Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN FAKTOR2 DETERMINAN : (KECERDASAN EMOSI,

PENGARUH TEMAN SEBAYA, MEDIA SOSIAL) DENGAN PERILAKU


JUVENILE DELINQUENCY PADA ANAK REMAJA DI DESA TALUN
KAYEN

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

INDAH SUSI JAYANTI

1803047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja bisa dikatakan sebagai masa perubahan dari kanak-kanak

menjadi dewasa. Udampo, Onibala, & Bataha mengemukakan bahwa pada

tahap inilah remaja sangat memungkinkan untuk mulai mencari jati diri. 1

Sanjiwani & Budisetyani menjelaskan bahwa pada masa ini remaja kerap

kali mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya.

Rasa ingin tahu yang tinggi dan emosi yang belum stabil menjadi alasan

mengapa remaja sering berbuat ceroboh dan nekat, belum mampu berpikir

panjang dalam mengambil sebuah keputusan untuk bertingah laku juga

menjadi salah satu alasannya.2

Remaja masih mencari pola hidup yang paling pas dengan

dirinya, yang terkadang memiliki dampak yang buruk bagi dirinya

maupun orang lain. Selain itu remaja sering acuh tak acuh terhadap

dampak yang ditimbulkan dari tindakannya tersebut, meskipun memiliki

resiko yang cukup berbahaya. Salah satu alasannya mengapa hal tersebut

dilakukan menurut Sanjiwani & Budisetyani adalah ingin memperbaiki

status sosial di dalam pergaulan,. Keadaan seperti inilah yang membuat

remaja sering membuat masalah dikarenakan pola pikir dan emosi yang

belum stabil dan belum terbentuk secara matang.2


Aini (2015) menyatakan bahwa akhir-akhir ini marak terjadi

kasus kenakalan remaja atau juvenile delinquency, masalah yang

disebabkan oleh remaja dianggap sebagai masalah sosial, karena semua yang

dilakukan tidak berdasarkan pada norma sosial, hal yang mendasari

remaja melakukan kenakalan yaitu meniru teman, meniru kebiasaan ayah

dan ibu, dan pola asuh dalam keluarga.3

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah sebuah perilaku atau

tingkah laku dimana remaja melakukan hal- hal negatif yang sebenarnya

bisa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Kenakalan bisa saja

dilakukan oleh siapapun, bukan hanya pada remaja. Peneliti menjadikan

remaja sebagai subjek dikarenakan banyaknya kasus atau contoh

kenakalan yang dilakukan oleh remaja. 4

Data kenakalan remaja di Indonesia dari tahun ketahun selalu

mengalami peningkatan. Dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pada tahun

2013 angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus,

sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus dan pada

tahun 2015 mencapai 7762 kasus. Artinya dari tahun 2013 – 2014

mengalami kenaikan sebesar 10,7%, kasus tersebut terdiri dari berbagai

kasus kenakalan remaja diantaranya, pencurian, pembunuhan, pergaulan

bebas dan narkoba.5

Dari data yang didapat kita dapat memprediksi jumlah

peningkatan angka kenakalan remaja, dengan menghitung tren serta rata –

rata pertumbuhan, dengan itu kita bisa mengantisipasi lonjakan dan


menekan angka kenakalan remaja yang terus meningkat tiap tahunnya.

Prediksi tahun 2016 mencapai 8597,97 kasus, 2017 sebesar 9523.97

kasus, 2018 sebanyak 10549,70 kasus, 2019 mencapai 11685,90 kasus dan

pada tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Mengalami kenaikan tiap

tahunnya sebesar 10,7%.

Kenakalan remaja masuk dalam masalah sosial yang

menyimpang. Masalah sosial terjadi dikarenakan adanya ketidaksesuaian

tingkah laku dengan norma dan aturan sosial. Selain menjadi masalah

sosial, kenakalan remaja juga berkaitan dengan masalah perkembangan.

semasa kecil seseorang mengalami banyak masalah yang berkaitan

dengan keluarga dan lingkungan sekitar, akan membuat perilaku remaja

menjadi tidak terkendali, seperti kenakalan remaja yang mampu membuat

diri mereka masuk ke dalam jeratan narkoba, mabuk-mabukan, membolos

sekolah dan lain-lain. 6

Kenakalan remaja adalah label perilaku-perilaku, seperti menjauh/

menghindar dari sekolah, dari kebosanan, dari orang tua yang mentelantarkan,

dari kesulitan diri, dari rumah yang tidak bahagia, dari kehidupan yang sulit,

dan dari kesulitan yang saatu ke kesulitan yang lain. Kenakalan remaja tidak

hanya berbentuk bolos sekolah mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang

tua, tetapi mengarah pada tindakan criminal, seperti perkelahian masala antar

pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan

lain-lain. Kenakalan anak dan remaja itu di sebabkan kegagalan mereka

dalam memeperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal,.


Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa

senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah

menjurus pada- perbuatan criminal atau perbuatan yang melanggar hukum

seperti; pemerkosaan, seks bebas, dan tindakan kekerasan lainnya yang sering

di beritakan di media-media masa.7

Definisi kenakalan remaja sebagai perilaku anti social yang di lakukan

oleh remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa di kualifikasikan

sebagai tindak kejahatan. Kenakalan remaja ialah perilaku jahat (dursila), atau

kejahtan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis)

secara social pada anak-anak dan remaja yang di sebabkan oleh satu bnetuk

pengabian social, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku

yang menyimpang,7 Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada

suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak di terima

secara social (seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti

melarikan diri dari rumah), hingga tindakan- tindakan criminal (seperti

mencuri).8

Kenakalan remaja disebabkan oleh empat faktor yaitu : faktor yang

ada pada dalam diri anak sendiri, faktor yang berasal dari lingkungan

keluarga, faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, dan faktor yang

bersumber pada sekolah.9 Perubahan psikologis yang tidak terkontrol akan

memungkinkan remaja terlibat kenakalan remaja yang beresiko.10 Perilaku

menyimpang dapat di anggap sebagai sumber masalah karena dapat


membahayakan tegaknya system sosial, keluarga yang tidak harmonis dapat

berakibat bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.10

Teman sebaya merupakan salah satu faktor yang cukup dominan

dalam membentuk sebuah sikap remaja. Teman sebaya mampu

memperkenalkan maupun mendukung pandangan baru, sikap baru, pola

perilaku, dan gaya hidup, bahkan sampai ke arah perilaku yang

menyimpang. Remaja yang memilki teman yang baik akan membawa pengaruh

yang baik di kehidupannya dan tidak menjerumuskan pada kerusakan yang

terjadi di lingkungan sekitar atau tempat tinggalnya. Pengaruh sebaya yang

tinggal di wilayah yang berisiko dapat membawa pengaruh yang buruk.

Salah satu wilayah berisiko yang rentan bagi remaja adalah tempat hiburan

malam.11

Pengaruh teman sebaya dapat membentuk perilaku remaja menjadi

nakal, dikarenakan remaja mendapatkan tekanan-tekanan yang kuat dari

teman sebayanya agar remaja bersikap konformitas terhadap tingkah laku

sosial yang ada dalam kelompok tersebut. Remaja lebih sering

menghabiskan waktunya diluar rumah bersama kelompok teman sebayanya.

Sebagai konsekuensinya pengaruh dari teman sebaya lebih besar daripada

pengaruh keluarga karena kelompok teman sebaya menuntut remaja agar

bisa menyesuaikan diri.12

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriani dan Hastuti yang

menyatakan bahwa kenakalan remaja dipengaruhi sangat kuat oleh teman

sebayanya. Indeks kelekatan remaja dengan sebayanya lebih tinggi


dibandingkan dengan orangtuanya. Pada penelitian ini remaja juga terbukti

terpengaruh untuk melakukan berbagai kebiasaan yang sama dengan teman

sebayanya seperti menonton film porno, merokok, membolos, maupun

tawuran.13 Selanjutnya, Hidayati juga menyebutkan bahwa lingkungan

memberikan dampak yang sangat besar pada remaja melalui hubungan

yang baik antara remaja dengan orang tua, teman sebaya, dan lingkungan

sekitar, sehingga dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam

penerimaan sosial. Hal sebaliknya terjadi dalam konteks penelitian ini,

dimana remaja tinggal dan bersekolah di sekitar tempat yang dekat dengan

THM.14

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan

diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan

kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam

hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dapat diukur

melaluikecakapan individu dalam menyadari emosinya, mengelola emosinya,

memanfaatkan emosinya untuk memotivasi diri ke hal yang lebih baik,

mampu memahami perasaan orang lain dan terampil dalam relasi social.15

Remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, tidak mudah

terbawa oleh arus emosi. Mereka tidak meresponssuatu kejadiansecara reaktif,

melainkan dengan pantauan dan pertimbangan yang matang. Dengan demikian

mereka terhindar dari perilaku yang dapat merugikan dirinya, sehingga dapat

sukses dalam kehidupan personalnya.15


Penelitian dari Megreya juga menemukan hubungan yang penting

antara kecerdasan emosional dan criminal thinkingkhususnya dalam hal

reactive thinking.Hal ini dikarenakan oleh kecenderungan individu dengan

kecerdasan emosional rendah kurang memiliki pertimbangan yang matang,

sehingga mudah dipengaruhi oleh dorongan impusif emosi.Selain itu, Peneliti

juga menemukan penelitian sejenis yang melihat hubungan antara kecerdasan

emosional dan problem focus copingdengan kenakalan remaja pada anak SMP

di Surakarta. Ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan

antara kenakalan remaja dengan kecerdasan emosional.16,17

Penelitian dari Timoteus Yuanuario Jonta 2018 Berdasarkan hasil

penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan

antara kecerdasan emosional dan kenakalanremaja. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seorang remaja, maka semakin

rendah tingkat kenakalannya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan

emosional, maka semakin tinggikenakalan remajanya.18

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam

mengenai “Hubungan faktor-faktor determinan Kecerdasan Emosi, Pengaruh

Teman sebaya, Media Sosial dengan Perilaku Juvenile Delinquency pada

anak remaja di Desa Talun Kayen Pati”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah apakah ada

Hubungan faktor-faktor determinan Kecerdasan Emosi, Pengaruh Teman


sebaya, Media Sosial dengan Perilaku Juvenile Delinquency pada anak

remaja di Desa Talun Kayen Pati ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Hubungan faktor-faktor determinan

Kecerdasan Emosi, Pengaruh Teman sebaya, Media Sosial dengan

Perilaku Juvenile Delinquency pada anak remaja di Desa Talun Kayen

Pati

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan Kecerdasan Emosi pada anak remaja di Desa Talun

Kayen Pati

b. Mendeskripsikan pengaruh teman sebaya pada anak remaja di Desa

Talun Kayen Pati

c. Mendeskripsikan media sosial pada anak remaja di Desa Talun Kayen

Pati

d. Mendeskripsikan Perilaku Juvenile Delinquency pada anak remaja di

Desa Talun Kayen Pati

e. Menganalisa Hubungan Kecerdasan Emosi, dengan Perilaku Juvenile

Delinquency pada anak remaja di Desa Talun Kayen Pati

f. Menganalisa hubungan Teman sebaya dengan Perilaku Juvenile

Delinquency pada anak remaja di Desa Talun Kayen Pati

g. Menganalisa hubungan media dengan Perilaku Juvenile Delinquency

pada anak remaja di Desa Talun Kayen Pati.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti Selanjutnya yaitu sebagai bahan bacaan guna menambah

informasi yang dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai fenomena

kecerdasan emosi dan kenakalan remaja untuk dikaji lebih dalam,

khususnya yang berkaitan dengan tahap perkembangan pada masa

remaja awal dan masa remaja pertengahan.

2. Manfaat bagi Remaja

Bagi remaja yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi

cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi pada siswa, untuk

meminimalisir atau mengurangi Perilaku Juvenile Delinquency pada

anak remaja di Desa Talun Kayen Pati

3. Bagi orang tua

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan orang tua untuk berhati-

hati dalam mengasuh anaknya, tidak mencontohkan perilaku negatif pada

anaknya.

E. Originalitas penelitian

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian


Penelitian Judul Metode Hasil Perbedaan
& tahun
Rahmi Faktor Yang Penelitian Hasil penelitian Variabel
Pramulia Mempengaru Jenis ini penelitian
Fitri S hi Perilaku penelitian menyimpulkan sebelumnya
2019 Kenakalan yang tidak ada kontrol diri,
Remaja Pada digunakan pengaruh yang pengaruh teman
Siswa-Siswi yaitu signifikan antara sebaya dengan
Man 2 Model kuantitatif kontrol diri kenakalan
Kota dengan (Pvalue= remaja
Pekanbaru desaincross 0,358>α = 0,05) sedangkan
Tahun 2018 sectional. dan pengaruh penelitan
teman sebaya sekarang
(Pvalue= kecerdasan
0,003<α = 0,05) emosi, pengaruh
dengan teman sebaya,
kenakalan remaja media sosial
dan tidak ada dengan Perilaku
pengaruh yang Juvenile
signifikan konsep Delinquency
diri (Pvalue =
0,600>α = 0,05)
dengan kenakalan
remaja dengan
nilai CI 95%.
Ihti Hubungan Jenis Hasil pengolahan Variabel
Sintiani, antara Peran penelitian data penelitian
2016 Teman kuantitatif menunjukkan sebelumnya
Sebaya corelasi adanya tingkat Peran Teman
dengan dengan desain hubungan yang Sebaya dengan
Perilaku cross sedang antara Perilaku
Delikuensi sectional Peran teman Delikuensi
Pada Siswa Sebaya dengan sedangkan
SMKN Z Perilaku penelitan
Bandung Delinkuensi (rs sekarang
= 0.470). Siswa kecerdasan
dengan emosi, pengaruh
pemaknaan teman sebaya,
negative terhadap media sosial
teman sebaya dengan Perilaku
memiliki perilaku Juvenile
delinkuensi Delinquency
sebesar (38,6%)
sedangkan siswa
dengan
pemaknaan positif
terhadap teman
sebaya memiliki
perilaku
delinkuensi
sebesar (65,9%)
Siti Anisa hubungan penelitian Hasil penelitian Variabel
Pabela kecerdasan deskriptif melalui uji penelitian
Yunia emosional korelasi statistik Kendall sebelumnya
2019 dengan dengan Tau didapatkan kecerdasan
kenakalan pendekatan nilai p-value emosional
remaja pada cross 0,000< =0,05 dengan
siswa di sectional. yang artinya ada kenakalan
SMK Islam hubungan remaja
Sudirman kecerdasan sedangkan
Kecamatan emosional penelitan
Ungaran dengan sekarang
Barat kenakalan remaja kecerdasan
Kabupaten pada siswa di emosi, pengaruh
Semarang. SMK Islam teman sebaya,
Sudirman media sosial
Kecamatan dengan Perilaku
Ungaran Barat Juvenile
Kabupaten Delinquency
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai