardiman (2011: 26-28),
secara umum ada tiga tujuan belajar, diantaranya:

1.Untuk Memperoleh Pengetahuan

Hasil dari kegiatan belajar ini dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan berpikir seseorang.
Jadi, selain kamu memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga akan membuat kemampuan
berpikir menjadi lebih baik.

Dalam hal ini, pengetahuan juga akan meningkatkan kemampuan berpikir pada seseorang, dan
begitu juga sebaliknya kemampuan berpikir ini akan berkembang melalui ilmu pengetahuan yang
telah dipelajari. Dengan kata lain, pengetahuan serta kemampuan berpikir menjadi hal yang tidak
dapat dipisahkan

2.Menanamkan Konsep dan Keterampilan

Menanamkan keterampilan yang dimiliki setiap individu dengan melalui proses belajar. Penanaman
konsep ini sangat membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani ataupun rohani. Dalam
hal ini, keterampilan jasmani ialah suatu kemampuan individu dalam penampilan dan gerakan yang
dapat diamati. Keterampilan ini sendiri berhubungan dengan hal teknis ataupun pengulangan.
Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks lagi karena bersifat lebih abstrak.
Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir, serta kreativitas dalam
menyelesaikan masalah ataupun membuat suatu konsep.

Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005) pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu
lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.

Menurut Wikipedia Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Menurut Muhaimin Dkk, 2005 Siswa dilihat sebagai seseorang “subjek didik” yang mana nilai
kemanusian sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus
dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga
negara yang diharapkan.

Menurut KBBI Siswa merupakan “murid”, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
pelajar.

Menurut Naqawi menyebutkan bahwa kata murid berasal dari bahasa Arab, yang artinya orang yang
menginginkan (the willer). Menurut Nata, kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik
sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.
Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu filmidz
yang berarti murid atau pelajar, jamaknya talamidz (dalam Aly, 2008).

Arifin (2000) menyebut murid sebagai manusia didik yang sedang berada dalam proses
perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya.

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain:
pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

Menurut Tokoh Abu Ahmadi, peserta didik atau siswa ialah orang yang belum mencapai dewasa
yang membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain yang telah dewasa guna
melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk tuhan, sebagai umat manusia sebagai warga negara
yang baik dan sebagai salah satu masyarakat serta sebagai suatu pribadi atau individu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pengerjaan makalah ini dari tanggal ( 16 Mei 2021 ) hingga ( 5 Juni 2021 )

Tempat pengerjaan makalah ini dari rumah

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan

Sumber data makalah ini berasal dari internet yaitu situs yang berisi materi kenakalan remaja. Alat
dari makalah ini adalah Handphone , Microsoft Word & Jaringan Internet. Bahan dari makalah ini
adalah mengambil satu per satu materi dari situs yang berisi materi kenakalan remaja dan di ringkas.

3.3 Metode Pemerolehan Data

Metode Pemerolehan Data makalah ini adalah studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang
meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan Data makalah ini yaitu pengumpulan data dari berbagai situs lalu melakukan
pemeriksaan Data ( editing ) dengan Microsoft Word. Analisis Data makalah ini adalah kuantitatif
yaitu dari proses pengumpulan data hingga bab akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prestasi

http://etheses.uin-malang.ac.id/1471/6/08410041_Bab_2.pdf

http://eprints.umg.ac.id/333/3/BAB%20II.pdf

http://etheses.uin-malang.ac.id/1471/5/08410041_Bab_1.pdf
http://digilib.unimed.ac.id/6116/8/8.Putri%20Kharisma%20Syumanja%201113351026%20Chapter
%20I.pdf

https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html

https://www.gramedia.com/literasi/belajar/

http://repository.unimus.ac.id/2696/6/BAB%20II.pdf

https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/810/5/118600150_file5.pdf

Anda mungkin juga menyukai