Anda di halaman 1dari 16

pengaruh lingkungan terhadap pergaulan remaja

Selasa, 11 November 2008

Pengaruh Lingkungan terhadap Pergaulan Remaja

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Lingkungan keluarga merupakan peranan yang sangat penting terhadap pergaulan remaja,
terutama menciptakan pergaulan yang sehat. Betapa pentingnya peranan remaja dalam
menentukan masa depan bangsa dan negara. Sebab, remaja juga generasi penerus perjuangan
bangsa.

Masa muda dalam kehidupan manusia adalah masa yang dapat dikatakan penuh harapan
dan semangat. Jika ditinjau dari segi biologis, ia sedang dalam puncak kesempurnaan, dimana
tubuh sedang mengalai pertumbuhan atau bertambah besar dan segala organ reproduksi sudah
mulai aktif ke segala fungsinya.

B. Rumusan Masalah

Sekaranag ini banyak remaja yang terjerumus terhadap pergaulan yang tidak sehat.
Contohnya saja banyak remaja yang merokok di tempat umum, memakai obat-obatan
terlarang, perkelahian, dsb. Hal itu disebabkan karena faktor lingkungan yang mempengaruhi
pergaulan mereka. Terutama di lingkungan keluarga yang mempunyai peranan penting.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini agar siswa dapat mengetahui bahwa faktor lingkungan sangat
mempengaruhi pergaulan remaja.

D. Manfaat Penelitian

BAB 2

Kajian Pustaka

A. Pengertian remaja

Remaja adalah masa dimana seseorang anak mulai meninggalkan masa kanak-kanak dan
mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Pada masa remaja ini, terjadilah
berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Diantaranya adalah mulai berfungsinya
kelenjar-kelenjar organ reproduksi. Masa remaja dikenal dengan istilah masa puber atau akil
baligh, yang merupakan masa bangkitnya kepribadian dalam bentuk segala minatnya
ditujukan pada perkembangan diri sendiri (egosentris).

B. Ciri-ciri Masa Remaja


Seseorang yang memasuki masa remaja menunjukkan cirri sebagai berikut:

a. Pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa kanak-kanak

b. Emosi yang meledak-ledak, mudah sedih dan mudah gembira, perasaannya sensitif

c. Mulai tertarik dengan lawan jenis dan mulai mengenal pacaran

d. Senang mencari perhatian dari lingkungan

e. Mulai tertarik berkelompok

f. Mulai berkerjanya fungsi organ reproduksi pada perempuan maupun laki-laki

C. Remaja dan Lingkungan

Masa remaja mempunyai keingintahuan yang tinggi, belum sepenuhnya memiliki


pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani,
emosi tinggi dan takmau ketinggalan

Masa remaja merupakan masa yang indah. Dan masa remaja tidak berlangsung lama.
Maka dari itu, banyak para remaja yang memanfaatkan masa remaja mereka dengan berbagai
hal yang menarik dan menantang. Maka, tidak luput pulalah remaja terkena masalah yang
berbahaya. Hal itu karena kurangnya perhatian orang tua pun menjadi faktor terbesar dari
remaja. Mereka tidak mendapat kebahagiaan dari lingkungan keluarga, maka mereka
cenderung memilih mencari kebahagiaan diluar untuk menghilangkan masalah yang mereka
hadapi.

D. Lingkungan Keluarga

Banyak persoalan yang mengganggu kebahagiaan hidup, adalah masalah hubungan orang
tua dengan anaknya yang telah dewasa. Tidak jarang banyak orang tua yang mengeluh
terhadap sikap anaknya. Bahkan ada orang tua yang merasa kalau anaknya tiba-tiba menjadi
nakal, suka melawan, tidak patuh, dan sering membuat masalah.

Dan tidak sedikit pula para remaja, merasa kurang bahwa orang tuanya tidak mau
mengerti perasaannya. Sehingga mereka menjadi bingung, cemas, dan gelisah. Dengan
perasaan itulah mereka mudah terkena pengaruh yang tidak baik dari luar. Apalagi kalau kita
lihat sekarang ini, makin banyak kenyataan hidup yang tidak menyenangkan terutama dalam
hal masyarakat modern ini. Dimana agama tidak lagi diindahkan, mungkin akibat teknologi
yamg sudah sangat maju.

Keluarga dan rumah merupakan pelabuhan yang aman dan tambatan yang kokoh bagi
setiap anggota keluarga terutama remaja. Ayah, ibu, dan anak adalah suatu basis dimana
secara teratur dan harmonis seluruh keluarga berkumpul untuk berkomunikasi dan
berbincang-bincang baik dalam hal yang menggembirakan ataupun ketika sedanga
menghadapi kesulitan.
Keluarga merupakan kesatuan daripada masyarakat kecil, yang mempunyai motivasi dan
tujuan hidup tertentu dimana ayah, ibu, dan anak mempunyai fungsi dan tanggungjawab
saling mengisi.

E. Lingkungan Pendidikan

Sekolah merupakan tempat pendidikan formal, yang secara teratur dan terencana
melakukan pembinaan terhadap generasi muda. Fungsi sekolah tidak hanya memberikan
pengajaran dan pendidikan secara formal, melainkan semua tenaga dan alat pengajaran
merupakan unsur pembinaan bagi generasi muda, artinya guru bukan hanya mendidik akan
tetapi seorang guru harus menjadi contoh tauladan bagi anak didiknya dalam segala hal baik,
sikap, kepribadian, cara pergaulan, ketaatan terhadap agama, cara berpakaian dan
penampilannya. Semua ini adalah unsur-unsur penting dalam pembinaan anak didik. Karena
guru merupakan orang tua kedua ketika kita berada dalam lingkungan sekolah.

Seorang guru dapat mengubah jiwa anak yang pendiam, pemalu, malas ataupun tidak
bersemangat menjadi terbuka, pemberani, rajin dan penuh gairah. Dan sebaliknya guru dapat
mengubah dan merusak anak yang baik, menjadi nakal, pemalas, pembolos, bahkan ada juga
yang membenci pelajaran. Bahkan guru dapat mengubah keyakinan anak didiknya dari taat
beragama menjadi tidak taat dan akhirnya meninggalkan ajaran agamanya.

F. Lingkungan Masyarakat

Pada usia remaja, pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar


pengaruhnya daripada lingkungan keluarga, sebab masa remaja adalah masa yang sedang
mengembangkan kepribadiannya, yang membutuhkan lingkungan teman-teman dan
masyarakat. Perhatian mereka terhadap lingkungan masyarakat benar-benar diperhatikannya,
maka persoalan masyarakat atau nasib orang banyak sering kali menjadi perhatian mereka
dan mereka berjuang untuk membela yang lemah dan menderita itu.

Pengaruh lain dari lingkungan masyarakat adalah pengaruh yang bersifat : pornografis,
sadisme, film-film yang merusak moral, gambar-gambar, bacaan-bacaan, tempat rekreasi dan
lain sebagainya yang pada pokoknya berbagai kegiatan yang disenangi oleh muda-mudi
zaman sekarang. Ini semua harus dibatasi kalau perlu harus disesuaikan dengan ketentuan
yang ada di dalam ajaran agama, sebab kalau tidak pengaruhnya akan lebih berbahaya
dibanding pengaruh lain.

Faktor lain juga sangat penting dalam pembinaan remaja di dalam mengenal lingkungan
misalnya adanya semacam kelompok dalam masyarakat yaitu organisasi kemasyarakatan.
Organisasi kemasyarakatan mempunyai fungsi dan peranan yang positif dalam pembinaan
remaja, sebab di situ remaja dilatih dan dididik untuk bermasyarakat.

G. Lingkungan Keagamaan

Lingkungan keagamaan, baik lembaga pendidikan keagamaan, misalnya: Masjid,


Musholla, Madrasah, dll, maupun kegiatan-kegiatan keagamaan seperti : pengajian,
pertemuan-pertemuan maulid, Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an dan sebagainya ini juga sarana
yang penting dalam pembianaan remaja.
Pengaruh terhadap lembaga pendidikan keagamaan sangat positif sekali bagi remaja,
sebab remaja yang sering datang ke masjid misalnya, hati dan jiwanya menjadi dekat dengan
agama dan dengan demikian ia merasa tenang dan bahagia. Pengaruh tempat ibadah itu akan
lebih besar apabila remaja ikut aktif atau diikutsertakan dalam kegiatan ataupun upacara
keagamaan.

Pengaruh agama besar terhadap remaja, terutama mereka yang mengalami kegoncangan
dan ketidaktenangan dalam keluarga. Apabila remaja tidak meyakini suatu agama, atau tidak
mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan sehingga jiwanya tidak lagi tenteram
aqidah sejak dini mungkin, maka jika ia remaja akan bingung menghadapi seribu persoalan
yang dihadapi, terutama masalah pribadinya.

Oleh karena itu pembinaan generasi harus dimulai dari sedini mungkin, dengan demikian
kita menciptakan insan pembangunan, yang kreatif, produktif dan taqwa kepada Allah SWT,
yang mampu tanding ke gelanggang walau seorang untuk membela bangsa, negara, dan
agama..

BAB 3

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Rancangan Penelitian

D. Instrumen Penelitian

E. Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

BAB 4

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

B. Deskripsi Data
C. Pengujian Hipotesis

BAB 5

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Keluarga merupakan faktor penting dalam mendidik dan melindungi anak.


2. Keluarga merupakan tambatan yang bagi setiap anggota keluarga.
3. Semua anggota keluarga mempunyai fungsi dan tanggung jawab.
4. Pembinaan generasi harus dimulai dari sedini mungkin
5. Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang secara teratur dan terencana
melekukan pembinaan terhadap anak didiknya.
6. Di sekolah guru bukan hanya mendidik akan tetapi seorang guru harus menjadi tauladan
yang baik terhadap anak didiknya. Dalam segala hal baik, sikap, kepribadian , pergaulan,
agama, dsb.
7. Pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar pengaruhnya daripada
lingkungan keluarga.
8. Pengaruh lain dari masyarakat adalah pengaruh yang bersifat negatif, misalnya: merokok,
memakai obat-obatan terlarang, kekerasan , pornografis, film-film yang merusak moral,
dll. Ini semua harus dibatasi kalau perlu harus disesuaikan dengan ketentuan dalam ajaran
agama, sebab kalau tidak, pengaruhnya akan lebih berbahaya disbanding pengaruh lain.

Daftar Pustaka

Diposkan oleh afriyani di 01.55 Tidak ada komentar:


Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2008 (1)
o ▼ November (1)
 Pengaruh Lingkungan terhadap Pergaulan Remaja

Mengenai Saya

afriyani
Lihat profil lengkapku

Pengaruh negatif dan positif lingkungan terhadap perilaku remaja

Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian seorang remaja, tentu saja karena
ini merupakan hubungan langsung yang mempengaruhi perilaku seorang remaja. Lingkungan
yang paling berhubungan dengan kondisi remaja adalah lingkungan dimana dia tinggal dan
bersosialisasi. Tentunya lingkungan di sekitar rumah dan juga sekolahnya. Lingkungan
merupakan salah satu faktor penting yang berperan langsung terhadap kondisi remaja saat ini.
Lingkungan di sekolahnya adalah tempat sehari- hari dimana dia bersosialisasi bersama
teman- temannya, tentunya juga dengan pergaulan yang baik dan buruk. Berada di sisi dan
bergaul langsung dengan teman- teman sekolahnya merupakan cara terbaik seorang remaja
berkomunikasi, pergaulan mereka pun tentunya di penuhi dengan pergaulan yang negatif dan
juga pergaulan yang positif.
Salah satu pergaulan positif adalah mereka bisa belajar dan berbagi cerita bersama, tentunya
ini akan meningkatkan rasa pertemanan dan juga persaudaraan mereka. Ada kalanya remaja
untuk saling berbagi curahan hati, hal ini juga bisa membuat mereka lebih berpikir positif dan
juga belajar untuk memberi dan menerima saran dari temannya yang tentu saja dalam hal
yang positif.

Pergaulan di lingkungan sekolah juga tidak selamanya positif, dalam hal negatif, misalnya
ada beberapa teman yang sering datang terlambat, tidak mentaati peraturan di sekolah
mereka, tidak mengerjakan tugas mereka, dalam hal ujian mereka juga tidak jujur, dan
bahkan sampai terjadi perkelahian antar teman di sekolahnya. Hal- hal negatif seperti ini bisa
saja menular pada teman- temannya yang lain, dampak negatif yang buruk, yang terkadang
ada satu dua remaja yang membawa dampak buruk ini dari luar dan menyebarkan di sekolah.
Banyak yang terbawa pergaulan negatif dikarenakan mereka terlalu sering bersama dan
bergaul dalam hal tidak baik.

Selain lingkungan sekolah, lingkungan rumah juga berpengaruh sangat pada kepribadian
seorang remaja. Keluarga yang harmonis, saling menyayangi, membantu satu sama lain dan
mementingkan kepentingan orang lain bisa membawa hal positif bagi perilaku remaja.
Sebaliknya juga jika suasana di rumah begitu runyam, seringnya terjadi pertengkaran antara
orang tua atau bahkan antara sodara mereka sendiri, terkadang hal ini malah membuat remaja
menjadi stres dan akhirnya tidak betah di rumah.. jika seorang remmaja sudah tidak betah
tinggal di rumah, tentu dia akan berkeliaran ke tempat dimana teman- temannya berkumpul.

Saran positif yang diberikan temannya tentu akan sedikit demi sedikit merubah perilakunya,
namun jika temannya malah memprovokasinya, yang dikhawatirkan adalah remaja itu lari ke
dalam dunia gelap yang menghancurkan masa depannya sendiri. Jangan sampai hal ini
terjadi, remaja yang masih dalam masa perkembangan dan juga masa emosi yang tidak stabil,
maka orang dewasa harus lebih mementingkannya dan memberi perhatian lebih pada mereka.

ENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PRILAKU INDIVIDU

Posted February 23, 2011 by dessy rabiah paradhita in Uncategorized. Leave a Comment

Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis,
termasuk didalamnya adalah belajar. lingkungan juga terkadang sering disebut patokan utama
pembentukan prilaku.

Semuanya dikaitkan dengan lingkungan dan manusia pun selalu tergantung pada lingkungan
nya. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti
pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam
sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu,
karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraia

Pengertian Prilaku

Prilaku adalah bentuk tanggapan, gerakan atau reaksi yang dihasilkan dari dalam diri individu
tersebut atau hasil dari meniru lingkungan setempat. prilaku juga dapat diartikan sebagai
perbuatan. dan prilaku yg dapat dilihat adalah prilaku terbuka, prilaku yang dapat kita amati
secara langsung dari apa yang individu lakukan. kadang prilaku bisa membuat image tertentu
pada setiap orang yang ada dan prilaku juga dapat menggambarkan bagaimana orang itu?

Adapun bagaimna terjadinya proses prilaku. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan


bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus
(objek) terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini
brarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus

Contoh Kasus:
kebetulan contohnya ini adalah saudara saya sendiri lebih tepat ponakan saya. tante saya
memiliki 2orang anak. putri dan putra. kelas 6sd dan yang putra kelas 3sd. awal saya melihat
adanya perubahan itu ketika tante saya pindah kesebuah perumahan komplek disitu ponakan
saya baru berusia 5 sampai 3 th dimana usia segitu masi terbilang masa nya anak2 untuk
bermain dan mengenal dunia luar. tapi tidak untuk mereka, karna keadaan rumah yang
memang tidak mendukung mereka untuk berexplor lebih diluar sana. mungkin karna faktor
kedua orangtua mereka yang pekerja setiap hari terkecuali minggu dan sabtu. mereka hanya
tinggal bertiga dengan pembantu saja, alhasil ruang lingkup mereka untuk lebih mengenal
dunia luar dan hal baru makin sedikit karna mereka pun jarang sekali untuk bermain dengan
teman sebaya nya disana tidak terallu banyak anak anak yang bermain dan keluar rumah
kalau pun ada itu hanya sore hari saja dengan waktu yang terbatas. ya maklumlah nama nya
juga penghuni komplek rata rata mereka individual kalaupun kenal ya memang sebatas kenal
dan tidak lebih. sebenarya kedua ponakan saya ingin sekali bermain diluar apalagi bila waktu
sore datang tapi sayang kadang mereka hanya melihat dari jendela atau sebatas pagar dalam
rumah saja.

kadang mereka keluar juga tapi tidak pernah sering bisa dibilang jarang. saya mengerti
prasaan mereka pasti adanya kecemburuan sosial antara mereka dan anak lain. alhasil mereka
hanya main berdua saja, sifat sifat itu mulai muncul dan mereka pun lebih tertutup dengan
kehadiran orang baru, malu tampil didepan umum atau orang banyak, hidup kadang tidak
bergairah, dan suka sekali mencari perhatian orangtua mereka ketika dirumah( sedikit rewel ).
samapai suatu ketika tante memutuskan untuk membangun rumah sendiri, tidak jauh dari
tempat tingalnya yang sebelum. rumah itu masuk kedaerah pemukiman warga yang cukup
ramai karna disitu masi ada tanah kosong yang ditanami pohon2 besar, secara udara lebih
bagus tempat tinggal yang sekrang. walaupun ramai tapi tidak brisik dan tetap nyaman untuk
di huni. seiring dengan pertambahan usia ponakanku perbedaan yang jelas sangat terlihat di
ke2 ponakan ku.1 per 1 mereka mempunyai teman. dan lama klamaan teman mereka
bertambah. setiap jam sore mereka bersiap2 untuk maen dihalaman rumah atau diluar rumah
senang rasa nya melihat ponakan2 ku bisa tertawa lepas, semua rasa lelah mereka selama
beraktivitas di sekolah seakan sudah terbayar dengan mereka mempunyai banyak teman dan
dapat saling berbagi dengan apa yang mereka punya walaupun memang sedikit kampung
tetapi mereka semua pintar pintar dan ga kalah dengan anak yang tinggal di komplek. pola
asuh tante ku pun sedikit berubah dari yang dahulu menjadi lebih baik untuk yang sekarang.

Berdasarkan contoh Kasus diatas ada beberapa Teori yang Berpendapat

Teori-teori Perilaku

Semua ahli psikologi yang mendukung pandangan perilaku berpendapat, bahwa mereka yang
meneliti belajar hendaknya mendasarkan kesimpulan-kesimpulan mereka atas observasi-
observasi tentang perilaku eksternal dan terbuka dari organisma-organisma. Tetapi mereka
berbeda dalam dua hal, yaitu dalam bagaimana mereka meneliti belajar, dan dalam bentuk-
bentuk belajar yang mereka analisis.

Studi secara ilmiah tentang belajar baru dimulai pada akhir abad ke-19. Dengan
menggunakan teknik-teknik dari sains (physical sciences), para ahli mulai melakukan
eksperimen-eksperimen untuk memahami bagaiman manusia dan hewan belajar

Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek
dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proaea-proses mental internal.

Dalam pandangan belajar sosial “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi, fungsi psikologi
diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbale balik dari determinan-determinan
pribadi dan determinan-determinan lingkungan”. (Bandura, 1977, hal 11-12)

Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada


seseorang, tidak random; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang
itu melalui perilakunya. Suatu perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu antara
variable-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang

Kesimpulan: Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh lingkungan
terhadap pembentukan prilaku, bedasarkan Contoh nya pengaruh ini masuk kedalam yang
bertujuan Positif. membentuk prilaku yang awalnya kaku menjadi lebih Aktiv untuk
beradaptasi dengan lingkungan. tetapi kita tidak boleh juga menyalahkan peran lingkungan
Sosial yang apabila membentuk Prilaku yang Negatif. karna bagaimana pun yang dapat
mengetahui diri kita, mau seperti apa kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan dan
sapa kita, itu adalah hanya diri kita seorang. karna Motivator terhebat adalah diri kita sendiri.
Percayalah..

By : Dessy Rabiyah Paradhita

Tugas : Psikologi Lingkungan

Sumber Refrensi : PSIKOLOGI UMUM 1 (diktat)

www. infodiknas.com

www. infoskripsi.com

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU ANAK

A. Pengertian Lingkungan

Menurut Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat (2009: 262) lingkungan adalah
ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia. Dalam konsep ajaran pendidikan
Islam, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang diridhoi oleh Allah dan Rasulullah
SAW. Misalnya lingkungan sekolah, madrasah, masjid, majelis taklim, balai musyawarah,
dan lingkungan masyarakat yang islami. Adapun lingkungan yang mendapat murka Allah dan
rasul-Nya adalah lingkungan yang dijadikan tempat kemaksiatan dan kemunkaran.
Sebenarnya yang salah atau jelek bukan lingkungannya, melainkan manusia yang
memakai dan mengambil manfaat lingkungan bersangkutan. Pada dasarnya, semua
lingkungan itu karunia Allah. Hanya saja, manusia yang bodoh menjadikan lingkungan itu
kotor.
Bagi umat Islam, lingkungan yang baik dan berpengaruh dalam meningkatkan akhlak
yang mulia adalah lingkungan yang sehat dan dijadikan tempat berbagai kegiatan yang
bermanfaat, seperti pendidikan Islam, pengajian, dan aktivitas islami lainnya.

B. Pengaruh Lingkungan Pergaulan Terhadap Perilaku Anak


Menurut Syureich (1990: 37) lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam
membentuk dan menentukan perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi
muda dan anak-anak. Misalnya, tidak dapat diabaikan pengaruh lingkungan pergaulannya.
Seseorang menjadi muslim atau nasrani atau agama lainnya adalah karena lingkungan
sosialnya. Apabila lingkungan sosialnya Islam maka seseorang bisa menjadi Islam dan
apabila lingkungan sosialnya nasrani, maka seseorang bisa menjadi nasrani pula, demikian
seterusnya.
Lebih jauh lagi dapat dikatakan, bahwa lingkungan pergaulan sehari-hari di
masyarakat dapat menjadikan seseorang itu menjadi orang yang beriman atau menjadi kafir.
Demikian kuatnya pengaruh lingkungan pergaulan itu pada diri seseorang, sehingga anak
yang dididik baik-baik di rumah keluarganya bisa menjadi anak yang anakal (brutal), yang
membuat keresahan hidup bagi orang tuanya.
Oleh karena itu menurut Thalib (1995: 97-99) bahwa orang tua harus selalu
mengawasi lingkungan pergaulan anak, terutama orang tua harus mampu memerhatikan
teman-teman anaknya, karena anak-anak sejak berumur kurang lebih 4 tahun sudah dapat
bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Dengan bergaul ini mereka bisa
mengembangkan kemampuan sosial dan kebutuhan berhubungan dengan orang lain. Untuk
itu orang tua wajib menaruh perhatian dengan siapa mereka bergaul. Karena teman bergaul
dapat memberikan pengaruh pada kepribadian anak-anaknya. Oleh karena itu, sejak dini
orang tua harus memberikan bimbingan kepada anak-anaknya, bahkan jika mungkin kepada
teman bergaulnya. Sebab tidak jarang kita temukan anak-anak di rumah kita didik dengan
kejujuran, berbicara dengan sopan, bertingkahlaku hormat kepada orang tuanya, tetapi setelah
bergaul dengan teman-teman ternyata pulang membawa kata-kata kotor dan berbau porno
sehingga orang tua sering terkejut mendengarkan kata-kata yang diucapkan anaknya di luar
itu.
Maka dari itu, menurut Buchori Nasution (2005: 75) sebagai orang tua tidak dapat
melepaskan anak begitu saja kepada lingkungan sesuka dia. Pola hidup, budaya, perilaku
serta sosial kita pertaruhi di sini. Oleh sebab itu arahkanlah kepada lingkungan yang kondusif
terhadap misi pembinaan. Perhatikanlah lingkungan bermain, lingkungan sekolahnya,
lingkungan pergaulannya. Bila orang tua ingin pembinaan tetap harapannya, maka:
1. Kalau ingin anaknya shaleh, pergaulan anak kita harus dengan orang-orang yang
berakhlak baik.
2. Kalau ingin anaknya pandai, lingkungan pergaulannya harus bersama orang-orang pandai.
3. Kalau ingin anaknya kaya, ia juga harus memiliki lingkungan orang yang kaya (di
samping lingkungan yang kurang mampu tempat membaktikan karunia yang dilebihkan
Allah padanya).
Jadi lingkungan pergaulan di masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam ikut
serta membentuk watak dan kepribadian anak.

C. Pengertian Pendidikan Islam


Menurut Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) sebagaimana yang dikutip dari
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2008: 25) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah
suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai ideologi Islam misalnya kesatuan sistem akidah, syariah, dan akhlak yang meliputi
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang mana keberartian suatu komponen sangat tergantung.
Menurut Fadhil Al-Jamali sebagaimana yang dikutip dari Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakkir (2008: 26) menyatakan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.
Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
maka pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada
peserta didik melalui upaya pengajaran, pembinaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan,
dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia
dan di akhirat.

D. Hakikat Lingkungan Pendidikan Islam Terhadap Perilaku dan Pendidikan Anak


Lingkungan adalah alam sekitar di mana anak didik berada, atau segala sesuatu yang
ada di sekeliling arah. Dalam bahasan ini yang menjadi persoalan adalah anak didiknya,
apakah ia dipengaruhi oleh lingkungan dalam pembentukan pribadinya atau tidak.

Menurut Ahmad Syar’I (2005: 81) lingkungan pendidikan Islam adalah lingkungan
alam, kondisi dan situasi di mana pendidikan Islam itu berlangsung. Karena itu, lingkungan
pendidikan Islam itu dapat berbentuk benda fisik dan dapat pula berbentuk benda non fisik
seperti situasi, iklim dan budaya orang-orang yang ada di sekitar penyelenggaraan pendidikan
Islam. Lingkungan pendidikan Islam besar pengaruhnya terhadap proses dan pencapaian hasil
pembelajaran, baik pengaruh yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif. Karena itu,
Islam memandang penting memperhatikan lingkungan sebagai wahana pencapaian tujuan
pendidikan Islam.

Menurut Abuddin Nata (1997) sebagaimana yang dikutip Ahmad Syar’I (2005: 81),
lingkungan pendidikan Islam adalah institusi atau lembaga di mana pendidikan Islam itu
berlangsung. Karena itu, ia menyimpulkan terdapat 3 lingkungan pendidikan Islam, yaitu
institusi/lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena keluarga (rumah), sekolah dan
masyarakat itulah yang mempengaruhi dan menentukan terselenggara pendidikan Islam lebih
diletakkan pada posisinya sebagai wahana atau media penyelenggara pendidikan Islam.
Karena itu segala keadaan, kondisi, situasi, iklim dan budaya yang ada di sekitar lembaga
itulah yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan Islam.

Memang disadari, sedikit sulit membedakan konsep lingkungan pendidikan Islam di


atas, karena di satu sisi orang tua dan anggota keluarga lainnya sebagai penyelenggara
pendidikan Islam di rumah tangga adalah lingkungan anak, mereka melahirkan perilaku dan
budaya, di mana perilaku dan budaya mereka sedikit banyak memberi warna dan pengaruh
terhadap proses pencapaian hasil pendidikan di lingkungan keluarga. Demikian pula dengan
pendidikan Islam di sekolah, di mana guru dan personil sekolah sebagai pelaksana
pendidikan memiliki perilaku, budaya dan melahirkan iklim tertentu, di mana semua itu juga
memberi pengaruh/dampak terhadap proses dan upaya pencapaian hasil pendidikan Islam di
sekolah. Hal yang sama juga terjadi dalam masyarakat dan justru pengaruhnya makin luas
dan kuat lagi.

Tanpa mempersoalkan perbedaan rinci konsepsi lingkungan pendidikan Islam, yang


jelas banyak dalil naqli yang memberikan aba-aba pentingnya mewaspadai sekaligus
mendayagunakan lingkungan dalam proses dan upaya mencapai hasil pendidikan Islam.
Dalam Al-Quran menurut Abuddin Nata (1997) sebagaimana yang diutip Ahmad Syar’I
(2005: 82) konsep lingkungan sebagai tempat kegiatan sesuatu atau tempat tinggal
diistilahkan dengan al-qaryah, yang biasanya dihubungkan dengan tingkah laku
penduduknya. Sebagian al-qaryah dihubungkan dengan perilaku penduduk yang berbuat
durhaka lalu mendapat siksa,
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah
baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami
pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." (Q. S. An-Nisa (4):
75)

Adapula yang dihubungkan dengan perilaku penduduk yang berbuat baik sehingga
melahirkan rasa aman dan damai.
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Q. S. An-Nahl (16): 112)
Berbagai dalil naqli mendorong kepada umat Islam untuk meciptakan lingkungan yang indah,
menarik dan menyenangkan yang kesemuanya itu baik langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan Islam. Karena sesungguhnya pendidikan
Islam itu dapat berlangsung dalam 3 kategori lingkungan, yaitu keluarga (rumah), sekolah
dan masyarakat.

. Rumah
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat
yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah
keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah SWT, sunnah-sunnah
Rasulullah SAW ditegakkan dan terjaga dari kemunkaran, maka ia akan tumbuh menjadi
anak yang taat dan pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua muslim harus memperhatikan
kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari
kemunkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak
yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah serta mengikuti
jejak para salafush-shalih.
Di dalam Ihya ‘Ulumuddin (1957) sebagaimana yang dikutip dari Ahmad Syar’I (2008: 83)
tentang cara melatih anak pada budi pekerti yang baik ia menyatakan:
“Ketahuilah, bahwa cara melatih anak itu sangat penting dan perlu sekali. Anak adalah
amanah bagi kedua orang tuanya. Hati yang suci adalah mutiara yang amat berharga, halus
dan bersih dari ukiran dan gambaran. Ia menerima semua yang dipengaruhkan kepadanya.”
Dari ungkapan di atas, jelas tergambar betapa besar pengaruh orang tua (institusi keluarga)
dalam membentuk pribadi anak, orang tua bisa mewarnai anaknya dengan rupa apapun,
sesuai dengan yang dikehendakinya. Namun demikian ia bukanlah ujung dari adanya fitrah,
bahwa manusia iu mempunyai fitrah (sifat yang dibawa sejak lahir), namun di dalam
kehidupannya di dunia ini manusia dihadapkan kepada hal-hal yang datang dari luar diri
(eksternal) manusia itu sendiri yang bisa mempngaruhi kecenderungan hatinya.
Al-Ghazali (1957) sebagaimana yang dikutip Ahmad Syar’I (2008: 83) lebih jauh
mengungkapkan tentang pengaruh lingkungan yang bukan hanya sebatas pada unsur manusia
yang mempengaruhi, tetapi unsur makanannya pun bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi anak. Menanggapi hal ini, beliau menyatakan bahwa anak hendaklah
diawasi dari sejak awal kelahirannya, jangan diserahkan kepada wanita yang sembarangan
(tidak shaleh) untuk mengasuh dan menyusuinya, anak harus diserahkan kepada wanita yang
shaleh, beragama dan makan dengan makanan yang halal untuk diasuh dan disusui.
Menurut Mahjubah (1992: 13) bahwa masa kanak-kanak merupakan periode yang
menentukan dalam pembentukan kepribadian manusia, sebab selama masa tersebut peranan
keluarga bersifat mencakup segala hal. Maka dari itu orang tua bertugas mendidik anak, dan
dalam proses ini agama Islam telah menegaskan peranan yang penting bagi para orang tua.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-Tahrim (66): 6)
Dalam ayat di atas Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk mendidik keluarga dan
diri mereka dengan baik, sehingga menjadi keluarga dan orang-orang bertakwa, yang
merupakan bagian dari masyarakat Islam.
Oleh karena itulah orang tua harus berperan dalam pendidikan, keamanan, dan pengawasan
anak mereka. Pendidikan Islam merupakan satu jaminan terhadap berbagai penyimpangan
dan keburukan.
2. Sekolah
Lingkungan sekolah pun besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan
pribadi anak. Menurut Al-Ghazali (1957) bukan saja orang yang tidak punya cacat budi
pekertinya yang bisa dibentuk dan dikembangkan, anak yang berakhlak buruk pun bisa
diubah melalui pendidikan. Sehubungan dengan hal ini ia menunjukkan suatu cara
memperbaiki akhlak anak yang buruk melalui pendidikan di dalam Ihya ‘Ulumuddin ia
mengatakan:
“Anak-anak yang disia-siakan pada awal pertumbuhannya, akhlaknya buruk, pendusta,
pendengki, pencuri, peminta-minta, suka berkata yang sia-sia, suka tertawa tidak pada
tempatnya, penipu dan banyak senda gurau. Sesungguhnya yang demikian itu dapat dijaga
dengan pendidikan. Masukkan ia ke madrasah, di sana ia akan mempelajari Al-Quran dan
hadits yang mengandung cerita-cerita dan riwayat tentang seorang yang baik-baik. Supaya
tertanam dalam pikirannya kecintaan kepada orang-orang yang shaleh.”
3. Masyarakat
Lingkungan masyarakat pun demikian, akan turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi anak. Ia menunjukkan cara untuk mengetahui kekurangan-kekurangan
yang demikian seseorang terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat, bergaul dengan
mereka. Di sana ia akan melihat bermacam-macam perangai baik yang buruk maupun yang
berbudi baik.
Dalam hal ini, Al-Ghazali (1957) mengungkapkan bahwa:
“…ia bercampur baur dengan manusia. Semua yang dilihatnya tercela di antara orang banyak
itu, maka hendaklah dicari pada dirinya sendiri dan disandarkannya padanya. Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu cermin mukmin yang lain.”
Kedua ungkapannya di atas tersirat di dalamnya pengaruh baik sekolah maupun masyarakat
terhadap pembentukan pribadi seseorang. Anak yang bejat sekalipun selama anak itu mau
mengintegrasikan dirinya ke tengah-tengah masyarakat yang mayoritas berakhlak baik maka
si anak berangsur-angsur berubah sesuai dengan lingkungan di mana ia berada.
Mencermati Pengaruh Lingkungan Pergaulan terhadap Perilaku dan Pendidikan Anak dalam
Pendidikan Islam
Anak merupakan anugerah, karena dan nikmat Allah yang terbesar yang harus dipelihara,
sehingga tidak terkontaminasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maka
wajib untuk membimbing dan mendidik sesuai dengan petunjuk Allah dan rasul-Nya, dan
menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk lingkungan dan pergaulan. Wajib mencarikan
lingkungan yang bagus dan teman-teman yang istiqamah. Keluarga adalah lingkungan
pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh yang besar dalam pendidikan anak.
Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi tumbuh kembangnya anak, baik
jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk akidah, mental,
spiriual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Yang kita tanamkan kewajiban yang
diperintahkan Allah, dan kesabaran dalam meninggalkan apa yang dilarang Allah. Jangan
biarkan anak-anak kita terpengauh oleh tingkah laku dan perangai orang-orang yang rusak
dan jahat; yang dengan sengaja membuat strategi dan tipu daya untuk menghancurkan
generasi umat Islam.
Maka dari itu menurut Ahmad tafsir (2005: 65) bahwa orang tua seharusnya mengerti tujuan
pendidikan keimanan bagi anak-anaknya yang masih kecil itu, agar mereka tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang shaleh, yang memiliki iman dan takwa. Karena hanya iman
dan takwa yang kuatlah yang akan mampu mengendalikan diri seseorang sehingga sanggup
melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dengan demikian pendidikan agama
sangat penting bagi manusia.
Diposkan oleh susilo adi prasetyo di 06.06

Anda mungkin juga menyukai