Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

TENTANG KENAKALAN REMAJA

OLEH :
TILSON SIRANDA

SEKOLAH SMPN TIGA RAHA


KLIPING KENAKALAN REMAJA

A. Pengertian Kenakalan Remaja


Juvenile delinquency (kenakalan remaja ) ialah perilaku jahat / dursila, atau
kejahatan / kenakalan anak-anak muda merupakan patologis[2] secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang
menyimpang. Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan Remaja adalah :
1) Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana[3], seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2) Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3) Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Menurut Resolusi PBB 40/33 tentang UN Standard Minimum Rules for the
Administration of Juvenile Justice (Beijing Rules) khusus dalam rules 2.2
kenakalan remaja adalah salah seorang anak atau orang muda (remaja) yang
melakukan perbuatan yang dapat dipidana menurut sistem hukum yang
berlaku dan diperlakukan secara berbeda dengan orang dewasa.
Remaja yang kebanyakan orang mengartikan bahwa masa peralihan antara
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam masa ini anak- anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dan psikis Mereka bukanlah
anak-anak baik secara fisik, cara berpikir, ataupun cara bertindak. Tetapi
bukan pula dikatakan orang dewasa yang telah matang secara fisik maupun
psikisnya.
Kenakalan remaja sudah menjadi masalah di semua negara. Setiap tahun
tingkat kenakalan remaja ini menunjukan peningkatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan sangat berpengaruh
besar dalam pembentukan jiwa remaja Bagi remaja yang ternyata salah
memilih tempat atau kawan dalam berganinya. Maka yang akan terjadi
kemudian adalah berdampak negatif terhadap perkembangan pribadinya. Tapi,
bila dia memasuki lingkungan pergaulan yang sehat, seperti memasuki
organisasi pemuda yang resmi diakui oleh pemerintah, sudah tentu berdampak
positif bagi perkembangan kepribadiannya.
B. Batasan Tentang Remaja
Perkembangan usia anak hingga dewasa dapat diklasifikasikan menjadi lima
yaitu:
 Anak, seorang yang berusia di bawah 12 tahun
 Remaja dini, seorang yang berusia 12-15 tahun
 Remaja penuh, seorang yang berusia 15-17 tahun.
 Dewasa muda, seorang yang berusia 17-21 tahun
 Dewasa, seorang berusia di atas 21 tahun.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai
dengan 18 tahun.

C. Contoh Kasus Kenakalan Remaja


Naiknya grafik jumlah kenakalan/kriminalitas remaja setiap tahun
menunjukkan permasalahan remaja yang cukup kompleks. Ini tidak hanya
diakibatkan oleh satu perilaku menyimpang, tetapi akibat berbagai bentuk
pelanggaran terhadap aturan agama, norma masyarakat atau tata tertib sekolah
yang dilakukan remaja. Berikut beberapa bentuk kenakalan remaja—yang
sejatinya mengarah pada kejahatan/kriminalitas remaja yang sering
mendominasi pemberitaan media massa:

1. Penyalahgunaan narkoba

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja makin menggila. Penelitian


yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan
bahwa 50 – 60 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan
pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan
penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2
juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya
sekadar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala
Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN, Kombes Pol Sumirat
Dwiyanto seperti dihubungi detikHealth, Rabu (6/6/2012).
2. Tawuran.

Kejahatan remaja yang satu ini tengah naik daun pasca tawuran pelajar
SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi, siswa kelas X SMA
6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perilaku pelajar. Meski sudah banyak jatuh korban, ‘perang kolosal’ ala
pelajar terus terjadi. Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar
sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012.
Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah
Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Pada 2011, ada 339
kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Vivanews.com,
28/09/12)

3. Bolos Sekolah

Salah satu faktor penyebab perilaku membolos adalah terkait dengan


masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong
perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius,
Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui faktor
penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.

Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini


dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku
membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan
yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa
dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas
sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

2. Faktor Personal
Misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran. atau karena kenakalan
remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.

3. Faktor Keluarga
Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua
dalam pendidikan anak (Kearney, 2001).
Menurut Gunarsa (2002), faktor penyebab anak absent dan tidak ke
sekolah dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Sebab dari Dalam Diri Anak itu Sendiri


 Pada umumnya anak tidak ke sekolah karena sakit
 Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah
Kemampuan intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-
temannya.
 Dari banyaknya kasus di sekolah, ternyata faktor pada anak
yaitu kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi
anak

2. Sebab dari Luar Anak


a. Keluarga
 Keadaan Keluarga Keadaan keluarga tidak selalu
memudahkan anak didik dalam menggunakan waktu untuk
belajar sekehendak hatinya. Banyak keluarga yang masih
memerlukan bantuan anak-anaknya untuk melaksanakan
tugas-tugas di rumah, bahkan tidak jarang pula terlihat ada
anak didik yang membantu orang tuanya mencari nafkah.
 Sikap Orang Tua -> Sikap orang tua yang masa bodoh
terhadap sekolah, yang tentunya kurang membantu
mendorong anak untuk hadir ke sekolah. Orang tua dengan
mudah memberi surat keterangan sakit ke sekolah, padahal
anak membolos untuk menghindari ulangan.
b. Sekolah
 Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-
anak lain yang menyebabkan ia tidak senang di sekolah,
lalu membolos.
 Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan
gurunya

Anda mungkin juga menyukai