Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Komunikasi
Oleh :
Abdul Somath
Dosen :
Ust. Dr. Faqih Syarif, M.Si
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan, iman
dan ilmu pengetahuan sehingga penulis bisa menyiapkan tugas yang sederhana ini. Shalawat
beriring salam kita paparkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa
umatnya keluar dari alam kegelapan sampai ke alam yang terang berderang yang kita rasakan
sekarang ini.
Makalah sederhana ini merupakan tugas akademik Mahasiswa, sebagai syarat sekaligus
ilmu untuk mahasiswa, penulis bersyukur kepada Allah SWT, yang memberikan pengetahuan
dan berterimah kasih kepada Dosen Ust. Faqih Syarif serta sahabat seperjuangan yang telah
bersama-sama mengerjakan tugas ini, dorongan semangat serta doanya Hanya Allah SWT yang
dapat membalaskan segala kebaikan yang dikongsikan bersama.
Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bisa berguna dan menjadi
tambahan ilmu bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting
diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-
individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan
oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa
menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi
terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja
organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan
personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku
individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi,
kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan
memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya
organisasi yang ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Komunikasi formal merupakan komunikasi yang cenderung birokratis dan ketat, sehingga
pengambilan keputusan menjadi lamban.Pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan
oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.[2]
Kaitannya dengan proses penyampaian informasi, terdapat beberapa bentuk, diantaranya:
1) Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik lisan maupun tulisan, secara
langsung maupun tak langsung, berupa perintah atau penjelasan umum dari atasan kepada
bawahannya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Robbin yang menjelaskan sebagai
berikut: Komunikasi yang berlangsung dari tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi
ke tingkat yang lebih rendah.[3]
Menurut Onong U Effendy pelaksanaan komunikasi ke bawah, informasi ini dapat
berupa:mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan pemberian
pujian.
Menurut Katz dan Kahn dalam kajian teori kelompok 3, komunikasi ke bawah mempunyai lima
tujuan pokok[4] yaitu:
Komunikasi ke atas yaitu suatu penyampaian informasi yang mengalir atau berasal dari
bawahan kepada pimpinan/atasan. Prinsip-prinsip komunikasi ke atas menurut Planty dan
Mchaver adalah sebagai berikut[7], Harus direncanakan, berlangsung terus menerus,
menggunakan saluran yang rutin, menekan kesensitifan dan penerimaan ide-ide yang
menyenangkan dari level yang lebih rendah, pendengaran yang objektiv, pengambilan tindakan
berespon terhadap masalah dan menggunakan berbagai macam media untuk memajukan
informasi.
3. Komunikasi horizontal
Komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu
organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain[8] mengkoordinasikan tugas-tugas, saling
membagi informasi untuk perencanaan aktivitas, memecahkan masalah yang timbul diantara
orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama, menyelesaikan konflik, menjamin
pemahaman yang sama, dan menegmbangkan sokongan interpersonal. Komunikasi horizontal
sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.
4. Komunikasi diagonal
Komunikasi antara dua tingkat organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya yaitu:
a) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional.
b) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu
menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Dan kelemahannya dapat mengganggu komunikasi yang rutin yang sudah berjalan sebelumnya.
Komunikasi informal cenderung luwes/fleksibel dan tidak ketat, berkomunikasi dengan lainnya
tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan sifat arus informasi
pribadi.Jaringan ini biasa di sebut desas-desus (grapevine).Jaringan juga dapat digunakan oleh
para manajer untuk memonitor para anggotanya dalam melakukan tugasnya.
2. Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam
tahap, yaitu:
a) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
b) Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c) Pengirim menyampaikan pesan
d) Penerima menerima pesan
e) Penerima menafsirkan pesan
f) Penerima memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
munculnya masalah penyampaian pesan dari pengirim ke penerima, dan masalah yang paling
jelas adalah faktor sarana fisik untuk komunikasi.
c. Masalah dalam menerima pesan
Munculnya persaingan antara penglihatan dan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu kurang
terang dan kondisi lain yang mengganggu konsentrasi audiensi.
d. Masalah dalam menafsirkan pesan
Karena perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran dan perbedaan reaksi emosional
1. Komunikasi Personal
Komunikasi personal merupakan proses penyampaian pikiran yang bersifat pribadi. Komunikasi
personal diklasifikasikan menjadi:
a) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi dengan diri sendiri, Jadi seseorang berdialog dengan dirinya sendiri..
Proses komunikasi intrapersonal:
b) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain yang juga seorang diri secara pribadi.
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seseorang dengan sejumlah
orang yang banyaknya lebih dari dua orang di suatu tempat tertentu.Ada kelompok besar da nada
kelompok kecil.Besar kecilnya kelompok komunikan ditinjau dari intensitas komunikasi yang
berlangsung.
Komunikasi dengan sekelompok komunikan yang oleh karena jumlahnya yang besar, situasi
komunikasinya tidak memungkinkan terjadinya umpan balik verbal.
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya,seluruh anggota dalam
suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,dan lebih
tepat.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Fungsi persuasive
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka
memersuasi bawahanya dari pada memberi perintah.
Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan anggota dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.
B. Kepemimpinan
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan
secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin
dan kepemimpinan, antara lain :
Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan
kepemimpinan adalah suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Ciri Kepemimpinan
Dr. W.A. Gerungan dalam kajian teori kelompok 3 disebutkan telah mengetengahkan cirri-ciri
pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki tiga cirri yaitu:
Persepsi Sosial (social perception)
adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota
kelompok.
Kemampuan Berpikir Abstrak (Ability in abstract thinking)
Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi,
ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oeh kemampuan berabstraksi dan
mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial di dalam dan di luar kelompok.
Keseimbangan Emosional (emotional stability)
Diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran
yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan,
serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinana yang dipaparkan dalam kajian teori kelompok 3 antara lain sebagai
eksekutif, penengah, penganjur, ahli dan sebagai pemimpin diskusi.
a. Pemimpin Eksekutif (excutive leader).
Fungsinya adalah ”menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan
mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya.
b. Pemimpin sebagai penengah
pemimpin bertindak sebagai penengah, yang setiap keputusannya dilaksanakan dengan taat.
c. Pemimpin sebagai penganjur
Penganjur adalah sejenis pemimnpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia
merupakan orang yang pandai bergaul dan fasih berkomunikasi.
d. Pemimpin sebagai ahli
Lebih terpelajar dari pada orang-orang lainnya.Kepemimpinannya hanya berdasar fakta, dan
hanya pada bidang dimana terdapat fakta.Bahwa fungsinya yang penting ialah memberi
penerangan kepada kelompoknya.[11] Alasan utama bagi eksistensinya ialah, bahwa “ia tahu
dan orang lain tidak tahu” dan ia mempunyai wewenang.[12]
e. Pemimpin Diskusi
Kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin
diskusi.
3. Tipe Kepemimpinan
1. Otokratik
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain[13]: menuntut
ketaatan penuh dari para bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya,
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksidan menggunakan pendekatan punitif
dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Paternalistik
Karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar[15]. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun
para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut
dikagumi.
Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya
karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa
yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering
intervensi.Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah [16]: pendelegasian wewenang
terjadi secara ekstensif, pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang
lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya langsung, Status quo organisasional tidak terganggu, penumbuhan dan
pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota
organisasi yang bersangkutan sendiri, dan sepanjang dan selama para anggota organisasi
menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi
berada pada tingkat yang minimum.
Demokratik
4.Gaya Kepemimpinan
Menurut Ludlow dan Panton dalam kajian teori kelompok 7, terdapat empat gaya kepemimpinan
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang juga berbeda, antara lain; pengarahan
(directing), pembekalan (coaching), dukungan (supporting), dan pendelegasian (delegating).
Pengarahan
Harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus dikerjakan,
bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus dapat diselesaikan.
Pembekalan
perlu juga memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas dan pekerjaan yang belum
dipahami dengan baik oleh para anggota.
Dukungan
lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau
saran-saran dari para anggota yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
Pendelegasian
Walau sudah ada perwakilan/pendelegasian, juga harus tetap melakukan pemantauan
(monitoring) atas kinerja para anggotanya, untuk memastikan bahwa mereka tetap berada pada
jalur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich
mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu[18] :
a. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).
Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya
agar sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini
lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada perkembangan
kemampuan bawahannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi berasal dari bahasa latin communication dari induk kata communis yang berarti
sama, Sama disini maksudnya adalah sama makna artinya menyamakan idea tau symbol-simbol
menjadi satu makna dengan orang lain
Pola komunikasi organisasi ada 2 yaitu:
1. Komunikasi formal
2. Komunikasi informal
Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam kajian teori kelompok 3 proses komunikasi terdiri dari enam
tahap, yaitu:
Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
Pengirim merubah ide menjadi suatu pesan
c. Pengirim menyampaikan pesan
d. Penerima menerima pesan
e. Penerima menafsirkan pesan
f. Penerima memberi tanggapan dan umpan balik ke pengirim
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan
secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin
dan kepemimpinan, antara lain :
Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942), Sedangkan
kepemimpinan adalah suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Tipe kepemimpinan ada 4yaitu:
1. Otokratik
2. Paternalistik
3. Lises fairez
4. Demokratik
Gaya kepemimpinan ada 4 yaitu:
1. Pengarahan
2. Pembekalan
3. Dukungan
4. Pendelegasian
Peranan pemimpin dalam komunikasi:
1. Pemimpin sebagai komunikator
2. Pemimpin sebagai negotiator
B. SARAN
Kami menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna. Isi makalah ini masih perlu memperoleh
saran dan kritikan dari siapa saja yang telah membaca dan memakainya. Saran dan kritik anda
akan menjadikan makalah ini semakin sempurna.
Drs. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara), cet 12, 2011.
Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga), 2002.
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta.
Ronald B. Adler & Jaanne Marquardt Elmhorst, Communicating at Work, (Boston: Mc.Graw
Hill), 2002.
Keith Davis & john W Newston, Prilaku dalam Organisasi edisi7 jilid1, (Jakarta: elrangga),
1994.
John M Ivancevich, Robert konopaske, Michael T Matteson, Prilaku dan Manajemen Organisasi
edisi 7 jilid 2, (Jakarta: Elrangga), 2007.
http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html
[1] Onong Uchjono, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju), 1992, hlm. 55.
[2] Drs. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara), cet 12, 2011, hlm
107
[3] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Elrangga), 2002, hlm.148
[4] Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, ed III, 2006, Jakarta, hlm. 41.
[5] Drs. Arni Muhammad, Op.Cit., hlm 110-112
[6] http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/161-faktor-penghambat-komunikasi.html
[7] Ibid., hlm120-121
[18] John M Ivancevich, Robert konopaske, Michael T Matteson, Prilaku dan Manajemen
Organisasi edisi 7 jilid 2, (Jakarta: Elrangga), 2007, hlm413