Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP MODEL INOVASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Inovasi Pendidikan”

Dosen: Acep Roni Hamdani, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 2 Kelas 4C

Annisa Liasari (215060077)

Trisa Zahri Fahira (215060095)

Fathoni Aurelia (215060108)

Sukma Ayu Amanda (215060110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur sudah sepatutnya kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP MODEL
INOVASI” secara tepat waktu. shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
sayyidul Alam Rasullulah Muhammad SAW yang telah membawa peradaban manusia dari
zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini dengan melimpahkan ilmu yang
bermanfaat.

Penyusunan makalah ini kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media intenet guna memenuhi tugas Mata kuliah Inovasi Pendidikan.
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu dalam pemahaman pembelajaran
konsep inovasi dan macam-macam model inovasi.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami,
Bapak Acep Roni Hamdani, M.Pd., dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikianlah makalah ini kami buat, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kekurangan hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun. Oleh sebab itu
penyusun mengharapkan adanya kritikan dan saran untuk memperbaiki makalah ini menjadi
perkembangan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 11 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Inovasi Pendidikan .................................................................................... 3

2.2. Tujuan inovasi Pendidikan .......................................................................................... 5

2.3. Model Inovasi .............................................................................................................. 5

2.4. Model Inovasi Pendidikan ........................................................................................... 7

2.5. Sasaran inovasi Pendidikan ......................................................................................... 7

2.6. Karakteristik Inovasi Pendidikan .............................................................................. 10

2.7. Inovasi Sistem Pendidikan di Indonesia ................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 15

3.2. Saran .......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam menghadapi perubahan kehidupan di berbagai aspek yang semakin cepat
dan semakin rumit serta sulit diprediksi, inovasi pendidikan harus menjadi prioritas
penting dan genting karena pendidikan masih dijadikan penopang utama peningkatan
kualitas sumber daya manusia.

Model inovasi pendidikan di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia


masih cenderung lebih dominan menggunakan startegi “top-down model” yaitu
inovasi pendidikan yang di kembangkan dari atas oleh pihak penentu kebijakan dari
tingkat pusat, untuk dilaksanakan secara imperatip hingga ke tingkat insitusi
pendidikan yang paling bawah, hal ini akan membuat tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan kreatifitasnya menjadi tumpul. Dengan demikian inovasi pendidikan
mestinya diimbangi dengan strategi “bottom-up model” yaitu model inovasi
pendidikan yang dikembangkan dari bawah, yang bersumber dari hasil kreatifitas
tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan di setiap institusi pendidikan yang
dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan.

Inovasi pendidikan di Indonesia sudah waktunya bersumber dari para praktisi


pendidikan di lapangan, terlebih pada kehidupan di era global dengan berbagai
persoalan telah menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar.
Iklim kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang kondusif, yang cenderung
mengarah pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai
permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam tatanan
akar rumput (Grass-roots) hal tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan
masalah social. Belum lagi pendidikan kita yang masih terkesan semrawutan (chaos)
dan ketimpangan, baik secara kualitas, kuantitas, maupun kaitannya dengan efektivitas
dan relevansi pendidikan, bahkan ada yang menganggap pendidikan kita sangat kacau,
tidak jelas arah dan tujuannya. Pendidikan Nasional kita sekarang ini akan mengalami
kegagalan yang lebih luas dalam membentuk nilai-nilai karakter bangsa terhadap
peserta didik, jika terus dibiarkan lebih berorientasi pada pembentukan dan

1
pengembangan ranah kognitif, dan itu pun dikembangkan tidak komprehensif, hanya
terbatas pada ranah kognitif tingkat rendah.

Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna tercapainya


cita-cita dalam bidang pendidikan seperti yang diamanatkan oleh pembukaan UUD
1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya yang dilakukan tersebut berupa
pembaharuan atau inovasi dalam bidang pendidikan. Untuk itu pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam pendidikan. Kebijakan-kebijakan tersebut
tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, program-program, undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan sebagainya. Kebijakan-kebijakan
tersebut sudah banyak yang dikeluarkan oleh pemerintah, di antara kebijakan itu, ada
juga yang berkaitan dengan Inovasi Pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengertian Inovasi Pendidikan?
2. Bagaimana Tujuan Inovasi Pendidikan?
3. Bagaimana Model Inovasi?
4. Bagaimana Model Inovasi Pendidikan?
5. Bagaimana Sasaran Inovasi Pendidikan?
6. Bagaimana Karakteristik Inovasi Pendidikan?
7. Bagaimana Inovasi Sistem Pendidikan di Indonesia?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Inovasi Pendidikan
2. Mengetahui Tujuan Inovasi Pendidikan
3. Mengetahui Model Inovasi
4. Mengetahui Model Inovasi Pendidikan
5. Mengetahui Sasaran Inovasi Pendidikan
6. Mengetahui Karakteristik Inovasi Pendidikan
7. Mengetahui Inovasi Sistem Pendidikan di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Inovasi Pendidikan


Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan.
Kata kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu
perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang
ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara
kebetulan). Kata "innovation" (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang
baru atau pembaharuan (Hamijoyo, 1996), tetapi ada yang menjadikan kata innovation
menjadi kata Indonesia yaitu "inovasi".
Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal
yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk
menterjemahkan kata dari bahasa Inggris "discovery" dan "invention". Ada juga yang
mengaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya
membicarakan usaha pembaharuan
Inovasi Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dalam memperbaiki aspek-
aspek Pendidikan dalam praktiknya. Agar lebih jelas diuraikan lagi bahwa inovasi
Pendidikan merupakan suatu perubahan baru yang sebelumnya belum ada, dan
kualitatif berbeda dari hal yang sudah ada sebelumnya, serta diusahakan dengan sengaja
untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang diinginkan dalam Pendidikan dapat
tercapai.
Dari hal di atas, inovasi Pendidikan dapat dipahami sebagai suatu perubahan baru
dan kualitatif yang berbeda dari keadaan yang sudah ada sebelumnya yang dilakukan
dengan sengaja dan diusahakan untuk meningkatkan kemampuan agar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan secara maksimal dalam Pendidikan. Lebih tegas lagi bahwa
inovasi Pendidikan adalah inovasi (pembaruan) dalam bidang pendidikan atau inovasi
yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Terdapat
beberapa kata kunci dalam inovasi Pendidikan yaitu baru, kualitatif, hal, kesengajaan,
meningkatkan kemampuan, dan adanya tujuan.
Baru. Dalam inovasi, baru dapat diartikan apa saja yang belum diterima,
dipahami, atau dilakukan oleh penerima inovasi, walaupun bukan baru lagi bagi orang

3
lain. Namun yang lebih penting dari sifatnya yang baru ialah sifat kualitatif berbeda
dari sebelumnya.
Kualitatif. Inovasi membolehkan adanya reorganisasi atau pengaturan Kembali
unsur-unsur Pendidikan, sehingga tidak hanya semata-semata penjumlahan atau
penambahan unsur-unsur setiap komponen. Tindakan menambah anggaran belana
supaya lebih banyak mendapatlan peserta didik, guru, kelas, dan sebagainya, walaupun
perlu dan penting namun tidak merupakan Tindakan inovasi. Namun, tindakan yang
dilaksanakan dalam pengaturan Kembali pengelompokan dan jenis pelajaran, ruang
kelas, waktu, cara-cara atau trik menyampaikan pelajaran dengan alat, tenaga, uang dan
waktu yang bersamaan dapat menjangkau sasaran peserta didik yang lebih banyak dan
dicapai kualias yang lebih tinggi adalah Tindakan inovasi.
Hal. Hal yang dikehendaki dalam konteks devinisi inovasi Pendidikan ini sangat
banyak yaitu meliputi semua komponen dan aspek dalam subsistem Pendidikan. Hal-
hal yang diperbaiki pada hakikatnya adalah ide atau rangkaian ide. Sementara itu perlu
diketahui bahwa inovasi sifatnya tetap bercorak mental, sedangkan yang lain
merupakan bentuk nyata termasuk hal yang perlu diperbaharui/dipermodern yaitu ide,
metode, dan Teknik bekerja, mengajar, mendidik, peraturan, norma, barang dan alat.
Kesengajaan. Kesengajaan adalah unsur perkembangan baru dalam pemikiran
pendidik. Berkaitan dengan hal ini inovasi dan penyempurnaan Pendidikan harus
dilakukan dengan sengaja dan terencana sehingga tidak dapat hanya terjadi secara
kebetulan atau sekedar berdasarkan hobi/kesukaan perseorangan belaka.
Meningkatkan kemampuan. Untuk meningatkan kemampuan agar bermakna
yaitu bahwa tujuan utama yang harus dicapai dalam inovasi adalah kemampuan
sumber-sumber tenaga, uang dan sarana termasuk struktur dan prosedur organisasi
perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat diwujudkan
dengan sebaik-baiknya.
Tujuan. Tujuan yang direncanakan harus dirinci dengan jelas tentang sasaran dan
hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui
perbedaan antara keadaan sebelum dan sesudah inovasi dilaksanakan.

4
2.2. Tujuan inovasi Pendidikan
Tujuan inovasi Pendidikan adalah untuk meningkatkan efisiensi, kualitas,
relevansi, dan efektivitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan
hasil Pendidikan sebesar-bearnya (sesuai kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat
dan pembangunan) dengan memanfaatkan sumber, tenaga, alat, uang, dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.
Secara sistematis arah tujuan inovasi Pendidikan Indpnesia adalah:
1. Mengejar berbagai ketertinggalan dari berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga pada akhirnya Pendidikan di Indonesis semakin berjalan
sejajar dengan berbagai kemajuan ini
2. Menguapayakan terselenggaranya Pendidikan di setiap jenis, jalur, dan jenjang
yang dapat melayani setiap warga negara secara merata dan adil
3. Mereformasi system Pendidikan Indonesia yang lebih efektif dan efisien,
menghargai kebudayaan nasional, mengokohkan identitas dan kesabaran nasional,
lancer dan untuk sempurnanya system informasi kebijakan, menumbuhkan
masyarakat gemar belajar, menarik minat peserta didik, dan banyak menghasilkan
lulusan yang benar-benar dibutuhkan untuk berbagai bidang pekerjaan yang ada
di kehidupan masyarakat.

2.3. Model Inovasi


Argumen-argumen tradisional mengenai inovasi terbagi menjadi dua pendapat.
Pendapat pertama yaitu aliran deterministik mengemukakan bahwa inovasi merupakan
kombinasi dari faktor sosial eksternal seperti perubahan demografis, pengaruh
ekonomi, dan perubahan budaya. Pendapat yang lain, yaitu aliran individualistik
menyatakan bahwa inovasi merupakan hasil kreasi unik individu sehingga lahirlah para
inovator. Aliran individualistik yang nantinya akan melahirkan model inovasi
’kebetulan’ yang akan dibahas berikutnya. Demikian pula mengenai apa yang
mengarahkan terjadinya inovasi juga terpecah menjadi dua aliran. Aliran pertama yaitu
pandangan berbasis pasar menyebutkan bahwa kondisi pasar adalah pendorong
terjadinya aktivitas inovasi dalam perusahaan. Aliran kedua adalah pandangan berbasis
sumber daya yang menyebutkan bahwa pasar tidak akan memberikan fondasi dasar
yang kuat untuk memformulasikan strategi inovasi dalam kondisi pasar yang dinamis
dan cepat berubah. Pendorong utama terjadinya inovasi adalah sumber daya perusahaan

5
yang lebih stabil sehingga perusahaan mampu untuk mengembangkan aktivitas
inovasinya dan membentuk pasar berdasarkan pandangan perusahaan sendiri.
Pandangan ini memfokuskan pada perusahaan dan sumber daya yang dimiliki,
kemampuan, serta keterampilan.
Model-model inovasi terdiri atas model kebetulan, model linear, model rangkaian
simultan, dan model interaktif (Trott, 2008).
1. Model Kebetulan
Beberapa studi mengenai inovasi banyak memberikan penekanan pada
penemuan yang tidak terduga. Hal inilah yang disebut sebagai suatu kebetulan, yang
terjadi pula karena adanya unsur keberuntungan. Apabila dibahas lebih jauh, maka
model ini memerlukan adanya pengetahuan awal dalam suatu bidang tertentu.
2. Model Linear
Model ini mulai digunakan di Amerika Serikat setelah Perang Dunia ke-2 yang
menggabungkan ilmu pengetahuan dan inovasi. Sejak saat itu, model ini banyak
digunakan yang membuka pandangan orang tentang bagaimana terjadinya inovasi.
Model ini selanjutnya mendominasi kebijakan–kebijakan dalam ilmu pengetahuan
dan industri selama 40 tahun. Model ini menyatakan bahwa inovasi muncul melalui
interaksi dasar ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, dan kebutuhan akan
pasar dan hubungan tersebut terus bergerak maju. Model ini merupakan dasar
pembentukan inovasi yang banyak digunakan saat ini.
3. Model Rangkaian Simultan
Model-model inovasi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan model yang
terjadi karena adanya stimulasi oleh teknologi, keinginan konsumen, pabrikan,
maupun faktor-faktor lain, termasuk persaingan. Model-model tersebut
memfokuskan pada apa saja upaya-upaya dari bawah yang mengarahkan terjadinya
inovasi, bukan pada bagaimana inovasi tersebut muncul. Model linear hanya
mampu memberikan penjelasan tentang di mana stimulus awal inovasi lahir
termasuk di mana pemicu ide-ide tersebut lahir. Model rangkaian simultan
menyatakan bahwa inovasi merupakan rangkaian simultan pengetahuan di dalam
tiga fungsi yang akan membangun dan membesarkan inovasi.
4. Model Interaktif
Model interaktif merupakan model yang mengembangkan model-model
sebelumnya dan merangkaikan secara bersama-sama model dorongan teknologi dan
tarikan pasar. Model ini menekankan bahwa inovasi muncul sebagai hasil interaksi

6
pasar, dasar ilmu pengetahuan, dan kemampuan organisasi. Seperti pada model
rangkaian simultan, model ini tidak menunjukkan dengan jelas kapan mulai adanya
inovasi. Aliran informasi digunakan untuk menjelaskan bagaimana inovasi terjadi
dan bagaimana inovasi dapat muncul dari berbagai macam sudut. Model interaktif
menunjukkan adanya siklus yang terus menerus dan dinamis antara adanya
kebutuhan masyarakat, penemuan ide, ilmu dan teknologi, sampai pada terciptanya
produk.

2.4. Model Inovasi Pendidikan


Secara umum model inovasi pendidikan ada dua, yaitu:

a. Top-down model yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu
sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi
pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional selama ini;
b. Bottom-up model yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah
dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu
pendidikan.

2.5. Sasaran inovasi Pendidikan


Usaha perubahan Pendidikan dalam invasi Pendidikan tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, yaitu innovator,
penyelenggara inovasi seperti guru dan peserta didik. Keberhasilan inovasi Pendidikan
dapat ditentukan oleh beberapa factor, termasuk oleh masyarakat serta kelengkapan
fasilitas. Factor utama yang perlu mendapatkan perhatian diperhatikan dalam inovasi
Pendidikan ini adalah guru, peserta didik, kurikulum dan fasilitas.
1. Guru
Guru yang berkompeten dan memiliki kreativitas yang tinggi diperlukan agar
dunia Pendidikan dapat lebih inovatif. Agar belajar menjadi lebih menarik dan
mudah dimengerti maka guru harus mempunyai cara menyampaikan pembelajaran
yang sesuai dengan peserta didik. Peran guru pada inovasi di sekolah dipengaruhi
oleh tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Sejumlah kepentingan peserta
didik harus tetap memerhatikan oleh guru, di samping juga harus memerhatikan
suatu langkah-langkah tindakan untuk berinovasi.

7
Langkah-langkah/tindakan perubahan yang dilaksanakan oleh seorang guru
dipengaruhi oleh beberapa aspek kompetensi yang harus dicapai, seperti: (1)
merencanakan pembelajaran (planning instructions); (2) menerapkan pembelajaran
(implementing instructions); (3) melaksanakan tugas-tugas administratif
(performing administrative duties); (4) communicating (berkomunikasi); (5)
development personal skills (mengembangkan Kemampuan Pribadi); (6)
developing pupil self (mengembangkan kemampuan peserta didik). Pada
pelaksanaan pendidikan guru berperan sebagai ujung tombak sebagai pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas sangat ditentukan oleh kepiawaian
dan kewibawaan guru. Mampu membawa peserta didik pada tujuan yang hendak
dicapai harus pandai dilakukan oleh guru.
Kewibawaan guru dapat dibentuk oleh beberapa hal, yaitu: (1) materi yang
diajarkan dikuasai; (2) situasi dan kondisi peserta didik disesuaikan dengan metode
mengajar, (3) hubungan antar individu, baik dengan peserta didik maupun antar
sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
administrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya;
(4) keterampilan dan pengalaman guru. Guru harus terlibat mulai dari perencanaan
inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya. Karena guru
mempunyai peranan penting bagi keberhasilan inovasi pendidikan, dalam
pembaharuan pendidikan.
Dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk
mengarahkan peserta didik agar mencapai tujuan secara optimal maka guru
menempati posisi kunci dan strategis. Dalam segi intelektualnya guru harus pandai
dan harus mempunyai kompetensi profesional, pedagogi, individual. dan sosial.
Guru juga harus selalu bisa kreatif dan inovatif. Sehingga guru harus mampu
menjadi informator, diseminator, transformator, transmitter, fasilitator, organizer,
motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran yang dinamis dan
inovatif seperti yang diinginkan.
2. Peserta Didik
Berpusat pada minat dan kebutuhan peserta didik merupakan prioritas paling
tinggi di sekolah. Sehingga, sekolah memberikan pelayanan atau mengabdi untuk
kepentingan peserta didik sesuai dengan tujuan dari pendidikan di sekolah tersebut
dari semua unit pekerjaan di sekolah. Peserta didik memegang peran yang sangat

8
dominan pada objek utama dalam pendidikan. Peserta didik dapat menentukan
keberhasilan belajar dengan pelayanan yang diberikan oleh sekolah dengan
menggunakan inteligensi, daya motorik, pengalaman, kemauan, dan komitmen
yang timbul dalam grinya tanpa paksaan. Peserta didik dilibatkan dalam proses
inovasi pendidikan agar semua ini terjadi, meskipun hanya dengan mengenalkan
kepada mereka tujuan perubahan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.
Sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya,
petunjuk, bahkan guru pada tutor sebaya merupakan peranan peserta didik dalam
inovasi pendidikan.
3. Kurikulum
Program pengajaran dan perangkat yaitu kurikulum pendidikan, lebih sempit
lagi kurikulum sekolah, merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, kurikulum
sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan sehingga dalam
pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan
unsur-unsur lain dalam pendidikan. Inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai
dengan tujuan inovasi tanpa kurikulum. Semua perubahan yang hendak diterapkan
dalam inovasi pendidikan, harus sesuai dengan perubahan kurikulum. Dapat
dikatakan bahwa perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan
tidak mustahil perubahan keduanya akan berjalan searah.
Gagasan atau praktik kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang
potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan memecahkan masalah atau
mencapai tujuan tertentu disebut sebagai Inovasi kurikulum. Pengambilan
keputusan, baik menerima maupun menolak hasil dari inovasi juga merupakan
inovasi. Ibrahim dalam (Rusdiana, 2014) mengemukakan pendapatnya bahwa
terdapat empat tipe keputusan inovasi pendidikan, termasuk di dalam inovasi
kurikulum, yaitu: (1) pemilihan menerima atau menolak inovasi berdasarkan
keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa bergantung atau
terpengaruh dorongan anggota sosial lain disebut keputusan inovasi pendidikan
opsional; (2) memilih menerima atau menolak inovasi berdasarkan keputusan yang
dibuat secara bersama atas keepakatan antaranggota sistem sosial disebut keputusan
inovasi pendidikan kolektif, (3) memilih untuk menerima dan menolak inovasi yang
dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status,
wewenang, dan kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota lain dalam sistem

9
sosial disebut keputusan inovasi pendidikan otoritas; (4) memilih untuk menerima
atau menolak keputusan inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada
keputusan yang mendahuluinya disebut keputusan inovasi pendidikan kontingen.
4. Fasilitas
Fasilitas, tidak dapat diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam
proses belajar mengajar, termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Dalam inovasi
pendidikan, kelangsungan inovasi yang akan diterapkan dipengaruhi oleh fasilitas.
Pelaksanaan inovasi pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik dengan tidak
adanya fasilitas.

2.6. Karakteristik Inovasi Pendidikan


Vanterpool mengatakan bahwa karakteristik inovasi pendidikan yang
memprediksikan kemungkinan besar akan sukses adalah berikut:

a) Relative advantage, artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada
sebelumnya.
b) Compatibility, artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai,
pengalaman dan kebutuhan para adopter.
c) Testability, artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan di sekolah-
sekolah atau lembaga pendidikan.
d) Observability, artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata
hasilnya kepada para peserta didik dan apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat
mengaplikasikan inovasi tersebut.
e) Complexity, artinya apakah guru-guru memerlukan pelatihan untuk
mengaplikasikan inovasi tersebut dan apakah akan menambah tugas kerja guru.

2.7. Inovasi Sistem Pendidikan di Indonesia


Inovasi sistem pendidikan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan yuridis
dan pendekatan pengembangan kurikulum. Perubahan PP No 19 Tahun 2005 menjadi
PP No 32 Tahun 2013.Pemerintah telah melakukan uapaya penyempurnaan sistem
pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware). Upaya tersebut antara lain dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Sisdiknas Tahun 2003, dan PP No, 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

10
Pendidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan kembali dalam PP No, 32 Tahun
2013. Dalam inovasi sistem pendidikan ini pemerintah menghendaki visi, misi dan
strategi.

Visi, misi, dan strategi, serta tujuan harus jelas, layak, dan dapat dicapai dengan
kemampuan yang ada, serta memiliki wawasan tentang gambaran ideal kondisi
pendidikan yang diharapkan di masa depan. Perubahan PP No. 32 Tahun 2013 yang
sebelumnya adalah PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mulai
berlaku Pada tanggal 7 Mei 2013, Berdasarkan konsideran dalam peraturan ini,
perubahan peraturan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika
perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, serta perlunya komitmen nasional untuk meningkatkan
mutu dan daya saing bangsa.

Jika kita mencermati isi PP No. 32 Tahun 2013 ini, terlihat perubahanperubahan
yang dilakukan tampaknya lebih cenderung berkaitan dengan pasalpasal yang
berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran (standar kompetensi lulusan, standar
isi, standar proses, dan standar penilaian). Hal ini tampak jelas dengan disisipkannya
BAB XIA yang secara khusus berisi pasal-pasal yang mengatur tentang Kurikulum.
Beberapa pasal dalam PP No. 19 tahun 2005 yang dihapus pun tampak lebih
menggambarkan konsekuensi dari isi pasal-pasal yang dituangkan dalam BAB XIA ini.

Sementara untuk pasal yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan secara esensial tampaknya tidak banyak perubahan yang signifikan. Tidak
terlalu keliru kiranya jika kita simpulkan bahwa lahirnya peraturan pemerintah ini,
diantaranya dilatarbelakangi oleh semangat untuk mengganti kurikulum yang berlaku
saat ini dengan tetap melanjutkan ujian nasional.

Namun ada hal yang menarik dan begitu nampak dalam perubahan peraturan
pemerintah ini, yaitu mengenai Ujian Nasional (UN) untuk tingkat Sekolah Dasar (SD),
dalam PP baru ini, Ujian Nasional Pada tingkta SD di hapus. Menurut PP 32/2013 Pasal
67 Ayat (1a) PP No. 32/2013, Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelanggarakan
Ujian Nasional yang diikuti Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal
pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan. Ujian Nasional untuk

11
satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud, dikecualikan
untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.

Dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 ini, bahkan secara tegas menghapus ketentuan
Pasal 70 Ayat (1,2) PP No. 19/2005, yang didalamnya disebutkan mengenai materi
Ujian Nasional tingkat SD dan sederajat, yang sebelumnya mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matemika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Pasal 72 Ayat (1)
PP ini, Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah: a. Menyelesaikan seluruh program Pembelajaran; b.
Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran; c.
Lulus ujian sekolah/madrasah; d. Lulus Ujian Nasional.

Padahal kita ketahui bahwa ada keterkaitan antara Kurikulum dan UN. Proses
Penilaian (Termasuk UN) adalah bagian dari kurikulum. UN dan Ujian Sekolah adalah
bagian dari penilaian dan Penilaian adalah alat evaluasi yang berfungsi sebagai catu
balik untuk pencapaian Standar Nasional Pendidikan.Dalam Peraturan Pemerintah baru
ini juga merombak tentang delapan Standar Nasional Pendidikan. Persamaan antara PP
19/2005 dan PP 32/2013 yaitu bahwa dari kedelapan standar Nasional pendidikan itu
yaitu ada 4 standar yang masih di pertahankan dan tidak dirubah, empat standar yang
tidak dirubah yaitu: a. Standar tenaga pendidikan, b. Standar Pembiayaaan, c. Standar
Pengelolaan, dan d. Standar Sarana dan Prasarana. Sedangkan empat standar yang di
rubah dari PP 19 tahun 2005 oleh PP 32 Tahun 2013 yaitu: a. Standar Isi, b. Standar
Proses, c. Standar Lulusan, dan d. Standar Penilaian.

Yang paling penting untuk kita cermati dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 adalah
dalam standar penilaian hasil belajar. Peraturan Pemerintah baru ini hanya menegaskan
bahwa penilaian hasil belajar digunakan untuk:

a. Menilai pencapaian Kompetensi Peserta Didik;


b. Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
c. Memperbaiki proses pembelajaran.

Inovasi dengan Pendekatan Pengembangan Kurikulum diperlukan karena


adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan
eksternal. Disamping itu, di dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, dirasa
perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta
pendalaman dan perluasan materi. Dan hal pembelajaran yang tidak kalah pentingnya

12
adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar
dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

Di dalam Penjelasan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada Bagian


Umum dijelaskan bahwa pembaruan pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan
salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional ini adalah “pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.”

Pasal 35 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa “Standar


nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan”. Selanjutnya di
dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa “kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sesuai dengan standar nasional yanga telah disepakati.”

Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dialog mengenai pergantian kurikulum dari Kurikulum KTSP menjadi


Kurikulum 2013 menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai profesionalisme guru.
Perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka yang ke-11 kali mengikuti pola yang
sama yaitu mengalir dari atas ke bawah. Dari konsep mengalir ke bawah dan harus
dilaksanakan di sekolah oleh para guru. Perubahan tersebut ternyata bertentangan
dengan hakikat ilmu pendidikan yaitu suatu ilmu yang teoretiko praktis. Artinya
pendidikan merupakan suatu proses yang diimplementasikan ke lapangan atau ke ruang
kelas dan dari proses tersebut itu akan memberikan input kepada perubahan konsep.

Oleh sebab itu kegagalan suatu konsep kurikulum terletak kepada implementasi
guru di lapangan. Tidak mengherankan apabila berbagai kegagalan di dalam
penyempurnaan kurikulum dipersalahkan atau terletak pada tanggung jawab para guru.
Suksesnya Kurikulum 2013 akan terletak pada para guru dan bukan kepada siapapun
juga.

13
Pengembangan Kurikulum 2013 terus menerus dilakukan dan kini telah
berubah menjadi Kurikulum Nasional (Kurnas). Selain itu di tingkat Perguruan Tinggi
yang memiliki LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seperti IKIP, FKIP,
STKIP secara sistematis dilakukan peninjauan kurikulum LPTK berbasis KKNI
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia).

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Inovasi Pendidikan adalah suatu perubahan baru yang sebelumnya belum ada,
dan kualitatif berbeda dari hal yang sudah ada sebelumnya, serta diusahakan dengan
sengaja untuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang diinginkan dalam
Pendidikan dapat tercapai. Sederhananya inovasi Pendidikan adalah usaha dalam
memperbaiki aspek-aspek Pendidikan dalam praktiknya. Inovasi Pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, relevansi, dan efektivitas.

Model inovasi Pendidikan ada dua, yaitu a) Top-down model (inovasi


Pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan yang diterapkan
kepada bawahan); b) Bottom-up model (inovasi Pendidikan yang bersumber dan hasil
ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
penyelenggaraan dan mutu Pendidikan). Faktor utama yang perlu mendapatkan
perhatian diperhatikan dalam inovasi Pendidikan adalah guru, peserta didik,
kurikulum, dan fasilitas.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kepada semua pihak terutama
kepada Dosen pengampu Mata Kuliah Inovasi Pendidikan untuk memberikan saran
dan kritik. Karena makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arin Tentrem Mawati, Y. A. (2020). Inovasi Pendidikan: Konsep, Proses dan Strategi.
Yayasan Kita Menulis.

Harsasi, Meirani. Inovasi dan Strategi Produk. Modul

Kusnandi. (2017). Model Inovasi Pendidikan dengan Strategi Implementasi Konsep “Dare to
be Different”. Jurnal Wahana Pendidikan, 4(1), 132-144.

Munib, Abdul. (2016). Karakteristik Inovasi Pendidikan di Perguruan Tinggi Keagamaan


Islam. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, 3(1), 75-85.

16

Anda mungkin juga menyukai