LANDASAN TEORI
A. Pergaulan Ramaja
1. Pengertian Pergaulan
sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan
negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu
pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah
yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati
dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah
terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang
baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
2. Pengertian Remaja
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
16
17
fisik.1 Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks dkk) bahwa masa
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status
anak. 2 Menurut Sri Rumini masa remaja adalah peralihan dari masa anak
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
1
Elizabeth B.Hurlock ,Psikologi Perkembangan; suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.Erlangga, Jakarta: 1992, hal :187
2
Monks, dkk Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Gunung
Mulia, Jakarta 1994. Hal 207
3
Sri Rumini & Siti Sundari,Psikologi Remaja, Gunung Mulia,
Jakarta,2004,hal, 53
4
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
1990, hal 23
18
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. 5
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
– 21 tahun. Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari,
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan
itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan
5
Santrock,Psikologi Umum, PT. Garoeda Buana Indah, Pasuruan,
Jawa Timur,2003, hal: 26
19
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia
baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran
usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24
tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan)
dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau
Hak adalah suatu kewenangan yang secara sah dimiliki oleh seseorang.
6
Abdul, Psikologi Perkembangan, Grafindo Persada, Jakarta, 2009,
hal : 2
20
3. Prinsip kesopanan
Orang yang sopan biasanya rendah hati dalam sikap, tindakan, tutur
4. Prinsip kesederhanaan
kata, dan perbuatan. Sederhana itu adalah tingkah laku yang tampil apa
5. Prinsip kejujuran
Jujur adalah tingkah laku yang perlakuannya itu berdasarkan apa yang
kita berbuat dan tidak bohong. Prinsip ini sangat penting dalam
pergaulan.
lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau
norma yang berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada
a. Kondisi fisik
berkulit putih. Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi
fisik se ideal itu. Karenanya, remaja harus bisa belajar menerima dan
b. Kebebasan Emosional
Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang mereka suakai. Dalam
perbedaan pendapat anatara anak dan orang tua, maka pendekatan yang
bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana. Salah satu
remaja dan sebaliknya. Inti dari metode pemecahan konflik yang aman
antara orang tua dan anak adalah menjadi pendengar yang aktif.
22
c. Interaksi sosial.
sesungguhnya bersifat laten. Artinya harus terus digali dan dan terus
potensi itu ada dan dijalur mana potensi itu terkonsentrasi untuk
apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan
yang diikuti
dan penuh beban akan memiliki jiwa yang sakit. Dia akan dihinggapi
hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini
a. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua
patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan
hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut
memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang
tidak baik.
24
1. Pengertian Minat
menetap dalam subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan
dirinya.8 Satu definisi lagi yang perlu dikemukakan disini yaitu yang
dikemukakan oleh Andi Mappiare, minat adalah suatu perangkat mental yang
terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa
yang kuat (untuk membeli, mengambil, memiliki, dsb). Dari beberapa definisi
atau motif.
7
W. S. Winkel S.J, Psikologi Pengajaran, Cet. 2, (Jakarta:
Gramedia, 1989), hlm. 30
8
Carl Whitherington, Psikologi Pendidikan, terj. M. Buchori,
(Jakarta: Aksara Baru, 1983), hlm. 135.
9
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional,
tt), hlm. 62
25
a. Fungsi Minat
keberhasilan suatu proses belajar.10 Jika seorang anak memiliki rasa ingin
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan orang.
Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius dan tidak mudah
putus asa dalam menghadapi tantangan. Minat berkaitan erat dengan motivasi.
kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau
yaitu adanya keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal
dari dalam dirinya untuk melaksanakan sesuatu dan juga memberi tujuan dan
10
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Disekolah, terj. Bergman
Sitorus, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 78
11
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, Cet. 9, (Bandung: Eresco,
1986), hlm. 141
26
yang telah di stimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat
menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan
itu. Tujuan berfikir kita dipengaruhi oleh minat kita sendiri yang mempunyai
12
M. Chabib Thoha, dkk, PBM-PAI di Sekolah, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm. 109-110
13
Lester D. Crow and Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Z.
Kasijan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hlm. 351
14
Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1986), hlm. 230
27
b. Unsur-Unsur Minat
maka dapat diketahui bahwa minat memiliki beberapa unsur, yang meliputi:
1) Perasaan senang
usaha akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik dan juga
2) Perhatian.
2. Mengaji Al Qur’an
konsep mengaji perlu diuraikan agar lebih jelas arah dan maksudnya.
15
Ibid, hlm. 230 –231
16
Agus sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1985),
hlm. 89
28
Al Qur’an oleh anak dengan anak dibimbing oleh ustadz dalam sebuah
kebahagiaan dunia dan akhirat, hal ini berdasarkan wahyu yang turun
pada suatu tujuan, karena tujuan telah tercakup dalam pengertian usaha.
diharapkan dari anak didik atau subyek belajar setelah mengalami proses
sebagai berikut:
17
Depdiknas, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
pustaka, 2005), hlm. 491
29
dunia.
larangan.
Allah.18
tingkat, yaitu:
18
Prof. Dr. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, (Jakarta: Hilda Karya, 1983), hlm. 61
30
hal ini ada ilmu tersendiri baginya, yaitu apa yang disebut dengan “ilmu
pensucian jiwa dan berlaku baik adalah hal yang akan membawa kepada
saja. Tetapi isinya sangat luas dan dalam serta dengan sastra yang amat
19
Depag RI, Al Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahnya, hlm.
348.
31
menghendaki penafsiran.20
tajwid dalam membaca Al-Qur'an adalah fardhu „ain bagi orang Islam,
a. Faktor-faktor Fisiologis
tertentu.
yang cukup agar tidak lesu, lekas mengantuk, lelah dan sebagainya.
20
Syahminan Zaini, Kewajiban Orang Beriman terhadap Al-
Qur'an, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1982), hlm. 150-155.
32
indera.
b. Faktor-faktor Psikologis
antara lain:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju.
dan teman-teman.
pelajaran.
21
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1995), hlm. 249-253.
33
alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).
b. Faktor-faktor sosial
Faktor sosial dalam belajar adalah faktor manusia (sesama manusia), baik
manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi
tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu
Pungging
Remaja yang merupakan generasi muda selama ini diyakini sebagai generasi
penerus bangsa yang akan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Masa remaja
adalah masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa
untuk mencari segala informasi tentang seksualitas, dan para remaja dapat mudah
terpengaruh oleh arus informasi baik yang negatif maupun yang positif. Salah
informasi sekecil apapun bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan
selanjutnya. Hal tersebut perlu segera diatasi karena para remaja harus diselamatkan
masa depannya.
adanya semangat dan motivasi sebagai faktor pendukung internal. Motivasi atau
minat banyak hal yang mempengaruhinya mulai dari lingkungan, keluarga dan
diniyah sangat perlu batasan, oleh sebab itu besar kecilnya minat dalam diri
remaja santri perlu adanya bimbingan dan perhatian dari guru ngaji dan orang tua.
sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita.22
seseorang akan cenderung menyukai sesuatu hal yang menarik untuk memenuhi
kebutuhan itu. Jika sikap ini tumbuh dan berkembang pada pola belajar anak didik
maka proses belajar mengajar akan menjadi mudah. Apabila minat dalam diri
siswa tumbuh maka kemampuan membaca Al-Qur’an siswa pun akan meningkat
baik.
Keengganan anak dalam mengaji karena kurang adanya minat lagi dalam
belajar Al Qur’an di madrasah diniyah, padahal minat adalah suatu landasan yang
22
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
Al-Ma’arif, 1981), hlm, 88
35
paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.23 Jika seorang santri
ingin belajar suatu disiplin ilmu, maka ia akan cepat dapat mengerti dan
mengingatnya. Begitu juga dalam belajar Al Qur’an yang merupakan kitab suci
umat muslim, apabila anak mempunyai keteguhan yang kuat dalam mempelajari
larut maka dapat diprediksikan bagaimana jadinya negeri ini kelak dengan
generasi bangsa yang tidak punya akhlak yang mulia. Bertolak dari uraian di atas
itulah penulis berkeinginan untuk meneliti animo anak dalam belajar mengaji Al
Qur’an.
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
minat adalah sumber motivasi yang pokok. Dengan demikian fungsi minat tidak
berbeda dengan fungsi motivasi yaitu adanya keinginan, hasrat, dan tenaga
penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya untuk melaksanakan sesuatu
dan juga memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku sehari-hari. Seorang anak
tidak mungkin mencapai sukses dalam segala aktivitasnya tanpa adanya minat.
Minat ini timbul karena sesuatu hal yang membuat anak tertarik perhatiannya.
Kadangkala perhatian ini timbul dari dalam diri si anak sendiri, dan kadangkala
23
Kurt Singer, Op.Cit, hlm. 78
36
mempengaruhi minat belajar. Dengan kata lain belajar akan dapat mencapai
prestasi yang baik apabila belajar itu disertai dengan minat dan atau sebaliknya
dia akan gagal bila dalam belajar dia tidak memiliki minat terhadap apa yang ia
sangat penting dalam proses mengaji Al Qur’an. Mengaji yang disertai dengan
minat serta motivasi dari orang tua akan mampu menghasilkan kesuksesan