OLEH :
TILSON SIRANDA
Menurut Resolusi PBB 40/33 tentang UN Standard Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (Beijing Rules) khusus dalam rules 2.2
kenakalan remaja adalah salah seorang anak atau orang muda (remaja) yang
melakukan perbuatan yang dapat dipidana menurut sistem hukum yang
berlaku dan diperlakukan secara berbeda dengan orang dewasa.
Remaja yang kebanyakan orang mengartikan bahwa masa peralihan antara
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam masa ini anak- anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dan psikis Mereka bukanlah
anak-anak baik secara fisik, cara berpikir, ataupun cara bertindak. Tetapi
bukan pula dikatakan orang dewasa yang telah matang secara fisik maupun
psikisnya.
Kenakalan remaja sudah menjadi masalah di semua negara. Setiap tahun
tingkat kenakalan remaja ini menunjukan peningkatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan sangat berpengaruh
besar dalam pembentukan jiwa remaja Bagi remaja yang ternyata salah
memilih tempat atau kawan dalam berganinya. Maka yang akan terjadi
kemudian adalah berdampak negatif terhadap perkembangan pribadinya. Tapi,
bila dia memasuki lingkungan pergaulan yang sehat, seperti memasuki
organisasi pemuda yang resmi diakui oleh pemerintah, sudah tentu berdampak
positif bagi perkembangan kepribadiannya.
B. Batasan Tentang Remaja
Perkembangan usia anak hingga dewasa dapat diklasifikasikan menjadi lima
yaitu:
Anak, seorang yang berusia di bawah 12 tahun
Remaja dini, seorang yang berusia 12-15 tahun
Remaja penuh, seorang yang berusia 15-17 tahun.
Dewasa muda, seorang yang berusia 17-21 tahun
Dewasa, seorang berusia di atas 21 tahun.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai
dengan 18 tahun.
1. Penyalahgunaan narkoba
Kejahatan remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar
SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA
6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh korban, ‘perang kolosal’ ala
pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar
sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012.
Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah
Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339
kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Vivanews.com,
28/09/12)
3. Bolos Sekolah
2. Faktor Personal
Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran. atau karena kenakalan
remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
3. Faktor Keluarga
Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua
dalam pendidikan anak (Kearney, 2001).
Menurut Gunarsa (2002), faktor penyebab anak absent dan tidak ke
sekolah dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: