Anda di halaman 1dari 29

FILOSOFI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

DALAM PRESPEKTIF TRADISIONAL DAN MODERN

Dosen Pengampu : Satrianawati, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1

Kelas : 3B-PGSD

Nama Anggota Kelompok :

1. Dimas Ihsan Stirman (2100005063)


2. Indah Legita (2100005064)
3. Arfita Marcheliana (2100005066)
4. Mirna Romadhony (2100005082)
5. Putri Andhina Saraswati (2100005094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Filosofi Belajar &
Pembelajaran"tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar & Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pentingnya belajar dan
memahami mengenai filosofi terkait Belajar & Pembelajaran berdasarkan
perbandingan 2 perspektif yakni tradisional dan modern bagi para pembaca dan
penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Satrianawati, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Belajar & Pembelajaran yang telah membimbing kami sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami dengan
senang hati untuk menerima kritik serta saran yang membangun dari para pembaca.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 24 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3
C. TUJUAN............................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF
TRADISIONAL DAN MODERN.........................................................................................5
A) Hakikat Belajar dan Pembelajaran............................................................................5
B) Hakikat Belajar dan Pembelajaran dari Prespektif Tradisional dan Modern...........6
B. NILAI-NILAI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF
TRADISIONAL DAN MODERN.........................................................................................7
A. PERSPEKTIF TRADISIONAL...............................................................................................7
b. Perspektif Modern.......................................................................................................8
C. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF
TRADISIONAL DAN MODERN.......................................................................................17
a. Belajar.......................................................................................................................17
b. Pembelajaran...............................................................................................................19
BAB III....................................................................................................................................25
PENUTUP...............................................................................................................................25
A. KESIMPULAN..................................................................................................................25
B. SARAN...........................................................................................................................25
LAMPIRAN............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang berbeda namun sering
disalahartikan menjadi satu hal yang sama. Belajar itu sendiri merupakan bagian dari
pembelajaran, secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh individu untuk menambah atau memahami ilmu melalui suatu proses
dimulai dari ketidaktahuan akan suatu hal menjadi tahu atau proses perubahan pada
seseorang menjadi lebih baik. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada
hubungan timbal balik antara pemberi (pendidik) dan penerima ilmu (peserta didik)
melalui proses belajar mengajar dalam ruang lingkup Pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, konsep belajar dan pembelajaran merupakan “kunci”
karena jika tidak ada “belajar” maka tidak terjadi pula “pembelajaran” sedangkan
dengan proses pembelajaran inilah pendidik dapat membentuk individu yang
berkualitas melalui tindakan berdasarkan metode-metode yang nantinya tidak hanya
mengacu pada perkembangan aspek kognitifnya saja namun juga pada aspek afektif
dan psikomotorik.
Berdasarkan definisi umum yang sudah dijelaskan dapat kita ketahui bahwa
belajar dan pembelajaran sangat penting untuk dipahami oleh pembaca, oleh karena
itu penulis telah memaparkan pembahasan mengenai filosofi belajar dan pembelajaran
secara mendetail meliputi hakekat, nilai-nilai dan tujuannya dalam 2 perspektif yakni
perspektif tradisional dan modern juga keterkaitannya dengan modernisasi pendidikan

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hakekat belajar dan pembelajaran dalam


perspektif tradisional dan modern?
2. Apa saja nilai-nilai belajar dan pembelajaran dalam perspektif tradisional dan
modern?
3. Apa tujuan dari adanya belajar dan pembelajaran dalam perspektif tradisional
dan modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hakekat belajar dan pembelajaran
dalam perspektif tradisional dan modern.
2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai belajar dan pembelajaran dalam perspektif
tradisional dan modern.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari adanya belajar dan pembelajaran dalam
perspektif tradisional dan modern.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF


TRADISIONAL DAN MODERN

A) Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan aktivitas mental untuk memperoleh perubahan tingkah laku


positif melalui latihan atau pengalaman dan menyangkut aspek kepribadian,
Belajar bukan sekedar aktivitas memerintahkan seorang anak untuk belajar.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belajar memiliki tujuan untuk
membentuk pribadi menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Belajar menurut beberapa ahli yaitu (1) Daryanto (2009:2) mengemukakan
bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungnnya, (2) Suyono &
Hariyanto (2014: 9) belajar merujuk kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-
sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Belajar adalah suatu proses aktivitas mental yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan menetap
relatif lama melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian
baik scara fisik ataupun psikis. Belajar menghasilkan perubahan dalam diri setiap
individu, dan perubahan tersebut mempunyai nilai positif bagi dirinya. Tetapi
tidak semua perubahan bisa dikatakan sebagai belajar, sebagai contoh seseorang
anak yang terjatuh dari pohon dan tangan nya patah. Kondisi tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai proses belajar meskipun ada perubahan, karena perubahan
tersebut bukan sebagai perilaku aktif dan menuju kepada perbuahan yang lebih
baik.
Berdasarkan pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang guna untuk
mencapai apa yang ditujunya serta memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan baik itu yang bersifat positif dan relative lama melalui latihan atau
pengalaman yang mana menyangkut kepribadian secara fisik maupun psikis.
Terdapat factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Seperti kita ketahui bersama bahwa faktor internal
tentunya kaitanya dengan dalam diri sedangkan ekternal kaitanya dengan hal luar.
Dimana terdapat dua factor yaitu:
 Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang kaitannya dengan diri
pribadi orang tersebut selaku orang yang sedang belajar. Faktor internal
tersebut menyangkut tiga komponen utama yaitu jasmaniah, psikologis
dan faktor kelelahan.
 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu
tersebut. Faktor eksernal yang berpengaruh terhadap belajar terdiri atas
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sedangkan pengertian pembelajaran merupakan proses perubahan atas
hasil pembelajaran yang mencakup segala aspek kehidupan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Adapun pembelajaran merupakan perpaduan dari dua
aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung
lebih dominan pada peserta didik, sementara mengajar secara instruksional
dilakukan oleh guru, jadi istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata
belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan
dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar atau kegiatan belajar
mengajar. Secara psikologis pengertian pembelajaran ialah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku secara
menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan lingkungannya.
Dari pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran pada
dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu dengan bantuan
guru untuk memperoleh perubahan perubahan perilaku menuju pendewasaan
diri secara menyeluruh sebagai hasil dari interaksi individu dengan
lingkunganya. Secara mendasar kriteria dari pembelajaran meliputi:
 Pembelajaran Merupakan Proses Perubahan
 Perubahan Hasil Pembelajaran Mencakup Semua Aspek Kehidupan
 Pembelajaran Terjadi Karena Adanya Tujuan
B) Hakikat Belajar dan Pembelajaran dari Prespektif Tradisional dan
Modern

Pembelajaranan tradisional (konsep lama) sangat menekankan


pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Pembelajaran tradisional merupakan
pembelajaran dimana secara umum, pusat pembelajaran berada pada guru, dan
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar. Jadi, disini guru berperan
sebagai orang yang serba bisa dan sebagai sumber belajar. Sistem
pembelajaran tradisional memiliki ciri bahwa pengelolaan pembelajaran
ditentukan oleh guru. Peran siswa hanya melakukan aktifitas sesuai dengan
petunjuk guru. Model tradisional ini lebih menitik beratkan upaya atau proses
menghabiskan materi pelajaran, sehingga model tradisional lebih berorientasi
pada teks materi pelajaran. Guru cenderung menyampaikan materi saja,
masalah pemahaman atau kualitas penerimaan materi siswa kurang
mendapatkan perhatian secara serius. Jenis metode pembelajaran yang
digunakan dalam belajar sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan,
keinginan, harapan dan aktivitas belajar yang dapat dilakukan secara tutorial,
ceramah, resistensi, diskusi, kegiatan laboratorium dan pekerjaan rumah.
Metode modern dalam pembelajaran adalah menggunakan cara-cara yang
inovatif dengan berbagai kombinasi yang komparatif untuk menghasilkan cara
belajar yang taktis, teknis dan praktis dalam mengaplikasikan,
mengapresiasikan, serta menginterpretasikan.
Wortham (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran modern akan
melahirkan pembelajaran metode yang taktis, teknis dan praktis berupa
metode ekspitori, metode demonstrasi, metode diskusi panel dan debat,
metode bermain peran dan metode simulasi. Metode modern ini diarahkan
untuk menjadi metode yang efektif, efisien dan berkualitas dalam
pembelajaran dunia pendidikan. Adapun pembelajaran modern adalah salah
satu hasil dari pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang
mengubah konsepsi dan cara berpikir belajar manusia. Semakin meningkatnya
perkembangan teknologi dan informasi tersebut mengakibatkan teori
pembelajaran behavioristik dipandang kurang cocok lagi untuk dikembangkan
bagi anak didik di sekolah.
B. NILAI-NILAI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF
TRADISIONAL DAN MODERN
a. Perspektif Tradisional

Kehidupan setiap individu tidak lepas dengan nilai-nilai yang


mendasarinya, sudah ada sejak balita hingga dewasa. Pemahaman akan nilai
belajar dan pembelajaran dalam perspektif tradisional masih mendasar dalam
artian, terbentuknya pemahaman tersebut bermula dari unsur-unsur kebaikan
dan dalam penerapan hidup sehari-hari. Dulu pengimlementasian nilai-nilai
belajar dan pembelajaran terbatas pada kebutuhan untuk dapat hidup, aman
dan nyaman seperti hidup menetap dan memiliki lingkungan sosial. Seiring
berjalannya waktu nilai-nilai belajar dan pembelajaran terus mengalami
perkembangan. Menurut Horton, W.D tahun 2015 adanya perkembangan nilai
pembelajaran tersebut didasari oleh kemampuan kontrol pikiran pada individu

b. Perspektif Modern

 Nilai Karakter
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi
acuan tata nilai interaksi antar manusia sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai karakter adalah suatu hal yang dianggap penting dan berguna dalam
kehidupan individu saat ini karena meliputi penghargaan akan adanya
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbada-beda. Kementerian Pendidikan Nasional membagi nilai
karakter menjadi 18 macam, diantaranya:
 Religius
Merupakan ketaatan dalam melaksanakan ajaran agama menurut aliran
agama yang dianut, nilai karakter religius lebih menekankan pada sikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain agar tetap rukun
berdampingan satu dengan lainnya. Selain itu religius menjadi salah satu
nilai karakter yang sangat penting di era modern saat ini dikarenakan
adanya perubahan zaman yang harus disesuaikan dengan penerapan agama
itu sendiri. Dampak dari perkembangan IPTEK dan pengaruh globalisasi
dapat menimbulkan suatu nilai penyimpangan bagi peserta didik karena
mengikuti perkembangan zaman yang tidak didasari oleh nilai-nilai
religius, oleh sebab itu salah satu bagian nilai karakter ini sangat penting
dalam proses belajar dan pembelajaran dalam mengatur atau
mengorganisasikan kehidupan sosial untuk menjaga norma dan kontrol
sosial peserta didik.
 Jujur
Merupakan Perilaku yang menghubungkan suatu pengetahuan,
perkataan dan perbuatan dengan benar berdasarkan fakta yang ada,
sehingga individu tersebut dapat menjadi seorang dengan kepribadian yang
dapat dipercaya. Nilai kejujuran dalam perspektif modern penting untuk
ditanamkan pada diri peserta didik dimulai dari jenjang SD, karena di abad
20an saat ini ada banyak permasalahan yang timbul akibat dari tidak
adanya nilai kejujuran dalam diri, contohnya seperti kasus penyebaran
berita hoax, korupsi, pencitraan publik dan lain sebagainya yang dimulai
dari tindakan membohongi orang lain yang pada akhirnya hanya
merugikan dirinya sendiri.
 Toleransi
Dalam KBBI dijelaskan bahwa toleransi merupakan sikap menghargai
pendirian akan pandangan, kepercayaan, kebiasaan yang bertentangan
dengan pendiriannya sendiri. Beberapa kasus mengenai pertentangan nilai
toleransi bukan menjadi suatu hal yang asing ditelinga masyarakat era saat
ini, seperti kasus-kasus terorisme dan radikalisme, perusakan tempat
ibadah, kasus intoleransi dan lain sebagainya karena dipicu oleh rendahnya
tingkat pemahaman toleransi yang miliki oleh sebab itu point ini menjadi
pr tersendiri bagi pendidik dalam penerapan proses nilai-nilai belajar dan
pembelajaran terkhusus penerapan nilai toleransi.
 Disiplin
Merupakan tindakan konsisten terhadap peraturan dan tata tertib yang
berlaku. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar
warganya sudah memiliki orientasi nilai-nilai budaya pada lingkungan
sekitar, didunia pendidikan pengimplementasian nilai disiplin sudah
terarah karena dalam dunia pendidikan itu sendiri sudah memuat suatu
peraturan-peratuan yang harus ditaati peserta didik yang secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh pada perubahan peserta didik
untuk mengikuti peraturan yang ada.
 Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh untuk mencapai
tujuan, di era modern saat ini kita tentunya menyadari adanya perubahan
terhadap tatanan dunia yang terus bergerak secara dimanis dan menuntut
kita untuk berkerja keras sehingga era modern membutuhkan calon-calon
yang pekerja keras demi terciptanya SDM yang unggul.
 Kreatif
Sikap yang mencerminkan inovasi dalam pemecahan masalah, dengan
cara dan hasil-hasil yang baru. Nilai kreatifitas ini dibutuhkan semua
jenjang usia terkhusus siswa SD karena merupakan awal untuk memahami
dan kemudian mampu mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
Penerapan pembelajaran dengan penggunaan media teknologi menjadi
salah satu contoh dari pengimplementasian nilai kreatif dari pemecahan
masalah dengan cara baru.
 Mandiri
Menurut Poerwadarminta (2007:221) mandiri adalah tidak tergantung
pada orang lain, sedangkan kemandirian adalah keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kemampuan untuk melakukan
kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahapan perkembangan,
pemahaman akan nilai ini penting agar peserta didik memiliki kesiapan
dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri ditandai dengan mengambil
suatu inisiatif, bertanya dan mengeksplor lingkungan sekitar.
 Demokratis
Demokrasi pendidikan adalah demokrasi yang memberikan
kesempatan pendidikan yang sama kepada semua orang, tanpa
membedakan ras (suku), kepercayaan, warna dan status sosial. Definisi ini
memberi pengertian bahwa setiap individu mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran sehingga cara berpikir
dalam mengedepankan hak dan kewajiban secara merata antara diri sendiri
dan orang lain sudah ada pada diri peserta didik.
 Rasa ingin tahu
Menurut Mustari (2011, hlm.103) “rasa ingin tahu yaitu sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari apa yang dipelajarinya, dengar dan secara lebih mendalam.
Harvard Business Review menyebut bahwa rasa ingin tahu akan
membuatmu lebih beradaptasi dalam pekerjaanmu. Jadi ketika rasa ingin
tahumu terpancing, kamu akan berpikir lebih dalam dan rasional ketika
mengambil keputusan oleh sebab itulah semakin besar rasa ingin tahu akan
suatu hal semakin besar pula tingkat rasional yang dimiliki peserta didik,
nilai ini penting dalam keberlangsungan hidup peserta didik dimasa
mendatang.
 Nasionalisme
Menururt Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham yang
menghendaki kesetiaan yang tertinggi dari rakyat kepada negara dan
bangsa. b. Louis Snyder Menurut Louis Snyder nasionalisme merupakan
percampuran dari berbagai gagasan sehingga menyatu pada taraf tertentu
dalam kurun sejarah atau diaritikan sebaagai penempatan kepentingan
bangsa di atas kepentingan pribadi, sikap nasionalisme penting bagi setiap
warga masyarakat Indonesia saat ini mengingat banyaknnya persoalan-
persoalan ada, namun masyarakat Indonesia tetap bisa menjadi satu
kesatuan karena balik pada nilai nasionalisme pada dasar-dasar pemikiran
masyarakat itu sendiri.
 Cinta tanah air
Cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak akan tergiur
dengan tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri penting
bagi peserta didik untuk mempelajari mengenai nilai ini karena dampak
globalisasi mengenai kebudayaan negara lain dapat dengan mudah untuk
masuk dan mendokrin pikiran masyarakat dalam hal-hal yang merugikan
negara nantinya sehingga menjadi salah satu point yang penting untuk
dipahami.
 Menghargai prestasi
Yaumi (2014:105-106) mengemukakan bahwa menghargai prestasi
adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain atau sikap terbuka terhadap prestasi orang lain,
menyadari kekurangan diri dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi
diri. Nilai ini penting dipahami karena dapat disalahartikan melalui
tindakan yang bertentangan dengan nilai, karena tidak dapat mengolah
memikirannya terhadap keberhasilan orang lain menjadi motivasi
melainkan menjadikan nilai tersebut sebagai tindakan pesimis karena
merasa dirinya tidak mampu melakukan pencapaian prestasi yang diraih
orang lain.
 Komunikatif
Tindakan terbuka kepada orang lain melalui komunikasi, khususnya di
era modern saat ini melalui pemikiran yang realistis setiap peserta didik
yang berawal dari jenjang SD akan sampai pada tahap melakukan suatu
interaksi yang didasari keinginan diri atau kebutuhan selaku bagian dari
anggota masyarakat, dengan memperbanyak relasi antar dirinya dan orang
lain tentu akan mempermudah hal-hal yang ingin ia capai karena adanya
sumber-sumber informasi yang didapat melalui komunikasi.
 Cinta damai
Menurut Sahlan dan Angga (2012:39), cinta damai adalah “sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya”. Menurut Sobur (2006:95) Secara etimologis
semiotik berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda, sehingga
dapat didefinisikan sebagai “sikap damai”, tenang, nyaman terhadap suatu
kelompok atau komunitas baru pada lingkungan sekitarnya. Nilai ini
penting untuk dipahami agar peserta didik nantinya tidak mudah
terpengaruh dari oknum atau kelompok yang ingin membuat kericuhan
berdasarkan masalah internal yang ada.
 Literasi membaca
Merupakan suatu nilai yang sangat penting dari segi penanaman nilai
kognitif salah satunya dengan penerapan budaya gemar membaca baik itu
berupa buku, junal, koran dan lain sebagainya. Berdasarkan data terbaru
Program for International Student Assessment (PISA) di tahun 2022
literasi Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara, hal tersebut
tentunya menjadi point yang paling penting untuk dunia pendidikan,
khususnya menjadi pr bagi pendidik dan calon pendidik untuk menerapkan
budaya literasi bagi anak didiknya kelak.
 Peduli lingkungan
Nilai peduli terhadap lingkungan diartikan sebagai penjagaan dan
pelestarian. Hampir sama halnya dengan literasi, permasalahan pola hidup
bersih masyarakat saat ini juga harus diubah, gerakkan membuang sampah
pada tempatnya dan mengurangi penggunaan sampah plastik harus
diajarkan kepada peserta didik mengingat data pada Kementrian
Lingkungan 26 April 2022 mengenai timbunan sampah Indonesia tembus
pada angka 35 juga kilogram dan hingga saat ini masih menjadi
penyumbang sampah plastik terbesar ke dua di dunia.
 Peduli sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dari sinilah
kepedulian sosial menuntut kepada setiap individu agar mampu
memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya atau masyarakat. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai rasa peka dan peduli terhadap orang
lain. Nilai ini menjadi penting mengingat kita selaku individu dalam
masyarakat merupakan makhluk sosial yang akan membutuhkan dan
dibutuhkan orang lain.
 Tanggung jawab
Menurut Burhanudin (2000) tanggung jawab adalah kesanggupan
untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan atau tugas yang
diemban dan kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan
yang dilakukan. Menurut Yaumi (Sinaga & Artati, 2017), mendefinisikan
tanggung jawab(responsibility) sebagai suatu tugas atau kewajiban untuk
melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan (yang
diberikan oleh seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri) yang harus
dipenuhi seseorang, dan yang memiliki konsekuensi hukuman terhadap
kegagalan. Berdasarkan pengertiannya konsep nilai tanggung jawah
dibutuhkan didik sebagai Langkah awal pembentukan karakter.

Tabel Perbedaan Nilai Belajar dan Pembelajaran Dalam Prespektif Modern dan
Tradisional

Tradisional Modern
Dalam prespektif tradisional penanaman Dalam prespektif modern nilai-nilai belajar
nilai belajar dan pembelajaran hanya dan pembelajaran tidak hanya sekedar pada
menekankan pada teori dan konsep saja pemberian teorinya saja akan tetapi harus
seperti bagaimana bentuk konsep dan teori diiringi dengan mengimplementasiannya
mengenai nilai benar dan salah dalam juga. Di tahun 2022 saat ini bahkan konsep
kehidupan atau menjelaskan mengenai kurikulum yakni kurikulum merdeka pada
aspek-aspek yang berkaitan dengan etika, semua tingkatan pendidikan berisi mengenai
sayangnya konsep penanaman nilai tujuan dari nilai-nilai yang harus bisa
terkhusus nilai karakter seperti itu tidak diterapkan oleh peserta didik yaitu
sampai pada ranah metodologi dan beriman,bertaqwa kepada tuhan yang maha
pengaplikasiannya secara langsung. Peserta esa dan berakhlak mulia, berbhinekaan
didik yang memiliki nilai-nilai karakter global, bergotong royong, kreatif, mandiri
dalam konsep belajar dan pembelajaran dan bernalar kritis. Nilai-nilai tersebut
yang baik tidak terbentuk secara otomatis diajarkan pada alokasi 20% sampai dengan
namun merupakan suatu hal yang dibentuk 30% selama ketentuan waktu belajar
(Abdul Munir Mulkham 2002) mengajar yang ditetapkan, itu artinya
berbeda dengan perspektif tradisional
dengan alokasi belajar mengajar nilai-nilai
full secara teori yang didominasi guru dalam
pemaparannya, nilai belajar dan
pembelajaran dalam perspektif modern
mendapat bagian pengimplementasian nilai-
nilai tersebut diakhir pembelajaran setelah
alokasi intrakulikuler sebesar 70% sampai
dengan 80% sudah terlaksana, jadi setelah
penamahaman akan teori berlanjut pada
penerapannya langsung, berdasarkan
kurikulum merdeka konsep seperti itu
dinamakan proyek penguatan profil
pancasila yang didesain untuk menanamkan
nilai-nilai yang baik kepada peserta didik
(Kemendikbud-ristek 2022)

Tabel Kekeurangan dan Kelebihan Belajar dan Pembelajaran Dalam Prespektif


Modern dan Tradisional

Dari Segi Kekurangan Kelebihan


Media Belajar dan 1) Pada prespektif 1) Pada prespektif
Pembelajaran tradisional Media tradisional adanya
digital yang tersedia media pembelajaran
masih kurang yang mana masih
praktis, yang mana bersumber pada guru
dalam penggunaanya yang mana disini
memerlukan seorang guru akan
komponen- mendapat tantangan
komponen lainnya. yaitu harus bisa
Apabila terdapat menciptakan kelas
media digital, di era yang nyaman serta
tradisional ini belum menuntut guru dalam
tersedianya audio penjelasannya harus
sehingga seorang membuat paham
guru juga harus ikut peserta didik.
menerangkan. Sehingga banyak
2) Pada prespektif guru yang mau
modern belajar.
kekurangannya yaitu 2) Pada prespektif
dalam membuat modern karena
media belajar apabila adanya media digital
akan dikemas secara yang mana
kreatif, maka mendukung dalam
memerlukan bahan- belajar dan
bahan yang lain yang pembelajaran ini
mana harganya Meminimalis
realtif mahal. keterbatasan
pengamatan mata.
Yang mana
meminimalis
keterbatasan
penglihatan mata
maksudnya untuk
menerangkan objek
tertentu yang sulit
disajikan secara
nyata maka dapat
dipergunakan media
berupa foto atau
gambar.
Guru 1) Pada prespektif 1) Pada prespektif
tradisional guru tidak tradisional seorang
menggunakan RPP guru yang belum
sebagai pedoman berkualitas yang
dalam pelaksanaan mana menuntut
pembelajaran. mereka untuk
Sehingga hanya belajar.
bersumber pada 2) Dengan prespektif
bagian-bagian atau modern ini seorang
materi yang ada di guru yang
buku saja. Sehingga berkualitas akan ikut
pedoman untuk berkontribusi untuk
mengajar yaitu pada membangun atau
buku. membangkitkan
2) Pada prespektif Pendidikan di
modern banyak guru
yang kurang Indonesia ini
memperhatikan
kemampuan awal
siswa atau
melakukan
assesmen. Padahal
dengan memahami
kemampuan awal
siswa ini guru dapat
membantu siswa
memperlancar proses
pembelajaran yang
dilkukan dan
memperkecil
peluang kesulitan
yang dihadapi siswa.

Peserta didik 1) Pada prespektif 1) Pada prespektif


tradisional tradisional
kekeurangannya kelebihannya yaitu
yaitu peserta didik peserta didik mau
masih kurang diajak untuk bertukar
memiliki sikap yang pengalaman karena
sopan. tidak memiliki rasa
2) Pada prespektif ego yang tinggi serta
modern banyak banyak peserta didik
peserta didik yang yang lebih percaya
sulit diatur dan diri.
banyak peserta didik 2) Pada prespektif
yang manja. modern banyak
peserta didik yang
bisa untuk bertukar
pikiran dan memiliki
kemauan untuk
belajar yang tinggi.

C. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DALAM PRESPEKTIF


TRADISIONAL DAN MODERN

a. Belajar

Belajar merupakan salah proses perubahan tingkah laku yang mana masih
berkesinambungan antara berbagai unsur serta berlangsung seumur hidup. Yang
mana dalam kegiatan belajar tersebut, setiap individu didorong oleh berbagai aspek
diantaranya yaitu seperti motivasi, emosional, dan lain sebagainya. Dimana dari
kegiatan belajar ini, setiap individu akan memperoleh hasil atau tingkah laku yang
diharapkan. Selain itu dalam belajar seseorang juga akan mendapatkan pengalaman
baru di dalam hidupnya serta mengetahui apa yang awalnya dia tidak ketahui.
Tujuan bealajar menurut Sardiman (2012) yaitu :
b. untuk mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir
karena antara kemampuan berfikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat
dipisahkan. Kemampuan berfikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya
pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya
pengetahuan
c. penanaman konsep dan ketrampilan, baik ketrampilan jasmani maupun
rohanu. Ketrampilan jasmani ini dapat diamati sedangkan ketrampilan rohani
lebih rumit karena lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan,
ketrampilan berpikir serta krativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
suatu konsep,
d. penanaman sikap dan nilai-nilai, pembentukan sikap mental dan perilaku anak
didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi
nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan kesadaran serta kemampuan untuk
mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Sedangkan menurut Gagne dan Brigss belajar itu terdiri dari tiga komponen
yang penting, diantaranya adalah kondisi eksternal, kondisi internal, serta hasil
belajar. Dimana dari ketiga komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan interaksi antara keadaan internal serta proses kognitif seseorang dari
lingkungannya. Dimana proses kognitif tersebut akan menghasilkan suatu hasil
belajar, yang terdiri dari (1) informasi verbal, (2) ketrampilan intelek , (3)
ketrampilan motoric , (4) sikap, (5) skema kognitif. Mayer juga mengemukakan
bahwa belajar dapat berkembang dalam tida pandangan, diantaranya yaitu (1)
belajar terjadi ketika sesorang memperlemah atau memperkuat hubungan antara
stimulus dan respons, (2) belajar merupakan penambahan pengetahuan, karena
ketika seseorang belajar ia berusaha menempatkan informasi ke dalam memori
jangka Panjang (long-termmeory), (3) belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan, karena ketika seseorang belajar ia aktif mengkonstruksi pengetahuan
dalam “working memory.” Sehingga dengan tiga pandangan yang dikemukakan
oleh Mayer, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar itu tujuannya untuk
mendapatkan informasi atau pengetahuan yang mana dapat disimpan ke dalam
memori otak dengan jangka waktu yang Panjang. Serta dalam belajar ini setiap
individu dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara stimulus dan
respon.
Dalam prespektif tradisional, tujuan dari belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh individu, agar memperoleh hasil yang dinginkan. Dalam prespektif
tradisional seperti yang telah disampaikan oleh Sudirman (2012) bahwa belajar itu
untuk memperoleh pengetahuan, yang mana seseorang yang belajar maka akan
memperoleh pengetahuan serta mereka akan bisa berfikir sedangkan sesorang yang
tidak belajar maka tidak akan mendapatkan pengetahuan sehingga tidak bisa
berfikir. Sehingga dalam prespektif tradisonal ini belajar hanya untuk memperoleh
pengetahuan saja yang mana agar mereka dapat berfikir, sedangkan tujuan belajar
lainnya seperti mendapatkan tingkah laku social, sikap, dan lain sebagainya
sehingga belajar menurut Mayer yang mana salah satu tujuannya dapat
memperlemah serta memperkuat stimulus dan respon tersebut kurang diperhatikan.
Sedangkan dalam prespektif modern, belajar ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan dengan prespektif tradisonal. Dimana dalam prespektif modern
seorang individu dalam belajar tidak hanya ingin memperoleh informasi saja tetapi
dengan adanya perkembangan digital yang semakin maju, maka dalam belajar ini
individu tersebut juga dapat menggali-nggali informasi yang lainnya menggunakan
media digital. Selain itu dalam prespektif modern tujuan dari belajar ini tidak
hanya untuk memperoleh informasi verbal saja atau pengetahuan yang mana dapat
digunakan untuk berfikir. Melainkan dengan adanya pemahaman yang semakin
berkembang maka individu dalam belajar selain untuk mendapatkan informasi,
tetapi ia juga ingin mengstimulus baik itu motoric maupun psikomotoriknya. Selain
itu di era yang modern ini belajar dari lingkungan sekitar juga penting yang mana
tujuannya untuk memperoleh pengalaman baru selain itu juga dengan belajar
mereka ingin membentuk sikap serta proses social yang baik. Dimana dalam
belajar tersebut di era modern ini dalam proses belajarnya bersumber dari mana
saja bisa dari internet tidak hanya buku saja.

b. Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) adalah akumulasi dari konsep mengajar atau


teaching serta konsep belajar atau learning. Davis (1974) mengemukakan bahwa
learning system itu merupakan perpaduan antara manusia, pengalaman belajar,
fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, serta prosedur yang mana untuk
mengatur interaksi pembelajaran guna mencapai tujuan sedangkan dalam system
teaching, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi, metode,
penialaiaan serta langkah-langkah dalam mengajar itu akan berhubungan dengan
aktivitas dalam belajar guna untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran
sendiri itu tidak bisa terlepas dari kegiatan belajar, yang mana keduanya saling
berhubungan sehingga tidak dapat dipisahkan antarkeduanya. Pembelajaran ini
merupakan kegiatan belajar yang mana dilakukan oleh pemelajar atau guru.
Sehingga tujuan pembelajaran itu secara umum dan khusus dapat didefinisikan
sebagai penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar. Menurut
Reigeluth (1999 : 18-20) untuk menunjang proses pembelajaran agar berjalan
dengan baik, terdapat tiga variable pembelajaran diantaranya adalah variable
kondisi pembelajaran, variable metode, serta variable hasil pembelajaran. Dimana
variable kondisi pembelajaran, Reigeluth mengemukakan bahwa kondisi
pembelajaran ini menjadi awal dari stratergi pembelajaran untuk mencapai hasil
pembelajaran, kemudian metode pembelajaran lebih menekankan pada komponen-
komponen stratergi pembelajaran serta penyampaian dan pengelolaan
pembelajaran. Menurut Reigeluth ini untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal, beliau lebih mengarahkan untuk model pembelajarannya yang
efektifitas, efesiensi serta mempunyai daya tarik.
Dalam prespektif tradisional, tujuan dari pembelajaran ini yaitu untuk
penjabaran dari kompetensi yang mana akan dikuasai oleh pembelajar, namun
secara tradisional ini pembelajaran masih lebih focus pengajar mentransferkan ilmu
saja kepada peserta didik. Dimana seperti kondisi pembelajaran, metode serta hasil
pembelajaran seperti yang dikemukan oleh Reigeluth itu belum maksimal.
Sehingga dalam prespektif tradsional, pembelajaran ini tujuannya hanya untuk
penjabaran dari kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar, dimana pengajar
hanya menyalurkan ilmu-ilmunya saja kepada pembelajar dengan kondisi, metode
serta hasil pembelajaran yang belum memadahi. Sedangkan dalam prespektif
modern, tujuan dari pembelajaran ini sudah mengalami perbedaan. Dimana
pembelajaran ini si pengajar tidak hanya untuk menyalurkan atau mentransfer ilmu
saja, melainkan si pembelajar ini juga sudah bisa untuk menerapkan menerapkan
atau mengimplementasikan apa yang disampaikan oleh si pengajar. Dimana dalam
era modern ini sudah banyak perkembangan digital yang semakin maju, sehingga
seperti stratergi pembelajaran, pengajar juga telah menyiapkan starterginya dengan
semaksimal mungkinn, metodenya juga telah di kemas dengan baik guna si
pembelajar ini dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan baik. Selain itu,
dalam prespektif modern dalam proses pembelajaran ini akan mendapatkan hasil
pembelajaran yang sesuai dengan keinginan si pembelajar. Dimana telah didukung
oleh media-media pembelajaran yang semakin modern tidak seperti di era
tradisonal si pembelajar hanya mengandalkan buku dan guru saja.

Tabel Tujuan Belajar dan Pembelajaran dalam Prespektif Modern dan Tradisonal

Tradisional Modern
Dalam prespektif tradisional guru hanya Dalam prespektif modern guru tidak hanya
mentransfer atau menyalurkan ilmu – ilmu menyalurkan ilmu saja, tetapi peserta didik
pengetahuan saja (teacher center). Dimana juga diminta lebih aktif (student center).
seorang guru harus menguasai bidangnya Sehingga tujuan belajar dan pembelajaran
atau materinya yang mana akan pada prespektif modern ini, peserta didik
disampaikan kepada peserta didik sebagai juga diharapkan bisa mengimplimentasikan
orang awam. Hal tersebut sesuai pendapat apa yang seorang guru sampaikan. Sehingga
yang disampaikan oleh Harden & Crosby dengan student center ini tujuan belajar
(2000). Sehingga tujuan belajar dan pembelajaran yaitu bisa untuk
pembelajaran dari prespektif tradisional ini meningkatkan retensi peserta didik dengan
peserta didik hanya untuk memperoleh ilmu baik yaitu dari segi pengetahuan maupun
pengetahuan yang mana mereka bisa untuk ketrampilan. (Brush & Saye, 2000 ;
berfikir (Sudirman ; 2012). Goodman et al., 2018; Burnett, 2011’ Li et
al., 2013)

Tabel Kekurangan dan Kelebihan Tujuan Belajar dan Pembelajaran dari Prespektif
Modern dan Tradisional

Dari Segi Tradisonal Modern


Media Belajar Perangkat atau media Perangkat atau media
Pembelajaran pembelajarannya masih pembelajarannya sudah
minimalis. Sehingga berkembang, misalnya
tujuan belajar seperti menggunakan media
yang di sampaikan oleh digital serta
Mayer yang mana salah menggunakan media-
satunya bisa media pembelajaran
memperkuat atau yang inovatif yang
memperlemah stimulus mana bisa dikemas
dan respon ini, dengan dalam bentuk
perangkat belajar yang permainan edukatif.
belum maksimal Yang mana hal itu bisa
sehingga stimulus dan memperkuat stimulus
respon dari seorang dan respon seorang
anak belum anak. Sehingga dengan
semaksimal seperti saat adanya perangkat atau
ini. Sehingga tujuan media pembelajaran
mereka belajar belum yang mendukung,
tercapai seutuhnya maka proses
karena mereka hanya pembelajaran akan
mendapatkan ilmu berjalan dengan baik
pengetahuan saja, sesuai dengan apa yang
belum tentu bisa telah disampaikan oleh
mengembangkan Reigeluth, dimana
motoric serta terdapat 3 komponen
psikomotoriknya agar pembelajaran
karena minimnya dapat berjalan dengan
media atau perangkat baik diantaranya
pembelajarannya. adalah kondisi
pembelajaran, metode
pembelajaran serta
hasil belajar. Sehingga
dengan adanya kondisi
dan metode yang
memadahi maka hasil
belajarpun bisa
maksimal.
Guru Guru belum terlalu Dengan kualitas guru
menguasai materinya yang sudah meningkat,
dan belum bisa yang mana seorang
menciptakan guru telah bisa
pembelajaran yang menciptakan metode
inovatif sehingga pembelajaran yang
metode yang inovatif, yang bisa
digunakan masih menciptakan suasana
monoton. Hal itu belajar yang nyaman.
disebabkan kualitas Sehingga tujuan dari
guru yang masih belajar dan
rendah. Sehingga pembelajaran ini telah
tujuan dari belajar bisa tercapai dengan
pembelajaran ini belum maksimal.
bisa terpenuhi
seutuhnya. Yang mana
bisa menyebabkan
learning loss.
Pesrta Didik Dengan metode guru Dengan metode guru
yang masih monoton yang inovatif serta
serta media media pembelajaran
pembelajaran yang yang sudah
masih belum maksimal, berkembang dengan
tujuan belajar dan maksimal yang mana
pembelajaran bagi sudah banyak
peserta didik ini hanya menggunakan media
untuk mendapatkan digital. Tujuan belajar
ilmu pengetahuan saja dan pembelajaran dari
guna untuk bisa perseta didik ini tidak
berfikir. hanya untuk
(Sudirman;2012) menambah ilmu
pengetahuan saja tetapi
juga bisa membentuk
sikap, motoric,
ketrampilan intelek,
dan lain sebagainya.
(Gagne dan Brigss)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filosofi belajar dan
pembelajaran bermula pada arti kata belajar dan pembelajaran itu sendiri.
Pembahasan mengenai konsep belajar dan pembelajaran meliputi hakekat, nilai dan
tujuan berdasarkan perspektif dua konsep waktu yang berbeda menghasilkan dua
pandangan yang berbeda pula, perspektif tradisional mengacu pada konsep dasar
individu dalam awal proses hingga mencapai tujuan belajar dan pembelajaran
sedangkan dalam perspektif modern lebih menekankan pada pembahasan yang
terbagi-bagi secara rinci dan kompleks dalam tiap-tiap bagiannya berdasarkan
kebutuhan yang terus mengalami perubahan hingga saat ini.
Berdasrkan prespektif tradisional ternyata system belajar dan pembelajarannya
masih belum maksimal, yang mana dari segi guru, peserta didik, serta media
pembelajaran itu belum berkembang dengan maksimal yang mana hanya bersumber
dari buku yang ada serta penjelasan dari guru saja. Sehingga belajar dan pembelajaran
dalam prespektif tradisional ini masih bersifat model pembelajaran seperti dahulu
yang hanya untuk menambah ilmu pengetahuan saja. Tetapi dalam prespektif modern
dengan adanya media digital yang semakin maju sehingga media pembelajaran
tersebut sangat mendukung, kemudian kualitas guru yang sudah semakin bagus
sehingga belajar dan pembelajaran ini tidak hanya untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan saja tetapi juga bisa membentuk sikap, emosi, dan lain sebagainya pada
seorang anak.

B. Saran

Untuk para pendidik di harapkan dalam mengajar bisa menciptakan suasana


belajar yang menyenangkan dan nyaman, yang mana disesuaikan dengan kondisi
peserta didik. Serta jangan menggunakan system belajar dan pembelajaran dengan
model tradisional, yang mana agar tujuan belajar dan pembelajaran pada prespektif
modern ini dapat tercapai dengan baik. Sehingga para peserta didik bisa
mengimplementasikan apa yang dijelaskan oleh pendidik.

LAMPIRAN

Foto Kerja Kelompok


DAFTAR PUSTAKA

Aflahah, M. M. (2019). Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran. Pameksaan Jawa Timur:
Duta Media.
Apirade, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu keislaman, 333-
352.
Asih, W. (2020). Mengurai Nilai-Nilai Pembelajaran IPS Terpadu. Bogor: Guepedia.
Darman, R. A. (2020). Belajar dan Pembelajaran . Padang: Guepedia.
Dewi, E. R. (2018). Metode Pembelajaran Modern dan Konvensional Pada Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Ilmu Pendidikan Keguruan dan Pembelajaran.
Gasong, D. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Sleman: Deepublish.
Hadi Prayitno ., d. A. (2019). Konsep Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Modrnisasi
Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, 30-43.
Moh Umar Aliansyah., d. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual
Terhadap Minat Belajar Siswa di Pesantren Ainul Hasan. Jurnal Syntax Fusion, 119-
124.
Mudjiono, D. d. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pribadi, B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Ramadhani, R. (2020). Belajar dan Pembelajaran. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Roberta Hurit., d. (2021). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Media Sains Indonesia.
Setiawan, M. A. (2017). Belajar dan Pembelajaran . Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Sofyan Mustoip, M. J., & MS, Z. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter. Surabaya: CV.
Jakad Publishing.
Suradi, M. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Sleman: Deepublish.
Suswandri, M. (2021). Bunga Rampai Pendidikan Prespektif Inovasi dan Kebijakan.
Boyolali: Penerbit Lakeisha.
Suvriadi Panggabean., d. (2021). Sistem Student Center Learning dan Teacher Center
Learning. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inivatif Progresif . Jakarta: Kencana.
Wardana, A. D. (2019). 4 Pilar Peningkatan Kompetensi Pedagogis . Sulawesi Selatan: CV.
Kaaffah Learning Center.
Yatim, R. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai