Anda di halaman 1dari 7

Bahaya Kenakalan Remaja

“Karya tulis ini dibuat dalam rangka memenuhi sebagian tugas akhir MAN 1 Bojonegoro”

Nama: Anisa illiyina


Kelas: XII UP 2

Madrasah Negeri 1 Bojonegoro


Jl. Monginsidi No.160, Sukorejo Kidul, Sukorejo, Kec. Bojonegoro,
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur 62115
Bahaya Kenakalan Remaja
Anisa illiyina XII UP 2

Abstrak:
Menurut Kartini Kartono (2011 : 6) kenakalan remaja (Juvenile delinquency) adalah perilaku jahat (dursila),
atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Tujuan dibuatnya artikel ini untuk mengetahui macam
macam kenakalan remaja, cara mengatasi kenakalan remaja, faktor penyebab kenakalan remaja, dan cara mengatasi
kenakalan remaja.

Kata kunci: Kenakalan Remaja,penyebab

Remaja adalah manusia muda yang masih berada dalam tahap perkembangan. Dalam masa ini
pemuda dan pemudi sudah tidak bisa disebut sebagai anak anak lagi, tetapi belum bisa juga disebut
dewasa. Oleh karena itu, masa ini disebut juga masa peralihan dari kanak kanak menjadi dewasa.

Fase remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi, dan pergolakan, saat seorang anak, tidak
saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua ini mengakibatkan perubahan status dari anak-
anak menjadi remaja. Ada kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial mereka berubah, keberadaan
atau eksistensi mereka harus selalu diperhitungkan. Tetapi, ada juga kebingungan, kegelisahan,
kecanggungan, kegalauan, atau salah tingkah (teenage clumsinees) karena perubahan hormonal
menyebabkan mereka mengalami pertarungan identitas.(Surbakti, 2008:2).

Kenakalan remaja adalah perbuatan anak remaja (usia belasan) yang melanggar nilai norma sosial
serta menganggu ketertiban umum. Perilaku ini dapat menimbulkan kerugian bagi diri pelaku sendiri dan
masyarakat. Pada umumnya, kenakalan remaja ditandai oleh dua karakteristik, yaitu adanya keinginan
untuk melawan dan adanya sikap apatis (acuh dan cuek) yang disebabkan rasa kecewa terhadap suatu
kondisi yang terjadi di dalam masyarakat.

Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang Dalam perspektif perilaku
menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan
sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai
sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku
yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku
menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami
aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, memang sengaja
dilakukan, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan, mungkin karena ingin diperhatikan, cari
sensasi atau latar belakang masalah lainnya.

Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan la tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu,
tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab
orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja bisa melalui
pendekatan individual dan pendekatan sistem Dalam pendekatan individual melalui pandangan
sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila
ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi)

Wujud perilaku kejahatan tersebut seperti kebut-kebutan di jalan raya yang membahayakan, ugal-
ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan lingkungan, perkelahian antar gang, tawuran yang
membawa korban jiwa, membolos sekolah lalu bergelandangan di jalan-jalan dan mal-mal serta
bereksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tidak a-susila, kecanduan dan ketagihan bahan
narkoba, homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain disertai tindak-tindak
sadistis, komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis, dan masih banyak lagi.

Data Tawuran: Data dari Bimnas Jakarta menunjukkan peningkatan kasus tawuran antar pelajar
dari tahun ke tahun, tahun 1992 terrdapat 157 kasus, 1994 terdapat 183 kasus, tahun 1995 terdapat 184
kasus, tahun 1998 terdapat 230 kasus, tahun 2011 terdapat 128 kasus, dan tahun 2012 terdapat 147 kasus.

Tawuran pelajar sudah menjadi peristiwa rutin yang terjadi di Jakarta, Latbang Kompas,menunjukkan
beberapa tawuran antar pelajar di JABODETABEK tahun 2012:

1. 26 Januari, antara SMAN 6 dengan SMAN 70 di Bulungan, Jaksel

2. 30 Januari, antara SMKN kota Bogor dan sekolah lain.

3. 9 Pebruari, antara SMP 60 Gambir dengan sekumpulan pelajar yang berpakaian bebas di jalan Tubagus
Angke, Jakarta Barat.

4. 6 April, antara pelajar SMP di jalan Dan Mogot Raya, Cengkareng, Jakarta Barat.

5. 18 April, antara SMP 24 PGRI Kalideres dengan warga Kampung Duri di jalan Daan Mogot Raya
Cengkareng, Jakarta Barat.
6. 19 April, antara SMAN 3 Setiabudi dengan SMAN 82 di Taman Mataram, jalan Patimura Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.

7. 25 April, antara SMAN 70 dengan SMAN 87 Jakarta di jalan Bulungan.

8. 27 April, antar pelajar SMP di kawasan Buaran, Jakarta Timur,

9. 1 Mei, antara SMAN 6 dengan SMAN 70 di Bulungan, Jakarta Selatan.

10. 3 Mei, antara SMK Ristek Kikin dengan SMK Dinamika Pembangunan di jalan Ampera, di Bekasi
Timur.

Data Narkoba: Hasil penelitian BNN dan PMB-LIPI pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa tren
prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada sektor pelajar dan mahasiswa juga cukup tinggi
sebesar 3,2%, atau setara dengan 2.297.492 orang. Begitu pula angka prevalensi di sektor pekerja, yaitu
sebesar 2.1% (1.514.037 orang) (Imron et al, 2019).

Sebelum itu, survei prevalensi penyalahgunaan narkoba sudah beberapa kali dilakukan oleh BNN
bekerja sama dengan lembaga lain pada tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil survei BNN dengan
Ul tahun 2008 terkait penyalahgunaan narkoba ditemukan bahwa angka prevalensi adalah 1,99%; tahun
2011 sebesar 2,23%; dan tahun 2014 mencapai 2,18% (BNN, 2014). Sementara pada tahun 2017, angka
prevalensi penyalahgunaan narkoba sekitar 1,77% (BNN, 2017). Berdasarkan hasil survei tersebut,
terlihat bahwa angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dari tahun 2008 sampai 2019 menunjukkan
fluktuasi dalam rentang 1,77 sampai 2,23%. Meskipun angka prevalensi penyalahgunaan narkoba itu
relatif kecil tetapi ketika dikonversikan pada angka setaranya, jumlah penduduk Indonesia yang
menyalahgunakan narkoba rata-rata berkisar di atas 2 juta orang.

Tak asing lagi bila mendengar kata “tawuran”, hal yang sudah sering dilakukan oleh para remaja.
Dikota kota besar mulai dari tawuran pelajar, tawuran antar kelompok remaja, hingga tawuran antar
ormas. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya tawuran yaitu adanya dendam antar sekolah,
bukan hanya itu tapi juga faktor lingkungan yang kurang kondusif. Banyak juga yang ikut ikutan dengan
teman sebaya dan kurangnya kontrol diri dan pribadi para pelajar. Tawuran ini dapat merugikan banyak
orang yang sudah susah payah mencari biaya untuk menyekolahkan anaknya supaya menjadi generasi
penerus yang lebih baik, malah menjadi penerus yang brutal, dan tidak memiliki budi pekerti.

Anak remaja yang ikut ikutan mengambil bagian dalam aksi-aksi perkelahian beramai-ramai antar
gang dan antar sekolah, yang sering kali secara tidak sadar melakukan tindak kriminal dan antisosial itu
pada umumnya adalah anak-anak normal yang berasal dari keluarga baik-baik. Hanya karena satu bentuk
pengabain psikis tertentu, mereka kemudian melakukan “Mekanisme Kompensatoris” guna menuntut
perhatian lebih, khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih terhadap egonya yang merasa tersisih
atau terlupakan dan tidak mendapatkan perhatian yang pantas dari orang tua sendiri maupun masyarakat
luas. Jadi dalam hal ini adalah dorongan untuk mendapatkan pengakuan lebih yang sangat kuat, guna
meminta perhatian lebih banyak dari dunia luar.

Tingkah laku kenakalan ini pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap
impuls-impuls yang kuat dan dorongan instinktif yang disalurkan lewat pembuatan kejahatan, yang
dianggap mengandung nilai lebih oleh anak remaja tadi, serta adanya perasaan senasib sepenanggungan,
dimana mereka merasa tidak mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari luar, kemudian
merasa tersisih dari masyarakat orang dewasa dan merasa berarti setelah berada di tengah gangnya.
Dalam pandangan mereka, mereka merasa bahwa masyarakat besar tampak tidak bersahabat bahkan
cenderung menekan dan selalu melarang menghukum mereka saja, (Kartono, 1992: 106).

Pada umumnya geng kriminal pada masa awalnya merupakan kelompok bermain yang dinamis.
Permainan yang mula-mula bersifat netral, baik dan menyenangkan, kemudian ditransformasikan dalam
aksi eksperimental bersama yang berbahaya yang sering mengganggu atau merugikan orang lain. Aksi
sedemikian itu khususnya bertujuan untuk mendapatkan prestige individual dan menunjang tinggi nama
sekolah/kelompok (Ali Miftakhu Rosyad & Darmiyati Zuchdi, 2018).

Setiap orang tua pasti menemukan kenyataan yang sungguh menakjubkan, menyaksikan perubahan
anak-anak mereka menjadi remaja tidak saja menyangkut fisik, tetapi juga mentalitas. Anak-anak yang
beberapa tahun yang lalu masih digendong atau dipegang erat-erat ketika melintasi jalan licin dan
berlumut saat bertamasya ke gunung. Atau anak-anak yang menangis keras dan menggigil ketakutan
ketika digoda oleh “badut” yang berkeliaran di tempat-tempat rekreasi. Atau anak- anak yang beberapa
tahun yang lalu harus selalu diperintahkan untuk mandi, makan, dan cuci kaki sebelum tidur, kini telah
berubah dengan menakjubkan melampaui apa yang dipikirkan oleh orang tua.

Semuanya kini tinggal catatan masa lampau yang kelak men- jadi kenangan indah, lucu, dan
menggelikan. Jika dulu sewaktu kecil mereka takut menatap jurang di tepi pegunungan atau berdiri di
ketinggian, kini pada masa remaja mereka menantang jurang dan ketinggian dengan menjadi pemanjat
tebing atau pendaki gunung. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang menjadi penerjun payung atau
menggeluti olahraga para layang yang sarat tantangan maut. Jika dulu sewaktu kecil mereka takut tidur
sendirian di dalam ruangan yang gelap, kini pada masa remaja mereka menantang gelap dengan
menelusuri lorong- lorong gua bawah tanah yang tidak saja gelap gulita, tetapi juga sunyi-senyap terpisah
jauh di dalam rongga perut bumi yang pengap.

Setelah diketahui penyebab terjadinya kenakalan remaja, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kenakalan remaja adalah:
1.Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis,
komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

2.Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa
dan di komunitas mana remaja harus bergaul.

3.Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

4.Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan memanfaatkan film-film
yang bemuansa moral, media massa ataupun perkembangan teknologi lainnya.
Daftar pustaka

https://media.neliti.com/media/publications/102007-ID-analisis-framing-berita-tawuran-antar-pe.pdf

https://www.academia.edu/44790631/MAKALAH_KENAKALAN_REMAJA

Kartono. (2010). Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali Expres.

Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Anda mungkin juga menyukai