Anda di halaman 1dari 6

EDUCATION INNOVATION

AKSELERASI PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN

Martha Yusenda :
Muhammad Tafsir : A320130236
Miss Nurul Anis :
Miss Maryum :

Class : A

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA


2015

AKSELERASI PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN


Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk
menjadikan suatu bangsa, khususnya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang setara dengan
bangsa-bangsa yang sudah maju dan modern, baik dalam taraf hidup maupun dalam berbagai
bidang dan berbagai aspek kehidupan. Ali M. (2009:48) menegaskan bahwa secara konseptual,
pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan
dengan fungsi utama meningkatkan kesejahteraan dan kualitas manusia.
Pada kenyataanya, secara umum pembangunan ini masih stagnan, di beberapa sekolah
terjadi kemandegan yang mengakibatkan banyak dampak negatif. Salah satu bentuk negatif
akibat dari stagnansi ini, yaitu kejenuhan bagi para guru, pengelola sekolah, karyawan, dan
kepala sekolah (suherli, 2010:55).
Perubahan kurikulum sejak kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum berbasis
kompetensi, kurikulum tingkat satuan pendidikan hanya bungkus luar yang tidak mampu
menyentuh secara esensial pada hal-hal yang seharusnya menjadi perubahan. Kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang seharusnya terfokus pada siswa belajar, tetap terpola dengan fokus guru
mengajar. Bagi siswa yang hanya belajar selama tiga tahun di SMP atau SMA misalnya,
mungkin tidak terlalu lama waktu yang dialaminya, sehingga dampak negative yang dialaminya
tidak terlalu dalam.
A. PERLUNYA AKSELERASI PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN
Hilangnya motivasi mengajar dan bekerja juga bisa terjadi. Hal ini mungkin saja terjadi.
Sebagai contoh, seorang guru mengajar di sekolah selama lima belas tahunatau dua puluh tahun.
Kurun waktu yang begitu lama akan terasa menjemukan jika tidak ada perubahan apapun.
Mengajar tetap menggunakan metode klasik yaitu ceramah, sehingga tidak ada perubahan pada
lingkungan dan format pendidikan. Seyogianya program pembaharuan dan inovasi segera
dilakukan. Agar program-program yang ada di sekolah dapat teroptimalisasi.
Dalam merumuskan inovasi, diperlukan rumusan dan konsep-konsep yang matang. Perumusan
konsep sebaiknya melibatkan banyak pihak, yaitu pihak intern sekolah, guru, kepala sekolah dan
karyawan, komite sekolah, tokoh masyarakat, terutama yang anaknya sekolah disekolah tersebut
agar keterikatan emosialnya membantu serta mendukung program inovasi sevara penuh,
stakeholder, atau pihak-pihak lain yang dipandang perlu dan urgen.
B. PERMASALAHAN DAN SUMBER TERJADINYA INOVASI PENDIDIKAN
Inovasi sekolah dapat mengandung dua pengertian, yakni inovasi terhadap sekolah dan
inovasi yang dilakukan di dalam sekolah. Inovasi inovasi sekolah lebih cenderung program
inovasi yang dilakukan oleh pihak luar, sedangkan untuk inovasi di dalam sekolah, mengandung
arti bahwa terdapat inovasi yang dilakukan di dalam sekolah. Pelaku inovasi di sekolah bisa

guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, jajaran tata usaha, dan sebagainya. Akan tetapi
keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni meningkatkan kualitas siswa dan kualitas lulusan
agar diterima di masyarakat.
1). Permasalahan dalam Pendidikan
Menurut nurul zuriah (2007:29) masalah adalah kesenjangan (discrepancy) atau das
sollen (yang ideal) dengan das sain (yang senyatanya), yaitu kesenjangan antara yang seharusnya
(menjadi harapan) dengan yang ada di lapangan. Berikut merupakan contoh inventarisasi
masalah yang berkaitan dengan inovasi, di tinjau dari das sollen dan das sain.
Inventarisasi Masalah yang Berkaitan dengan Inovasi
Unsur

Das sollen

Das sain

1
siswa

2
aktif

3
Pasif

Perhatian

apriori

Cara guru
mengajar
membosankan

Mengerjakan PR

Tidak
mengerjakan PR

Siswa tidak
memhami materi
belajar

Semangat terus
bertanya

Tidak semangat

Dating tepat
waktu

Sering dating
terlambat

Membuat RPP

Tidak membuat
RPP

Guru tidak
mampu
membangunkan
motivasi
Tidak takut
terhadap
peraturan
sekolah
Guru malas

Melakukan
ulangan harian

Melakukan 1 kali Guru tidak


bahkan tidak
mempunyai

guru

Identifikasi
masalah
4
Guru selalu
menggunakan
metode sceramah

Inovasi yang
diharapkan
5
Diadakan
pengembangan
pemberian
metode
Mencari
alternative baru
tentang
pengelolaan
kelas
Selalu membuka
jam pelajaran
tambahan tanpa
diminta
Berusaha
mengevaluasi
diri
Dibuat
peraturan/tata
tertib beserta
skor pelanggaran
Guru diwajibkan
membuat soft
copy sehingga
untuk semestersemester
berikutnya hanya
melakukan revisi
Kepala sekolah
melakukan

minimal 3 kali
dalam 1 semester

pernah ulangan

program dan
iktikad baik
membimbing
siswa

pemanggilan
khusus untuk
mendiskusikan
masalah

Berdasarkan beberapa kasus yang mungkin terjadi di lapangan, kasus ini adalah kasuskasus kecil. Akan tetapi kita tidak boleh membiarkan kasus-kasus kecil tersebut menjadi
berkembang dan sulit untuk diperbaiki.
Inovasi-inovasi dalam table di atas sangat sederhana, tetapi keterlanjutan masalah
penerapan inovasi inilah yang sebenarnya sangat diperlukan oleh lembaga sekolah.
2). Sumber-Sumber Terjadinya Inovasi Pendidikan
Menurut Drucker, beberapa sumber terjadinya perubahan adalah the unexpected (kondisi
yang tidak diharapkan), the incongruity (munculnya ketidakwajaran), innovation based on
process need (kebutuhan yang muncul dalam proses), changes innovation industrystructurer or
market structure (perubahan dalam struktur industry pasar), demographics (kondisi demografis),
changes in perception, mood, and meaning (perubahan persepsi, suasana dan makna), new
knowledge ( pengetahuan baru) (Suherli, 2010: 59). Penjelasan masing-masing beserta contoh
dilingkungan sekolah adalah sebagai berikut.
a). The unexpected (kondisi yang tidak diharapkan)
Di lingkungan sekolah banyak sekali kondisi yang tidak diharapkan, seperti mahalnya
biaya tambahan di sekolah, layanan sekolah yang kurang optimal, kemampuan guru yang rendah,
tingkat kualifikasi guru yang kurang memenuhi syarat, dan kondisi kultur yang kurang kondusif.
Kondisi semacam ini menyebabkan orang menjadi berontak untuk menghindari atau
memperbaiki kondisi sehingga secara logis inovasi yang muncul dapat diharapkan di sini.
b). The incongruity (munculnya ketidakwajaran)
kondisi-kondisi yang tidak wajar /menyimpang semacam penerimaan siswa baru yang
melibatkan banyak oknum lain di luar sistem untuk ikut campur tangan, penjurusan program
yang dipaksakan, ketulusan yang direkayasa, dan sebagainya merupakan beban bagi pengelola
sekolah, terutama bagi mereka yang masih menyimpan idealisme tinggi. Kondisi semacam ini
jelas ingin dihapuskan, sehingga mereka mulai memikirkan cara agar penerimaan siswa baru
yang memiliki sistem yang aman, program penjurusan yang disadari oleh orang tua ataupun
siswa, sistem pengujian yang wajar, dan sebagainya. Semua inilah yang dapat memunculkan
inovasi.
c). Innovation based on process need (kebutuhan yang muncul dalam proses)

Dalam proses pengelolaan sekolah kadang-kadang terlintas ide baru yang dating dengan
tiba-tiba. Ide ini sebaiknya segera dikomunikasikan dengan yang lain. Interaksi ini akan
menghasilkan gagasan-gagasan baru milik bersama, walaupun tidak dilaksanakan sejak awal,
namun inovasi dapat muncul di tengah jalan.
d). Changes innovation industrystructurer or market structure (perubahan dalam struktur
industry pasar)
Perubahan struktur pada industri pasar sering mendorong kepala sekolah atau pengelola
sekolah untuk mengambil tindakan inovasi. Hal ini karena konsep manajemen berbasis sekolah,
sebenarnya kepala sekolah sangat leluasa untuk mengembangkan inovasi di sekolahnya.
Misalnya dengan berkembangnya industri, sekolah dapat mengambil kebijakan kurikulum yang
semula kognitif oriented menjadi psikomotor oriented . paling tidak, ada penambahan porsi
dalam hal peningkatan keterampilan siswa. Kasus lain seperti banyaknya permintaan tenaga
kerja ke korea dan jepang, kepala sekolah dapat menentukan perubahan muatan bahasa asing
dengan dua bahasa ini.
e). Demographics (kondisi demografis)
Kondisi alam lingkungan yang berbeda-beda tentu membedakan keputusan inovasi.
Demikian pula, pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana akan berbeda pula. Sekolah-sekolah
yang ada di perkotaan misalnya, upaya inovasi suasana pembelajaran akan tampak lebih dinamis
dan beragam. Dukungan infrastruktur dan jaringan komunikasi sangat memberikan pengaruh
percepatan program inovasi. Akan tetapi di daerah yang jauh dari fasilitas, suasana pembaruan
sangat sulit dilakukan. Misalnya, faktor siswa yang lebih mementingkan membantu orang tua di
sawah atau di lading, atau mencari mata pencaharian lain. Belum lagi faktor guru yang dari segi
kehadiran sangat kurang dari yang seharusnya.
f). Changes in perception, mood, and meaning (perubahan persepsi, suasana dan makna)
Saat ini, secara umum penerimaan masyarakat terhadap informasi dari berbagai media
massa ckup responsif. Dengan adanya informasi yang beragam itu mendorong sebagian orang
atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu yang baru agar tidak ketinggalan dari yang lain.
g). New knowledge ( pengetahuan baru)
Usaha-usaha yang dilakukan berbagai pihak, baik individu, lembaga swadaya masyarakat
maupun pemerintah daerah, provinsi ataupun pusat dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, semacam seminar, lokakarya, penataa, workshop, dan sebagainya selalu
mendatangkan hal baru. Setelah selesai melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, banyak sekali
hal yang dapat diperoleh. Motivasi-motivasi dan keharusan menyampaikan hal-hal yang telah
didapatnya mendorong orang melakukan inovasi berdasarkan yang didapatkanya.

3). Hal-Hal yang Memengaruhi Pelaksanaan Pendidikan


Disamping hal-hal yang menyebabkan munculnya inovasi, ada pula hal-hal yang
memengaruhi jalanya inovasi. Suherli (2010:61), menyatakan empat hal yang memengaruhi
inovasi, yaitu sebagai berikut.
a). efisiensi
Program inovasi yang dilaksanakan harus mempertimbangkan unsure efisiensi. Efisiensi
lebih cenderung pada optimalisasi penggunaan waktu dibandingkan dengan produk yang
dihasilkan atau yang diharapkan. Oleh karena itu, program inovasi yang dirancang sebisa
mungkin dapat dilaksanakan sesuai kurun waktu yang disediakan. Misalnya, pemilihan inovasi
pada bidang pengajaran, penjabaran dalam kegiatan belajar mengajar dapat diselesaikan pada
satu buah rencana mengajar. Waktu berikutnya digunakan untuk melakukan evaluasi, termasuk
menginventarisasikan hambatan-hambatan yang ada, sehingga pada tahap berikutnya hambatanhambatan ini dapat dieliminasi.

Anda mungkin juga menyukai