Juvenile delinquency dapat menimbulkan dampak negatif, baik bagi dirinya sendiri, keluarga,
atau bahkan masyarakat.
Dampak yang dirasakan dapat berupa fisik maupun mental, misalnya kecanduan narkoba hingga
kepribadian yang menyimpang.
Di sisi lain, dampak kenakalan remaja pada keluarga dapat menyebabkan ketidakharmonisan dan
terputusnya komunikasi antara anak dan orangtua.
Sementara itu, pelanggaran hukum di sekolah bisa menyebabkan anak terkena sanksi hingga
dikeluarkan. Misalnya, dampak tawuran pelajar membuat anak dihukum skors selama 2 minggu.
Maka dari itu, kenakalan anak sekolah zaman sekarang harus menjadi perhatian khusus.
Jika kenakalan remaja berdampak pada kehidupan masyarakat, tentunya pandangan orang-orang
terhadap remaja dan keluarganya menjadi buruk.
Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan faktor dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor
dari luar (faktor eksternal).
1. Faktor internal
Krisis identitas
Kenakalan remaja adalah perbuatan yang dapat dipicu krisis identitas. Remaja kerap
mempertanyakan dan mencari jati dirinya sendiri.
Namun, kegagalan pencarian jati diri ini menyebabkan mereka melakukan berbagai kenakalan.
Juvenile delinquency juga dapat terjadi akibat kontrol diri yang lemah, di mana mereka tidak
mampu mengendalikan dirinya untuk menghindari perilaku nakal, meskipun sudah mengetahui
bahwa hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan.
2. Faktor eksternal
Ketika remaja kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua, mereka akan
merasa tidak diinginkan.
Hal ini bisa memicu remaja mencari perhatian atau pelampiasan dengan melakukan kenakalan di
sekolah ataupun tempat lainnya.
Misalnya, kenakalan pelajar SMA berupa minum-minuman beralkohol, bolos sekolah, atau
tawuran.
Sebaliknya, jika mereka kurang atau tidak memiliki pemahaman tentang agama sama sekali, hal
ini bisa mendorongnya melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Masalah remaja juga dapat didorong oleh lingkungan sekitar. Misalnya, tinggal di kampung
prostitusi atau memiliki pergaulan dengan para pengguna narkoba dapat membuat mereka ikut
terjerumus ke dalamnya.
Selain itu, pergaulan anak zaman sekarang yang membawa pengaruh buruk juga bisa memicu
masalah tersebut.
Cara mengatasi kenakalan remaja masa kini dapat dilakukan dengan mengajak mereka
berdiskusi mengenai aturan yang Anda terapkan dan konsekuensinya.
Berikan mereka pengertian bahwa aturan tersebut dapat melindunginya dari perbuatan yang akan
merugikan dirinya sendiri.
Mengendalikan diri
Orangtua bisa kehilangan kendali ketika menghadapi perilaku nakal remaja. Jika ingin
mengendalikan mereka, Anda juga harus bisa mengendalikan diri sendiri.
Ketahui waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Apabila Anda masih dalam
keadaan sangat marah, disarankan untuk menunggu hingga emosi mereda agar komunikasi
berjalan efektif.
Selanjutnya, cara mengatasi kenakalan remaja adalah dengan menanyakan apa yang
terjadi kepadanya. Ketika anak melakukan kenakalan, tidak sedikit orangtua yang
cenderung menghakimi mereka.
Namun, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu apa yang sebenaranya terjadi. Hal ini akan
membantu Anda memahami remaja dan membuatnya merasa diperhatikan.
Terkadang, sebagian orangtua tidak memiliki waktu yang cukup untuk anak remajanya. Padahal
mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Jadi, luangkan waktu untuk mendengarkan mereka bercerita dan memberi solusi atau masalah
yang dihadapinya.
Bersikap kasar dan mencela anak remaja hanya akan membuatnya menjauhi Anda, apalagi
mereka memiliki perasaan yang lebih mudah tersinggung.
Jadi, hindari melakukan hal ini dan bicarakan dengan baik-baik apabila terjadi juvenile
delinquenc
Berkonsultasi pada psikolog
Jika perbuatan nakal remaja kemungkinan dipicu masalah psikologis, ajak mereka untuk
berkonsultasi dengan psikolog.
Dengan begitu, Anda dapat memahami apa yang terjadi dalam diri remaja. Jangan sampai
perbuatannya semakin merugikan diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya
Selain orangtua, guru maupun masyarakat di sekitar juga harus peka terhadap berbagai contoh
kenakalan remaja.
Nasihati mereka untuk menjauhi perbuatan yang melanggar norma dalam masyarakat sehingga
masalah ini bisa diminimalisir.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan penyimpangan sosial sebagai
suatu tingkah laku, perbuatan, maupun tanggapan individu kepada kelompok atau lingkungan
masyarakat yang bertentangan dengan norma dan juga hukum yang berlaku di lingkungan
tersebut.
Menurut Profesor Robert M.Z.Lawang yang merupakan profesor ahli sosiologis, perilaku
menyimpang atau penyimpangan sosial dapat didefinisikan sebagai segala tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang ada dan berlaku pada suatu sistem sosial, hal tersebut dapat
menimbulkan usaha para pihak yang memiliki wewenang untuk mengatasi dan memperbaiki hal
tersebut.
Bruce J. Cohen juga menyatakan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial merupakan
setiap perilaku seseorang atau individu sebagai bentuk atau hasil ketidak berhasilan dalam
menyesuaikan diri dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat maupun
kelompok di lingkungan tersebut.
Menurut Marshall B. Clinard dan Robert F. Meier yang menjelaskan bahwa perilaku
menyimpang atau penyimpangan sosial memiliki empat sudut pandang bagaimana cara kita
memahami hal tersebut. Hal ini dibahas dalam buku mereka yaitu, Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan yang dirilis pada tahun 2004. Berikut empat sudut pandang yang mereka maksud.
1. Yang pertama, sudut pandang secara statistikal yang mendefinisikan arti perilaku
menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai segala perilaku yang bertolak
belakang dari perilaku atau tindakan yang umum dilakukan.
2. Yang kedua, sudut pandang secara absolut yang mendefinisikan arti perilaku
menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai segala perilaku yang dianggap
sebagai suatu tindakan menyimpang norma maupun aturan yang ada dari suatu
kelompok atau lingkungan masyarakat.
3. Yang ketiga, sudut pandang menurut para kaum reaktivis yang mendefinisikan arti
perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai suatu gejala sosial yang
terjadi karena adanya tindakan seseorang ataupun individu yang mengakibatkan
reaksi dari lingkungan masyarakat tempat dia berada.
4. Dan yang terakhir, sudut pandang secara normatif yang mendefinisikan
arti perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai sesuatu
tindakan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang akibat melanggar
norma atau aturan yang ada pada lingkungan masyarakat
Terbagi menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
a. Penyimpangan positif
Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau memberikan dampak positif
terhadap kehidupan sosial karena memiliki unsur-unsur yang berinovatif, ide-ide yang dibuat
juga kreatif serta memperkaya wawasan masyarakat.
Penyimpangan ini juga terarah pada nilai yang ingin dicapai bersama atau kepentingan sosial dan
seringkali dianggap sesuatu yang ideal dalam masyarakat. Penyimpangan positif ini biasanya
akan diterima karena merupakan bentuk penyesuaian akan perkembangan zaman.
Salah satu contoh dari penyimpangan positif adalah emansipasi wanita, dimana dengan
berkembangnya zaman seorang wanita dapat memiliki karier sendiri dan tidak perlu
mengandalkan orang lainWanita juga zaman dulu digambarkan sebagai seseorang yang bekerja
di dapur atau mendampingi suami, namun dengan berkembangnya zaman stigma seperti itu
sudah tidak ada lagi.
Selain itu, kemunculan berbagai aplikasi pencarian jodoh dimana yang sebelumnya merupakan
sesuatu hal yang kurang baik, sekarang menjadi sesuatu yang normal dilakukan oleh setiap
orang.
b. Penyimpangan Negatif
Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau memberikan dampak negatif
terhadap sistem sosial karena memiliki unsur-unsur yang sifatnya merendahkan dan selalu
menyebabkan hal-hal buruk terjadi seperti pencurian, perampokan, hingga pemerkosaan.
Seseorang yang mengalami kejadian buruk tersebut dapat terkena luka bukan hanya secara fisik,
namun juga mental. Seperti halnya yang dibahas dalam Buku Pelecehan Seksual dan Pedofilia
yang memaparkan mengenai trauma yang ada dibawah alam bawah sadar tiap korban.
Penyimpangan negatif juga bisa dibagi menjadi dua berdasarkan sifatnya yaitu, penyimpangan
primer atau primary deviation dan penyimpangan sekunder atau secondary deviation. Berikut
penjelasannya.
Dibagi menjadi tiga macam, yaitu penyimpangan individual, penyimpangan kelompok, dan
penyimpangan campuran.
Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang
tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu lingkungan dan biasanya
didasari perasaan dan juga dorongan secara kolektif. Contoh dari penyimpangan kelompok
adalah para siswa SMA atau Sekolah Menengah Akhir secara bergerombolan mengadakan
balapan motor liar yang mengganggu lalu lintas jalan raya.
Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau individu
yang merupakan bagian dari suatu kelompok yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma
yang berlaku pada suatu lingkungan. Contoh dari penyimpangan campuran adalah ketika
seseorang yang memutuskan untuk bergabung ke organisasi atau kelompok ekstrimis agama,
sehingga pandangan individu sudah tertutup dengan nilai-nilai yang ditanam oleh organisasi
tersebut, sehingga dapat merugikan orang lain ataupun kelompok agama yang berbeda
dengannya.
Contohnya adalah, dengan semakin banyaknya orang-orang yang menyuarakan pendapat mereka
mengenai emansipasi wanita, tetap ada beberapa kelompok yang tidak setuju dengan opini-opini
tersebut.
Sehingga yang tadinya kelompok tersebut merupakan mayoritas, dengan perubahan zaman yang
ada mereka menjadi minoritas dan dianggap sebagai penyimpangan sosial.
2. Proses sosialisasi Merupakan penyimpangan yang terjadi kepada seorang individu karena
kurangnya edukasi ataupun sosialisasi mengenai norma yang baik dan benar.
Seperti pada contohnya adalah, ketika seorang anak yang kurang diberikan pengetahuan oleh
orang tuanya, hal mana yang baik dan hal mana yang seharusnya dihindari. Seperti pada
contohnya adalah, ketika seorang anak yang kurang diberikan pengetahuan oleh orang tuanya,
hal mana yang baik dan hal mana yang seharusnya dihindari.
Keluarga sebagai agen sosialisasi utama yang dapat sangat menentukkan penilaian dari anak
tersebut, jadi ketika anak tersebut tidak memiliki nilai atau norma yang dia pahami dengan baik,
nilai-nilai menyimpang dapat dengan mudah ditanamkan ke diri anak tersebut karena kurang
informasi mengenai hal itu.
3. Teori Labelling
Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang
ataupun individu terlebih dahulu sudah dibentuk stigma atau cap negatif dari orang-orang
ataupun kelompok disekitarnya.
Seperti pada contohnya, dalam suatu lingkungan masyarakat, terdapat stigma dimana
orang yang memiliki tato merupakan orang jahat atau orang yang kurang baik, padahal hal
tersebut belum tentu benar.
Namun, karena sudah ada stigma tersebut, membuat segala hal yang dilakukan individu tersebut
menjadi negatif dan mendorongnya untuk tidak peduli akan nilai dan norma yang ada karena
apapun perbuatannya akan selalu dianggap sebagai suatu hal yang negatif.
Di Indonesia sendiri dengan adanya keberagaman suku bangsa, ras, agama, kelompok serta
golongan membuat timbulnya berbagai stigma tertentu yang dapat menimbulkan konflik seperti
halnya yang dibahas dalam buku Sistem Sosial Indonesia karya Nasikun.
5. Teori Anomie
Seperti pada contohnya, ketika seseorang yang baru pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki
batasan-batasan, ketika di tempatnya dahulu orang tersebut harus pulang sebelum jam sepuluh
malam, sekarang setelah berpindah tempat tidak ada peraturan yang mengatur mengenai jam
pulang, sehingga dia tidak mengetahui batasan yang membuatnya melakukan penyimpangan
sosial.
Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang atau
individu dapat dipengaruhi untuk melakukan perilaku menyimpang jika terus menerus
berinteraksi dengan individu lain yang memiliki sifat menyimpang.
Seperti pada contohnya, ketika seorang yang selalu masuk sekolah tepat waktu bergaul dengan
siswa lain yang sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan. Hal tersebut dapat merubah
perspektif siswa yang tadinya rajin dan menganggap bolos merupakan suatu hal yang buruk,
menjadi memiliki pemikiran kalau bolos atau tidak masuk sekolah merupakan hal yang tidak
terlalu buruk sesuai dengan pemikirannya.
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial
menurut Casare Lombroso yang merupakan kriminolog Italia serta pendiri dari Mazhab
Kriminologi Positivis Italia, yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologis.
Penjelasan untuk ketiga faktor p
Faktor Biologis, yang dijelaskannya mengenai “si penjahat sejak lahir”. Casare
Lombroso menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat mengidentifikasi
seseorang akan menjadi seorang penjahat atau tidak berdasarkan ciri fisik mereka. Ciri
fisik yang dimaksud berupa bentuk muda seseorang, bagaimana kedua buah alis
menyambung menjadi satu dan masih banyak lagi.
Faktor Sosiologis, yang dijelaskannya bahwa seseorang yang melakukan penyimpangan sosial
berkaitan erat dengan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan orang yang kurang tepat.
Dimana seorang individu yang sudah melakukan penyimpangan sosial akan sulit untuk berubah
karena tidak memiliki norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat dan harus mempelajari
kembali bagaimana untuk tidak melakukan penyimpangan sosial.
Dengan adanya perilaku menyimpang dari ebrbagai norma yang ada di sistem sosial, akan terjadi
pula perubahan di lingkungan sekitarnya. Seperti halnya yang dibahas dalam buku Perilaku
Menyimpang: Tinjauan Sosiologis dibawah ini. Berikut beberapa dampak yang diberikan dengan
adanya perilaku penyimpangan sosial:
Terciptanya suatu norma atau peraturan sehingga perilaku menyimpang yang terjadi tidak
terulang dan di ikuti kembali pada para anggota lingkungan masyarakat yang lain.
Pelaku perilaku penyimpangan sosial dikucilkan dari lingkungan masyarakat yang ada,
karena mayoritas dari anggota lingkungan masyarakat memandang perilaku menyimpang
tersebut sebagai suatu wabah penyakit sehingga mereka memilih untuk tidak
mendekatinya.
Menciptakan batasan antar kelompok lingkungan yang satu dengan yang lain karena
adanya parameter sosial. Hal ini dapat kita lihat contohnya dari beragam suku yang ada di
Indonesia, dimana orang suku Jawa memiliki ciri khas berkata lembut sedangkan orang
suku Batak memiliki ciri khas berkata tegas. Sehingga perbedaan tersebut kadang
membuat kelompok satu dengan kelompok yang lain segan akan satu sama lain.
Munculnya kelompok baru yang beranggotakan para penyimpang sosial karena dikucilkan,
sehingga menimbulkan rasa solidaritas dan kepedulian akan satu sama lain yang dapat membuat
masalah di lingkungan masyarakat sekitar.
Namun, walaupun seseorang telah melakukan penyimpangan sosial atau sikap menyimpang
bukan berarti individu tersebut tidak dapat berubah, jika orang tersebut memiliki keinginan dan
mengakui kesalahan yang telah dilakukannya maka kita sebagai orang-orang yang ada di
sekitarnya harus dapat membantunya menjadi pribadi yang lebih baik.
Nah, seperti itulah penjelasan mengenai penyimpangan sosial yang ada, beserta pengertian,
bentuk, penyebab, dan contohnya yang diharapkan dapat membantu Grameds mendapatkan
informasi.