Anda di halaman 1dari 22

Makalah Belajar dan Pembelajaran

Model Contextual Teaching Learning (CTL) dan Contoh


Penerapannya dalam Pembelajaran Fisika

Disusun Oleh :
Kelompok: 4
Anggota : 1. Indah Islami Putri

(06121011009)

2. Bresha Lerina Lubis

(06121011011)

3. Fitri Kurniati

(06121011016)

4. Septri W. Manurung

(06121011019)

5. Yuliana Puspitasari

(06121011025)

6. Dwi Agustina

(06121011029)

7. Mirna Julaika Azijah

(06121011035)

Dosen Pembimbing : Taufiq, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

P a g e |i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Model Contextual Teaching Learning (CTL) dan Contoh
Penerapannya dalam Pembelajaran Fisika dengan tepat waktu. Tujuan
utama penyusunan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran,
Bapak Taufiq, M.Pd, Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan
dukungan dan nasihatnya, serta sahabat-sahabat kami tercinta keluarga
besar Dadifis 2012 yang selalu memberikan dukungan serta semangatnya
dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, segala tegur sapa, kritik, serta saran yang diberikan pembaca
akan penyusun terima dengan kelapangan hati guna perbaikan pada
masa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum, wr.wb.

Indralaya, 14 Desember 2013

Penyusun.

P a g e | ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................

ii

BAB I Pendahuluan..........................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................

1.2 Rumusan Masalah ................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................

BAB II Pembahasan.........................................................................

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Contextual Teaching and Learning ..........................................

2.2 Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran CTL .................

2.3 Komponen-Komponen Model Pembelajaran CTL ...................

10

2.4 Sintaks Model Pembelajaran CTL............................................

12

2.5 Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning ..

14

2.6 Contoh Penerapan Model CTL dalam Pembelajaran Fisika ....

15

BAB III PENUTUP............................................................................

18

3.1 Kesimpulan ..............................................................................

18

Daftar Pustaka .................................................................................

19

P a g e |1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Mutu pendidikan sangat bergantung kepada kualitas pelaksanaan


pendidikan disekolah-sekolah, tercermin dalam keberhasilan belajar
siswa. Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Berhubungan dengan
hal tersebut telah dilakukan banyak upaya oleh pemerintah dalam
memacu dan meningkatkan kompetensi guru yang baik.
Fenomena yang ada memperlihatkan bahwa pembelajaran fisika
hingga beberapa tahun terakhir ini dikategorikan rendah (Sarjono).
Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kemungkinan pembelajaran
dipandang oleh sebagian besar guru sebagai proses pentransferan ilmu
pengetahuan, akibatnya didalam proses pembelajaran masih menjadi link
yang putus dengan pemrosesan kognitif yang terjadi dalam benak siswa,
sehingga strukturisasi pemahaman konsep fisika yang terjadi pada benak
siswa masih tetap lemah,siswa mengalami kesulitan memahami konsepkonsep fisika. Kebiasaan mereka belajar fisika yang berorientasi pada
rumus-rumus jadi dalam pembahasan soal-soal secara langsung tanpa
menghiraukan konsep-konsepnya.
Implikasi dari semuanya itu, guru harus dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang dapat menggali pengetahuan awal siswa,
sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang didapat serta
secara aktif dapat menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan menguji
kebenaran atas informasi yang diterimanya. Disamping itu, pembelajaran
harus dapat menghubungkan pengetahuan atau bahan yang akan
dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga
pengertiannya dapat dikembangkan. Dengan kata lain, pembelajaran

P a g e |2

harus diubah dari yang terpusat pada guru (teachercentered), menjadi


pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered).
Hasil dari penelitian Suyitno Kangiden, dkk (1998) mengenai variasi
pembelajaran fisika dan kaitannya dengan hasil belajar siswa diperoleh
kesimpulan bahwa pola pembelajaran materi pelajaran dikelas yang lebih
menjamin peningkatan hasil belajar adalah pola pembelajaran konseptual.
Disarankan

agar

guru

berusaha

meningkatkan

kemampuan

mengembangkan pola pembelajaran yang berbasis konsep dan hubungan


antar

konsep

secara

menyeluruh,

guru

hendaknya

lebih

dapat

memperkaya wawasan antara lain dengan mengkaji lebih banayk buku


dan mengembangkan pola pembelajaran konseptual.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian dari model pembelajaran CTL ( Contextual
Teaching and Learning ) !
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip dan karateristik dari model
pembelajaran CTL ?
3. Sebutkan

dan

jelaskan

komponen-komponen

model

pembelajaran CTL !
4. Jelaskan sintak dari model pembelajaran CTL ?
5. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kelemahan dari model
pembelajaran CTL !
6. Berikan Contoh pembelajaran fisika dengan pendekatan CTL !

1.3.

Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pengertian model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning ( CTL )
2. Dapat memahami dan menjelaskan prinsip serta karakteristik
model pembelajaran CTL
3. Dapat memahami dan menjelaskan komponen-komponen
model pembelajaran CTL

P a g e |3

4. Dapat memahami dan menjelaskan sintak model pembelajaran


CTL
5. Dapat menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari model
pembelajaran CTL
6. Dapat mengetahui pembelajaran fisika dengan pendekatan
CTL

P a g e |4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Model

Pembelajaran

Contextual

Teaching

and

Learning
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilahContextual
Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang
berarti

hubungan,

konteks,

demikian contextual diartikan

suasana,

yang

atau

berhubungan

keadaan.

Dengan

dengan

suasana

(konteks). Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan


sebagi suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John
Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik
jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan
dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Adapun pengertian CTL menurut Depdiknas (2003:5) adalah
sebagai berikut :
o

Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam
kehidupan mereka seharihari.

Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses


pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti
apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari

P a g e |5

berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru


berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih
bannyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan
menemukan sendiri bukan apa kata guru
Pembelajaran

kontekstual

berbeda

dengan

pembelajaran

konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan


perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL

Konvensional

Pemilihan

informasi

kebutuhan Pemilihan informasi ditentukan

individu siswa;

oleh guru;

Cenderung

Cenderung terfokus pada satu

mengintegrasikan

beberapa bidang (disiplin) tertentu;

bidang (disiplin);
Selalu

mengkaitkan

informasi Memberikan tumpukan informasi

dengan pengetahuan awal yang kepada


telah dimiliki siswa;
Menerapkan

penilaian

siswa

sampai

pada

saatnya diperlukan;
autentik Penilaian

melalui melalui penerapan praktis melalui


dalam pemecahan masalah;

hasil

belajar

kegiatan

hanya

akademik

berupa ujian/ulan

2.2 Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran CTL

2.2.1 Prinsip Model Pembelajaran CTL


Menurut Elaine B. Jhonson, di kutip oleh Udin Saefudin, berpendapat
bahwa dalam pembelajaran kontekstual , minimal ada tiga prinsip utama
yang sering digunakan, yaitu:

P a g e |6

a. Prinsip Saling ketergantungan (interdepence)


Prinsip saling ketergantungan ini, menurut hasil kajian para
ilmuwan segala yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan
dan ketergantungan. Begitu pula dalam pendidikan dan
pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem kehidupan, yang
terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat kerja, di masyarakat.
Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan
tergantung dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan nara
sumber yang ada disekitarnya. Dalam proses pembelajaran siswa
berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana
prasarana belajar.
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull
connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan
nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar
merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.
Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik belajar
secara efektif dalam kelompok, membantu peserta didik untuk
berinteraksi dengan orang lain, saling mengemukakan gagasan,
saling mendengarkan untuk menemukan persoalan,
mengumpulkan data, mengolah data, dan menentukan alternatif
pemecahan masalah.
Sehingga prinsip ini menyatukan berbagai pengalaman dari
masing-masing peserta didik untuk mencapai standar akademik
yang tinggi (reaching high standards) melalui pengidentifikasian
tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.
Dengan demikian, pembelajaran kontekstual merupakan
pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran
dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktek, antara bahan
yang bersifat konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.

