PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pentingnya bersosialisasi bagi remaja dalam lingkungan masyarakaf,
Cara melakukan bersosialisasi dengan baik dan dampak bersosialisasi bagi remaja
untuk masa depan.
1.6 Hipotesis
1. Dengan memberikan kesan pertama yang ramah, menerapkan 5S
(senyum,sapa,sopan,santun,salam), dan menjauhkan diri dari masalah dengan
orang lain.
2. Zaman semakin modern kebanyakan remaja menghabiskan waktunya di dalam
rumah dan asik bermain gadjet akibat pengaruh itu membuat rasa malas
bersosialisasi tumbuh.
3. Bersosialisasi sangat penting bagi masa depan apalagi dimulai dari remaja bisa
membuat suatu pengalaman dan hubungan yang baik dengan semua orang agar
kita juga dipandang baik.
4. Orang atau lembaga yang mengajari dan dapat memengaruhi orang lain untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
5. Karena dengan adanya agen sosial agar mempermudah sosialisasi yang akan kita
jalin.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Mengatakan bahwa masa remaja adalah usia
dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam
masyarakat, mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber, termasuk di dalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok,
transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa. Pengertian remaja menurut beberapa
ahli diantaranya :
1. Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai masa penghubung
atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada
periode remaja terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah.
2. Monks dan Haditono, remaja merupakan seseorang yang berada di rentang usia
12-21 tahun. Masa remaja juga menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh
sebab itu, pola pikir akan berubah dan berproses menuju dewasa.
3. King, remaja merupakan perkembangan manusia yang ditandai dengan masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja biasanya dimulai pada
sekitar usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18-21 tahun.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja
merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada
masa remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan
intelektual dan cara berpikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat,
terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat
luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita
diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang
sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah
ke tahapan perkembangan selanjutnya.
3
4
2.1.2 Konsep Diri Remaja
Menurut Hurlock (1999) pada masa remaja terdapat 8 kondisi yang
mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya, yaitu :
• Usia kematangan remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir
seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila remaja matang
terlambat dan diperlakukan seperti anak-anak akan merasa bernasib kurang
baik sehingga kurang bisa menyesuaikan diri.
• Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri.
Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan
penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.
• Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar
dari dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
• Nama dan julukan remaja peka dan merasa malu bila teman-teman
sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan
julukan yang bernada cemoohan.
• Hubungan keluarga seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat
dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan
orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
• Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan
tentang konsep teman tentang dirinya dan yang kedua, seorang remaja
berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang
diakui oleh kelompok.
• Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam
bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan
individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep
dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong
untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan
identitas dan individualitas.
• Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami
keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri
dan kepuasan diri yang lebih besar.
5
2.2 Sosialisasi
2.2.1 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi dan pembelajaran yang dilakukan
seorang manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat.
Sedangkan, pengertian sosialisasi secara sempit berarti sebuah proses pembelajaran
dari manusia agar dapat mengenali lingkungan yang kelak akan ia hidupi, baik
lingkungan fisik ataupun sosial. Secara umum pengertian sosialisasi adalah suatu
proses belajar-mengajar dalam berperilaku di masyarakat. Beberapa orang juga
mengatakan bahwa sosialisasi adalah proses penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan
dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam
proses sosialisasi sendiri, manusia disesuaikan dengan peran dan status sosial masing-
masing di dalam kelompok masyarakat. Berikut ini adalah beberapa pendapat para
ahli tentang sosialisasi :
1. Charlotte Buhler, sosialisasi merupakan suatu proses belajar dan menyesuaikan
diri untuk membantu anggota masyarakat dalam memahami bagaimana
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya. Ia juga
berpendapat bahwa sosialisasi bertujuan agar anggota masyarakat dapat berperan
dan berfungsi dalam kelompok tersebut.
2. Peter L. Berper, sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anak untuk
menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Edward S. Greenbreg, sosialisasi merupakan suatu proses perubahan dari individu
untuk diterima atau sesuai dengan keinginan dari pihak luar dunia luar. Hal itu
bertujuan agar ia dapat ikut serta berpartisipasi secara aktif sebagai anggota suatu
organisasi.
• Pada dasarnya sifat individu diturunkan oleh kedua orang tuanya. Sifat inilah yang
akan mempengaruhi proses sosialisasi di luar lingkup keluarga.
• Terjadi hubungan psikologis yang kuat antara ibu dan janin yang dikandungnya.
• Setiap manusia memiliki kepribadian berbeda yang saling mempengaruhi proses
interaksi.
• Kepribadian seseorang bisa dipengaruhi oleh lingkungan fisik, budaya, dan sosial.
• Motivasi menjadi dorongan terkuat pada seseorang untuk bersosialisasi. Dorongan
tersebut ada dalam dirinya sendiri.
6
2.3 Lingkungan Masyarakat
2.3.1 Pengertian Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah sekumpulan orang yang mengadakan interaksi
sosial dengan anggota masyarakat lainnya. Mereka saling mempengaruhi satu sama
lain sebagai anggota dalam masyarakat. Dalam hal ini, lingkungan masyarakat
merupakan wadah atau sarana untuk berinteraksi dengan orang lain dan membentuk
pribadi serta juga mempengaruhi tingkah laku orang lain.
Lingkungan masyarakat sendiri merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah
Pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Bahwa lingkungan
masyarakat terdapat beberapa aturan atau norma yang akan mengatur masyarakat
sekitar sehingga terbentuklah lingkungan masyarakat yang damai dengan persatuan
kesatuan. Adapun beberapa pendapat mengenai definisi lingkungan masyarakat
menurut para ahli sebagai berikut, antara lain:
1. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial
meliputi bentuk hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang mendiami suatu wilayah maka harus
taat dan juga bertingkah laku yang baik sesuai dengan aturan wilayah tersebut.
2. Abuddin Nata, Lingkungan masyarakat merupakan kumpulan dari keluarga yang
satu sama lain saling terikat oleh tatanan nilai atau aturan, baik tertulis maupun
tidak. Keunikan dari lingkungan masyarakat adalah adanya kebersamaan satu
senasib untuk mewujudkan prinsip persatuan kesatuan bangsa.
3. Yudistira, Lingkungan masyarakat adalah semua manusia yang terdapat di sekitar
seseorang atau kelompok. Lingkungan masyarakat bisa berbentuk perorangan,
kelompok keluarga, teman sepermainan, tetangga, warga desa, warga kota, bangsa
dan sebagainya.
Jadi, berdasarkan pendapat dari para ahli yang sudah disebutkan, yang dimaksud
dengan lingkungan masyarakat merupakan sekumpulan orang atau manusia yang
mengadakan interaksi dengan anggota masyarakat lainnya. Mereka saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
7
3. Kebutuhan sosial, merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan
manusia yang lainnya.
4. Pengendalian sosial, merupakan mekanisme yang bertujuan mencegah
penyimpangan sosial.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
5. Jadilah pendengar yang baik
Pendengar yang baik selalu menghargai orang lain dan memberi masukan yang
dibutuhkan. Tak heran jika pendengar yang baik ini akan banyak dicari-cari teman
karena membutuhkan saran dan dukungannya.
10
kasus lebih senang menyendiri di dalam kelas maupun diluar kelas. Penyebab
kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya yaitu : kurang berkomunikasi dengan
teman, suka menyendiri, dan juga kurangnya minat dalam bergaul dengan orang lain.
Pengaruh gadget terhadap perilaku sosial anak bisa dilihat dari sulitnya dalam
bersosialisasi. Seorang anak yang terbiasa bermain bersama teman-temannya akan
membentuk komunikasi dan hubungan sosial. Akan tetapi, jika seorang anak terbiasa
bermain gadget, anak akan merasa terbiasa sendiri.
Anak akan menjadi pribadi yang menyebalkan dalam hubungan sosial. Bahkan,
hal ini bisa berdampak pada perubahan tingkah lakunya yang menjadi lebih agresif.
Oleh karena itu, ada baiknya untuk memahami betapa penting aspek sosial dan
emosional pada anak.
Kemajuan teknologi saat ini tidak dapat dibendung lagi arus nya, semakin
banyaknya kebutuan manusia semakin cepat pula teknologi itu berkembang.
Teknologi membawa banyak sekali dampak positif akan tetapi juga membawa
dampak negatif, terlebih bagi anak – anak.
Salah satunya ialah sang anak jadi sulit untuk bersosialisasi. Menurut penulis
buku Wimpy Kid, Jeff Kinney, anak – anak yang menguasai teknologi merupakan hal
yang luar biasa akan tetapi kondisi tersebut secara mendasar mengubah cara anak –
anak berkomunikasi.
"Ketika saya di mobil bersama dengan anak-anak, mereka lebih sering menghabiskan
waktu di smartphone. Janggal rasanya untuk berkendara dengan orang yang selalu
memainkan smartphone," ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (15/11/2017).
Mengenalkan anak pada gadget akan berdampak baik pada anak ketika orangtua
selalu memerhatikan waktu dan konten yang disaksikan oleh anak. Melansir dari ID
Tech, memberikan anak bermain dengan gadget membantu untuk meningkatkan daya
berpikir dan kreativitas anak. Selain itu, anak mampu belajar berbagai bahasa baru
yang mungkin ditemui dalam gadget yang ia gunakan.
Namun, anak tetap perlu pengawasan dan pendampingan orangtua selama
bermain gadget. Pendampingan dalam penggunaan gadget pada anak menekan risiko
anak mengalami kecanduan. Ada beberapa dampak yang mungkin dialami anak
ketika terlalu sering menggunakan gadget.
Melansir dari Science Daily, anak-anak yang terlalu sering bermain gadget dapat
mengalami keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Jadi, sebaiknya ibu
mengurangi waktu bermain anak dengan gadget dan mulailah untuk mengajaknya
berbicara dengan baik. Jangan lupa untuk bertatap mata dengan anak ketika
mengajaknya berbicara.
Selain itu, terlalu banyak bermain gadget juga membuat anak lebih kesulitan
untuk bersosialisasi. Mengapa hal ini terjadi? Bermain gadget dalam waktu yang
cukup lama membuat anak berdiam diri pada satu tempat dan menyebabkan anak
kurang kontak langsung dengan teman-teman sebayanya atau orang lain.
11
Kondisi ini yang menyebabkan anak merasa tidak nyaman ketika berada di antara
orang baru. Ajak anak mengunjungi taman bermain atau rumah kerabat terdekat untuk
mengisi waktu luang agar anak terhindar dari waktu bermain gadget.
12
Umumnya orang yang mengalami socially awkward tidak nyaman berada
di lingkungan ramai karena harus melakukan interaksi. Mereka kesulitan
untuk membangun interaksi yang nyaman, seperti melakukan kontak
mata. Fokus pembicaraan atau kontak mata pada lawan bicara bisa membuat
diri sendiri sangat lelah. Bahkan, saking fokusnya untuk membuat kontak
mata, mereka bisa jadi linglung dengan pembicaraan yang berlangsung.
2. Suka membicarakan topik yang umum
Ketika membangun sebuah pembicaraan, mereka lebih suka
membicarakan topik yang umum diketahui banyak orang. Membicarakan
masalah spesifik, apalagi masalah pribadi lawan bicara, bisa membuat mereka
bingung harus bereaksi seperti apa. Jadi, sebisa mungkin mereka akan
membawa lawan bicara untuk membicarakan topik-topik umum selama
percakapan.
3. Cari kesibukan supaya tidak diajak bicara
Untuk menghindari orang lain mengajak bicara, biasanya mereka berpura-
pura main handphone atau memakai headset. Dua benda itu bisa jadi
penyelamat untuk menghindar dari “kewajiban” melakukan
interaksi. Daripada harus berinteraksi secara real, mereka cenderung lebih
mudah membangun interaksi secara online. Pasalnya, ini tidak perlu
menunjukkan bahasa tubuh atau ekspresi wajah.
4. Membandingkan diri dengan orang lain
Orang yang mengalami kondisi socially awkward juga sangat
sering membandingkan diri dengan orang lain dalam aspek sosial. Akibatnya,
mereka kerap merasa bersalah ketika mengucapkan hal yang kurang dipahami
orang lain. Bahkan, mereka mungkin sering berpikir kalo dirinya sendiri
kurang nyambung dalam percakapan.
13
Melansir dari website Verywell Mind, aktivitas online yang meningkat
selama pandemi covid-19 memengaruhi kesiapan orang-orang untuk
berinteraksi secara real. Tidak sedikit pula yang mengalami kecanggungan
sosial, karena kebiasaan melakukan interaksi jarak jauh selama pandemi.
3. Gangguan kecemasan
Seseorang yang memiliki gangguan kecemasan berpotensi mengalami
kondisi socially awkward. Hal ini bisa terjadi karena otak pada penderita
gangguan kecemasan bereaksi dengan cepat pada situasi yang tidak
menyenangkan. Akibatnya, orang tersebut tidak bisa memikirkan tindakannya
secara logis.
4. Pola asuh
Socially awkward juga bisa disebabkan oleh pola asuh yang
negatif. Contohnya, orangtua yang selalu mendikte anak, terlalu mengontrol,
dan jarang menunjukkan kasih sayang. Semua aspek ini dapat berdampak pada
kepercayaan diri anak.
Jika anak tumbuh dengan perasaan tidak aman dan nyaman dalam
keluarga, maka kemungkinan besar akan kesulitan dalam membangun relasi
sosial yang lebih luas.
14
3.5 Agen Sosial
Agen sosialisasi adalah orang, kelompok, atau lembaga yang mengajari atau
memengaruhi orang lain untuk dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma
yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat. Pesan-pesan yang disampaikan
agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan dengan satu sama lain. Apa
yang diajarkan oleh satu keluarga kemungkinan berbeda dan bisa jadi bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lainnya.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan
oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung
satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat sosialisasi yang dijalani oleh individu
dalam situasi konflik pribadi karena kekacauan oleh agen sosialisasi yang berlainan,
sebagaimana telah dikutip dari buku Hidup Bermasyarakat oleh Dwi Ananta Devy,
ST, MT. Seperti dikutip dari Pengantar Sosiologi Pendidikan karangan Damsar,
peran agen sosialisasi adalah membentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku
esensial, dan harapan-harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat.
Menurut Fuller dan Jacobs, dikutip dari buku Sosiologi Jilid 1 oleh Kun Maryati,
mengidentifikasikan ada empat agen sosialisasi utama, yaitu keluarga, sekolah,
kelompok permainan, dan media massa.
1. Keluarga
Pada umumnya, keluarga terdiri dari orang tua dan saudara kandung (nuclear
family). Namun dalam masyarakat yang mengenal sistem kekerabatan yang luas
(extended family), agen sosial tidak hanya terdiri dari kedua orang tua dan saudara
kandung, tetapi juga paman, bibi, kakek, dan nenek
Keluarga merupakan lingkungan pertama sejak individu dilahirkan. Pembentukan
sikap dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana corak orang tua dalam
memberikan pendidikan anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat,
perintah, atau larangan. Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola
perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.
2. Kelompok Permainan
Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana ia mulai mempelajari
aturan tentang peranan orang-orang yang berkedudukan sederajat. Dengan bermain, ia
mulai mengenali nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas. Sedangkan
bagi seorang remaja, teman sepermainan memberikan dukungan sosial yang bernilai
ketika ia sedang melepas diri dari ketergantungannya pada orang tua.
Dalam kelompok sepermainan di lingkup remaja, anggota-anggota baru dengan
cepat disosialisasikan dengan simbol keanggotaan kelompok, seperti gaya berpakaian,
penggunaan barang-barang dan pola tingkah laku tertentu.
3. Sekolah
Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
mempengaruhi perkembangan intelektual, tetapi juga menanamkan kemandirian,
tanggung jawab dan tata tertib.
15
Sedangkan menurut Dreeben, aspek lainnya yang turut juga dipelajari di sekolah
selain belajar cara membaca, menghitung, dan menulis diantaranya kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme dan kekhasan (specificity).
4. Media Massa
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau
sejumlah besar orang. Media massa mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi
seseorang.
Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan dan pengawasan bagi seorang individu
yang belum cukup umur ketika menggunakan media massa agar terhindar dari
pengaruh buruk media massa seperti dikutip dari buku CMS Cara Menguasai Soal
Sosiologi SMA dan MA Latihan Soal dan Pembahasan HOTS oleh Hendyono;
buku IPS Terpadu Jilid 1A oleh Sri Pujiastuti; dan buku Sosialisasi Anak Pada
Keluarga Single Parents oleh Dr. Rustina, S.Ag.
5. Agama
Terdapat 6 agama yang diakui dan berkembang di Indonesia yaitu, Katolik,
Kristen, Islam, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Setiap agama memiliki aturan dan
tata-cara sendiri dalam beribadah karena setiap agama memiliki kepercayaan pada
masing-masing.
Namun, pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan dan menanamkan
perilaku yang sesuai dengan norma yang seharusnya. Ini merupakan alasan agama
merupakan bagian dari agen sosialisasi.
James M Henslin dalam bukunya Essentials of Sociology (Sosiologi dengan
Pendekatan Membumi) menyebut pengaruh agama menyebar ke banyak bidang
kehidupan kita. Partisipasi dalam acara keagamaan, misalnya, tidak hanya
mengajarkan kita kepercayaan mengenai akhirat tetapi juga ide mengenai jenis
busana, cara berbicara, dan tata krama yang tepat untuk acara resmi.
Adapun menurut menurut Damsar, agama tidak hanya berpengaruh pada aspek
hubungan vertikal antara manusia dan Tuhannya atau aspek religius dari kehidupan,
tetapi juga berpengaruh pada aspek-aspek kehidupan lainnya lainya seperti ekonomi,
sosial, dan budaya.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sosialisasi merupakan bentuk dari sebuah komunikasi yang bertujuan untuk
membangun sebuah hubungan antar sesama manusia dalam sebuah kelompok.
Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami,
menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai
dengan pola perilaku masyarakatnya. Di zaman sekarang yang bisa disebut zaman
maju teknologi orang semakin malas untuk bersosialisasi terdapat beberapa faktor
sulitnya bersosialisasi contohnya seperti pribadi canggung, minder, penggunaan
teknologi. Cara bersosialisasi dengan baik yaitu belajar menerima diri, bergaul dengan
niat baik, perluas lingkup sosial, tidak mudah tersinggung, senyum, jujur, menjadi
pendengar yang baik dan masih banyak lagi. Sosialisasi dapat di salurkan melalui
agen sosial contohnya keluarga, sekolah, kelompok permainan, dan media masa.
4.2 Saran
Berdasarkan karya ilmiah ini penulis ingin memberikan beberapa saran yang
mungkin bermanfaat bagi remaja-remaja yang sulit bersosialisasi. Di masa sekarang
memang sangat sulit untuk menjalin suatu hubungan yang baik dengan orang lain
entah itu faktor dari dalam atau faktor dari luar, tetapi perlu di ingat sosialisasi adalah
hal yang penting bagi setiap manusia karena manusia adalah makhluk sosial
berikanlah kesan pertama yang baik terhadap orang lain jika ingin di beri perlakuan
baik juga karena apa yang kita perbuat pasti akan kembali kepada kita.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sosialisasi/amp/
https://www.silabus.web.id/pengertian-remaja-menurut-para-ahli/
https://dosenppkn.com/lingkungan-masyarakat/
https://satupersen.net/blog/socially-awkward
https://blog.cove.id/cara-bergaul-yang-baik/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6464829/5-jenis-agen-sosialisasi-dari-keluarga-
hingga-sekolah
http://yd.blog.um.ac.id/dampak-teknologi-dalam-pengembangan-aspek-sosial-emosional-
pada-anak-usia-dini/
19