Anda di halaman 1dari 17

AGAMA PADA REMAJA MENURUT PSIKOLOGI ISLAM

Dosen Pengampu: Dra. Suryani Hi. Umar, M.Pd

Oleh

Kelompok III

Kesti Mahrani Tjun

Ayub Sid

Nurdelianti Ode Idu

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TERNATE


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang
berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk
masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak
perubahan pada psikis dan fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan
kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut orang barat sebagai
periode sturm und drang.
Ada pula ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari
masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi
diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum
dapat dikatakan orang dewasa. Saat anak mengalami masa remajanya tidak sama
waktunya di tiap-tiap Negara. Waktunya itu berbeda-beda menurut norma
kedewasaan yang berlaku setempat; misalnya di daerah pedesaan yang agraris,
anak usia 12 tahun sudah ikut melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan
oleh orang dewasa seperti membantu orang tuanya mengolah lading daan sawah.
Dalam keadaan seperti ini berarti anak yang belum dewasa itu sudah dituntut oleh
orang tuanya untuk bertanggung jawab. Sedangkan di daerah perkotaan masa
remaja berlangsung lebih lama, sebab keadaan kehidupan di kota lebih kompleks
dan lebih majemuk masyarakatnya yang terpengaruh dari berbagai latar belakang
yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Remaja ?
2. Bagaimana Perkembangan jiwa beragama pada remaja ?
3. Apa Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jiwa beragama pada remaja ?
4. Apa metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran jiwa
beragama pada remaja?
C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui pengertian remaja

2
2. Kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan jiwa beragama pada
remaja
3. Kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
keadaan jiwa beragam pda remaja
4. Kita dapat mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesadaran beragama pada remaja

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja
Orang Barat menyebut dengan istilah pubertas, sedangkan orang Amerika
menyebutnya adolesensi. Sedangkan di negara kita ada yang menggunakan istilah akil
baligh, dan yang paling banyak menyebutnya remaja. Panggilan adolesensi dapat
diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah mengalami ketenangan. Pada
umumnya orang tua dan pendidik cenderung menyebut remaja daripada remaja puber
atau remaja adolesen. Bila ditinjau secara biologis, yang dimaksud remaja ialah
mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Dan pada wanita dimulai ketika
pertama kali mengalami menstruasi dan pada pria ketika pertama kali mengalami
mimpi basah.
Bila ditinjau secara teoritis, masa remaja terdiri dari remaja puber dan remaja
adolesen. Remaja puber itu sendiri masih dibagi-bagi lagi ke dalam awal pubertas,
pubertas , dan akhir pubertas, sedangkan remaja adolesen terdiri dari awal adolesen,
adolesen, akhir adolesen. Kemudian ada masa peralihan masa anak sekolah sebelum
ia memasuki masa puber yang disebut masa plueral. Sebenarnya antara masa yang
satu dengan masa yang lain tidak tampak batas-batasnya. Peralihan dari masa ke masa
berikutnya hanya terjadi secara berangsur-angsur dengan tidak terasa.

Namun pada saat ini, usia pubertas terlihat lebih cepat. Waktu dari perubahan
fisik yang terjadi pada saat pubertas merupakan pengaruh antara faktor genetika dan
lingkungan. Berbagai faktor seperti nutrisi, sikap sosial, ukuran keluarga, dan
olahraga dapat mempengaruhi proses pubertas.

Kata Pubertas sendiri berasal dari bahasa kata pubescere. Anak remaja
sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak,
tetapi ia juga tidak termasuk golongan dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara
anak dan orang dewasa. Batas antara masa remaja dan masa dewasa makin lama juga
semakin kabur. Pertama kali kerena sebagian para remaja yang tidak lagi melanjutkan
sekolah dan kemudian akan bekerja dan dengan begitu ia akan memasuki dunia
dewasa pada usia remajanya. Gadis-gadis yang menikah pada usia 18-19 tahun juga

4
akan memasuki dunia orang dewasa. Kalau dalam keadaan ini maka dapat dikatakan
sebagai masa remaja yang diperpendek, maka keadaan yang sebaliknya disebut
sebagai masa remaja yang diperpanjang, yaitu bila orang sesudah remaja masih hidup
bersama orang tuanya, masih belum mempunyai nafkah sendiri dan masih berada di
bawah otoritas orang tunya hal semacam ini masih sangat banyak terjadi di Indonesia.

B. Perkembangan Fisik dan Psikis pada Remaja

a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak atau masa dewasa. Anak laki-laki mulai
mengalami pembesaran biji pelir (scrotal/ testicular enlargement) pada awal usia
9 tahun yang diikuti bertambah panjangnya penis. Ukuran dan bentuk genital
dewasa akan dicapai pada usia 16 sampai 17 tahun. Pada laki-laki, rambut pubis
(seperti juga pada ketiak, kaki, dada dan wajah) akan mulai tumbuh pada usia 12
tahun dan mencapai pola distribusi seperti orang dewasa pada usia 15-16 tahun.
Pertumbuhan tinggi yang cepat akan terjadi pada usia sekitar 10,5-11 tahun
sampai 16-18 tahun, yang mencapai puncaknya sekitar 14 tahun. Perubahan suara
yang terjadi sejalan dengan pertumbuhan penis, terjadinya ejakulasi dan puncak
pertumbuhan tinggi badan.
Anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan payudara pada awal usia 8
tahun dengan perkembangan penuh antara umur 12 sampai 18 tahun. Rambut
pubis (seperti juga ketiak atau bulu kaki) umumnya mulai tumbuh pada usia 9-10
tahun dan mencapai distribusi seperti orang dewasa pada usia 13-14 tahun. Selain
itu tulang pinggung melebar dan suara menjadi lebih lembut. Menstruasi yang
pertama (menarche) terjadi sekitar 2 tahun setelah awal perubahan pubertas, dapat
terjadi pada usia 10-15 tahun, dengan rata-rata 12.5 tahun. Pertumbuhan yang
cepat pada tinggi badan akan terjadi antara usia sekitar 9.5 sampai 14.5 tahun dan
mencapai puncaknya pada usia 12 tahun.

b. Perkembangan Psikis
1. Cara Berpikir Kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat.
Misalnya remaja yang duduk di depan pintu, kemudian orang tua melarangnya

5
sambil berkata “pantang”. Andaikan yang dilarang itu adalah anak kecil, pasti
ia akan menuruti perintah orang tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan
mempertayankan mengapa ia tidak boleh duduk di depan pintu. Bila orang tua
tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya itu, dan menganggap bahwa anak
yang dinasihati nya itu melawan, lalu ia marah kepada anaknya, kemudian
anak yang sedang menginjak usia remaja itu pasti akan melawannya. Sebab
anak itu merasa dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua suka
memperlakukannya sebagai anak-anak yang bisa dibodoh-bodohi. Guru juga
akan mendapat perlawanan bila ia tidak mengerti cara berfikir remaja yang
kausaitas. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan
apabila orang tua, guru, lingkungan maih menganggapnya sebagai anak kecil.
Bila guru dan orang tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya timbullah
kenakalan remaja perkelahian antar pelajar yang sering terjadi di kota-kota
besar.
2. Emosi yang meluap-meluap, keadaan emosi remaja masih labil kerena erat
hubungan nya dengan hormone. Suatu saat ia bisa sedih sekali dan dilain
waktu ia bisa bahagia sekali. Hal ini terlihat biasanya pada remaja yang baru
saja mengalami putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Kalau
sedang senang-senangnya mereka mudah lupa diri karena tidak mampu
menahan emosi yang meluap-meluap itu bahkan remaja cendeung terjerumus
ke dalam hal-hal yang dilarang oleh norma agama dan norma sosial. Emosi
remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran mereka
yang realistis.
3. Mulai tertarik pada lawan jenisnya, secara biologis anak perempuan lebih
cepat matang daripada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18
lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian lawan jenis yang
seusianya. Karena itu ia tertarik kepada pemuda yang usianya beberapa tahun
diatasnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai ia duduk di bangku kuliah.
Pada masa itu akan terlihat pasangan muda-mudi yang pemudanya berusia
lebih tua dari pada gadisnya.
4. Menarik perhatian lingkungan, pada masa ini remaja mulai mencari
perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan
seperti kegiatan remaja di kampong. Misalnya mengumpulkan dana bantuan
atau sumbangan, pasti ia akan berusahan menjalankan dengan sebaik-baiknya.
6
Bila ia tidak diberi peranan maka ia akan melakukan perbuatan-perbuatan
untuk menarik perhatian masyarakat. Bila perlu, melakukan perkelahian atau
kenakalan lainnya.
5. Terikat dengan kelompok, remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik
dengan kepada kelompok sebayanya tidak jarang orang tuanya di nomor
duakan sedangakan kelompoknya dinomorsatukan. Terkadang kelompok atau
gang tidak selalu memberikan contoh yang baik , akan tetapi pada dasarnya
kelompok atau gang itu tidak berbahaya asal saja kita bisa mengarahkannya.
Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya,
misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperlukan,
kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan
penerimaan status, kebutuhan harga diri, rasa aman yang belum tentu dapat
diperoleh ditempat lain baik itu di sekolah ataupun dirumah.

C. Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja

Pengalaman keagamaan terdapat hubungan “aku” dengan “pencipta”,


menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Mahaesa yang dipercayai dan
diyakininya. Hal-hal keagamaan sudah mulai diajarkan sejak kecil di lingkungan
rumah tangga. Tanpa banyak mengalami kesulitan anak-anak menerimanya saja
karena mereka cara berpikirnya masih sederhana, tetapi bukan berarti bahwa
kepercayaan dan ketakwaan anak terhadap Tuhan Yang Mahaesa hanya hasil
bentukan lingkungan saja. Pendidikan keagamaan akan mempertajam pandangan
untuk melihat gejala-gejala pertama dari perkembangan keagamaan yang sebenarnya.
Segala sesuatu tetang keagamaan itu perlu diterangkan, misalnya sikap hormat-
menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama yang berbeda-beda karena hal
ini merupakan dasar yang baik bagi pembentukan pandangan krtitis di kalangan
remaja yang sedang berkembang.

Pada masa adolesen kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa
dialami sendiri dengan sadar, misalnya waktu mengikuti upacara-upacara keagamaan
yang membangkitkan suasana dan perasaan keagamaan yang membangkitkan suasana
dan perasaan keagamaan itu. Tradisi dan kebiasaan keagamaan yang dilaksanakan
dirumahnya sendiri, sering menjenuhkan bagi mereka sendiri karena :

7
a. Adanya dogma yang dianggapnya mengurangi kebebasan mendapatkan
pengalaman religius yang dibutuhkannya.
b. Menentang segala sesuatu yang berbau tradisi
c. Ingin menjauhkan dirinya dari pengaruh orang dewasa

Seseorang yang pekerja kurang memperdulikan walaupun ada pertentangan


batin dalam dirinya. Mereka ingin melepaskan diri dari pandangan religius yang ada
pada masa kanak-kanaknya. Setelah mereka meninggalkan bangku sekolah,
pengajaran mengenai agama itu tidak dilanjutkan. Sering lapangan pekerjaan tidak
memberikan unsur-unsur lain sebagai pengganti pendidikan agama. Mungkin
sebaliknya, suasana tempat ia bekerja malah merusak unsur-unsur keagamaanya
tersebut.

Dari sisi lain disebabkan lingkungan kurang memperhatian kehidupan


keagamaan. Walaupun ada anggapan bahwa kehidupan keagamaan remaja sebagian
telah hilang, kita tidak perlu khawatir karena justru pada masa remaja bisa timbul
hidup keagamaan yang sugguh-sungguh asalkan diberi bimbingan yang sehat.

1) Masalah Mati dan Kekekalan


Pada masa remaja telah dapat dipahami bahwa mati itu adalah suatu hal yang tidak
dapat dihindari oleh setiap makhluk yang bernyawa bahkan mati merupakan proses
alamiah yang harus terjadi. Pemikiran mengenai mati sudah mulai mendalam
dibandingkan pada masa anak-anak, namun mereka tidak dapat menghilangkan
kegelisahan, dengan bentuk kegelisahan sebagai berikut :
1. Takut berpisah dengan keluarga, hal ini bukan hanya terjadi pada masa anak-
anak. Takut ditinggalkan oleh ibu atau bapak, bukan hanya takut karena akan
kehilangan sandaran emosi, tapi yang lebih penting ialah takut menghadapi
kesukaran-kesukaran yang akan datang di kemudian hari.
2. Takut dirinya akan mati karena :
a. Berpisah dengan orang-orang yang disayangi dan khawatir meninggalkan
mereka
b. Rasa dosa atau takut akan hukuman akhirat
c. Takut mati karena ambisinya. Memang pada masa remaja, ambisi itu adalah
salah satu ciri khasnya. Remaja lebih banyak khayalan dan cita-cita, serta rasa
takut tidak akan tercapainya cita-citanya itu.

8
2) Emosi dan Pengaruhnya Terhadap Kepercayaan agama

Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama.
Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang yang dapat dipahami, tanpa
mengindahkan emosinya. Karena itu, dalam meneliti atau mempelajari perkembangan
ilmu jiwa agama pada seseorang, perlu diperhtikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya
sebagai kebulatan.

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-kadang


bertentangan satu sama lain. Diantara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan
emosi pada remaja, adalah konflik ata pertentangan yang terjadi pada remaja dalam
kehidupan.

Diantara konflik yang membingungkan dan mengelisahkan remaja ialah, jika


mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan ajaran agama dan ilmu
pengetahuan, maka remaja akan gelisah dan mungkin akan menggoncangkan
keyakinannya yang telah tertanam itu. Diantara konflik atau pertentangan yang terjadi
dalam remaja ialah adanya dorongan –dorongan sex. Menurut Kinsey, seorang
psikolog asal Amerika berpendapat bahwa doronan sex itu telah menyebabkan ± 90%
dari remaja Amerika melakukan perbuatan onani. Di Negara-negara yang agamanya
kuat, berbuat onani itu, sering kali menyebabkan para remaja menjadi gelisah,
kegelisahan ini yang membuat gelombang-gelombang keyakinan terhadap mereka,
kadang menjadi rajin shalat, ata berdoa kepada Allah. tapi kadang ia menjadi putus
asah dan menjadi acuh kepada agama. Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah
masa yang tidak stabil emosinya dimana perasaan sering tidak tentram, maka
keyakinanpun akan kelihatan maju mundur (ambivalen) dan pandangannya terhadap
tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya. Dalam hal ini kita dapat
mengetahui bagaimana pendapat remaja tentang :

a. Sifat-sifat Tuhan
Apabila seorang menyebutkan nama sifat-sifat Tuhan, hal ini tidak timbul
dari keyakinannya yang telah tetap, akan timbul dari sikap emosi dan keadaan
jiwanya pada waktu itu.

9
b. Perasaan Agama yang kembar (ambivalen)
Keyakinan akan sifat tuhan yang banyak itu berubah-ubah sesuai dengan
kondisi emosinya, dan ia mengalami keyakinan yang maju mundur.
Kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada tuhan, terasa dekat,
seolah-olah dia berdialog langsung keoada tuhan. Tapi terkadang ia merasa
jauh, tidak dapat memusatkan pikiran waktu bertdoa atau sembahyang.
Kondisi keimanan yang yang kembar (maju-mundur) itu adalah satu ciri
khas remaja, yang sedang mengalami kegoncangan emosi.
3) Perkembangan Moral dan Hubungannya dengan Agama
Agama mempunyai peranan penting dalam pengendalian moral seseorang.
Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama, tidak otomatis sama dengan
bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, tapi moralnya merosot. Dan
tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama sekali, tapi moralnya
cukup baik.
Oleh sebab itu, seorang peneliti ilmu jiwa agama harus mempelajari pula
dinamika dan perkembangan moral, supaya dapat memahami bagaimana peranan
agama dalam moral, dan agama itu dapat menjadi pengendali moral. kita akan
melihat betapa erat hubungan agama dengan ibadah-ibadah dan moral. Untuk lebih
jelas, dapat kita lihat sangkut paut keyakinan beragama dengan moral remaja
terutama dalam masalah-masalah berikut :
a. Tuhan sebagai Penolong Moral
Tuhan bagi seorang remaja adalah keharusan moral, pada masa remaja itu,
Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral, daripada sandaran emosi.
Andaikata kadang-kadang pikiran pada masa remaja itu berontak dan ingin
mengingkari ujud Allah, atau ragu-ragu kepadanya, namun tetap ada suatu
hal yang menghubungkan dengan Allah yaitu kebutuhannya untuk
mengendalikannya moral.
b. Pengertian Surga dan Neraka.
Kebanyakan remaja memikirkan alam lain, bukanlah untuk tempat senang-
senang atau tempat siksaan jasmani, akan tetapi sebagai lambang bagi
pikiran pembalasan atau lambing kebahagiaan yang ingin dicapainya dan
terlepas dari kegoncangan remaja yang tidak menyenangkan itu.
c. Pengertian tentang Malaikat dan Setan.

10
Mereka sadar betapa erat hubungan setan dengan malaikat itu dengan
dirinya,mereka menyadari adanya hubungan yang erat antara setan dengan
dorongan jahat yang ada dalam dirinya, dan hubungan dengan malaikat
dengan moral dan keindahannya yang ideal, demikian pula hubungan surga
deengan ketentraman batin dan kekuasaan yang baik, juga antara neraka
dengan ketenangan batin dan hukuman-hukuman atas dosa.
4) Kedudukan Remaja dalam Masyarakat dan pengaruhnya Terhadap keyakinannya.
Sikap atau perlakuan Masyarakat yang kurang memberikan kedudukan yang
jelas bagi remaja itu, sering kali mempertajam rasa konflik yang sebenarnya telah
ada pada remaja, mereka mengharapkan bimbingan dan kepercayaan orang
dewasa, terutama keluarganya, tapi di lain pihak mereka ingin bebas, terlepas dari
kekuasaan dan kritikan-kritikan orang dewasa, mereka akan mencari orang-orang
lain yang dapat merek jadikan teladan atau pahlawan (hero), sebagai pengganti
orang tua atau orang-orang yang biasa menasihati mereka. Seandainya yang
menjadi hero tersebut baik, maka pengaruhnya juga baik tapi kalau ia tidak baik,
maka pengaruhnya juga kurang baik.
Kecenderungan seorang remaja untuk ikut aktif dalam kegiatan agama
sebenarnya ada dan dapat dipupuk, asal lembaga keagamaan tersebut dapat
mengikut sertakan remaja dan member kedudukan yang pasti kepada mereka.
Kebijaksanaan pemimpin agama yang dapat menyadari bahwa remaja mempunyai
dorongan dan kebutuhan social yang perlu dipenuhi, akan dapat menggerakan
remaja itu ikut aktif dalam agama.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keberagamaan pada
Remaja

Jiwa Keagamaan kita juga mengalami proses perkembangan dalam mencapai


tingkat kematangan dengan demikian jiwa keagamaan tidak luput dari berbagai
gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaannya. Adapun
berbagai macam pengaruh terhadap perkembangan seseorang secara garis besar
dibagi menjadi pengaruh dari dalam (intern) dan pengaruh dari dalam (ekstern)

Factor-factor yang mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang :

1. Faktor Intern

11
a. Kondisi Kejiwaan : Seseorang yang mengidap schizophrenia akan
mengisolasi diri dari kehidupan sosial di sekitarnya serta presepsinya tentang
agama akan dipengaruhi oleh berbagai halusinasi. Hal yang sama berlaku pula
pada pengidap Phobia ia akan dicekam oleh rasa takut yang irasional.
Sedangkan penderita infatil autism akan berprilaku seperti anak-anak karena,
perkembangan dirinya akan tetap seperti anak-anak meskipun usia nya sudah
memasuki masa remaja atau dewasa
b. Kepribadian : Dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki
berbagai macam perbedaan dalam kepribadiannya dan perbedaan ini akan
berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa
keagamaan. Selain itu banyaknya gangguang kepribadian yang salah satunya
adalah berkepribadian ganda akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kejiwaannya terutama pengembangan dalam keagamaan.
c. Faktor Kognitif : mengacu pada remaja-remaja yang cara berfikirnya masih
abstrak dan menerima apapun informasi yang sampai kepadanya tanpa
mengolahnya. Mereka hanya mengkaji sesuatu hanya berdasarkan dasar-dasar
yang ada tanpa mendalaminya.
d. Faktor Hereditas : perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan
menimbulkan rasa bersalah bagi orang yang melakukannya. Bila yang
dilakukannya adalah sebuah pelanggaran agama, maka akan timbul perasaan
berdosa dan perasaan seperti inilah yang mempengaruhi perkembangan jiwa
keagamaannya.
e. Faktor Personal : Faktor dari dalam diri seseorang yang sedang mencari
identitas dirinya dan perkembangan jiwa nya.
f. Tingkat Usia : Pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan
seksual yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat
perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan
konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya konversi
agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan
akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.

2. Faktor Ekstern

12
a. Lingkungan Keluarga : Konsep Father Image (citra kebapaan) menyatakan
bahwa perkembangan jiwa keagamaan pada dirinya berkembang dari citra
ayahnya . Lingkungan keluarga menjadi Fase sosialisasi awal bagi
terbentuknya jiwa keagamaan. Lingkungan keluarga menjadi factor ekstern
yang dominan dalam pembentukan jiwa keagamaan dalam diri individu. Maka
dari itu keluarga menjadi penting untuk proses pembentukan sikap pribadi,
perbuatan yang akan dilakukan individu sehari-hari diluar lingkungan
keluarganya.
b. Lingkungan Institusional : Bukan hanya lingkungan keluarga yang dapat
berpengaruh akan tetapi ada lingkungan Institusional yang mempengaruhi
perkembangan jiwa kegamaan antara lain dapat berupa institusi formal seperti
sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi,
hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari kaitannya
dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut
ikut berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak
dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur.
Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat
kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c. Lingkungan Masyarakat : Lingkungan yang memiliki tradisi keagamaan
yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan
sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi
keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan pada warganya.

E. Metode Penanaman Nilai-Nilai Agama pada Remaja

Ada banyak metode-metode yang dapat digunakan untuk membentuk nilai-


nilai keagamaan pada Remaja, antara lain :

1. Metode Penanaman Nilai Agama Sejak Dini


Rasulullah bersabda bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan
fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan dia majusi, nasrani atau
yahudi. Jadi jika anak ditanamkan nilai agama sejak dini maka ketika dia
menginjak usia remaja akan memiliki aqidah agama yang kuat apabila
lingkungan sekitarnya terutama orang tua memberikan stimulus positif.

13
Ketika dia menginjak usia dewasa maka dia akan lebih mantap pada
aqidah agama yang dipeluknya.
2. Metode Penanaman Nilai Agama pada pembiasaan diri
Setiap orang pasti memiliki kebiasaan yang dilakukannya secara terus
menerus dan tanpa disadari sehingga kadang-kadang orang berpikir
mengapa melakukan kegiatan itu sedangkan dalam pikirannya tidak ada
niatan untuk melakukan kegiatan itu. Jadi bagaimana membiasakan
kebiasaan yang positif, hal ini dapat dilakukan apabila lingkungan sekitar
terutama orang tua menanamkan nilai-nilai positif sejak dini sehingga hal
itu dapat menjadi kebiasaan sehari-hari.
3. Metode Penanaman Nilai Agama Lewat Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik dari ungkapan ini dapat
diambil kesimpulan bahwa setiap orang itu pasti memiliki pengalaman
yang berbeda dari pengalaman tersebut metode ini mencoba menanamkan
nilai-nilai agama lewat pengalaman. Orang yang ceroboh pasti tidak akan
mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya dan seorang muslim
sejati tidak akan terjeremus pada lobang yang sama.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang
berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk
masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak
perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan Psikis dan fisik harus selalu dikontrol
oeh kedua orang tua atau lingkungan nya pada masa ini remaja mulai merubah pola
pikir nya. Factor yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaannya secara garis
besar dibagi menjadi factor yang datang dari dalam dan factor yang datang dari luar,
antara lain : tingkat usia, kepribadian, factor kognitif, factor hereditas, factor kejiwaan
dan factor personal. Sedangkan yang datang dari luar ada lingkungan keluarga,
institusional, dan masyarakat.

B. Analisa
Menurut saya memahami remaja itu tidak sulit akan tetapi ada dimana saat
mood yang dimiliki anak remaja itu baik. Terkadang dalam perkembangan keagamaan
banyak dari remaja sekarang ini cenderung pola pikir nya mulai berubah mereka lebih
banyak mengedepankan mood mereka dalam menjalankan ibadah-ibadah proses
keagamaan.
lingkungan keluarga menjadi awal dalam sosialisasi individu kedepannya,
walaupun banyak faktor-faktor dari dalam dirinya akan tetapi jika pembentukan dari
kedua orang tua dan kejadian apapun yang dilihat nya dilingkungan sekitar dan
bertolak belakang dengan hal yang sesungguhnya diinginkannya nya maka pada
akhirnya cepat atau lambat otak nya akan menstimulus atau membentuk semua itu
dalam memori ingatan nya. Remaja yang keadaan jiwa nya sedang terganggu akan
berusaha mencari seseorang yang paling tidak dapat mendengar keluh kesah nya.
Nasib baik ketika orang itu menunjukkan jalan yang baik untuk nya. Lalu bagaimana
ketika orang itu bermaksud lain ? maka dari itu dengan berbagai macam metode yang
ada diharapkan dapat membentuk pribadi-pribadi yang beriman, bertaqwa, kuat dan

15
tangguh dalam menghadapi segala permasalahan nya kelak dan kedepan nya. Semoga
kita semua menjadi pribadi yang mampu menghadapi berbagai permasalahan dengan
baik tanpa harus terjerumus di tempat yang tidak layak dan tidak kita inginkan
nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ailah B Purwakania Hasan. Psikologi Perkembangan Islami. Rajagrafindo Persada. Jakarta


2006

Bambang, Syamsul Arifin. Psikologi Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008

Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. 1996. Jakarta: Bulan Bintang.

Rahayu Siti. Psikologi Perkembangan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta 2006

Syaikh M jamaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
2009

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006 ,

17

Anda mungkin juga menyukai