P a g e |7

b. Prinsip Perbedaan (differentiation)


Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan
keberagaman, pebedaan, dan keunikan. Terciptanya kemandirian
dalam belajar (self-regulated learning) yang dapat mengkontruksi
minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan
mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam
rangka mencapai tujuan secara penuh makna (meaningfullness).
Terciptanya berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
di kalangan peserta didik dalam rangka pengumpulan, analisis, dan
sintesa data, guna pemecahan masalah.
Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi
potensi pribadi, dalam rangka menciptakan dan mengembangkan
gaya belajar (style of learning) yang paling sesuai sehingga dapat
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin secara aktif,
kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
Oleh sebab itu, para pendidik juga dituntut untuk mendidik,
mengajar, melatih, membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi
ini. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan
dengan menekankan kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi.
Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa.
Dengan ini siswa dapat berkolaborasi dengan teman-temannya
untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat fakta
dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan
masalah.
c. Pengorganisasian Diri (self organization)
Prinsip pengorganisasian diri/pengaturan diri menyatakan bahwa
proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh
peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh
potensinya. Peserta didik secara sadar harus menerima tanggung

P a g e |8

jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,


membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis
informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
Prinsip pengorganisasian diri ini, menuntut para pendidik dan para
pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk
memahami dan merealisasikan semua potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin. Dalam hal ini pembelajaran kontekstual
diarahkan untuk membantu para siswa untuk mencapai keunggulan
akademik, penguasaan keterampilan standar, dan pengembangan
sikap dan moral siswa.
Melalui interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru,
pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan
imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan menemukan
sisi keterbatasan diri.

2.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran CTL

Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang


menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. melakukan hubungan yang bermakna,
2. mengerjakan pekerjaan yang berarti,
3. mengatur cara belajar sendiri,
4. bekerja sama,
5. berpikir kritis dan kreatif,
6. mengasuh atau memelihara pribadi siswa,
7. mencapai standar yang tinggi, dan
8. menggunakan penilaian sebenarnya.
Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas
karakteristik antara lain yaitu
1. kerja sama,
2. saling menunjang,

P a g e |9

3. menyenangkan,
4. belajar dengan bergairah
5. pembelajaran terintegrasi,
6. menggunakan berbagai sumber,
7. siswa aktif,
8. sharing dengan teman,
9. siswa aktif, guru kreatif,
10. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, serta
11. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan


dengan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya


pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah dalamkonteks nyata atau pembelajaran
diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah
(learning in real life setting).
2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by
doing).
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi (learning in a group).
5. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain
secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan (learning to knot each other
deeply).

P a g e | 10

6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan


mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to York
together).
7. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).

2.3 Komponen-Komponen Model Pembelajaran CTL

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL)


memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar
(Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun penjelasannya sebagai
berikut:
1. Konstruktivisme (constructivism).
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat
pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang
dimilikinya.
2. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari
observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion )
3. Bertanya (Questioning).

P a g e | 11

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.


Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis
kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi,
b. Menggali pemahaman siswa,
c. Membangkitkan respon kepada siswa,
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
f. Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
g. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah
dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke
yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi
dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk
belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya
melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satusatunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan
juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa
pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

P a g e | 12

7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment).


Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.

2.4 Sintaks Model Pembelajaran CTL

Menurut Muslich (2007), pembelajaran CTL dikembangkan dengan


memperhatikan lima unsur pokok yang disingkat dengan
REACT yakni:
1. Relating, yaitu belajar dikaikan dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata
2. Experiencing, yakni pembelajaran dikaitkan dengan penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery) dan penciptaan (invention).
3. Appliying, yaitu presentasi pengetahuan dalam konteks
pemanfaatannya.
4. Cooperating,yaitu belajar dalam bentuk kontak interpersonal dan
kerjasama.
5. Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan
dalam situasi atau konteks baru.

NO Tahap

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

CTL

Menyampaikan

Mendengarkan tujuan

relating

tujuan

yang disampaikan guru

Pendahuluan

pembelajaran
yang ingin

P a g e | 13

dicapai pada

Menjawab prasyarat

pelajaran

dari guru

tersebut

Menyampaikan
prasyarat
2

Inti

Menyampaikan

Menjawab motivasi dari

motivasi

guru

Menyampaikan

Mendengarkan dan

materi dan

mecatat penjelasan

memberikan

guru

Cooperating

contoh

Menjelaskan dan

Memperhatikan

mendemonstrasi-

Demonstrasi guru

Experimenting

kan percobaan

Mengorganisasik

Membentuk kelompok

an siswa kedalam
kelompok belajar
yang heterogen

Membimbing

Melakukan percobaan

siswa menjawab

yang ada di LKS

pertanyaan yang

Menjawab pertanyaan

ada di LKS

yang ada di LKS

Meminta

Mempersentasikan hasil

perwakilan dari

percobaan kelompok

Applliying

P a g e | 14

setiap kelompok

yang diperoleh

mempersentasikan hasil diskusi


didepan kelas

Penutup

Membimbing

Merangkum atau

siswa

menyimpulakn materi

merangkum atau

yang telah dipelajari

Transfering

menyimpulkan
semua materi

Mengerjakan soal-soal

yang telah

tes

dipelajari

Memberikan tes

2.5 Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning

Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun

P a g e | 15

untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan


filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
mengalami bukan menghafal.

Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan
guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategistrategi
mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya
guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.

2.6 Contoh Penerapan Model CTL dalam Pembelajaran Fisika

Suatu contoh Implementasi CTL (Contextual Teaching and Learning)


dalam bidang IPA yaitu tentang besaran fisika (Panjang, masa dan
waktu).
a. Kontruktivisme (Contruktivism)

P a g e | 16

Siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit pembandingan


masa dua benda yang diukur dengan tangan dan neraca,
berdasarkan hasil observasinya siswa dapat diajak untuk
mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.
b. Tanya Jawab (Questioning)
Kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai
dengan penutup semua dilakukan Tanya jawab antara guru
dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara kritis dan
pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab
dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa,
siswa dengan guru.
c. Menemukan (inquiry)
Merupakan siklus membangun pengetahuan atau konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, analisi kemudian
membangun teori. Siklus inqury meliputi observasi Tanya jawab,
hipotesis, pengumpulan data analisis data, kemudia disimpulkan.
Definisi masa ditemukan oleh siswa selama proses pembelajaran
melalui kegiatan ilmiah.
d. Komunitas Belajar (Learning Community)
Prakteknya dapat berwujud dengan pebentukan kelompok kecil
atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja
dengan kelas sederajat, berkerja dengan kelas diatasnya, berkerja
dengan masyarakat. Identitas kegiatan utama yang dilakukan oleh
murid diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru
tidak mendominasi kelas tetapi Tanya jawab antar siswa, antar
kelompok siswa dapat berjalan lancar .
e. Pemodelan (Modelling)
pembelajaran ini guru mendemotrasikan suatu kinerja (mengukur
masa), agar siswa dapat mecontoh, belajar atau melakukan
sesuatu sesuai dengan model yang diberikan guru. Guru

P a g e | 17

memberikan model tentang How To learn mengukur masa air


yang volumenya yang sudah ditentukan dahulu.
f.

Refleksi (Reflection)
Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk
membandingkan hasil pembelajaran dengan fakta yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.

g. Penilaian outentik (Assesemen Authenctic)


Dimana guru memberiakan tugas kepada anak didik untuk
mengimplementasikan hasil pembelajaran secara terus menerus
agar guru dalam menilain apakan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik. penilai yang menunjukan kemampuan siswa dari
saat melakukan sampai pembelajran selesai

P a g e | 18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan suatu model
pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan
pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan situasi kehidupan
yang dialami siswa sehari-hari sehingga pemahaman materi diterapkan
dalam kehidupan nyata.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama,
yaitu: saling ketergantungan (interdependenci), diferensiasi
(differentiation), dan pengorganisasian diri (self organization). Komponenkomponen pembelajaran sebagai asas CTL dalam menerapkan pola
pembelajaran meliputi asas kontuktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, permodelan, refleksi dan penilaian nyata.
Pembelajaran CTL dikembangkan dengan memperhatikan lima unsur
pokok yang disingkat dengan REACT yakni: Relating , Experiencing,
Appliyin, Cooperating,dan Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan
pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Kelebihan Contextual Teaching and Learning, yatu pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil, dan pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep. Kelemahan CTL, yaitu guru
lebih intensif dalam membimbing, dan guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ideide dan
mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategistrategi mereka sendiri untuk belajar.

P a g e | 19

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati danMudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dunkin, M.J. dan Biddle, B.J. 1974. The Study of Teaching. New York:
Rinehart and Wsiton Inc.
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran.Bandung: Wacana
Prima.
Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran
KBK. Bandung: Rosda.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogyakarta:
Prisma Sophie.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Bandung: Fajar Interpratama Offset.
Sudjana, D. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.
Wahyudin.

2008.

Pembelajaran

Bandung: Ipa Abong.

dan

Model-Model

Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai