Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI REMAJA

Oleh :

Nama : Nurul Syuhadah


Nim : 0910580421139

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
RAPPANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih. Segala puji dan syukur bagi
Allah SWT yang dengan Ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar yang berjudul “PSIKOLOGI REMAJA”
Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada junjungan nabi
besar Muhammad SAW yang dengan Ridho -Nya dan bimbingannya
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Sebagai mahasiswa kami mengharapkan bimbingan dan bantuan,
saran serta dukungan dari bapak dan ibu dosen serta pihak lain agar
makalah ini bisa berhasil dan berguna bagi kita semua.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Rappang ,26 November 2021


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah
perkembangan psikologi. Memang benar, selain perkembangan fisik dan
bahasa, perkembangan yang mencakup emosi dan sosial termasuk salah
satu kunci tumbuh kembang seorang remaja. Remaja adalah suatu masa
transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan
biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial (Sarwono,
2012). Menurut Stanley Hall (dalam Gunarsa, 2010) bahwa masa remaja
merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang
tercakup dalam “storm and stress”. Dengan demikian remaja mudah
terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang-ambingkan oleh
munculnya kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik,
pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian, impian dan khayalan,
pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma
kebudayaan. Menurut Jahja (2011) bahwa pada masa remaja ditandai
dengan adanya minat seksualitas. Menurut Gunarsa (2010) dalam
periode ini adanya perubahan yang terjadi selama masa remaja salah
satunya yaitu menimbulkan perubahan dalam hubungan sosial. Remaja
yang sebelumnya merupakan anggota keluarga dalam buaian kasih
sayang orangtua dan anggota lainnya sekarang mulai memindahkan rasa
keterikatannya pada orang di luar lingkungan keluarga. Remaja mulai
menjalin hubungan persahabatan yang intim dengan teman.
Persahabatan yang intim bisa meliputi jangka waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan persahabatan sebelumnya. Dengan timbulnya
dorongan seks sebagai hasil kematangan seks, persahabatan intim
terjalin antara remaja pria dan puteri. Bila persahabatan intim menjurus ke
pacaran, cinta monyet, maka perlu peningkatan kewaspadaan. Salah satu
kesulitan yang sering dialami kaum remaja yaitu adanya rasa ingin tahu
seksual dan coba-coba serta bangkitnya berahi jelas menimbulkan
bentuk-bentuk perilaku seksual (Jahja, 2011). Fenomena perilaku seksual
pada remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun, seperti maraknya
pergaulan bebas (Puspitadesi dkk, 2013). Pada usia remaja, dorongan
seksual terjadi sangat kuat. Perkembangan organ seksual pun mampu
mempengaruhi minat remaja terhadap lawan jenisnya. Perkembangan
organ seksual mampu menimbulkan konflik dalam diri remaja yang labil,
seperti terjadi pertentangan antara dorongan seksual dan norma
masyarakat yang berlaku. Dorongan Hubungan Antara..., Nia,
PSIKOLOGI 2015 atau hasrat seksual muncul jauh lebih awal daripada
kesempatan untuk melakukannya secara bebas (Sarwono, 2010 dalam
Puspitadesi dkk, 2013). Dalam Merdeka.com (14/02/2015) diberitakan
ABG 12 tahun melakukan hubungan intim layaknya suami istri di tengah
kebun kosong. Selain itu Sedikitnya 50 pasangan di luar nikah terjaring
razia gabungan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Polri, dan TNI di
sejumlah hotel kelas melati di wilayah Kabupaten Bekasi. Mereka yang
terjaring, rata-rata sedang asik memadu kasih di dalam kamar hotel
beberapa di antaranya masih berstatus pelajar dan mahasiswa
(15/06/2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan psikologi pada remaja ?
2. Bagaimana emosi remaja dari tahun ke tahun ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Psikologi Remaja


Dikutip dari Healthy Children, masa remaja dikategorikan sebagai masa
transisi yang dialami anak-anak untuk mencapai usia dewasa. Pada fase ini,
akan terjadi beberapa perubahan besar selain perkembangan pada fisik.
Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis
dan dibagi menjadi dua kategori.
Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang perlu diketahui
orang tua sebagai cara mendidik anak remaja.
Hal ini berhubungan karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga
remaja tidak hanya berkembang secara kognitif. Akan tetapi, juga memikirkan
identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.

Dilihat dari sisi psikologi, ada beberapa tahapan yang setidaknya perlu
dicapai, di antaranya adalah:

 Terlihat menonjol serta mengembangkan identitas diri.


 Bisa beradaptasi agar diterima di lingkungannya.
 Mengembangkan kompetensi sekaligus mencari jalan untuk
mendapatkannya.
 Berkomitmen pada tujuan yang sudah dibuat.
Berikut adalah perkembangan psikologi yang dialami remaja seiring dengan
pertambahan usia.

B. Perkembangan psikologi remaja 10 – 13 tahun


Apabila dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun
merupakan fase early karena ia baru memasuki tahapan masa puber.
Maka dari itu, orangtua juga perlu mempersiapkan diri karena ia akan
mengalami perubahan suasana hati serta perilaku yang berbeda dari
biasanya.
Beberapa perkembangan psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13 tahun di
antaranya adalah:

 Masih memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.


 Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
 Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.

1. Perkembangan emosional

Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi


remaja masih akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua.
Namun, kedekatannya dengan teman-teman sebaya akan semakin
menguat.
Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan
semakin besar. Begitu pula dengan identitas dirinya dalam sebuah
pertemanan. Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap
orang dewasa memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar. Hal ini
membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di dalam
rumah.

Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai


mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah. Di saat yang
bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia 11
hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal
ini biasanya terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.
Namun apabila permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada
kemungkinan ia mengalami masalah tertentu.

Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu


gemuk, ia bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung
pada gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin
menekankan identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang
digunakan, musik yang didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang
dibaca.

Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani


mencontoh apa yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran. Berada di
usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan psikologi
atau emosi remaja yang cukup signifikan.

Ini terlihat dari perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu
merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain anak merasa telah
mengacaukan semuanya.

2. Perkembangan social

Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman


satu grup atau geng, sehingga menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan
sisi kompetitif yang dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di
dalam perkumpulannya.

Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak
perempuan, begitu pula dengan anak laki-laki yang lebih nyaman bermain
dengan anak laki-laki. Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan
ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu kentara. Rasa
ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak
juga berpotensi mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu.

Hal ini juga didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan
penampilannya.Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka
menghabiskan waktu bersama dengan teman dibanding dengan keluarga.
Hal ini juga termasuk ke dalam perkembangan psikologi anak usia 11
tahun. Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun
juga bisa semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.

Sebagai orangtua, cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus


dengan cara membantunya membuat suatu keputusan dan
mendukungnya untuk berpartisipasi di komunitas atau kegiatan di
sekolah.

C. Perkembangan psikologi remaja 14 – 17 tahun


Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Anda bisa
melihat ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat
karena mereka mulai membangun identitas diri.

Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan
kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.

Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14


hingga 17 tahun.

 Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.


 Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
 Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
 Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan
jenis.
 Perubahan susasana hati yang tidak menentu.

1. Perkembangan emosional

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih


tergolong naik turun. Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah
berubah sehingga ada kalanya orangtua kewalahan dengan hal ini.

Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak
mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya. Selain itu, di
usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga
Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang
diketahuinya. Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau
hendak dilakukannya. Seiring bertambahnya usia, perkembangan
psikologi atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian.
Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai
sudut pandang berbeda.

Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak


sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Bukan tidak mungkin apabila dalam
perkembangan psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa
gangguan.
Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh,
krisis kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada
remaja.
Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun
komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.

2. Perkembangan social

Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai
ikatan tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai
kesukaan yang sama. Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila
remaja lebih nyaman membicarakan masalah pada teman terdekatnya
terlebih dahulu.

Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena
ia tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat. Mungkin, hubungan
orangtua dengan anak akan bergeser karena ini. Namun, ada baiknya
Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga sehingga
anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat dibutuhkan.

D. Perkembangan psikologi remaja 18 tahun


Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir,
yaitu late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih
terkendali dibandingkan dengan usia sebelumnya.
Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.

Berikut beberapa perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun, di


antaranya:

 Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.


 Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
 Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
 Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.
1. Perkembangan emosional

Sebagai orangtua, Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai


tahapan perkembangannya masing-masing.

Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18


tahun ini.

Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan.


Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka
dari itu ia semakin yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus
mencoba dunia baru yang sudah lama diinginkan.

2. Perkembangan social

Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan


waktu bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah
mulai nyaman dengan orangtua.

Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi


dengan orang disekitar.

Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri
karena ada kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius
dengan pacar.

Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan


pendidikan seksual sejak dini.

E. Penyebab remaja mulai memberontak


Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada keinginan kabur dari
rumah karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan.

Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia 18 tahun atau bahkan lebih muda.
Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa
dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja.

Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi


memberontak, seperti:

1. Merasa tidak aman di rumah

Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan


sehingga mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu. Hal ini
bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan
verbal, fisik, psikologis, atau seksual.

2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan

Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa
membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.
Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh
orangtua.

Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika


terlibat masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau
hukumannya. Maka, ia pun memilih untuk memberontak seperti lari dari
rumah daripada harus menerima konsekuensi.

3. Merasa tidak dihargai

Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau


emosi remaja adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.
Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih
menyayangi kakak atau adiknya.

Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan
hukuman yang sangat berat atas kesalahannya. Dalam kasus lainnya,
anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua juga
mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.

4. Tidak bijak menggunakan media sosial

Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk


mengekspresikan diri mereka, lewat kata-kata maupun foto. Di antara
semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian
bagi anak remaja.

Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan


mendapat feedback, berupa like atau komentar.
Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi
perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie sehingga berdampak
buruk bagi kesehatan mental remaja.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai
orangtua Anda merupakan peran penting dalam kehidupan anak
termasuk pada perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini
untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak

B. Saran

1. Menjaga komunikasi dengan anak

Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung


acuh tak acuh terhadap orangtua. Kadang anak merasa sudah cukup
besar sehingga memperlihatkan sikap seperti tidak membutuhkan peran
Anda. Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya,
menanyakan apa saja yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di
hari itu.
Lalu, Anda juga bisa meluangkan waktu melakukan hal yang
menyenangkan misal menonton film bersama. Dengan begitu, lama-lama
ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya tetap peduli
padanya. Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya depresi pada remaja. Anak jadi memiliki orang yang
selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa pun yang dialaminya.

2. Saling menghargai pendapat

Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda


dengan Anda. Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa
anak Anda, pemikirannya pun akan semakin berkembang Ketimbang
berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di
kedua belah pihak. Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak
akan mendengarkan apa yang Anda pikirkan. Saling mendengarkan dan
menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan orangtua menjadi
semakin erat.

3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan

Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak


dalam diskusi. Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab
dan menaati kesepakatan yang telah dibuat. Berikan anak pemahaman
bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai kendali pada
diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai